Jumat, 13 Juni 2014

Kisah: Abu Tholib membela Nabi(janji Abu Thalib membela Nabi)

Setelah berbagai cara untuk membujuk Rasulullah saw. untuk menghentikan dakwahnya gagal, kaum kafir Quraisy kemudian mendatangi Abu Thalib. Mereka mengancam paman Nabi ini, apabila ia tak dapat menghentikan dakwah yang dilancarkan keponakannya kepada kaum Quraisy, maka mereka sendiri yang akan menghentikan dengan kekerasan.

Mendengar ancaman tersebut, Abu Thalib pun mulai gamang. Karena khawatir akan keselamatan  sang keponakan, Abu Thalib memanggil Rasulullah saw.

“Wahai keponakanku, sesungguhnya kaum Quraisy telah mendatangiku dan memintaku untuk menghentikan dakwahmu. Oleh karena itu, kasihanilah dirimu dan diriku, janganlah engkau membebaniku dengan sesuatu yang tidak mampu kumemikulnya,”

Himbauan dari Abu Thalib dijawab Rasulullah saw. dengan penuh kesedihan. “Duhai paman, Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku mengentikan perjuangan ini, maka niscaya aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah mewujudkannya atau aku wafat dalam perjuangan ini.”

Setelah mengucapkan perkataan tersebut, Rasulullah pun berbalik hendak meninggakan pamannya. Tiba-tiba Abu Thalib memanggil, lalu berkata dengan lembut, “Kemarilah keponakanku. Pergilah dan sampaikanlah apa yang ingin engkau sampaikan. Dan demi Allah, sampai kapan pun aku tidak akan menyerahkanmu.”

Abu Thalib lantas menggubah sebuah syair, yang di antaranya :

وَاللّهِ لَنْ يَصِلُوْا اِلَيْكَ بِجَمْعِهِمْ * حَتَّى أُوَسِّدَ فِي التُّرَابِ دَفِيْنًا
فَامْضِ لاَمْرِكَ مَا عَلَيْكَ غَضَاضَةٌ * أَبْشِرْ وَقِرْ بِذَاكَ مِنْكَ عُيُوْنًا

Demi Allah, mereka dan komplotannya
Takkan bisa menyentuhmu
Sampai aku terbuju kaku terkubur di tanah
Lanjutkan perjuanganmu,
Engkau tak melakukan sesuatu yang hina
Berbahagialah dan tentramkanlah hatimu

Abu Thalib pun membuktikan, hingga akhir hayatnya, ia menjadi salah satu orang yang paling membela dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad saw.

(Ajie Najmuddin/ disarikan dari buku Rahasia Keagungan Isra’ Mi’raj, Habib Noval Alaydrus. 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar