Kamis, 23 November 2017

Kumpulan kitab Maulud Nabi


KUMPULAN KITAB TENTANG MAULID NABI MUHAMMAD SAW
By alif juman, 19 November 2017

مجموعة كتب مباركة بمناسبة المولد النبوي الشريف

1 الكوكب الأنور علي شرح الجوهر جعفر البرزنجي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/01.rar

2 النعمة الكبرى في مولد سيد الأنام ابن حجر الهيتمي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/02.rar

3 الهدي التام في موارد المولد النبوي وما اعتيد فيه من القيام محمد علي بن حسين المالكي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/03.rar

4 بشائر الأخيار في مولد المختار صلى الله عليه و سلم محمد ماضي ابو العزائم

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/04.rar

5 تاريخ الاحتفال بالمولد النبوي حسن السندوبي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/05.rar

6 البيان النبوي عن فضل الاحتفال بمولد النبي محمود الزين

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/06.rar

7 حسن المقصد في عمل المولد جلال الدين السيوطى

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/07.rar

8 خلاصة الكلام في الاحتفال بمولد خير الأنام عبد الله بن الشيخ أبو بكر بن سالم

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/08.rar

9 مولد النبي صلي الله عليه و سلم عبد الرحمن بن عبد المنعم الخياط

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/09.rar

10 مولد امة -أضواء علي خلق رسول الانسانيه خالد محمد القاضي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/10.rar

11 المولد العثماني المسمى الأسرار الربانية محمد عثمان الميرغني

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/2001.rar

12 مظهر الكمالات فى مولد سيد الكائنات سلامه الراضي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/2002.rar

13 السانحات الأحمدية والنفثات الروعية في مولد خير البرية محمد بن عبد الكبير الكتاني

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/2003.rar

14 النظم البديع في مولد الشفيع يوسف بن اسماعيل النبهاني

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/8872.rar

15 مولد المناوي عبد الرؤوف المناوي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/8869.rar

16 القول الجلى فى الرد على منكر المولد النبوى أبو هاشم السيد الشريف

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/8871.rar

17 ابتغاء الوصول لحبّ الله بمدح الرسول ومشروعية قراءة المولد أبو محمد الويلتوري

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/11.rar
18 المولد البرزنجي بتحقيق بسام محمد بارود
http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/12.rar

19 المولد النبوي بين المانعين و المجيزين عبد الله الحسني المكي الهاشمي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/13.rar

20 نظم المولد البرزنجي زين العابدين بن محمد الهادي البرزنجي

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/14.rar

21 الحجج الدامغة والبراهين الساطعة في جواز الإحتفال بالمولد النبوي الشريف حامد أحمد بابكر

http://www.alkeltawia.net/Download/books/maoled/01.rar

22 سيرة خاتم النبيين صلى الله عليه وسلم أبو الحسن الندوي

http://www.alkeltawia.net/book/sera/3.rar

23 معجزات الرسول صلى الله عليه وسلم ودلائل صدق نبوته إبراهيم جلهوم وعبد السلام حماد

http://www.alkeltawia.net/book/sera/4.rar

24 حجة الله على العالمين في معجزات سيد المرسلين صلى الله عليه وسلم الشيخ يوسف النبهاني

http://www.alkeltawia.net/book/sera/2.rar

25 الرسول صلى الله عليه وسلم في قلوب أصحابه وليد العظمي

http://www.alkeltawia.net/book/sera/1.rar

26 فقه السيرة محمد سعيد رمضان البوطي

http://www.alkeltawia.com/books/sera/7.rar

27 أنموذج اللبيب في خصائص الحبيب جلال الدين السيوطي

http://www.alkeltawia.com/books/tareekh001.rar

28 السيرة النبوية أبو الحسن الندوي

http://www.alkeltawia.net/book/sera/3.rar

29 الأنوار المحمدية من المواهب اللدنية يوسف النبهاني

http://www.alkeltawia.com/books/sera/1.rar

30 السيرة النبوية - دروس و عبر - مصطفى السباعي

http://www.alkeltawia.com/books/sera/2.rar

31 الشفا بتعريف حقوق المصطفى القاضي عياض

http://www.alkeltawia.com/books/sera/3.rar

32 الشمائل المحمدية والخصائص المصطفوية محمد عيسى الترمذي

http://www.alkeltawia.com/books/sera/4.rar

33 الشمائل الشريفة جلال الدين السيوطي

http://www.alkeltawia.com/books/alhadeth/

تاريخ الاحتفال بمولد النبي ﷺ ومظاهره في العالم

لقد أتحفني به فضيلة الشيخ Yousif Silevaney بارك الله فيه
وهذا هو الرابط 👇👇👇
http://www.mediafire.com/file/2g0g5bbhq3w36z0
Dakwah Terkait:
FITNAH WAHABI : “ASY'ARIYYAH BUKAN GOLONGAN AHLUSSUNNAH”
ULAMA-ULAMA BERMADZHAB AL-ASYA'IRAH
Yang Kurang Pas Dalam Faham Wahabi : Catatan Abal Fatum Mencermati Diskusi Dengan Teman Wahabi
Menjawab Tuduhan Sesat untuk para Waliyullah atau SUFI atau Tasawuf atau Thoriqoh
Ebook Al-Habib Salim bin Ahmad bin Jindan : Membedah Ajaran Syi’ah
Hakikat dan Sejarah Tasawuf
Hallala Yuhallilu Tahliilan Tahlilatan Tahlaalan Tihlaalan Muhallalan (oleh Ayi Yuniar)
Previous
HADITS SHAHIH MUTAWAATIR PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW MUSALSAL BIL AWWALIYAH
Next
INILAH DATA AKURAT JUMLAH MASING-MASING HURUF DALAM AL-QUR'AN
http://as-salafiyyah.blogspot.co.id/…/kumpulan-kitab-tentan…

Semoga bermanfaat.

Selasa, 21 November 2017

Bal'am bin Ba'ura, Intelektual Otak Setan


Cerita dalam Qur'an:
Sudahkah sampai kepada Anda cerita tentang Bal’am bin Ba’ura? Jika belum, perkenankanlah saya menceritakannya kepada Anda sebagaimana Al-Quran menyuruhnya.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syathon (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS Al-A'raf: 175).

Sahabat, ada ratusan kisah dalam Al-Quran, tapi –sependek penelurusan saya- hanya ada enam kisah yang mengadung redaksi perintah kepada Nabi SAW untuk menceritakannya. Empat menggunakan kata “utlu ‘alaihim” (bacakanlah kepada mereka), dan dua lagi dengan “nabbi’hum” (beritakanlah kepada mereka). Ada satu lagi kata “faqshushil qashash” (ceritakan kisah ini), tapi masuk dalam salah satu dari enam kisah di atas.

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ


Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.

Apa gerangan yang membuat kisah-tersebut ini harus diceritakan; dibacakan? Tentu karena pentingnya kandungan cerita itu. Saking pentingnya, tidak cukup kita sendiri yang tahu. Kita harus memberi tahukan kepada yang lain. Dan kisah tentang Bal’am bin Ba’ura ini adalah salah satu dari enam kisah itu. Bahkan perintah untuk menceritakannya diulang dua kali: di awal cerita dan di akhir cerita.

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS Al-A'raf: 176).

Bal’am bin Ba’ura adalah seorang cendeiawan Bani Israel. Lidahnya fasih membaca ayat-ayat Allah. Pemahaman dan pengetahuannya luar bisa hebatnya. Dia diberi keistimewaan tahu Nama Allah Yang Teragung (Ismullah Al-A’zam), sehingga dengan itu setiap doanya dapat membuka pintu-pintu langit dan menggetarkan tiang-tiang Ars. Saking luas ilmu Bal’am, tidak ada gelar akademik yang layak disematkan kepadanya. Yang mengalahkan kepakaran Bal’am hanyalah gurunya, Nabi Musa AS.

Tapi ilmu saja tidak cukup. Ilmu tanpa iman seperti pisau di tangan penjahat. Bal’am terpedaya oleh kilauan nafsu dunia. Ilmunya tidak membawanya menjadi orang mulia, tapi justru membawanya ke jurang kenistaan dan kehinaan. Padahal kalau mau, dengan ilmu itu dia bisa mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah dan pandangan manusia.

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya yang rendah.”

Anda tahu digunakan untuk apa kelebihan yang diberikan Allah kepada Bal’am? Bukan untuk menolong agamanya, tapi untuk menolong musuh menghancurkan agama Musa a.s, yang juga agamanya. Lidah yang fasih menyitir dalil-dalil itu digunakan untuk mendukung musuh Allah dan mendoakan keburukan bagi Musa AS dan kaumnya.

Ceritanya, Bal’am suatu hari diutus oleh Nabi Musa untuk berdakwah kepada Kaum Kan’an, penduduk asli Palestina zaman dahulu. Saat berdakwah itu, Bal’am dibujuk-rayu dengan kemewahan-kemewahan dunia oleh para penguasa Kan’an.

“Wahai Bal’am, untuk apa kamu berdakwah? Sinilah ikut kami. Kami punya banyak harta. Akan kami berikan harta-harta itu kepadamu jika kamu meninggalkan perintah Musa. Bergabunglah kepada kami untuk melawan Musa.”

Bal’am takluk dengan tawaran itu. Senjata Ismullah Al-A’dzam yang dia miliki berbalik dia gunakan untuk mendoakan keburukan bagi Nabi Musa dan kaumnya. “Kamu kan punya doa yang terkabul, Bal’am. Doakanlah untuk keburukan Musa agar tidak dapat merangsek ke bumi Palestina.”

Bal’am menyanggupi, tapi Allah tidak tinggal diam. Allah tidak menarik keterkabulan doa Bal’am, tapi menjadikan setiap doa keburukan yang diucapkan Bal’am berubah menjadi kebaikan. Dalam hati, Bal’am ingin mendoakan keburukan bagi Musa AS, tapi kalimat-kalimat yang keluar dari lidahnya justru doa-doa kebaikan untuk Musa AS. Allah SWT mengendalikan lidah Bal’am tanpa bisa dia lawan. Selalu saja ketika ingin berdoa keburukan, yang keluar dari mulutnya justru kebaikan.

Tapi Bal’am adalah intelektual licik. Kepandaiannya digunakan untuk mencari cara lain agar bisa menghancurkan Bani Israil dan Musa AS. Dan keluarlah satu ide dari pikirannya.

“Godalah Bani Israel dengan sesuatu yang haram. Jerumuskan mereka ke dalamnya. Jika Bani Israel melanggar perkara-perkara haram, maka Allah akan menghancurkan mereka, dan kalian tidak perlu memeranginya.”

“Tapi bagaimana caranya?” tanya para pembesar Kan’an.

“Kebanyakan Bani Israil sekarang adalah para pelarian yang tidak punya istri. Godalah mereka dengan perempuan. Keluarkanlah perempuan-perempuan kalian dan dandani mereka dengan dandanan yang menggairahkan. Bawa mereka ke perkampungan Bani Israil untuk merayu para lelaki di sana.”

Benar saja, berhasillah tipu muslihat Bal’am. Tak lama setelah wanita-wanita Kan'an dikeluarkan, seorang pembesar Bani Israel –dengan menggandeng seorang wanita- datang kepada Nabi Musa.

“Wahai Musa, kamu pasti akan bilang bahwa wanita ini haram untukku kan?”

“Betul. Memang begitu adanya.”

“Iya, saya tahu. Tapi saya tidak peduli dengan itu.”

Ya Allah………. Lihat sebegitu besar fitnah seorang Bal’am bagi Bani Israil. Satu orang terkorban, yang lainnya pun ikut-ikutan. Tersebarlah praktik zina yang diharamkan itu di tubuh Bani Israil. Allah SWT pun murka, lalu menurunkan penyakit thaun (semacam virus yang menular) yang membunuh 70 ribu Bani Israil dalam seketika.

****

Ya, itulah Bal’am, cendekiawan berotak brilian tapi berhati setan. Ilmu agamanya terpedaya oleh kilauan dunia. Lisan yang fasih menyitir dalil-dalil itu digunakan untuk menghancurkan Nabi Musa dan kaumnya. Anda tahu bagaimana Allah memberi permisalan untuk Bal’am?

فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ

“Maka perumpamaannya seperti anjing” (QS Al-A’raf: 176).

Anda tahu anjing? Anjing adalah seburuk-buruk permisalan. Siapapun orang di dunia ini, tidak akan pernah rela diserupakan dengan anjing. Ada banyak sekali permisalan dalam Al-Quran, tapi yang paling buruk adalah permisalan untuk si Bal’am ini. Ada perumpumaan untuk orang-orang kafir dengan keledai, laba-laba, batu licin, dan lain sebagainya. Tapi yang paling buruk dari semua itu adalah untuk Bal’am ini, dengan anjing.

Bukan hanya menyerupakannya dengan anjing, Allah tambah lagi perumpanan itu dengan gambaran yang sangat menghinakan. “Jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya , dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).”

Ibnu Juraij, At-Tirmidzi dan Hakim dalam menafsirkan juluran lidah anjing ini berkata: “Anjing itu tidak punya hati (perasaan), hatinya terputus. Kamu halau ataupun kamu tinggalkan, ia akan tetap menjulurkan lidah.

Al-Qurthubi dalam mengomentari ayat ini berkata: “Permisalan ini, bagi banyak pendapat ulama, berlaku siapa saja yang diberi pengetahuan tentang Al-Qur'an tapi tidak mengamalkannya. Sebagian lain bilang, permisalan ini adalah untuk orang-orang munafik. Pendapat lain mengatakan ini adalah permisalan buat orang yang menerima rasuah dunia dalam masalah agama, sehingga dia terlepas dari ayat-ayat Tuhannya.”


Download Kitab Tafsir al-Qurthubi PDF

Download Kitab Tafsir al-Qurthubi PDFSatu lagi kitab tafsir yang sangat terkenal dan menjadi salah satu rujukan diberbagai bidang, khususnya dibidang penafsiran al-Quran, yaitu Kitab al-Jami' Li Ahkami al-Quran, atau biasa dikenal dengan Tafsir al-Qurthubi.
Pengarangnya bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Anshari al-Qurthubi, Kitab ini menafsirkan al-Quran secara lengkap (dari awal sampai akhir), dan tentunya memiliki keistimewaan berbeda dibandingkan kitab tafsir yang lain. Selain lebih menekankan pada aspek hukum (sesuai dengan namanya), al-Qurthubi juga sering kali menyebutkan landasan atau arguentasi baik dari ayat yang lain maupun dari hadith lengkap dengan sanadnya. Dan yang menarik, beliau juga tidak lupa memasukkan kajin kebahasaan, dan untuk memperkuat pemahaman tentang sebuah makna, beliau seringkali menyadur sebuah syair.
Perjalaan ulama yang hidup sekita abad ketujuh Hijriyah / abad ke 13 Masehi, atau tepat pada masa kekuasaan dinasti muwahhidun dan amhar di Granada, bisa dipeyakan menjadi dua masa. Yakni masa diaat beliau berada di Cordoba spanyol, dan pada saat beliau berada di Mesir. Ketika dimesir beliau banyak mengikuti kajian-kajian dan pengajian-pengajian yang diadakan di masjid-masjid maupun madrasah, sementara ketika beliau dimesir tepatnya di Iskandariyah, beliau banyak pula berguru kepada berbagai Ulama.

Jika para pembaca ingin mendapatkan atau Download Kitab Tafsir al-Qurthubi PDF ini, pastikan terlebih dahulu kapasitas memory lumayan besar. Karena size dari kitab ini juga lumayan besar, sekitar 250 MB. Berikut ini keterangan singkat tentang Kitab Tafsir al-Qurthubi:

عنوان الكتاب : الجامع لأحكام القرآن و المبين لما تضمنه من السنة وآي الفرقان, تفسير القرطبي
المؤلف : أبو عبد الله محمد بن أحمد بن أبي بكر القرطبي
Name : "Tafsir al-Qurthubi" al-Jami' Li Ahkami al-Quran wa al-Mubayyin Lima Tadhammanahu Mina al-Sunnah wa Ayi al-Furqan
Author : Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar al-Qurthubi
Editor : Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turki
File : PDF
Size : 251 MB (Full)
Pages : ---
Year : 2006
Published / Cetakan : First/ Pertama
Pulisher : al-Resalah Publisher (Mu'assasah al-Risalah) Beirut - Lebanon
Uploaded By : Abdurrohim Rhasya
Download from : 
DOWNLOAD
 
Semoga bermanfaat.

Minggu, 19 November 2017

Kisah nabi palsu Musailamah al-Kadzab


Sejarawan berbeda pendapat tentang namanya. Ada yang mengatakan ia adalah Musailamah bin Hubaib al-Hanafi. Yang lain mengatakan Musailamah bin Tsamamah bin Katsir bin Hubaib al-Hanafi. Ada yang mengatakan kun-yahnya adalah Abu Tsamamah. Ada pula yang menyebutnya Abu Harun.
Musailamah dilahirkan di wilayah Yamamah. Di sebuah desa yang sekarang ini disebut al-Jibliyah. Dekat dengan Uyainah di lembah Hanifah wilayah Nejd.
Usia Musailamah lebih tua dan lebih panjang dibanding Rasulullah ﷺ. Ada yang menyebutkan ia terbunuh pada usia 150 tahun saat Perang Yamamah. Ia adalah seorang tokoh agama di Yamamah dan telah memiliki pengikut sebelum wahyu kerasulan datang kepada Nabi Muhammad ﷺ.
Sebelum mengaku sebagai nabi, Musailamah sering menyusuri jalan-jalan. Masuk ke pasar-pasar yang ramai oleh masyarakat Arab maupun non-Arab. Berjumpa dengan orang-orang berbagai macam profesi di sana. Pasar yang ia kunjungi semisal pasar di wilayah al-Anbar dan Hirah (Futuh al-Buldan oleh al-Baladzuri, Hal: 100).
Musailamah adalah seseorang yang memiliki kepribadian yang kuat (strong personality). Pandai bicara. Memiliki pengaruh di tengah bani Hanifah dan kabilah-kabilah tetangga. Tutur katanya lembut namun menipu. Pandai menarik simpati, bagi laki-laki maupun wanita. Ia menyebut dirinya Rahman al-Yamamah. Namun Allah berkehendak beda. Ia dikenal dengan nama Musailamah al-Kadzab (Musailamah sang pendusta) hingga hari ini.
Saat Musailamah mengumumkan kenabiannya (nabi palsu), Rasulullah ﷺ berada di Mekah. Ia mengutus orang-orang pergi ke Mekah untuk mendengarkan Alquran. Kemudian kembali ke Yamamah untuk membacakannya kepadanya. Setelah itu ia menirunya atau memperdengarkan ulang ke hadapan orang-orang sambil mengklaim itu adalah kalamnya (Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk oleh ath-Thabari, 3: 295).

Utusan Bani Hanifah Menemui Rasulullah

Di antara metode dakwah Rasulullah ﷺ adalah menulis surat kepada para penguasa dan raja-raja. Menyeru mereka untuk memeluk Islam. Seruan dakwah tersebut sampai juga kepada Haudzah bin Ali al-Hanafi. Seorang penguasa Yamamah yang beragama Nasrani. Setelah menerima surat tersebut, Haudzah mengajukan syarat agar kekuasaan diberikan kepadanya. Nabi ﷺ menolaknya. Tidak lama setelah itu Haudzah pun wafat.
Pada tahun ke-9 H, tokoh-tokoh bani Hanifah yang berjumlah beberapa belas orang laki-laki datang menemui Nabi ﷺ di Madinah. Di antara mereka terdapat Musailamah. Mereka datang untuk mengumumkan keislaman kepada Rasulullah ﷺ. Dan menyepakati bahwa Nabi ﷺ adalah pemimpin.
Bani Hanifah termasuk kabilah Arab yang terbesar jumlahnya. Mereka memiliki kedudukan dan terpandang. Karena merasa layak mendapatkan kepemimpinan, mereka mengajukan permintaan kepemimpinan. Mereka ingin agar Musailamah kelak menggantikan posisi Nabi setelah beliau wafat. Nabi ﷺ menolak permintaan mereka.
Utusan bani Hanifah pun kecewa dan mulai muncul keinginan untuk keluar dari Islam. Dan Nabi ﷺ telah menangkap gelagat ini. Ketika hendak pulang ke Yamamah, mereka berkata kepada Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya kami meninggalkan salah seorang sahabat kami di perbekalan kami untuk menjaganya”.
Rasulullah ﷺ menanggapi, “Kedudukan dia (Musailamah) tidak lebih buruk daripada kedudukan kalian”. Artinya walaupun ia sebagai petugas yang menjaga perbekalan kalian, bukan berarti kedudukannya lebih rendah dari kalian. Mereka pun pulang ke Yamamah dengan membawa hadiah dari Nabi ﷺ.
Perkataan Nabi ﷺ terhadap Musailamah tersebut dijadikan sabda rekomendasi oleh Musailamah dan tokoh yang lain. Mereka klaim bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ meridhai Musailamah sebagai penggantinya. Tak lama Musailamah pun mengumumukan kenabiannya di tengah-tengah bani Hanifah. Sejak saat itulah ia dikenal sebagai Musailamah al-Kadzab.
Kemudian Nabi ﷺ menunjuk Nuharur Rijal bin Unfuwah untuk mengajarkan agama kepada penduduk Yamamah. Ibnu Unfuwah adalah laki-laki yang berilmu, luas pandangannya, dan cerdas. Siapa sangka, ternyata Ibnu Unfuwah malah bergabung dengan Musailamah. Kesungguhannya di hadapan Rasulullah ﷺ hanyalah riya’ semata. Ibnu Unfuwah mengakui kenabian Musailamah. Menurutnya Musailamah bersama-sama Nabi Muhammad ﷺ dalam risalah kenabian. Orang-orang bani Hanifah pun simpati kepadanya. Dan Musailamah menjadikannya orang kepercayaan (Futuh al-Buldan oleh al-Baladzuri, Hal: 97, Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk oleh ath-Thabari, 3: 137-138, dan al-Bidayah wa an-Nihayah oleh Ibnu Katsir, 5: 50-52).

Rasulullah ﷺ Berbalas Surat dengan Musailamah

Setelah klaim kenabiannya diterima di tengah-tengah kaumnya, rasa percaya diri Musailamah kian bertambah. Semakin jauhlah kesesatannya. Ia mulai memposisikan diri sebagai seorang utusan Allah. Ia meniru Nabi Muhammad ﷺ yang berdakwah melalui surat kepada para raja dan penguasa. Saking percaya dirinya, ia mengirim surat kepada Nabi Muhammad ﷺ:

مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ: سَلَامٌ عَلَيْكَ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي قَدْ أُشْرِكْتُ فِي الْأَمْرِ مَعَكَ، وَإِنَّ لَنَا نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلِقُرَيْشٍ نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلَكِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ

“Dari Musailamah seorang rasulullah kepada Muhammad seorang rasulullah.
Keselamtan atasmu, amma ba’du:
Sungguh aku sama denganmu dalam kerasulan ini. Bagi kami bagian bumi tertentu dan bagi Quraisy bagian bumi lainnya. Akan tetapi orang-orang Quraisy adalah kaum yang melampaui batas.”
Perhatikanlah, para penyeru kesesatan sejak dulu terbiasa menggunakan pilihan kata yang indah untuk menipu manusia. Musailamah menyebut Nabi Muhammad sebagai orang yang melampaui batas. Karena ingin menguasai seluruh jazirah Arab. Sementara ia mengisyaratkan bahwa dirinya adalah orang yang bijak karena ingin berbagi.
Demikian juga para penyeru kesesatan di zaman ini, mereka menggunakan bahasa yang indah untuk memikat hati. Mereka sebut ajaran mereka mencerahkan sementara berpegang kepada Alquran dan sunnah adalah kejumudan dan kaku. Mereka sebut ajaran mereka toleran. Sementara yang lainnya adalah radikal.
Rasulullah ﷺ tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Beliau tidak ingin keraguan dan kerancuan ini tersebar. Beliau ﷺ pun membalas surat Musailamah:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ: السَّلَامُ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ للَّه يُورَثُهَا مَنْ يُشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari Muhammad utusan Allah kepada Musailamah sang pendusta.
Keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk, amma ba’du:
Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
Setelah membaca surat itu, Musailamah memutilasi sahabat Nabi, Hubaib bin Zaid radhiallahu ‘anhu, yang Nabi tugaskan untuk mengantarkan surat kepada Musailamah al-Kadzab. Peristiwa ini terjadi di akhir tahun ke-10 H.

Fanatik Suku, Sajak Pun Disangka Wahyu

Musailamah mulai menjadikan Yamamah sebagai tanah haram. Ia juga mulai menyusun sajak yang ia sebut sebagai Alquran. Al-Mutasyammas bin Muawiyah, paman dari al-Ahnaf bin Qais, pernah mendengar sajak-sajak Alquran palsu yang dibacakan oleh Musailamah. Setelah keluar dari majelis Musailamah ia berkomentar, “Sungguh ia seorang pendusta”. Al-Ahnaf juga mengomentari, “Dia bukanlah nabi yang sebenarnya. Bukan pula seorang yang pintar dalam berpura-pura menjadi nabi”.
Orang-orang Yamamah yang mengikuti Musailamah begitu fanatik dengan dakwah kenabiannya. Mereka bangga orang-orang dari keluarga Rabiah bersaing dengan keluarga Mudhar. Yakni keturunan Rabiah juga punya nabi sebagaimana keturunan Mudhar punya nabi, yakni Nabi Muhammad ﷺ. Pengakuan kenabian terhadap Musailamah sangat dipengaruhi fanatisme kabilah dan suku.
Suatu hari Thalhah an-Namiri datang ke Yamamah untuk bertemu Musailamah. Ia ingin mendengar langsung dakwahnya dan menguji kenabian pembuat wahyu palsu ini. Ketika sampai di majelis Musailamah, Thalhah menyebut nama Musailamah langsung. Kaum Musailamah menjawab, “Sebut dia rasulullah!”. “Tidak mau, sampai aku melihatnya dulu”, kata Thalhah.
Ketika Musailamah datang, Thalhah berkata, “Engkau Musailamah?” “Iya”, jawab nabi palsu si tukang tipu. “Siapa yang datang kepadamu?” Tanya Thalhah. Musailamah menjawab, “Rahman (Allah pen.)”. “Dalam keadaan bercahaya atau dalam kegelapan?”, selidik Thalhah. “Dalam kegelapan”, jawab Musailamah.
Thalhah berkata, “Sungguh aku bersaksi engkau adalah pendusta. Dan Muhammad adalah yang benar. Akan tetapi pendusta dari Rabiah lebih kami cintai dibanding orang yang jujur dari Mudhar”. (Tarikh ar-Rusul wa al-Muluk oleh ath-Thabari, 3, 283-286, Asadul Ghabah oleh Ibnul Atsir, 1: 443, dan al-Mufashshal fi Tarikh al-Arab Qobla al-Islam oleh Jawad Ali, 6: 97).
Untuk menguatkan posisinya, Musailamah menikahi seorang perempuan dari bani Tamim. Kabilah besar lainnya di masyarakat Arab. Perempuan itu adalah Sajah binti al-Harits bin Suwaid at-Tamimiyah. Wanita ini memiliki kesamaan degnan Musailamah, sama-sama mengaku nabi. Ia mengajak kaumnya bani Tamim dan paman-pamannya dari kabilah Taghlib dan kabilah-kabilah Rabi’ah lainnya. Bersatulah kelompok besar ini dalam fanatisme kesukuan mengklaim sebuah kedustaan. Kemudian mereka menantang kekhalifahan Abu Bakar di Madinah.
=============================================

Presiden Republik Indonesia ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dengan tegas menyatakan, kaum Wahabi menjadi keras dan merasa benar sendiri, tak lain karena pengaruh kerja samanya dengan Dinasti Saudi.
"Kaum Wahabi keras, itu karena kerja sama dengan Dinasti Saudi. Itu yang penting. Penting sekali. Dinasti
Saudi ini mengidap rasa rendah diri. Kenapa? Karena mereka keturunan Musailamah al-Kadzab."
Demikian disampaikan Mantan Ketua PBNU itu pada diskusi buku karya Stephen Sulaiman Schwartz berjudul Dua
Wajah Islam: Moderatisme Vs Fundamentalisme dalam Wacana Global, di Auditorium Nurcholish Madjid Universitas
Paramadina Jl. Gatot Subroto, Kav. 96-97, Mampang Prapatan Jakarta Selatan, Rabu, (31/10/2007) malam. Buku ini
berjudul asli The Two Faces of Islam: The House of Sa’ud from Tradition to Terror (2002) yang diterjemahkan
dan diterbitkan kembali oleh the WAHID Institute pada September, 2007.
Pada jaman Nabi Muhammad SAW, Musailamah al-Kadzab (Sang Penipu) pernah mengaku menjadi nabi. Dia dulu
tinggal di Yalamlam, daerah antara Jedah dan Yaman. Dan, kata Gus Dur, Dinasti Saudi dulu menamai istananya
dengan Istana Yalamlam.
"Ketika Faishal menjadi raja, nama itu diubah menjadi Istana Riyadh. Soal ini kita harus tahu persis sejarahnya,
biar kita tidak berat sebelah", pinta Gus Dur.
"Jadi, sikap rendah diri itu lalu ditutupi dengan sikap seolah paling benar sendiri. Wahabi dijadikan alat untuk
menutupi masa lalu Dinasti Saud saja,"tegas Gus Dur.
"Saya tahu ini dari informasi-informasi yang masuk. Saya bicara apa adanya. Obyektifitas itu penting dan menuntut sikap yang betul-betul mendalam tanpa pikiran macam-macam", imbuhnya.

مسيلمة الكذاب

مسيلمة بن حبيب الحنفي، أشهر المتنبئين وأخطرهم في الجزيرة العربية، وهو من يعرف في كتب السير والتاريخ والتراجم بمسيلمة الكذاب، ادعى النبوة زمن رسول الله صلى الله عليه وسلم واستفحل أمره زمن أبي بكر الصديق، وشكلت حركته تهديدا واضحًا لدولة الإسلام الناشئة، فمن هو مسيلمة الكذاب؟ وما موقف رسول الله منه؟ وما طبيعة أسجاعه؟

من هو مسيلمة الكذاب؟
اختلف في اسمه، فقالوا: مسيلمة بن حبيب الحنفي الكذاب، وقالوا: مسيلمة بن ثمامة بن كثير بن حبيب الحنفي، ويكنى: أبا ثُمَامَةَ، وقيل: أبا هارون، وفي الأمثال: "أكذب من مسيلمة". ولد ونشأ في اليمامة، في القرية المسماة اليوم بالجبيلة، بقرب العيينة بوادي حنيفة في نجد.

تذكر الأخبار أن مسيلمة: "كان قصيًرا شديد الصفرة أخنس الأنف أفطس"، وكان أكبر عمرًا من رسول الله صلى الله عليه وسلم، وأنه قد تكهن وتنبأ باليمامة ووجد له أتباعًا قبل نزول الوحي على النبي صلى الله عليه وسلم، وأن أهل مكة كانوا على علم برسالته، ويذكر أهل الأخبار أن مسيلمة كان ابن مائة وخمسين سنة حين قُتل في اليمامة.

وكان مسيلمة قبل ادعائه النبوة يتجول في الطرقات، يطوف في الأسواق التي كانت بين دور العرب والعجم، مثل الأبلة وبقة (موضع قريب من الحيرة)، والأنبار والحيرة، يلتمس تعلم الحيل والنِّيرَجَات، واحتيالات أصحاب الرقى والنجوم والخط ومذاهب الكهان والعياف والسحرة، ويتابع أخبار المتنبئين [1].

شخصية مسيلمة الكذاب [*]
ويبدو أن مسيلمة الكذاب كان على قدر من قوة البيان والشخصية، على عكس ما تصفه المصادر بأنه كان "رويجلا، أصيفر، أخينس"، إذ ترك تأثيرًا ملموسًا في أوساط بني حنيفة، والقبائل المجاورة، اشتهر بالخلابة، والقدرة على استهواء النفوس من الرجال والنساء، وخليق بهذا أن يظن به السحر، وتنتظر منه الخوارق بين الجهلاء؛ لأنهم يرون سلطانه ولا يعلمون مأتاه، فيخيل إليهم أنه سر من الغيب، أو معونة من الجنة والشياطين، وهو على هذا كان يعين حيلته بما استطاع من صناعة الشعوذة، والألاعيب التي كان يحذقها بعض الكهان في بلاد العرب والعجم، ولم يكن في طبيعته بمعزل عن طبائع السحرة، وأدعياء الغيب، وتسمى بالرحمن، فقيل له: رحمن اليمامة.

كان مسيلمة يدعي النبوة ورسول الله بمكة، وكان يبعث بأناس إليها ليسمعوا القرآن ويقرؤوه على مسامعه، فينسج على منواله أو يسمعه هو نفسه للناس زاعمًا أنه كلامه [2].

وفد بني حنيفة إلى رسول الله
وعندما كتب رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى الملوك والأمراء يدعوهم إلى الإسلام، كتب إلى هوذة بن علي الحنفي النصراني وأهل اليمامة، وأرسل كتابه مع سليط بن قيس بن عمرو الأنصاري، فاشترط هوذة أن يجعل الأمر له من بعده، فرفض النبي صلى الله عليه وسلم وقال: "لا ولا كرامة، اللهم أكفنيه"، فمات بعد قليل.

وفي العام التاسع للهجرة الذي عم فيه الإسلام ربوع الجزيرة العربية أقبل وفد بني حنيفة وفيهم مسيلمة الكذاب إلى المدينة في بضعة عشر رجلًا برئاسة سلمى بن حنظلة، وفيهم الرجَّال بن عنفوة أحد وجهاء القبيلة، لإجراء مباحثات مع النبي صلى الله عليه وسلم، وإعلان إسلامهم، ويبدو أنهم أمَّلوا مقابل دخلوهم في الإسلام، الحصول على موافقة من النبي صلى الله عليه وسلم لخلافته.

ويذكر أن بني حنيفة تعد من أضخم القبائل العربية، وأوفرهم حظًّا بالمنعة والجاه، وقد دفعوا أولاً بمسيلمة للوقوف على رأي النبي صلى الله عليه وسلم، فاجتمع به منفردًا، وطلب منه أن يجعل الأمر له من بعده، فرفض النبي صلى الله عليه وسلم وقال له: "لو سألتني هذا القضيب -وكان بيده- ما أعطيتكه، وإني لأراك الذي رأيت فيه ما رأيت".

ثم اجتمع أعضاء الوفد بالنبي صلى الله عليه وسلم في المسجد بدون مسيلمة، والواقع أن ذلك كان متعمدًا، ولم تذكر المصادر ما دار في هذا الاجتماع، إنما روت خروج أعضاء الوفد، وقد اعتنقوا الإسلام، وأعطاهم النبي جوائزهم، غير أنه استنادًا إلى تطور الأحداث بعد ذلك يحملنا على الاعتقاد بأنهم كرروا طلب مسيلمة بأن يكون الأمر لهم بعد النبي صلى الله عليه وسلم، وأن النبي رفض طلبهم، ولما قرروا العودة خاطبوا رسول الله قائلين: "إنا خلفنا صاحبًا لنا في رحالنا يبصرها لنا، وفي ركابنا يحفظها علينا".

وهذا دليل على أن تخلف مسيلمة كان متعمدًا وفق خطة مبيَّتة علهم ينتزعون من النبي صلى الله عليه وسلم وعدًا، أو ما يشبه الوعد، بتحقيق هدفهم، ولا شك بأن رسول الله أدرك فورًا هدفهم بأن صاحبهم هذا هو مسيلمة، فلم يميزه، وساواه بأصحابه، وقال صلى الله عليه وسلم: "ليس بشركم مكانًا يحفظ ضيعة أصحابه"، فقيل ذلك لمسيلمة، فقال: "عرف أن الأمر إليَّ من بعده"، فلما عادوا إلى ديارهم أدعى النبوة متخذًا من حديث رسول الله مع وفد قومه، وإخباره أنه ليس بشرهم مكانًا؛ دليلًا على دعواه، وهذا تفسير أحادي الجانب يتناقض مع قول النبي صلى الله عليه وسلم الصريح بشأن وضعه.

ومهما يكن من أمر، فقد أدرك النبي صلى الله عليه وسلم من خلال ما جرى مع وفد بني حنيفة، أن هؤلاء القوم سوف يغدرون به، ويرتدون عن الإسلام، وأن صاحبهم سيقودهم إلى شر عاقبة يهلكهم بها، فهم وهو في شر سواء.

واستغل نَهَار الرِّجَال بن عنفوة وجوده في المدينة، فتعلم القرآن وتفقه في الدين، ووقف على تعاليم الإسلام، وكان هذا الرجل ذا بصيرة، وذكاء فعينه النبي معلمًا لأهل اليمامة يفقههم في الدين، ويرد من اتبع منهم مسيلمة، ويشغب معهم عليه، ويشد من عزائم المسلمين. لكن نهارًا كان أعظم فتنة على بني حنيفة من مسيلمة، وما كان تفقهه إلا رياء، فهو لم يلبث أن انضم إليه، وأقر بنبوته، وشهد بأن محمدًا أشركه معه في الرسالة، فالتف بنو حنيفة حوله، ومن جهته فقد وضع مسيلمة كل ثقته بنَهَار يستشيره في كل أمر يقلد فيه محمدًا [3].

مراسلات بين رسول الله ومسيلمة الكذاب
وبعد أن عاد مسيلمة الكذاب إلى قومه، وأظهر دعوته، كتب إلى النبي صلى الله عليه وسلم كتابًا يدعي فيه مشاركته في الرسالة، ويساومه في اقتسام الملك والسيادة في جزيرة العرب، فقال: "مِنْ مُسَيْلِمَةَ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ: سَلَامٌ عَلَيْكَ، أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي قَدْ أُشْرِكْتُ فِي الْأَمْرِ مَعَكَ، وَإِنَّ لَنَا نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلِقُرَيْشٍ نِصْفَ الْأَرْضِ، وَلَكِنَّ قُرَيْشًا قَوْمٌ يَعْتَدُونَ".

وأبى النبي صلى الله عليه وسلم أن يترك الفرصة لمثل هؤلاء الكذابين للتشكيك في أمر الدين، فكتب رسالة وأعطاها إلى حبيب بن زيد رضي الله عنه أحد الصحابة الشباب، وفيها: "بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللَّهِ، إلَى مُسَيْلِمَةَ الْكَذَّابِ: السَّلَامُ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ الْأَرْضَ للَّه يُورَثُهَا مَنْ يُشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ، وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ". وكان ذلك في آخر سنة عشر من الهجرة.

فما كان من مسيلمة الكذاب إلا أن أسر حبيب بن زيد وقيده، فكان مسلمة إذا قال له: أتشهد أن محمدًا رسول الله؟ قال: نعم، وإِذا قال: أتشهد أني رسول الله؟ قال: أنا أصم لا أسمع، ففعل ذلك مرارًا، فقطعه مسيلمة عضوا غضوا، فمات شهيدا رضي الله عنه.

آمنوا بمسيلمة وشهدوا بكذبه
واتخذ مسيلمة حرمًا باليمامة، فأخذ الناس به، فكان محرمًا، ونظم كلامًا مضاهاة للقرآن، وقصده الناس ليتسمعوا منه بعد أن اشتهر أمره، وتمكن من التأثير في بعضهم، وكان ممن قصده المتشمس بن معاوية، عم الأحنف بن قيس، فلما خرج من عنده قال عنه: "إنه كذاب، وقال عنه الأحنف بن قيس وكان قد رآه أيضًا: "ما هو بنبي صادق، ولا بمتنبئ حاذق".

عرف مسيلمة بين أتباعه برسول الله، وكانوا يتعصبون له، ويؤمنون بدعوته إيمانًا شديدًا، وكانت المنافسة بين قبائل مضر وربيعة على أشدها، والأخيرة تعصب لنسبها، وتأنف أن تعلوها قريش بفضل النبوة والرئاسة، وليس أدل على ذلك من طلب هوذة الذي أشرنا إليه، بالإضافة إلى رأي طلحة النميري الذي قدم إلى اليمامة للاجتماع بمسيلمة، والوقوف على حقيقة دعوته، واختبار نبوته، إذ عندما طلب الاجتماع به وسماه باسمه، مسيلمة، رد عليه قومه: مه يا رسول الله، فقال: لا حتى أراه، فلما جاءه قال: أنت مسيلمة؟ قال: نعم، قال: من يأتيك؟ قال: رحمن، قال: أفي نور أو في ظلمة؟ فقال: في ظلمة، فقال: "أشهد أنك لكذاب وأن محمدًا صادق؛ ولكن كذاب ربيعة أحب إلينا من صادق مضر" [4].

وتعاون مسيلمة في إحدى مراحل ادعائه النبوة مع سجاح بنت الحارث بن سويد التميمية، التي أدعت هي الأخرى النبوة، والتف حولها قومها بنو تميم، وأخوالها من تغلب وغيرهم من قبائل ربيعة، وتزوجها مسيلمة، وانضم أتباعها إليه، فتقوى بهم، وتحدى حكومة أبي بكر في المدينة.

أسجاع مسلمة الكذاب [**]
وقد حاول مسيلمة الكذاب أن يضاهي القرآن تغريرا بعقول السذج من قومه فجاء كلامه سخيفا، وإنا بعد ذلك نورد من أسجاعه ما عثرنا عليه ليتبين القارئ هذا المتنبئ ومبلغ علمه:

1- وَاللَّيْلُ الدَّامِسْ، وَالذِّئْبُ الْهَامِسْ، مَا قَطَعَتْ أَسَدٌ مِنْ رَطْبٍ وَلَا يَابِسْ.

2- لَقَدْ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى الْحُبْلَى، أَخْرَجَ مِنْهَا نَسَمَةً تَسْعَى، مِنْ بَيْنِ صِفَاقٍ وَحَشَا.

3- إن بني تميم قوم طهر لقاح، لا مكروه عليهم ولا إتاوة، نجاورهم ما حيينا بإحسان، نمنعهم من كل إنسان، فإذا متنا فأمرهم إلى الرحمن.

4- وَالْفِيلْ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْفِيلْ، لَهُ زَلُّومٌ طَوِيلْ.

5- وَالْمُبَذِّرَاتِ زَرْعًا، وَالْحَاصِدَاتِ حَصْدًا، وَالذَّارِيَاتِ قَمْحًا، وَالطَّاحِنَاتِ طِحْنًا، وَالْخَابِزَاتِ خَبْزًا، وَالثَّارِدَاتِ ثَرْدًا، وَاللَّاقِمَاتِ لَقْمًا، إِهَالَةً وَسَمْنًا، لَقَدْ فُضِّلْتُمْ عَلَى أَهْلِ الْوَبَرِ، وَمَا سَبَقَكُمْ أَهْلُ الْمَدَرِ، رَفِيقَكُمْ فَامْنَعُوهُ، وَالْمُعْتَرَّ فآووه، والناعي فواسوه.

6- يَا ضِفْدَعُ بَنَتَ الضِّفْدَعِينْ، نَقِّي كَمْ تَنِقِّينْ، لَا الْمَاءَ تُكَدِّرِينْ، وَلَا الشَّارِبَ تَمْنَعِينْ، رَأْسُكِ فِي الْمَاءِ وَذَنَبُكِ فِي الطِّينْ.

7- وقد ذكر ابن كثير أن عمرو بن العاص -قبل إسلامه- قابل مسيلمة الكذاب فسأله مسيلمة: ماذا أنزل على صاحبكم في هذا الحين؟ فقال له عمرو: لقد أنزل عليه سورة وجيزة بليغة. فقال: وما هي؟ قال: أنزل عليه: {وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ} [العصر:1 - 3]، قال: ففكر مسيلمة ساعة،، ثم رفع رأسه فقال: ولقد أنزل عليَّ مثلها. فقال له عمرو: وما هو؟. قال مسيلمة: "يَا وَبَرُ يَا وَبَرُ، إِنَّمَا أَنْتِ أُذُنَانِ وَصَدْرٌ، وَسَائِرُكِ حَقْرٌ نَقْرٌ". ثم قال: كيف ترى يا عمرو؟ فقال عمرو: والله إنك لتعلم أني أعلم إنك لتكذب.

قال أبو بكر الباقلاني رحمه الله: "فأما كلام مسيلمة الكذاب وما زعم أنه قرآن فهو أخس من أن ننشغل به وأسخف من أن نفكر فيه، وإنما نقلنا منه طرفًا ليتعجب القارئ وليتبصر الناظر، فإنه على سخافته قد أضل، وعلى ركاكته قد أزل، وميدان الجهل واسع" [5].

[1] البلاذري: فتوح البلدان، ص100. السهيلي: الروض الأنف،2/ 340. اليعقوبي: تاريخ اليعقوبي، 1/ 120. الزركلي: الأعلام، 7/ 226.
[*] سهيل طقوش: تاريخ الخلفاء الراشدين الفتوحات والإنجازات السياسية، ص50 - 54.
[2] الجاحظ: الحيوان، 4/ 369 وما بعدها. الطبري: تاريخ الرسل والملوك، 3/ 295. العقاد: عبقرية خالد، ص97.
[3] البلاذري: فتوح البلدان، ص97. الطبري: تاريخ الرسل والملوك، 3/ 137 - 138، 282 -287. ابن كثير: البداية والنهاية، 5/ 50 - 52. السهيلي: الروض الأنف، 4/ 225.
[4] الطبري: تاريخ الرسل والملوك، 3/ 283 - 286. الجاحظ: الحيوان، 5/ 530. ابن الأثير: أسد الغابة، 1/ 443. جواد علي: المفصل في تاريخ العرب قبل الإسلام، 6/ 97.
[**]محمد رضا: أبو بكر الصديق أول الخلفاء الراشدين، تحقيق: الشيخ خليل شيحا، ص45 – 53.
[5] ابن سعد: الطبقات الكبرى: 1/ 317، 5/ 550. البدء والتاريخ: 5/ 163. الذهبي: سير أعلام النبلاء: 3/ 96. ابن كثير: البداية والنهاية: 6/ 336، تفسير القرآن العظيم: 8/ 479. ابن حجر: الإصابة في تمييز الصحابة: 2/ 539. الباقلاني: إعجاز القرآن، تحقيق: سيد صقر: ص156


Semoga bermanfaat.

Jumat, 17 November 2017

Solawat Bariyah


MENGINGATKAN KEMBALI DI BACA MALAM JUM'AT 10 KALI

يا دائم الفضل على البرية يا باسط اليدين بالعطية يا صاحب المواهب السنية صل على محمد و آله خير البرية واغفر لنا يا ذا العلى في هذه العشية


[Ya daimal fadli alal bariyyah
Ya bashithol yadaeniy bil atiyyah
Ya shohibal mawahibi saniyyah
Shalli ‘ala Muhammadin wa alihi khoeril bariyyah
Waghfir lanaa ya Dzal ‘ula fi hadzihil ['asyiyyah].
Jika mlm diganti [lailah]

Wahai Yang Selalu Memberi karunia pada makhluk-Nya.
Wahai yang tangan-Nya terbuka dengan pemberian-Nya.
Wahai Pemilik karunia yang mulia.
Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya.
(Beliau) adalah manusia yang terbaik.
Ampuni kami pada malam ini wahai Yang Maha Mulia.
_________________________________________

KETERANGAN DALIL

فائدة : عن رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال : من قال ليلة الجمعة عشر مرات "يا دائم الفضل على البرية يا باسط اليدين بالعطية يا صاحب المواهب السنية صل على محمد و آله خير البرية واغفر لنا يا ذا العلى في هذه العشية" ، كتب الله له مائة الف الف حسنة، ومحا عنه الف الف سيئة، ورفع له الف الف درجة، وزاحم ابراهيم الخليل يوم القيامة فى قبته.

النوادر : ١٩٥

Sebuah Faidah : dari Rosulillah shollallahu 'alaihi wasallama : "barang siapa yang membacanya 10 kali, maka Allah mencatatkan baginya seratus juta kebaikan, dilebur darinya sejuta keburukan, diangkat baginya sejuta derajat, dan pada hari qiyamat berada dalam naungan kubah Nabi Ibrahim 'alaihis salam".
 
#Kitab_AlNawadir195

Semoga bermanfaat.

Rabu, 15 November 2017

Ulama Nusantara di Haramain Ini Adalah Embrio Nahdlatul Ulama


Banyak diantara kita yang kepaten obor, kehilangan sejarah, terutama generasi-generasi muda. Hal itupun tidak bisa disalahkan, sebab orang tua-orang tua kita, sebagian jarang memberitahu apa dan bagaimana sebenarnya Nahdlitul Ulama itu.

Karena pengertian-pengertian mulai dari sejarah bagaimana berdirinya NU, bagaimana perjuangan-perjuangan yang telah dilakukan NU, bagaimana asal usul atau awal mulanya Mbah Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU dan mengapa Ahlussunnah wal jamaah harus diberi wadah di Indonesia ini.

Dibentuknya NU sebagai wadah Ahlussunnah bukan semata-mata KH Hasyim Asy’ari ingin berinovasi, tapi memang kondisi pada waktu itu sudah sampai pada kondisi dloruri, wajib mendirikan sebuah wadah. Kesimpulan bahwa membentuk sebuah wadah Ahlussunnah di Indonesia menjadi satu keharusan, merupakan buah dari pengalaman ulama-ulama Ahlussunnah, terutama pada rentang waktu pada tahun 1200 H sampai 1350 H.

Pada kurun itu ulama Indonesia sangat mewarnai, dan perannya dalam menyemarakan kegiatan ilmiyah di Masjidil Haram tidak kecil. Misal diantaranya ada seorang ulama yang sangat terkenal, tidak satupun muridnya yang tidak menjadi ulama terkenal, ulama-ulama yang sangat tabahur fi ilmi Syari’ah, fi thoriqoh wa fi ilmi tasawuf, ilmunya sangat melaut luas dalam syari’ah, thoriqoh dan ilmu tasawuf. Dintaranya dari Sambas, Ahmad bin Abdu Somad Sambas. Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama-ulama besar seperti Kyai Tholhah Gunung jati Cirebon.

Kiai Tholhah ini adalah kakek dari Kiai Syarif Wonopringgo, Pekalongan. Muridnya yang lain, Kiai Syarifudin bin Kiai Zaenal Abidin Bin Kiai Muhammad Tholhah. Beliau diberi umur panjang, usianya seratus tahun lebih. Adik seperguruan beliau diantaranya Kiai Ahmad Kholil Bangkalan. Kiai kholil lahir pada tahun 1227 H. Dan diantaranya murid-murid Syeh Ahmad sambas yaitu Syekh Abdul Qodir Al Bantan, yang menurunkan anak murid, yaitu Syekh Abdul Aziz Cibeber Kiai Asnawi Banten. Ulama lain yang sangat terkenal sebagai ulama ternama di Masjidil Harom adalah Kiai Nawawi al Bantani.

Beliau lahir pada tahun 1230 H dan meninggal pada tahun 1310 H, bertepatan dengan meninggalnya mufti besar Sayid Ahmad Zaini Dahlan. Ulama Indonesia yang lainnya yang berkiprah di Masjidil Harom adalah Sayid Ahmad an Nahrowi Al Banyumasi, beliau diberi umur panjang, beliau meninggal pada usia 125. Tidak satupun pengarang kitab di Haromain; Mekah-Madinah, terutama ulama-ulama yang berasal dari Indonesia yang berani mencetak kitabnya sebelum ada pengesahan dari Sayidi Ahmad an Nahrowi Al Banyumasi.

Syekh Abdul Qadir Al Bantani murid lain Syekh Ahmad bin Abdu Somad Sambas, yang mempunyai murid Kiai Abdul Latif Cibeber dan Kiai Asnawi Banten. Adapun ulama-alama yang lain yang ilmunya luar biasa adalah Sayidi Syekh Ubaidillah Surabaya, beliau melahirkan ulama yang luar biasa yaitu Kiai Ubaidah Giren Tegal, terkenal sebagai Imam Asy’ari-nya Indonesia.

Dan melahirkan seorang ulama, auliya besar, Sayidi Syekh Muhammad Ilyas Sukaraja. Guru dari guru saya Sayidi Syekh Muhamad Abdul Malik. Yang mengajak Syekh Muhammad Ilyas muqim di Haromain yang mengajak adalah Kiai Ubaidah tersebut, di Jabal Abil Gubai, di Syekh Sulaiman Zuhdi. Diantaranya murid muridnya lagi di Mekah Sayidi Syekh Abdullah Tegal. Lalu Sayidi Syekh Abdullah Wahab Rohan Medan, Sayid Syekh Abdullah Batangpau, Sayyidi syekh Muhmmad Ilyas Sukaraja, Sayyidi Syekh Abdul Aziz bin Abdu Somad al Bimawi, dan Sayidi Syekh Abdullah dan Sayidi Syekh Abdul Manan, tokoh pendiri Termas sebelum Kiai Mahfudz dan sebelum Kiai Dimyati.

Di jaman Sayidi Syekh Ahmad Khatib Sambas ataupun Sayidi Syekh Sulaiman Zuhdi, murid yang terakhir adalah Sayidi Syekh Ahmad Abdul Hadi Giri Kusumo daerah Mranggen. Inilah ulama-ulama indonesia diantara tahun 1200 H sampai tahun 1350. Termasuk Syekh Baqir Zaenal Abidin jogja, Kyai Idris Jamsaren, dan banyak tokoh-tokoh pada waktu itu yang di Haromain. Seharusnya kita bangga dari warga keturunan banagsa kita cukup mewarnai di Haromain, beliau-beliau memegang peranan yang luar biasa. Salah satunya guru saya sendiri Sayyidi Syekh Abdul Malik yang pernah tinggal di Haromain dan mengajar di Masjidil Haram khusus ilmu tafsir dan hadits selama 35 tahun.

Beliau adalah muridnya Syekh Mahfudz Al Turmidzi. Mengapa saya ceritakan yang demikian, kita harus mengenal ulama-ulama kita dahulu yang menjadi mata rantai berdirinya NU, kalau dalam hadits itu betul-betul tahu sanadnya, bukan hanya katanya-katanya saja, jadi kita harus tahu darimana saja ajaran Ahli Sunah Wal Jamaah yang diambil oleh Syekh Hasyim Asy’ari.

Bukan sembarang orang tapi yang benar-benar orang-orang tabahur ilmunya, dan mempunyai maqomah, kedudukan yang luar biasa. Namun sayang peran penting ulama-ulama Ahlu Sunah di Haromain pada masa itu (pada saat Syarif Husen berkuasa di Hijaz), khususunya ulama yang dari Indonesia tidak mempunyai wadah. Kemudian hal itu di pikirkan oleh kiai Hasyim Asy’ari disamping mempunyai latar belakang dan alasan lain yang sangat kuat sekali.

Menjelang berdirinya NU beberapa ulama besar kumpul di Masjidil Harom, ini sudah tidak tertulis dan harus dicari lagi nara sumber-sumbernya, beliau-beliau menyimpulkan sudah sangat mendesak berdirinya wadah bagi tumbuh kembang dan terjaganya ajaran Ahlu Sunah Wal Jamaah. Akhirnya di istiharohi oleh para ulama-ulama Haromain, lalu mengutus Kiai Hasyim Asy’ari untuk pulang ke Indonesia agar menemui dua orang di Indonesia, kalau dua orang ini mengiakan jalan terus kalau tidak, jangan diteruskan. Dua orang tersebut yang pertama Habib Hasyim bin Umar Bin Toha Bin Yahya Pekalongan, yang satunya lagi Mbah kholil Bangkalan.

Oleh sebab itu tidak heran jika Mukatamar NU yang ke 5 dilaksanakan di Pekalongan tahun 1930 M. Untuk menghormati Habib Hasyim yang wafat pada itu. Itu suatu penghormatan yang luar biasa. Tidak heran kalau di Pekalongan sampai dua kali menjadi tuan rumah Muktamar Thoriqoh. Tidak heran karena sudah dari sananya, kok tahu ini semua sumbernya dari mana? Dari seorang yang soleh, Kiai Irfan. Suatu ketika saya duduk-duduk dengan Kiai Irfan, Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul Hadi. Kiai Irfan bertanya pada saya “kamu ini siapanya Habib Hasyim?”. Yang menjawab pertanyaan itu Kiai Abdul Fatah dan Kiai Abdul Hadi; “ini cucunya Habib Hasyim Yai”.

Akhirnya saya di beri wasiat, katanya; ‘mumpung saya masih hidup tolong catat sejarah ini. Mbah Kiai Hasyim Asy’ari datang ke tempatnya Mbah Kiai Yasin, Kiai Sanusi ikut serta pada waktu itu. Disitu diiringi oleh Kiai Asnawi Kudus, terus diantar datang ke Pekalongan, lalu bersama Kiai Irfan datang ke kediamannya Habib Hasyim. Begitu KH. Hasyim Asy’ari duduk, Habib Hasyim langsung berkata, ‘Kyai Hasyim Asy’ari, silahkan laksanakan niatmu kalau mau membentuk wadah Ahlu Sunah Wal Jamaah. Saya rela tapi tolong saya jangan ditulis’.

Itu wasiat Habib Hasyim, terus Kyai Hasyim Asy’ari merasa lega dan puas. Kemudin Kiai Hasyim Asy’ari menuju ke tempatnya Mbah Kiai Kholil Bangkalan, kemudian Mbah Kyai kholi bilang sama Kyai Hasyim Asyari laksanakan apa niatmu saya ridlo seperti ridlonya Habib Hasyim tapi saya juga minta tolong, nama saya jangan ditulis.’ Kata Kiai Hasyim Asy’ari ini bagaimana kyai, kok tidak mau ditulis semua. Terus mbah Kiai Kholil menjawab kalau mau tulis silahkan tapi sedikit saja. Itu tawadluknya Mbah Kyai Ahmad Kholil Bangkalan. Dan ternyata sejarah tersebut juga dicatat oleh Gus Dur.

Inilah sedikit perjalanan Nahdlotul Ulama. Inilah perjuangan pendiri Nahdlotul ulama. Para pendirinya merupakan tokoh-tokoh ulama yang luar biasa. Makanya hal-hal yang demikian itu tolong ditulis, biar anak-anak kita itu tidak terpengaruh oleh yang tidak-tidak, sebab mereka tidak mengetahui sejarah. Anak-anak kita saat ini banyak yang tidak tahu, apa sih NU itu? Apa sih Ahlu Sunah itu? La ini permasalahan kita. Upaya pengenalan itu yang paling mudah dilakukan dengan memasang foto-foto para pendiri NU, khususnya foto Hadrotu Syekh Kiai Hasyim Asy’ari. (Disampaikan pada Harlah NU di Kota Pekalongan. Hly.net/ Nzr/Tsi)

Sumber : HabibLutfi.net
 
Semoga bermanfaat.