Sabtu, 31 Mei 2014

Tidak Menangis Saat Membaca Al-Qur'an

 Mengapa Anda Tidak Menangis Saat Membaca Al-Qur'an?
Posted by Lampu Islam Rabu, 22 Januari 2014 1 comment
Tahukan anda, mengapa anda tidak menangis saat membaca al-Qur`an?

Sampai kabar kepada Imam Ahmad bin Hanbali bahwa salah seorang muridnya selalu bangun malam dan mengkhatamkan al-Qur`an secara sempurna hingga terbit fajar. Kemudian dilanjutkan dengan sholat subuh.

Imam Ahmad (A) pun ingin mengajarkannya cara mentadabburi al-Qur`an. Datanglah ia kepada muridnya itu, kemudian berkata: "Aku dengar kamu melakukan ini dan itu..?
Muridnya (M) menjawab: "Ya"

A: "Kalau begitu, coba nanti malam kamu lakukan seperti yang kemarin-kemarin kamu lakukan, tapi saat membaca al-Qur`an, bayangkan kamu membacanya di hadapanku. Atau seakan-akan aku mengawasi bacaanmu.

Keesokan harinya, datanglah si murid, dan Imam Ahmad bertanya hasilnya. Si murid menjawab: "Aku hanya bisa membaca 10 juz saja"

A: "Coba nanti malam baca al-Qur`an seakan-akan kamu membacanya di hadapan Rasulullah SAW"

Keesokan harinya si murid datang lagi dan berkata: "Ya imam, aku hanya sanggup membaca juz 'amma saja"

A: "Nah sekarang, cobalah nanti malam kamu baca al-Qur`an seakan-akan di hadapan Allah 'Azza wa Jalla"

Si murid pun kaget disuruh seperti ini.

Keesokan harinya, si murid datang dengan mata bengkak akibat dari menangis. Imam Ahmad pun bertanya: "Apa yg kamu lakukan anakku?"

Si murid menjawab sambil menangis: "Ya imam, demi Allah, sepanjang malam aku tidak bisa menyempurnakan bacaan surat al-Fatihah"

*****
Al-Qur`an adalah kalam Allah kepada kita.. Maka bacalah ia dengan hati, bukan hanya sekedar dengan lisan. Semoga ALLAH mengumpulkan kita di hari kiamat kelak bersama golongan hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuliakan Al-Qur'an. Aamiin.

Abu Hurairah dan Pencuri Zakat

Kisah Setan yang Mengajarkan Ayat Kursi pada Abu Hurairah
Tahukah kalian bahwa sahabat mulia Abu Hurairah pernah mendapat pengajaran ilmu dari setan? Dia pernah diajarkan ayat kursi dan diberitahukan manfaatnya oleh setan bahwa dengan membaca ayat kursi sebelum tidur, Allah akan memberikan penjagaan dan setan pun tidak mengganggu hingga pagi hari. Hal ini yang menunjukkan keutamaan ayat kursi.

Dalam Shahih Bukhari disebutkan kisah di atas secara lengkap sebagai berikut,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah). Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.” Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“

. فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »

Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan. Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?” Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga. Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.“

. فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ . قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »

Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.” Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut. Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?” Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya. Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?” Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’. Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari. Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).

Beberapa faedah dari hadits di atas:

1- Imam Bukhari membawakan hadits di atas dalam Bab “Jika seseorang mewakilkan pada orang lain (suatu barang), lalu yang diwakilkan membiarkannya (diambil), kemudian yang mewakilkan menyetujuinya setelah itu, maka itu boleh. Dan jika dia juga berniat meminjamkan hingga tempo tertentu, juga dibolehkan.”

2- Al Muhallab rahimahullah berkata, “Pelajaran yang bisa diambil dari judul bab, jika yang mewakilkan tidak menyetujuinya, maka orang yang diwakilkan tidak boleh melakukannya.”

3- Hadits ini menunjukkan bahwa zakat fitrah boleh dikumpulkan terlebih dahulu sebelum dibagikan. Sedangkan waktu penyalurannya adalah pada saat malam hari raya Idul Fithri.

4- Ketika pencuri dalam hadits tersebut mengadu pada Abu Hurairah tentang keadaannya yang sangat butuh, Abu Hurairah meninggalkannya. Jadi, seakan-akan Abu Hurairah meminjamkan zakat tersebut pada pencuri tadi hingga waktu tertentu, yaitu ditunaikan saat penyaluran zakat (saat malam Idul Fithri).

5- Boleh mengadukan suatu kemungkaran pada hakim.

6- Hadits ini menunjukkan bahwa jin itu ada yang miskin karena dalam riwayat Abu Mutawakkil sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar  disebutkan bahwa setan yang mencuri tersebut mengambil zakat fitrah tadi untuk dibagikan pada fuqoro’ (para fakir) dari kalangan jin.

7- Maksud dari bacaan yang diajarkan setan dapat membawa manfaat adalah jika diucapkan, maka setan laki-laki maupun perempuan tidak akan mengganggu atau mendekat sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Mutawakkil yang dinukil oleh Ibnu Hajar.

8- Setan itu ada laki-laki dan perempuan.

9- Sifat seorang muslim adalah selalu membenarkan perkataan Nabinya. Lihatlah bagaimana Abu Hurairah begitu menaruh percaya pada perkataan Rasulnya bahwa besok pencuri tersebut akan datang.

10- Dalam riwayat Abu Mutawakkil disebutkan bahwa ayat kursi yang disebutkan dalam hadits dibaca ketika pagi dan petang. Sedangkan riwayat Bukhari di atas menyebutkan bahwa ayat kursi tersebut diamalkan sebelum tidur.

11- Hadits ini menunjukkan keutamaan (fadhilah) dari membaca Al Qur’an dan ayat kursi yaitu kita akan mendapatkan penjagaan Allah dan terlindung dari gangguan setan.

12- Para sahabat adalah orang yang paling semangat dalam melakukan kebaikan. Oleh karenanya, jika ada satu kebaikan yang tidak mereka lakukan, maka itu tanda amalan itu bukan kebaikan.

13- Setan itu asalnya pendusta.

14- Setan bisa saja mengajarkan sesuatu yang bermanfaat pada orang beriman.

15- Orang fajir (yang gemar maksiat) seperti setan kadang tidak membawa manfaat, lain waktu kadang membawa manfaat.

16- Bisa saja seseorang mengilmui sesuatu namun ia tidak mengamalkannya.

17- Bisa saja orang kafir itu benar dalam sesuatu yang tidak ditemui pada seorang muslim.

18- Orang yang biasa dusta bisa saja jujur pada satu waktu.

19- Setan bisa berubah wujud jadi manusia sehingga bisa dilihat.

20- Hadits ini juga menunjukkan bahwa jin juga memiliki makanan yang sama seperti manusia.

21- Jin bisa berbicara dengan bahasa yang digunakan manusia.

22- Jin bisa mencuri dan mengelabui orang lain.

23- Jin akan menyantap makanan yang tidak disebut nama Allah di dalamnya.

24- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa mengetahui hal yang ghaib.

25- Boleh mengumpulkan zakat fitrah sebelum malam Idul Fithri.

26- Boleh menyerahkan zakat fitrah pada wakil untuk menjaga dan menyalurkannya.

27- Dari mana pun ilmu, dari setan sekali pun boleh diterima. Asalkan diketahui bahwa itu benar atau ada bukti benarnya. Namun jika tidak diketahui bukti benarnya, maka tidak boleh mengambil ilmu dari penjahat atau ahli maksiat.

Faedah berharga di atas, kami kembangkan dan ringkaskan dari penjelasan Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fathul Bari, 6: 487-490.

Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.



Referensi:

Fathul Bari bi Syarh Shahih Al Bukhari, Ibnu Hajar Al Asqolani, terbitan Dar Thiybah, cetakan keempat, tahun 1432 H

Kisah Qarun dan Nabi Musa

Allah berfirman :

t وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.  (QS Al-Qasas: 77)

Kisah Qarun

Qarun (Bahasa Arab قارون ) adalah salah seorang sepupu Musa, berasal dari Bani Israel. Qarun disebut dalam Al-Quran sebanyak empat kali, dua kali di surah Al-Qasas, satu kali di surah Al-'Ankabut dan satu kali di surah Al-Mu’min.Qarun adalah orang yang sering memakerkan kekayaan.

Qarun adalah sepupu Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/ Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim.

Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Sehingga pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda dan permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah. Dikisahkan pula dalam Al-Qur'an dia juga sering mengambil harta dari Bani Israel yang lain dan dia memiliki ribuan gudang harta melimpah ruah, penuh berisikan emas dan perak.

Setelah menjadi kaya raya, Qarun menjadi orang yang sombong dan suka pamer. Orang-orang kaya biasanya menyimpan kunci harta mereka dalam tempat rahasia agar tidak diketahui orang lain. Qarun bisa saja membuat sebuah tempat besar yang tersembunyi untuk menampung kunci-kuncinya, tapi dia tidak melakukannya karena dia ingin menunjukkan kekuatan dan kekuasaannya.

Jadi kebiasaannya adalah membawa sepuluh orang kuat kemanapun dia pergi. Kesepuluh orang ini adalah pria-pria perkasa yang berotot kekar. Mereka mengikuti Qarun kemanapun dia pergi hanya untuk membawakan kunci-kuncinya. Meskipun sudah dibawa sepuluh orang pria perkasa, tetap saja mereka merasa bahwa kunci-kunci Qarun terasa berat.

Kebiasaan Qarun yang lain adalah dia selalu mengenakan pakaian yang berbeda setiap kali keluar rumah. Pakaian-pakaiannya merupakan jubah-jubah mewah yang paling mahal di zaman itu. Dia juga punya banyak kuda, punya tentara pribadi, punya bodyguard, punya banyak istana, dan harta benda. Tidak terhitung jumlah kekayaan yang diberikan Allah kepadanya.

Qarun juga bisa memainkan orang-orang, dia bisa melakukan apapun karena punya kekuatan.  Fir’aun adalah teman baik Qarun. Jika ada seseorang yang punya masalah dengannya, Qarun tinggal memberitahu Fir’aun maka habislah orang itu. Dia bisa membuat seseorang menjadi budak jika dia mau. Jadi tak seorang pun berani dengan Qarun. Dia adalah seorang tiran yang dijadikan Allah sebagai contoh di dalam Al-Qur’an.

Pada suatu hari, Qarun memilih pakaian terbaiknya. Kemudian dia pergi ke pekarangan istananya yang luas dan dia berjalan-jalan sambil memilih-milih kudanya. Akhirnya pandangannya tertuju ke salah satu kuda miliknya sembari tangannya menunjuk. Dia berkata kepada pelayannya “Kuda itu yang disana! Kuda yang memiliki bulu paling putih. Aku ingin menaiki kuda itu sekarang!” Mereka menghias kuda itu dengan berbagai macam pernak-pernik. Andaikan orang-orang di jalan melihat kuda putih itu, tentu mereka akan terkagum-kagum melihatnya. Jadi dia menaiki kuda putih itu dan berkata: “Tentara-tentaraku! Datanglah kemari!” Kemudian dia menunjuk tentara-tentara terbaiknya. Lalu tentara-tentara itu berbaris mengikutinya dari belakang. Kemudian dia menunjuk sepuluh orang pria kekarnya dan berkata “Bawalah SEMUA harta-hartaku! Hari ini aku ingin menunjukkan harta-hartaku pada orang-orang. Bawa semua emas, perak, perunggu, barang-barang mewahku, koleksi pribadiku, dan yang lainnya. Aku ingin kalian membawa semuanya. Bahkan kalian para tentara juga harus membawanya! Ketika kita lewat, aku ingin semua orang terkagum-kagum melihat banyaknya hartaku.”

Jadi dia membawa semua harta karunnyaa, ada begitu banyak rubi, permata, mutiara, emas, dan perhiasan dalam berbagai bentuk. Ketika dia berparade keliling kota dari istananya, orang-orang di jalan melihatnya. Dan orang-orang yang menginginkan yang hanya menginginkan dunia ini berkata “Lihatlah semua ini. Andai saja kita mempunyai apa yang Qarun miliki.” Mereka sangat menginginkan harta itu. Bayangkanlah, seluruh kota menyaksikannya. Di antara mereka juga ada ahli agama. Mereka berkata “Jangan meminta seperti itu! Celakalah kamu! Sesungguhnya apapun yang Allah berikan kepadamu sudah cukup.”

Jadi ketika Qarun keluar membawa semua hartanya dan orang-orang di jalan melihatnya dengan terkagum-kagum, Ada orang di sisi kanan dan ada di sisi kiri, sedangkan parade Qarun berada di tengah-tengahnya. Ketika dia merasakan keangkuhan yang tertinggi dan berpikir “Wow, inilah diriku!”

Tiba-tiba Allah memerintahkan bumi untuk menelannya! Jadi tiba-tiba bumi bergemuruh. Kemudian jalanan mulai retak. Kemudian retakan itu semakin membesar sehingga terciptalah sebuah lubang yang menganga. Lubang yang besar itu menelan Qarun beserta semua tentaranya, kunci-kuncinya, hartanya, bahkan Allah memerintahkan bumi untuk menelan istananya! Dan orang-orang yang sedang mengamati, beberapa dari mereka berlarian, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa bumi hanya menelan Qarun dan hartanya. Kemudian bumi kembali seperti semula seakan-akan tidak ada yang terjadi. Orang-orang sangat terkejut. Allah telah menunjukkan kepada orang-orang dan Qarun tentang siapa Raja yang sesungguhnya.

”Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

 Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” ”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah).” Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Qashash: 76-83)

KISAH NABI MUSA A.S. DAN QARUN


Qarun adalah seorang dari umat Nabi Musa AS dan mempunyai pertalian kekeluargaan dengan baginda. Ia dikurniakan oleh Allah SWT kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang tidak ternilai banyaknya. Dia hidup mewah, selalu beruntung dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga hartabendanya bertimbun-timbun sehinggakan para pembawa kunci hartanya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-kunci peti khazanahnya kerana terlalu banyak dan berat.
Qarun hidup mewah dan menonjol di dalam masyarakatnya. Segala-gala tentangnya adalah luar biasa dan lain dari yang lain. Mahligai-mahligai tempat tinggalnya, pakaiannya sehari-hari, pelayan-pelayannya serta hamba-hamba sahayanya melebihi keperluannya. Namun begitu, dia masih merasa belum puas dengan kekayaan yang dimilikinya dan sentiasa berusaha untuk menambahkan hartanya, sifat manusia yang haloba yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolehi segantang yang kedua dan demikianlah seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebanyakan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya, Qarun tidak sedikit pun merasa bahawa dia mempunyai kewajiban terhadap fakir miskin dengan harta kekayaannya itu. Dalam hidupnya, ia hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan lagi kekayaannya yang sudah melimpah ruah itu.
Qarun telah dinasihatkan oleh pemimpin-pemimpin kaumnya agar menyumbangkan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong fakir miskin dan orang-orang yang tidak berpakaian dan kelaparan. Beliau telah diperingatkan bahawa kekayaan yang diperolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan semata-mata yang wajib disyukuri dengan melakukan amal kebajikan terhadap sesama manusia dan meringankan penderitaan fakir miskin dan orang-orang yang ditimpa musibah. Diperingatkan kepadanya bahawa Allah SWT yang telah memberinya rezeki yang banyak itu, dapat pula menarik semula nikmat kesenangan apabila kewajipannya terhadap masyarakat diabaikan.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur oleh pemimpin-pemimpin kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun, malah tidak mendapat tempat di dalam hatinya. Bahkan ia merasa bahawa kekayaannya menjadikannya pemberi nasihat dan bukan penerima nasihat. Orangramai harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya serta membenarkan segala tindak tanduknya.
Qarun menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat bahawa kekayaan yang beliau miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurniaan atau pemberian dari sesiapapun. Oleh itu, ia bebas menggunakan harta kekayaannya sekehendaknya dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial untuk membantu golongan yang memerlukan. Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan sengaja menunjuk-nunjuk kekayaannya dengan berlebih-lebihan.
Apabila ia keluar, ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa pembantu yang ramai dari kebiasaannya dan menunggang kuda-kuda yang dihiasi dengan indah. Kemewahan yang ditonjolkan itu, menjadikan ramai orang iri hati terhadapnya terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka, mengeluh dengan berkata: “Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan. Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?” Qarun yang tidak mempedulikan nasihat agar bersedekah akhirnya didatangi oleh Nabi Musa AS yang menyampaikan kepadanya bahawa Allah SWT telah mewahyukan perintah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada.
Diterangkan oleh Nabi Musa AS kepadanya bahawa di dalam harta kekayaan, ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuhan sebagai hak fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka. Qarun merasa jengkel untuk menerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian terhadap Nabi Musa AS. Ia berkata: “Hai Musa, kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bartindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahawa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka.”
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari kewajipan berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa AS yang menegaskan bahawa kewajipan berzakat itu mesti dilaksanakan kerana ia adalah perintah Allah yang wajib ditaati. Qarun tidak dapat mengelakkan diri dari kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa, maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar zakat yang harus dikeluarkan dari harta kekayaannya.
Setelah tiba di kediamannya, ia menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya. Qarun merasa jumlah yang harus dizakatkan terlalu besar dan merasa sayang untuk mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa memperolehi sesuatu keuntungan dan laba sebagai pulangan. Akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu. Untuk menguatkan pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah terhadap Nabi Musa AS dengan mengajak orang ramai agar menentang perintah mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa AS.
Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa AS dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahawa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya. Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa AS dan kewibawaannya, Qarun berpakat dengan seorang wanita agar mengaku di depan umum bahawa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Nabi Musa AS. Akan tetapi Allah SWT tidak rela RasulNya difitnah oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita tersebut untuk menyatakan keadaan yang sebenar dan bahawa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa AS adalah fitnah Qarun semata-mata dan bahawasanya Nabi Musa AS adalah bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Nyatalah bagi Nabi Musa AS bahawa Qarun berniat tidak baik dan tidak dapat diharapkan untuk menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merosakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan. Tambahan pula, Qarun sentiasa berusaha untuk merosakkan kewibawaan Nabi Musa AS dengan melontarkan fitnah serta berbagai hasutan. Akhirnya, Nabi Musa berdoa kepada Allah SWT agar menurunkan azab ke atas diri Qarun yang sombong dan bongkak itu, agar menjadi pengajaran bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun. Maka dengan izin Allah SWT, maka terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan yang mewah tempat tinggal Qarun dan gedung-gedung harta kekayaannya. Terbenamlah ketika itu juga Qarun hidup-hidup beserta semua harta kekayaan yang menjadi kebanggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi contoh bagi pengikut-pengikut Nabi Musa AS serta ubat rohani bagi mereka yang iri hati dan menginginkan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dimiliki oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: “Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurniaNya, niscaya kami dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan menginginkan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-benar tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.”
Cerita di atas terdapat dalam surah “Qashash” ayat 76 sehingga 82 dan surah “Al-Ahzab” ayat 69.

 قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ

Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka   (Al Qur'an surat Al-Qasas ayat 78)

Wallahua'lam.

Link :
http://tigosotigo.blogspot.com/2009/12/kisah-nabi-musa-as-dan-qarun.html

Terkait :


Arkib Blog

Topik

AL-QUR'AN : MENGAPA DIBACA 'ALAIHU BUKAN 'ALAIHI ?

PERTANYAAN :
Abdussalam Arfan
Kenapa pada surat al-fath ayat 10, dibaca 'alayhullaha, Kenapa tidak 'alaihillaha ??
إِنَّ الَّذِينَ يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
JAWABAN :
> Sunde Pati
Wa alaikumus salaam warohmatulloh, menurut Imam Hafs dan Imam Zuhri huruf HA'' nya dibaca dlommah' dan yg lain berpendapat dibaca kasroh, jadi bisa di baca ALAIHU maupun ALAIHI
المحرر الوجيز في تفسير الكتاب العزيز
(5/ 114)
بما عاهد عليه الله ) بالرفع على ان الله هو المعاهدوقرأ حفص عن عاصم ( عليه ) مضمومة الهاء وروي ذلك عن ابن ابي إسحاق
-------------
الجامع لأحكام القرآن
(16/ 268)
{وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ}
قيل في البيعة. وقيل في إيمانه. وقرأ حفص والزهري "عليه" بضم الهاء. وجرها الباقون.
Imam Hafs membaca ALAIHU dengan membaca dlommah HA' karena sebagai wasilah untuk meng-agungkan /mentafkhim LAM jalalah (lafadz ALLAH), dan dikatakan lagi bahwa lafadz ALAIHU (rofa' huruf HA') itu adalah aslinya,,adapun jika dibaca ALAIHI (kasroh huruf HA') itu dikarenakan untuk munasabah / serasi pada huruf YA'
البحر المديد
(7/ 191)
{ومَن أوفى بما عاهد عليه اللّهَ}يقال : وفيت بالعهد وأوفيت. وقرأ حفص بضم الهاء من " عليه " توسُّلاً لتفخيم لام الجلالة ، وقيل : هو الأصل ، وإنما كسر لمناسبة الياء. أي : ومَن وفَّى بعهده بالبيعة {فسيؤتيه أجراً عظيماً} الجنة وما فيها
----------------
تفسير أبي السعود
(8/ 106)
ومن أوفى بما عاهد عليه الله بضم الهاء فإنه أبقى بعد حذف الواو توسلا بذلك الى تفخيم لامن الجلالة وقرىء بكسرها أى ومن وفى بعهده فسيؤتيه أجرا عظيما هو الجنة وقرىء بما عهد وقريء فسنؤتيه بنون العظمة 
Wallohu a'lam bis showab 
LINK DISKUSI :

TERNYATA JIN BISA BERKEMBANG BIAK

Asyifa Aj
assalamu'alaikum, kalau boleh saya bertanya,jin dan setan itu berkembang biak seperti manusia atau tidak ? terimakasih..
JAWABAN :
1. Sunde Pati
Wa alaikumus salaam warohmatulloh
قال ابن عباس رضى الله عنهما لما أهبط ابليس الى الأرض نكح نفسه بنفسه فباض أربع بيضات ففرق فى كل قطر من الأقطار بيضة فجميع من فى الارض من الشياطين من تلك البيضة وقال مجاهد انه نكح الحية التى دخل فى جوفها فى الجنة حين أهبطت الى الأرض فباضت الاربع بيضات 
Ibnu Abbas RA berkata:“ Ketika iblis diturunkan di bumi dia menikah dengan dirinya sendiri dan membuahkan empat telur yang terpisah.Disetiap sudut bumi diberi satu telur,jadi semua syetan yang ada dipenjuru bumi ini adalah dari telur-telur tersebut.”
Mujahid berkata:“ Iblis itu menikah dengan ular yang membawanya ke surga ketika mereka diturunkan dibumi dan membuahkan empat telur.
2. Ghufron Bkl
- jin berkembang biak/punya keturunan .
وأما الجن فإنهم يأكلون ويشربون وينكحون ويتوالدون.
سبعة كتب مفيدة : ص : ١٨٤
 -jin itu melahir langsung 9 dalam satu kali melahirkan.
وأخرج عبد الرزاق وابن جرير وابن المنذر وابن أبي حاتم والحاكم عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما " إن الله جزأ الإنس والجن عشرة أجزاء فتسعة منهم الجن والإنس جزأ واحد فلا يولد من الإنس ولد الا ولد من الجن تسعة "
سبعة كتب مفيدة : ص : ١٨٩ 
- iblis juga berkembang biak dengan bertelur .
وأخرج ابن أبي حاتم عن سفيان قال قال باض إبليس خمس بيضات فذريته من ذلك .
سبعة كتب مفيدة : ص : ١٨٩
وأما إبليس فإن الله - تعالى - خلق له في فخذه اليمنى ذكرا وفي اليسرى فرجا ; فهو ينكح هذا بهذا ، فيخرج له كل يوم عشر بيضات ، يخرج من كل بيضة سبعون شيطانا وشيطانة.
سبعة كتب مفيدة : ص : ٢٠٢
sesungguhnya Allah ta'ala menciptakan dzakar pada paha kanannya iblis dan farji pada paha kirinya dan iblis menikahkan paha kanan dengan paha kiri maka keluarlah setiap hari sepuluh telur dan dari setiap telur keluar 70 setan lelaki dan setan perempuan.
3. Mas Hamzah
Mujahid berkata : " sesungguhnya iblis memasukkan farjinya ke farji dirinya sendiri kemudian mengeluarkan 5 telur, ini adalah asal keturunan iblis.". Dikatakan bahwa sesungguhnya Allah ta'ala menciptakan dzakar pada paha kanannya iblis dan farji pada paha kirinya dan iblis menikahkan paha kanan dgn paha kiri maka keluarlah setiap hari sepuluh telur dan dari setiap telur keluar 70 setan lelaki dan setan perempuan.
وقال مجاهد : إن إبليس أدخل فرجه في فرج نفسه فباض خمس بيضات ; فهذا أصل ذريته . وقيل : إن الله - تعالى - خلق له في فخذه اليمنى ذكرا وفي اليسرى فرجا ; فهو ينكح هذا بهذا ، فيخرج له كل يوم عشر بيضات ، يخرج من كل بيضة سبعون شيطانا وشيطانة ، فهو يخرج وهو يطير ، وأعظمهم عند أبيهم منزلة أعظمهم في بني آدم فتنة 
تفسير القرطبي
Wallohu a'lam bis showab
LINK DISKUSI :
LINK TERKAIT :

HUKUM MEMBUNUH ANJING DAN KUCING

> Fuad Sembung
Assalamu'alaikum.. Bolehkah membunuh kucing dgn alasan krn dianggab hama/perusak? dan apakah boleh membunuh anjing/babi tanpa sebab? menurut hukum syariat.. Monggo..
JAWABAN :
> Masaji Antoro
Wa'alaikumsalam. [ MEMBUNUH KUCING ] Menurut Ibn Hajar tidak boleh membunuh kucing meskipun ia dianggap menjadi hama/perusak sedang menurut al-Qadhi Husain membolehkannya bila ia memang menjadi hama/perusak dengan ketentuan ia sedang tidak bunting.
وَسُئِلَ رَحِمَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى بِمَا صُورَتُهُ ذَكَرَ ابن الْعِمَادِ مَسَائِلَ تَتَعَلَّقُ بِالْهِرِّ فما حَاصِلُهَا فَأَجَابَ نَفَعَنَا اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِعُلُومِهِ وَبَرَكَتِهِ بِقَوْلِهِ الْحَاصِلُ في ذلك أَنَّهُ لَا يَجُوزُ قَتْلُ الْهِرِّ وَإِنْ أَفْسَدَ على الْمَنْقُولِ الْمُعْتَمَدِ بَلْ يَجِبُ على دَافِعِهِ أَنْ يُرَاعِي التَّرْتِيبَ وَالتَّدْرِيجَ في الدَّفْعِ بِالْأَسْهَلِ فَالْأَسْهَلِ كما يُرَاعِيهِ دَافِعُ الصَّائِلِ وقال الْقَاضِي حُسَيْنٌ رَحِمَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَجُوزُ قَتْلُهُ ابْتِدَاءً إذَا عُرِفَ بِالْإِفْسَادِ قِيَاسًا على الْفَوَاسِقِ الْخَمْسَةِ نعم يَجُوزُ قَتْلُهُ على الْأَوَّلِ الْمُعْتَمَدِ في صُورَةٍ وَهِيَ ما إذَا أَخَذَ شيئا وَهَرَبَ وَغَلَبَ على الظَّنِّ أَنَّهُ لَا يُدْرِكُهُ فَلَهُ رَمْيُهُ بِنَحْوِ سَهْمٍ لِيَعُوقَهُ عن الْهَرَبِ وَإِنْ أَدَّى إلَى قَتْلِهِ وَمَحَلُّهُ إنْ لم يَكُنْ أُنْثَى حَامِلًا وَإِلَّا لم يَجُزْ رَمْيُهَا مُطْلَقًا رِعَايَةً لِحَمْلِهَا إذْ هو مُحْتَرَمٌ لم يَقَعْ منه جِنَايَةٌ فَلَا يُهْدَرُ بِجِنَايَةِ غَيْرِهِ وَأَمَّا تَخْرِيجُ الْبَغَوِيِّ لِذَلِكَ في فَتَاوِيهِ على تَتَرُّسِ الْمُشْتَرَكِينَ بِالْمُسْلِمِينَ فَيُجَابُ عنه بِأَنَّ تِلْكَ حَالَةُ ضَرُورَةٍ يَتَرَتَّبُ عليها فَسَادٌ عَامٌّ فَلَا يُقَاسُ عليها ما نَحْنُ فيه لِأَنَّ فَسَادَهُ خَاصٌّ وَالْأُمُورُ الْعَامَّةُ يُغْتَفَرُ لِأَجَلِهَا ما لَا يُغْتَفَرُ لِأَجْلِ الْأُمُورِ
[ Al-Fataawaa al-Fiqhiyyah al-Kubraa IV/240 ].
[ MEMBUNUH ANJING ] Dibolehkannya membunuh anjing dengan syarat anjingnya galak, bila tidak galak tidak boleh dibunuh baik anjingnya bermanfaat atau tidak.
* (فرع)
قال أصحابنا الكلب العقور والكلب يقتلان للحديث الصحيح أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال (خمس يقتلن في الحل والحرم منها الكلب العقور) قال أصحابنا وإن لم يكن الكلب عقورا ولا كلبا لم يجر قتله سواء كان فيه منفعة أم لا وسواء كان أسود أم لا وهذا كله لا خلاف فيه بين أصحابنا وممن صرح به القاضى حسين وإمام الحرمين قال إمام الحرمين الامر بقتل الكلب الاسود وغيره كله منسوخ فلا يحل قتل شئ منها اليوم لا الاسود ولا غيره إلا الكلب والعقور
[ Al-Majmuu’ alaa Syarh al-Muhadzdzab V/235 ].

LARANGAN MENCELA NYAMUK

Dinukil dari kitab Gidzaul Albab karangan Syeh As Syafarini.
وقد { نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن سب البرغوث } روى الإمام أحمد ، والبخاري في الأدب المفرد ، والبزار والطبراني في الدعاء ، والبيهقي في شعب الإيمان عن أنس رضي الله عنه { أن النبي صلى الله عليه وسلم سمع رجلا يسب برغوثا فقال : لا تسبه ، فإنه أيقظ نبيا من الأنبياء لصلاة الفجر } .
Rasululloh shollallohu alaihi wasallam telah benar benar melarang dari mencela nyamuk, imam Ahmad telah meriwayatkan, dan imam Bukhori dalam kitab Adabul Mufrod, imam Al Bazzar imam Tabrani dalam Ad du'a, imam Baihay dalam Syu'ubul iman dari Anas rodhiyallohu anhu sesungguhnya Nabi shollallohu alaihi wasallam mendengar seorang lelaki mencela nyamuk kemudian Rasul bersabda,
" janganlah kau mencelanya, karena sesungguhnya nyamuk itu membangunkan salah seorang Nabi dari para nabi utk melakukan sholat fajar."
وروى الطبراني في معجمه ، والبيهقي في شعب الإيمان عن أنس رضي الله عنه قال { : ذكرت البراغيث عند رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال : إنها لتوقظ للصلاة } . وروى الطبراني عن علي رضي الله عنه قال { : نزلنا منزلا فآذتنا البراغيث فسببناها فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا تسبوها فنعمت الدابة ، فإنها أيقظتكم لذكر الله }
imam Tabrani dlm kitab mu'jamnya dan imam Baihaqy dalam kitab Syu'ubul iman meriwayatkan dari Anas rodhiyallohu anhu berkata,
" aku menyebut nyamuk disamping Rasululloh shollallohu alaihi wasallam , kemudian Rasul berkata " sesungguhnya nyamuk itu membangunkan (orang tdr) utk melakukan sholat."
imam Tabrani meriwayatkan dari Ali rodhiyallohu anhu berkata,
" suatu kali kami menempati suatu rumah kemudian nyamuk2 menyakiti kami maka kami mencela nyamuk nyamuk tsb kemudian Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda,
" janganlah kalian mencelanya karena sebaik-baiknya hewan adalah yg bisa mengingatkanmu untuk dzikir pada Alloh ."
وأخرج البيهقي عن أنس رضي الله عنه قال { : لعن رجل برغوثا عند النبي صلى الله عليه وسلم فقال : لا تلعنه ، فإنه أيقظ نبيا من الأنبياء للصلاة }
imam Baihaqy mengeluarkan dari Anas rodhiyallohu anhu berkata,
" ada seorang lelaki yg melaknat nyamuk di samping Nabi shollallohu alaihi wasallam kemudian Nabi bersabda,
" janganlah kamu melaknatnya, karena sesungguhnya dia membangunkan seorang nabi dari para nabi utk melakukan sholat."
وأنشد بعضهم :
لا تسب البرغوث إن اسمه # بر وغوث لك لو تدري
فبره مص دم فاسد # وغوثه الإيقاظ في الفجر
sebagian ulama' bersyair:
janganlah kalian mencela barghous (nyamuk) karena sesungguhnya namanya adalah barrun (kebaikan) dan ghousun (pertolongan) kepadamu jk kau mengetahui.
kebaikannya adalah menghisap darah yg rusak dan pertolongannya adalah membangunkan orang tdr di waktu fajar.
wallohu a'lam.
غذاء الألباب في شرح منظومة الآداب
محمد بن أحمد بن سالم السفاريني

Jumat, 30 Mei 2014

Hukum merubah bentuk muka

Hukum Face Of (merubah bentuk muka)
Diskripsi Masalah:
Technologi kedokteran telah maju cukup pesat seiring dengan pesatnya technologi dalam berbagai bidang yang lain. Technologi kedokteran telah mampu melakukan operasi merubah bentuk wajah yang rusak karena suatu musibah untuk kembali seperti semula. Demikian pula mampu mengubah wajah untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Apakah kedua hal itu merupakan bagian dari upaya tahsin (memperindah) yang dibolehkan, ataukah taghyir (merubah) ciptaan Allah SWT sebagi tanda tidak adanya rasa syukur atas qadla' dan qadar-Nya. Perlukah untuk menentukan hal ini dipertimbangkan pula bagaimana niat pelakunya.
Pertanyaan:
Bagaimanakah menurut hukum Islam merubah bentuk muka untuk kembali seperti semula atau untuk menjadi lebih baik dibanding sebelumnya?
Jawaban:
Merubah bentuk muka tidak diperbolehkan kecuali ada alasan-alasan berikut :
1. Mengembalikan organ tubuh yang telah hilang.
2. Mengembalikan bentuk organ tubuh yang telah rusak.
3. Mengembalikan fungsi organ tubuh yang semestinya.
4. Memperbaiki organ tubuh yang cacat.
5. Menghilangkan noda yang menimbulkan rasa sakit.

Dasar Penetapan
a. Al-Qur'an
وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ ءَاذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا (النساء : 119)
dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merobah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merobahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. (an-Nisa_' : 119)
وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إلَّا مَا اُضْطُرِرْتُمْ إلَيْهِ
“padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya”

b. As-Sunnah
عن ابن مسعود أنه قال: لعن الله الواشمات والمستوشمات والنامصات والمتنمصات والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله عز وجل (رواه البخاري)
لُعِنَتْ الْوَاصِلَةُ وَالْمُسْتَوْصِلَةُ وَالنَّامِصَةُ وَالْمُتَنَمِّصَةُ وَالْوَاشِمَةُ وَالْمُسْتَوْشِمَةُ مِنْ غَيْرِ دَاءٍ

c. Aqwal Ulama
فتح الباري الجزء العاشر ص : 377-378 دار الفكر
قال الطبري لا يجوز للمرأة تغيير شيء من خلقتها التي خلقها الله عليها بزيادة أو نقص التماس الحسن لا للزوج ولا لغيره كمن تكون مقرونة الحاجبين فتزيل ما بينهما توهم البلج أو عكسه ومن تكون لها سن زائدة فتقلعها أو طويلة فتقطع منها أو لحية أو شارب أو عنفقة فتزيلها بالنتف ومن يكون شعرها قصيرا أو حقيرا فتطوله أو تغزره بشعر غيرها فكل ذلك داخل في النهي وهو من تغيير خلق الله تعالى قال ويستثنى من ذلك ما يحصل به الضرر والأذية كمن يكون لها سن زائدة أو طويلة تعيقها في الأكل أو إصبع زائدة تؤذيها أو تؤلمها فيجوز ذلك والرجل في هذا الأخيركالمرأة وقال النووي يستثنى من النماص ما إذا نبت للمرأة لحية أو شارب أو عنفقة فلا يحرم عليها إزالتها بل يستحب قلت وإطلاقه مقيد بإذن الزوج وعلمه وإلا فمتي خلا عن ذلك منع للتدليس وقال بعض الحنابلة ان كان النمص أشهر شعارا للفواجر وامتنع وإلا فيكون تنزيها وفي رواية يجوز بإذن الزوج إلا إن وقع به تدليس فيحرم قالوا ويجوز الحف والتحمير والنقش والتطريف إذا كان بإذن الزوج لأنه من الزينة وقد أخرج الطبري من طريق أبي إسحاق عن امرأته أنها دخلت على عائشة وكانت شابة يعجبها الجمال فقالت المرأة تحف جبينها لزوجها فقالت أميطي عنك الأذى ما استطعت وقال النووي يجوز التزين بما ذكر الا الحف فإنه من جملة النماص إهـ
إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص : 122-123
قال في الزواجر الوصل وطلب عمله والوشم وطلب عمله ووشر الأسنان أي تحديدها وطلب عمله والتنميص وطلب عمله وهو جرد الوجه من الشعر من الكبائر ثم قال بعد ن أورد أحاديث الزجر عن ذلك ما نصه والواصلة التي تصل الشعر بشعر آخر والنامصة التي تنقش الحاجب حتى ترقه كذا قال أبو داود والأشهر ما قاله الخطابي وغيره أنه من النمص وهو نتف شعر الوجه والمتفلجة هي التي تفلج أسنانها بنحو مبرد للحسن أما لو احتاجت إليه لنحو عيب في السن أو علاج فلا بأس به كما قاله الكردي
البجيرمي على الخطيب الجزء الأول ص : 245
والشين الأثرالمستكره من تغير لون أو تحول واستحشاف وثغررة تبقى ولحمة تزيد .
حاشية الجمل الجزء الأول ص :418
(ولو وصل عظمه) بقيد زدته بقولي (لحاجة) إلى وصله (بنجس) من عظم (لا يصلح) للوصل (غيره) هو أولى من قوله لفقد الطاهر (عذر) في ذلك فتصح صلاته معه قال في الروضة كأصلها ولا يلزمه نزعه إذا وجد الطاهر قال السبكي تبعا للإمام وغيره إلا إذا لم يخف من النزع ضررا (وإلا) بأن لم يحتج أو وجد صالحا غيره من غير آدمي (وجب) عليه (نزعه) أي النجس وإن اكتسى لحما (إن أمن) من نزعه (ضررا يبيح التيمم ولم يمت) لحمله نجسا تعدى بحمله
(قوله من غير آدمي) وأما الآدمي فوجوده حينئذ كالعدم ولو غير محترم كمرتد وحربي فيحرم الوصل به ويجب نزعه فلو وجد عظما يصلح وعظم آدمي كذلك وجب تقديم النجس ولو من مغلظ وكلام الشارح كما ترى يفيد امتناع الجبر بعظم الآدمي مع وجود الصالح من غيره ولو نجسا ويبقى ما لو لم يوجد صالح غيره فيحتمل جواز الجبر بعظم الآدمي الميت كما يجوز للمضطر أكل الميتة وإن لم يخش إلا مبيح التيمم فقط
الموسوعة الفقهية الجزء الثالث عشر ص : 106
اتفق الفقهاء على أن تفليج الأسنان لأجل الحسن حرام سواء في ذلك طالبة التفليج وفاعلته وذلك لما ثبت عن عبد الله بن مسعود رضي الله عنه أنه قال لعن الله الواشمات والمستوشمات والنامصات والمتنمصات والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله قال فبلغ ذلك امرأة من بني أسد يقال لها أم يعقوب وكانت تقرأ القرآن فأتته فقالت ما حديث بلغني عنك أنك لعنت الواشمات والمستوشمات والمتنمصات والمتفلجات للحسن المغيرات خلق الله فقال عبد الله وما لي لا ألعن من لعن رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو في كتاب الله فقالت المرأة قرأت ما بين لوحي المصحف فما وجدته فقال لئن كنت قرأتيه لقد وجدتيه قال الله عز وجل وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا فقالت المرأة إني أرى شيئا من هذا على امرأتك الآن قال اذهبي فانظري قال فدخلت على امرأة عبد الله فلم تر شيئا فجاءت إليه فقالت ما رأيت شيئا فقال أما لو كان ذلك لم نجامعها أي لم نجتمع معها وعنه رضي الله عنه أنه قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يلعن المتنمصات والمتفلجات والمتوشمات اللاتي يغيرن خلق الله عز وجل ثم إن هذه الحرمة ليست مطلقة وإنما هي مقصورة على من تفعل ذلك للحسن لأن اللام في قوله للحسن للتعليل أما لو احتيج إليه لعلاج أو عيب في السن ونحوه فلا بأس به
المفصل فى أحكام المرأة المسلمة والبيت المسلم ص :139 -140
إذا احتاج الإنسان أن يقطع من جسمه شيئا لمصلحة نفسه وعلاجها كما لو احتاج أن يقطع من جسمه قطعة ليأكلها ليدفع الهلاك جوعا عن نفسه أو احتاج أن يرفع شرايين من رجله لمعالجة شرايين قلبه أو احتاج إلى سلخ قطعة من جلده يحتاج إلى هذا الترقيع فهل يجوز له ذلك قال صاحب المهذب فى فقه الشافعية أبو إسحاق السيرازي رحمه الله تعالى ولو أراد المضطر أن يقطع قطعة من نفسه من فخذه وغيره ليأكلها فإن كان الخوف منه أي من القطع كالخوف فى ترك الأكل أو أشد حرم القطع بلا خلاف صرح به إمام الحرمين وغيره وإلا ففيه وجهان مشهوران أصحههما جوازه والثانى عدم جوازه اختار أبو علي الطبري وصححه الرافعي والصحيح الأول وإذا جوزناه إن لا يجد شيئا غيره فيفهم من هذا القول أن للمضطر أن يقطع من لحم بدنه قطعة ليأكلها إن لم يخش الهلاك من هذا القطع على القول الأصح في مذهب الشافعية وبناء على ذلك يجوز أن ترفع أو تقطع بعض الشرايين من رجل المريض لوضعها محل الشرايين غير السليمة المتصلة بقلب المريض وكذلك يجوز قطعه من جلد رجل المريض أو فخذه لترقيع وجهه لأن الوجه ظاهر وترقيعه وإخفاء قبحه أولى من الرجل
الفقه الإسلامى وأدلته الجزء الثامن ص : 5124
يجوز نقل العضو من مكان من جسم الإنسان إلى مكان آخر من جسمه مع مراعاة التأكد من أن النفع المتوقع من هذه العملية أرجح من الضرر المترتب عليها و يشترط أن يكون ذلك لإيجاد عضو مفقود أو لإعادة شكله أو وظيفته المعهودة أو لإصلاح عيب أو إزالة دمامة تسبب للشخص أذى نفسا أو عضوا .
Asnal Matha_lib : I/173
( وَ ) يَحْرُمُ ( تَجْعِيدُهُ ) أَيْ الشَّعْرِ ( وَوَشْرُ الْأَسْنَانِ ) أَيْ تَحْدِيدُهَا وَتَرْقِيقُهَا لِلتَّغْرِيرِ وَلِلتَّعَرُّضِ لِلتُّهْمَةِ فِيهِمَا وَلِلْخَبَرِ السَّابِقِ فِي الثَّانِي
( قَوْلُهُ : وَوَشْرُ الْأَسْنَانِ ) يُسْتَثْنَى الْوَاشِرُ لِإِزَالَةِ الشَّيْنِ كَوَشْرِ السِّنِّ الزَّائِدَةِ وَالنَّازِلَةِ عَنْ أَخَوَاتِهَا فَإِنَّهُ لَا يَحْرُمُ لِأَنَّهُ يُقْصَدُ بِهِ تَحْسِينُ الْهَيْئَةِ
الفقه الإسلامي وأدلته للأستاذ الدكتور وهبة الزحيلي 1 8/5124
يجوز نقل العضو من مكان من جسم الإنسان إلى مكان آخر من جسمه , مع مراعاة التأكد من أن النفع المتوقع من هذه العملية أرجح من الضرر المترتب عليها , ويشترط أن يكون ذلك لإيجاد عضو مفقود أو لإعادة شكله أو وظيفته المعهودة له , أو لإصلاح عيب أو إزالة دمامة تسبب للشخص أذى نفسا أو عضوا .
في المفصل في أحكام المرأة والبيت المسلم للدكتور عبد الكريم زيدان 3/410 (مؤسسة الرسالة) مانصه :
2755- عمليات التجميل بإزالة التشويه :
قد تصاب المرأة بشيء من التشويه فى وجهها أو بأجزاء ظاهرة من بدنها نتيجة حرق أو جرح أومرض، وهذا التشويه لايطاق احتماله لما يسببه من أذى معنوي للمرأة، فهل يجوز إجراء عمليات جراحية لإزالة هذا التشويه ولو أدّت هذه العمليات إلى شيء من التحسين والتجميل لأن المقصد الأول إزالة التشويه الذى حصل، وحتى لو قصدت المرأة من إجراء من هذه العمليات تحصيل شيء من التحسين بازالة هذا التشويه، فتبقى هذه العمليات فى دائرة المباح لأن رغبة المرأة فى تحسين وجهها جائزة، جاء فى « غاية المنتهى » فى فقه الحنابلة : « ولها حلق وجه وحفه وتحسينه وتحميره ».
= RUMUSAN JAWABAN BAHTSUL MASA-IL PWNU JATIM =

Sorban

PERTANYAAN :
Maulidia Dia
Assalamualaikum warohmatulloh, Mohon pencerahanya, Laki laki di sunnahkan pakai sorban apa hikmahnya ?
JAWABAN :
> Ghufron Bkl 
Wa alaikumus salaam warohmatulloh, - shalat dengan pakai surban lebih baik dari pada shalat 70 roka'at dengan tanpa surban
: وفي بغية المسترشدين صحيفة 87 ما نصه :
وتحصل سنة العمامة بقلنسوة وغيرها وينبغي ضبط طولها وعرضها بعادة أمثاله والأفضل كونه بيضاء وبعذبة وأقلها أربعة أصابع وأكثرها ذراع وأوسطها شبر وسنية العمامة عامة ولا تنخرم بها المروءة مطلقا ، وورد صلاة بعمامة خير من سبعين ركعة بغير عمامة وإن لله ملائكة يستغفرون للابسي العمائم وورد أنه كان e يلبس قلنسوة بيضاء وفي رواية كان يلبس كمة بيضاء وهي القلنسوة .
وتسن العمامة للصلاة ولقصد التجمل للأحاديث الكثيرة فيها
Disunnatkan penggunaan sorban ketika sholat, dan bertujuan utk memperindah diri karena banyaknya hadits yg menyebutkan tentang ini.
واشتداد ضعف كثير منها يجبره كثرة طرقها وزعم وضع كثير منها تساهل كما هو عادة ابن الجوزي هنا والحاكم في التصحيح
Namun banyak juga yg melemahkan tentang hadist penggunaan sorban ini karena banyaknya jalur hadits, dan dugaan lemahnya hadits karena banyaknya TASAHUL, seperti kebiasaan Ibnu Jauzi, dan ImaM Hakim dalam mentashih. Dan diantara hadist hadis anjuran dalam memaki sorban ialah :
اعتموا تزدادوا حلما
" pakailah oleh kalian sorban, maka akan menambah kewibaan kepadamu ."
Tuhfatul Muhtaj .3/36
ركعتان بعمامة خير من سبعين ركعة بلا عمامة ) لأن الصلاة حضرة الملك والدخول إلى حضرة الملك بغير تجمل خلاف الأدب
( فر عن جابر ) وهو غريب  
" 2 Rakaat menggunakan sorban lebih baik dari 70 rokaat tanpa sorban."
bahkan Imam Munawi menyatakan hadist ini ghorib ( asing ).
Taysiir . 2/69
Sementara dalam kitab Fathul Qodir Imam Thoriq menyatakan hadist ini adalah dho'if
ثم إن فيه طارق بن عبد الرحمن أورده الذهبي في الضعفاء وقال : قال النسائي : ليس بقوي عن محمد بن عجلان ذكره البخاري في الضعفاء وقال الحاكم : سئ الحفظ ومن ثم قال السخاوي : هذا الحديث لا يثبت
Fathul Qodir. 4/49
- Adapun jika memang ada dari sekian haidst tentang penggunaan sorban ini ialah dho'if namun Imam Nawawi menjelaskan tentang kebolehan menggunakan hadist do'if, bahkan disunnatkan jika itu utk fadho'ilul 'amal, selama hadist itu tidak maudu' ( palsu ).
قال العلماء من المحدثين والفقهاء وغيرهم يجوز ويستحب العمل في الفضائل والترغيب والترهيب بالحديث الضعيف ما لم يكن موضوعا
Al-adzkar .36
Wallohu a'lam bis showab
LINK DISKUSI :