Rabu, 29 Maret 2017

Pekerjaan rumah kewajiban suami atau istri


YANG WAJIB MELAKSANAKAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA SUAMI ATAU ISTRI ?
PERTANYAAN :
Berdosakah seorang istri menyuruh-nyuruh suaminya ? seperti menyuruh mencuci dll, ceritanya si istri adalah wanita karir yang sibuk dengan pekerjaannya. Jadi tidak sempat mengerjakan pekerjaan rumah tangganya secara optimal.

JAWABAN :
Pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak dan mencuci menurut mayoritas ulama' (Syafi'iyah, Hanabilah dan sebagian Malikiyah) bukan kewajiban istri, sedangkan menurut Hanafiyah pekerjaan-pekerjaan seperti di atas adalah kewajiban seorang istri, Sedangkan menurut mayoritas Malikiyah pekerjaan dalam rumah seperti menyapu, memasak dan mencuci dll adalah kewajiban istri sedangkan pekerjaan di luar rumah adalah kewajiban suami.

Ibarah :

.فرع : وقع السؤال في الدرس هل يجب على الرجل إعلام زوجته بأنها لا تجب عليها خدمة مما جرت به العادة من الطبخ والكنس ونحوهما مما جرت عادتهن أم لا ؟ وأجبنا بأن الظاهر الأول لأنها إذا لم تعلم بعدم وجوب ذلك ظنت أنه واجب وأنها لا تستحق نفقة ولا كسوة إن لم تفعله فصارت كأنها مكرهة على الفعل و مع ذلك لو فعلته ولم يعلمها فيحتمل أنه لا يجب لها أجرة على الفعل لتقصيرها بعدم البحث والسؤال عن ذلك. ع ش على م ر . حاشية الجمل ٤/٤٨٩

Link Kitab :
1. Juz 1 : https://upload.wikimedia.org/…/%D8%AD%D8%A7%D8%B4%D9%8A%D8%…
2. Juz 4   https://upload.wikimedia.org/…/%D8%AD%D8%A7%D8%B4%D9%8A%D8%…

 

خدمة الزوجة لزوجها و عكسه : لا خلاف بين الفقهاء في أن الزوجة يجوز لها أن تخدم زوجها في البيت سواء أكانت ممن تخدم نفسها أو ممن لا تخدم نفسها إلا أنهم اختلفوا في وجوب هذه الخدمة فذهب الجمهور الشافعية والحنابلة و بعض المالكية إلى أن خدمة الزوج لا تجب عليها لكن الأولى لها فعل ما جرت العادة به، و ذهب الحنفية إلى وجوب خدمة المرأة لزوجها ديانة لا قضاء___ولهذا فلا يجوز للزوجة عندهم أن تأخذ من زوجها أجرا من أجل خدمتها له، وذهب جمهور المالكية وأبو ثور و أبو بكر بن أبي شيبة وأبو إسحاق الجرجاني إلى أن على المرأة خدمة زوجها في الأعمال الباطنة التي جرت العادة بقيام الزوجة بمثلها لقصة على وفاطمة رضي الله عنها حيث إن النبي صلى الله عليه وسلم قضى على ابنته فاطمة بخدمة البيت .و على علي بما كان خارج البيت من الأعمال. الموسوعة الفقهية ٢٩/٤٥.

Link Kitab Al Mausu'ah Juz 29 :
Juz 29 : http://ia902607.us.archive.org/15/items/mawsoat_fikh_pdfbook_ara/mfk29.pdf

Link lengkapnya Kitab Al Mausu'ah :
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=91792
www.piss-ktb.com

Semoga bermanfaat.

Cara memandang orang lain untuk menghindari perasaan sombong


Cara memandang orang lain untuk menghindari perasaan sombong, ujub, dan merasa lebih baik. Ingat ! Ini cara memandang orang lain, bukan pandangan bagaimana seharusnya orang lain memandang kita, termuat di Kitab Syarh Rotibul Haddad;

فاعتقادك في نفسك أنك خير من غيرك جهل محض ، بل ينبغي أن لا تنظر إلى أحد إلا ترى أنه خير منك وأن الفضل له على نفسك

Keyakinanmu terhadap dirimu sendiri bahwa kamu lebih baik daripada orang lain itu adalah murni sebuah kebodohan. Sebaiknya kamu tidak memandang terhadap orang lain kecuali kamu melihatnya lebih baik pada dirimu dan segala keutamaan baginya, tidak bagimu.

ﻓﺎﻥ رأيت ﺻﻐﻴﺮﺍ ﻗﻠﺖ : ﻫﺬﺍ ﻟﻢ ﻳﻌﺺ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻧﺎ ﻗﺪ ﻋﺼﻴﺖ ﻓﻼ ﺷﻚ ﺍﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻲ

Jika kamu melihat anak kecil, maka ucapkanlah dalam hatimu, " anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadaNya. maka tidak diragukan lagi bahwa anak ini jauh lebih baik dariku ”.

ﻭﺍﻥ رأيت ﻛﺒﻴﺮﺍ ﻗﻠﺖ : ﻫﺬﺍ ﻗﺪ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻗﺒﻠﻰ ﻓﻼ ﺷﻚ ﺍﻧﻪ ﺧﻴﺮ ﻣﻨﻲ .

Jika kamu melihat orang tua, maka ucapkanlah dalam hatimu, "dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama dariku, maka tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku ”.
;

ﻭﺍﻥ رأيت ﻋﺎﻟﻤﺎ ﻗﻠﺖ : ﻫﺬﺍ قد أﻋﻄﻲ ما لم أعط وبلغ ما لم أبلغ وعلم ما جهلت فكيف أكون مثله

Jika kamu melihat seorang yang berilmu, maka ucapkanlah dalam hatimu," orang ini telah diberi ilmu yang mana saya belum diberi, orang ini telah menyampaikan ilmu apa yang belum saya sampaikan, dan ia telah mengetahui apa yang tidak saya ketahui, bagaimana mungkin saya sama dengannya? (apalagi saya lebih baik darinya?)”.

ﻭﺍﻥ رأيت ﺟﺎﻫﻼ ﻗﻠﺖ : ﻫﺬﺍ قد ﻋﺼﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺠﻬﻞ ﻭﺍﻧﺎ ﻋﺼﻴﺘﻪ ﺑﻌﻠﻢ فحجة الله علي آكد ﻭﻻ أﺩﺭﻱ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﺘﻢ ﻟﻰ ﺍﻭ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﺘﻢ ﻟﻪ .

Jika kamu melihat seorang yang bodoh, maka katakanlah dalam hatimu, " orang ini bermaksiat kepada Allah kerana dia bodoh (tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepadaNya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak .

ﻭﺍﻥ رأيت ﻛﺎﻓﺮﺍ ﻗﻠﺖ : ﻻ أﺩﺭﻱ ﻋﺴﻰ ﺍﻥ ﻳﺴﻠﻢ ﻓﻴﺨﺘﻢ ﻟﻪ ﺑﺨﻴﺮﺍﻟﻌﻤﻞ وينسل بإسلامه من ذنوبه كما تنسل الشعرة من العجين وأما أنا والعياذ بالله فعسى أن يضلني الله فأكفر ويختم لي بشر العمل فيكون غدا من المقربين وأنا من المبعدين .

Jika kamu melihat orang kafir, maka katakanlah dlm hatimu," aku tdk tau apa yang akan terjadi, bisa jadi dia memeluk islam, mengakhiri hidupnya dgn perbuatan baik, ia bebas dari dari dosa-dosanya. Sedangkan saya (wal 'iyadzu billah) mungkin Allah akan memberikan aku jalan sesat, lalu aku kafir dan aku mengakhiri hidupku dengan perbuatan buruk, maka kelak ia (orang kafir yang telah masuk Islam) termasuk orang-orang yang dekat denganNya, sedangkan aku termasuk orang-orang yang jauh dariNya ."

Sretttttt. Ada tambahan bahwa jika kita semua telah bisa memandang orang lain seperti apa yang termuat di atas, maka jangan lah sudah merasa tawadhu', walaupun memang pandangan yang semacam di atas adalah supaya bisa tawadhu', menghindari takabur. Jangan merasa sudah tawadhu'.

Syaikh Ibnu Atalhoillah As-sakandari dalam Hikamnya mengatakan ;

من أثبت لنفسه تواضعا فهو متكبر حقا

"Barang siapa telah menetapkan/menyatakan dirinya telah tawadhu', maka ia adalah orang takabur yang sesungguhnya"

Sumber, Kitab  Kitab Syarh Rotibul Haddad

Semoga bermanfaat.

Rahasia Para Kiai Salaf Menikahi Jandanya Kiai


Syekh Ihsan Jampes, pengarang Kitab Sirojuth tholibin, syarh Minhajul Abidin Lil Ghozali, pernah menikahi dengan beberapa nyai, seperti Nyai Masruroh dan Nyai Rodliyah. Namun pernikahan dengan keduanya berujung perceraian.
Dalam kurun waktu yang tidak saya ketahui, lalu janda Nyai Masruroh dinikahi oleh Hadratusy Syekh Hasyim Asy'ari, pendiri NU. Sedangkan janda Nyai Rodliyah lalu dinikahi oleh KH. Jazuli Usman, pendiri PP. Al-fallah Ploso.
;
Syekh Nawawi Al-bantani yang merupakan guru para kyai pendiri NU pernah menikah dengan Nyai Hamdanah. Syaikh Nawawi wafat mendahului istrinya, dan tentu menjandalah Nyai Hamdanah. Lalu janda Nyai Hamdanah dinikahi oleh KH. Raden Asnawi yang merupakan Mustasyar Petama NU generasi awal yang juga murid dari Syekh Nawawi.
Mbah Hasan Mangli yang merupakan Mursyid TQN terkenal waliyyulloh dari Magelang pernah menikah dengan Nyai Nurul Kholidiyah, lalu Mbah Mangli wafat dan menjandalah nyainya. Setelah itu, janda Nyai Nurul Kholidiyah dinikahi oleh Mbah Sonhaji, beliau juga Mursyid TQN dari Kebumen, guru spritual Gus Dur, salah satu dari 5 Kyai sepuhnya yang mesti disendiko-dawuhi Gus Dur.

Menurut Dr. Zainul Milal Bizawie, jejaring jalur sanad dan atau dengan nasab tersebut berlangsung secara alami yang terbukti cukup efektif dalam meneruskan transmisi keilmuan dan otoritas keagamaan. Sanad dan dengan nasab tersebut menjadi penjaga utama transmisi keilmuan dan otoritas keagamaan yang mentransmisikan ilmu ilmu fiqih, ilmu alat, ilmu falak, dan hadits, hingga ilmu kanuragan serta mengembangkan tradisi lisan, tahfid dan tarekat.

Menurut saya, pernikahan para kiai dengan para janda nya kiai sebagaimana saya gambarkan di atas, itu juga merupakan bagian dari proses transmisi keilmuan para kiai di atas. Tidak mungkin para kiai di atas menikahi jandanya kiai itu semata-mata hanya pilihan pernikahan saja. Saya berfikir beliau-beliau menikahi para jandanya kiai itu juga memiliki tujuan supaya keilmuan para kiai yang merupakan mantan suami dari nyai yang dinikahi kiai setelahnya, ju bisa diturunkan melalui janda yang dinikahi.

Jandanya kiai juga dinikahi kiai. Itulah simpul jejaring ulama Jawa melalui jalur menikah jandanya ulama yang lain.
Kalau kamu ingin kaya, nikahlah dengan jandanya orang kaya. Wekekek.
Selamat sore, menjelang malam jum'at para janda muda Nusantara.
Semoga bermanfaat.

Jumat, 24 Maret 2017

Ayat Qur'an digunakan untuk politik Kekuasaan Sudah Terjadi pada Dinasti Umayyah


[Tafsir Thabari] Politisasi Ayat untuk Kekuasaan Sudah Terjadi pada Dinasti Umayyah
Ibn Jarir al-Thabari (wafat 310H) adalah ulama salaf yang bukan saja seorang ahli tafsir dan mujtahid, tapi juga seorang ahli sejarah. Mazhab fiqhnya sudah punah ditelan zaman, namun kitab Tafsir al-Thabari yang ditulisnya masih menjadi rujukan utama di dunia Islam sampai saat ini.
Dalam bidang sejarah beliau menulis 11 jilid kitab Tarikh al-Rusul wa al-Muluk (sejarah para rasul dan raja), yang lebih dikenal dengan Tarikh al-Thabari. Ini sebuah catatan berharga akan sejarah kekuasaan dalam dunia Islam. 11 jilid dalam bahasa Arab telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebanyak 40 jilid. Luar biasa! Sayangnya, tidak banyak di antara kita yang mau bersusah payah menelaah dokumen sejarah yang dicatat dengan detil dan teliti oleh Imam al-Thabari ini.

Mari kita buka jilid ke-10 halaman 54 . Ini kisah mengenai Khalifah Abbasiyah yang bernama al-Mu'tadhid Billah. Kita buka catatan al-Thabari pada tahun 284H. Apa yang terjadi?

ذكر كتاب المعتضد في شان بنى اميه وتحدث الناس ان الكتاب الذى امر المعتضد بانشائه بلعن معاويه يقرا بعد صلاه الجمعه على المنبر، فلما صلى الناس الجمعه بادروا الى المقصورة ليسمعوا قراءة الكتاب فلم يقرا. فذكر ان المعتضد امر باخراج الكتاب الذى كان المأمون امر بانشائه بلعن معاويه، فاخرج له من الديوان، فاخذ من جوامعه نسخه هذا الكتاب، وذكر انها نسخه الكتاب الذى أنشئ للمعتضد بالله

Warga memberitakan bahwa dokumen yang melaknat Mu'awiyah atas perintah Khalifah al-Mu'tadhid akan dibacakan di masjid selepas shalat Jum'at. Beredarnya berita tersebut membuat warga selepas shalat jadi ragu mendengar pembacaan doa karena khawatir dokumen itu akan dibacakan, namun kenyataannya itu tidak dibacakan. Disebutkan bahwa Khalifah al-Mu'tadhid telah memerintahkan untuk mengeluarkan dokumen yang dibuat di masa Khalifah Ma'mun yang melaknat Mu'awiyah. Perintah ini telah dilaksanakan. Sinopsis dari arsip lama itulah yang kemudian dijadikan materi untuk menyusun dokumen yang disampaikan kepada Khalifah al-Mu'tadhid.

Imam al-Thabari kemudian mencantumkan dokumen tersebut (sekitar 7 halaman) dalam kitab Tarikh-nya ini. Terlalu panjang kalau saya cantumkan semuanya di sini. Konteksnya adalah Mu'awiyah, Yazid dan Marwan yang menjadi cikal bakal berdirinya dinasti Umayyah dilaknat dan dicaci-maki oleh para Khalifah Abbasiyah. Perpindahan kekuasaan dua dinasti Islam ini juga memakan korban jiwa yang tak sedikit.

Saat Dinasti Umayyah berkuasa mimbar Jum'at dikabarkan dipenuhi cacian akan Imam Ali bin Abi Thalib. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis dari dinasti Umayyah tradisi buruk itu dihentikan. Nah, di masa Khalifah al-Mu'tadhid (dinasti Abbasiyah) ancaman dari sisa-sisa keturunan dan pasukan Umayyah masih ada. Maka al-Mu'tadhid menggunakan tangan besi untuk melawan mereka, termasuk dengan menggunakan ayat dan hadits untuk melaknat pendiri dinasti Umayyah di atas.

Dalam dokumen yang dikutip Imam al-Thabari jelas tergambar politisasi agama demi mempertahankan kekuasaan. Sejumlah ayat dikutip seperti QS al-Isra ayat 60 yang menyebut pohon yang terkutuk, lantas oleh dokumen itu dikatakan bahwa tidak ada pertentangan maksudnya itu adalah Bani Umayyah. Kemudian mengutip riwayat yang mereka klaim dari Nabi ketika melihat Abu Sufyan naik keledai bersama Mu'awiyah dan Yazid, lantas Nabi berkata: "Allah melaknat pemimpin, yang menaiki dan yang mengendarai kuda" [maksudnya ketiga orang ini semua kena laknat oleh Nabi].

فمما لعنهم الله به على لسان نبيه ص، وانزل به كتابا قوله: وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَما يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْياناً كَبِيراً» ولا اختلاف بين احد انه اراد بها بنى اميه ; [ومنه قول الرسول ع وقد رآه مقبلا على حمار ومعاويه يقود به ويزيد ابنه يسوق به: لعن الله القائد والراكب والسائق]

Imam al-Thabari sebagai ahli tafsir tentu paham bahwa tafsiran di atas keliru. Begitu juga kutipan hadits bertentangan dengan fakta bahwa Yazid bin Mu'awiyah lahir setelah Nabi wafat, jadi tidak mungkin Nabi melihatnya naik kuda bersama kakek (Abu Sufyan) dan bapaknya (Mu'awiyah). Kutipan hadits bertebaran di dokumen ini mengenai kejelekan Abu Sufyan, Mu'awiyah dan juga Marwan.

‎ومنه ما انزل الله على نبيه في سوره القدر: «لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ» ، من ملك بنى اميه [ومنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دعا بمعاويه ليكتب بامره بين يديه، فدافع بامره، واعتل بطعامه، فقال النبي: لا اشبع الله بطنه، فبقى لا يشبع،] ويقول: والله ما اترك الطعام شبعا، ولكن اعياء [ومنه ان رسول الله ص قال: يطلع من هذا الفج رجل من امتى يحشر على غير ملتي، فطلع معاويه] [ومنه ان رسول الله ص، قال: إذا رايتم معاويه على منبري فاقتلوه

Dikabarkan bagaimana Nabi mendoakan Mu'awiyah agar perutnya tidak pernah kenyang, karena dua kali dipanggil menghadap Nabi, Mu'awiyah menolak karena sedang asyik makan. Atau dicantumkan riwayat lain seolah Nabi pernah bersabda: "jikalau engkau melihat Mu'awiyah berdiri di mimbarku, bunuhlah dia."
Tafsiran lain disampaikan mengenai lailatul qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Maksudnya menurut dokumen ini, lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan kekuasaan Umayyah. Kebetulan memang masa 90 tahun kekuasaan Umayyah itu sama dengan masa hitungan seribu bulan. Tapi apa hubungannya ayat lailatul qadar dengan masa kekuasaan Bani Umayyah? Pesan terselubungnya adalah umat jangan silau dengan panjangnya kekuasaan Umayyah. Nyambung atau enggak, ya itu urusan lain.

ومنه الحديث المرفوع المشهور انه قال: ان معاويه في تابوت من نار في اسفل درك منها ينادى: يا حنان يا منان، الان وقد عصيت قبل وكنت من المفسدين

Bahkan dokumen ini juga mengklaim adanya hadits marfu' yang menyatakan Mu'awiyah akan berada di neraka paling bawah memanggil-manggil Allah: "Ya Hanan, Ya Manan" namun diberi jawaban "Nah sekarang [kamu percaya padaKu], sebelumnya kamu telah membuat kerusakan".

Dokumen yang penuh caci-maki terhadap lawan politik dengan mencantumkan penafsiran ayat dan riwayat yang diklaim berasal dari Nabi itu ditandatangani oleh Menteri Utama (Wazir) yaitu Abul Qasim Ubaidillah bin Sulayman. Sebelum diakhiri dokumen ini mencantumkan doa semoga Allah melaknat Abu Sufyan, Mu'awiyah, Yazid, Marwan dan anak keturunan mereka. 

Jadi bukan cuma Nabi, bahkan Allah pun mereka bawa-bawa untuk menyerang lawan politiknya.

Membaca dokumen yang dicantumkan Imam al-Thabari ini saya bergidik ngeri bagaimana efek kebencian yang sudah sampai pada puncaknya dan agama pun sudah dipolitisir sedemikian rupa. Ternyata pelintirisasi dan politisasi ayat-hadits sudah berlangsung sejak lama. Inilah yang terjadi ketika kekuasaan berselingkuh dengan agama. Na'udzubillah min dzalik.

Saya pun teringat puisi panutan saya al-Mukarram KH A Mustofa Bisri yang bikin air mata meleleh:
...
Dimana-mana sesama saudara
Saling cakar berebut benar
Sambil terus berbuat kesalahan
Qur'an dan sabdamu hanyalah kendaraan
Masing-masing mereka yang berkepentingan
Aku pun meninggalkan mereka
Mencoba mencarimu dalam sepi rinduku
Aku merindukanmu.

Semoga bermanfaat.

Hukum menulis makna diantara barisan Al Qur'an

HUKUM MENULIS MAKNA DIANTARA BARIS AYAT AL-QUR’AN
Ada sebuah pertanyaan, Apakah boleh menulis makna al qur'an dengan pulpen langsung di al-qur'an yang biasa (bukan kitab tafsir) ?

Menurut al baihaqy, termasuk adab terhadap al qur'an adalah tidak mencampurnya dengan makna-makna ayat.Dan menurut al jurjani, termasuk hal tercela adalah menulis tafsir kalimat al qur'an diantara barisnya. Bahkan ada sebagian ulama yang menyatakan haram tentang hal tersebut, jadi sebaiknya penulisan makna atau yang lainnya tidak dilakukan di antara baris ayat dalam al qur’an. 
 
Wallahu a’lam.

- Al Itqon fi ‘Ulumil Qur'an (2/420) :

وقال البيهقي : من آداب القرآن أن يفخم ، فيكتب مفرجا بأحسن خط فلا يصغر ولا يقرمط حروفه ، ولا يخلط به ما ليس منه كعدد الآيات والسجدات والعشرات والوقوف واختلاف القراءات ومعاني الآيات . الي ان قال وقال الجرجاني من أصحابنا في الشافي : من المذموم كتابة تفسير كلمات القرآن بين أسطره



- Nihayatuz Zein :

ﺃﻣﺎ ﺗﺮﺟﻤﺔ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ ﺍﻟﻤﻜﺘﻮﺑﺔ ﺗﺤﺖ ﺳﻄﻮﺭﻩ ﻓﻼ ﺗﻌﻄﻲ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ ﺑﻞ ﺗﺒﻘﻰ ﻟﻠﻤﺼﺤﻒ ﺣﺮﻣﺔ ﻣﺴﻪ ﻭﺣﻤﻠﻪ ﻛﻤﺎ ﺃﻓﺘﻰ ﺑﻪ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺃﺣﻤﺪ ﺩﺣﻼﻥ ﺣﺘﻰ ﻗﺎﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺇﻥ ﻛﺘﺎﺑﺔ ﺗﺮﺟﻤﺔ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ ﺣﺮﺍﻡ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﺤﺘﻪ ﺃﻡ ﻻ ﻓﺤﻴﻨﺌﺬ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻜﺘﺐ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻤﺼﺤﻒ ﺗﻔﺴﻴﺮﻩ ﺑﺎﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺛﻢ ﻳﻜﺘﺐ ﺗﺮﺟﻤﺔ ﺫﻟﻚ ﺍﻟﺘﻔﺴﻴﺮ



Semoga bermanfaat.

Kamis, 23 Maret 2017

KH Ma'ruf Amin: Ayat Perang Tak Relevan Dipakai di Indonesia


 
KH Ma'ruf Amin: Ayat Perang Tak Relevan Dipakai di Indonesia
Rabu, 22 Maret 2017 KH. Ma'ruf Amin

Rais Aam PBNU KH Ma'ruf Amin mengatakan bahwa masalah radikalisme sudah merupakan bahaya global. Radikalisme harus ditangkal melalui berbagai cara tak terkecuali di dunia maya yang saat ini sudah menjadi bagian hidup masyarakat khususnya generasi muda.
;

Ia mengajak kepada seluruh media online untuk bersatu dan serentak menyuarakan konten-konten damai kotra-radikalisme agar masyarakat paham serta dapat menerima konten yang benar dan yang seharusnya mereka terima.

"Radikalisme dan terorisme berasal dari pemahaman yang keliru khususnya memahami makna jihad," tegas Kiai Ma'ruf yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia saat memberikan pengarahan pada peserta Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme didunia Maya Bersama OKP dan Ormas, Rabu (22/3) malam.

Kiai Ma'ruf menjelaskan, jihad bukan hanya perang namun jihad bisa bermakna perbaikan segala aspek seperti sosial, budaya, politik, dan sebagainya. "Banyak ayat Al-Qur’an tentang perang yang dipakai di daerah damai. Indonesia negara damai dan ayat itu tidak berlaku," jelasnya.

Apalagi di Indonesia, sebuah negara yang dibangun di atas kesepakatan dan perjanjian dari berbagai agama dan suku, radikalisme dan terorisme harus dilawan. "Indonesia merupakan darussalam, negara damai yang bukan dalam wilayah perang," tegasnya.

Ia menegaskan, non-Muslim yang sudah membuat kesepakatan dengan Muslim tidak boleh dimusuhi dan dibunuh. Menurutnya, siapa saja membunuh non-Muslim yang sudah sepakat hidup dalam perjanjian maka ia tidak akan mencium bau surga.

Oleh karenanya NU sebagai ormas keagamaan mengedepankan prinsip ukhuwah (kebersamaan) yang ia sebut sebagai tri ukhuwah, yaitu ukhuwah wathaniyyah (kebersamaan dalam bernegara), ukhuwah islamiyyah (kebersamaan dalam agama islam) dan ukhuwah insaniyyah (kebersamaan sesama manusia).
 
Semoga bermanfaat.

KH Maimoen Zubair pernah ditawari gelar Doktor



DITAWARI GELAR DOKTOR .
Musytasyar PBNU KH Maimoen Zubair pernah ditawari gelar Doktor Honoris Causa (DR) sebanyak dua kali. Dengan senyum dan penuh kesopanan beliau menolak dan mengatakan :

"Biarlah ada kiai yang hanya ngaji seperti saya ini." .

Ya Allah.. betapa tawadhu nya beliau.. semoga selalu menjadi tauladan dan mengayomi umat.. Allahumma towwil umurohu dan senantiasa sehat wal afiat... aamiiiin .

Semoga bermanfaat.

Rabu, 22 Maret 2017

Mutiara Hikmah Sayyid Muhammad bin Alawi alMaliki


35 Mutiara Hikmah Sayyid Muhammad bin Alawi alMaliki
Kumpulan Nasehat as Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, yang dirangkum dari berbagai sumber.
1.Senjata / Bekal Seorang Santri Adalah Buku dan Bolpen [Pena]
2.Tasbih Tidak Pernah Lepas Dari Saku Baju Atau Tasku
3.Orang Yang Melakukan Bid'ah Dikhawatirkan Mati Dalam Keadaan Su'ul Khotimah [Tidak Terpuji]
4.Seharusnya Seorang Santri Mempunyai Bacaan Wirid Untuk Menjaga Dirinya DariKesesatan
5.Sedikit Tapi Mantap Itu Lebih Baik Daripada Banyak Tapi Ngawur
6.Sseorang Yang Memiliki Cakrawala Keilmuan Yang Luas, Ia Tidak Akan Protes Terhadap Orang Lain
7.Ilmu Tidak Akan Berkumpul Dengan Sifat Sombong Di Dalam Satu Dada
8.Barang Siapa Yang Merasa Sudah Sampai, Berarti Ia Telah Merusak Permulaannya
9.Bersungguh-sungguhlah Dalam Berkhidmah Kepada Pemuka Agama
10.Sebaik-baiknya Perbuatan Adalah Memenuhi Kebutuhan Orang Lain
11.Tidak Layak Seorang Yang Berakal Bertanya "Mengapa Kalian Memperingati Maulid?", Karena Seolah-olah Ia Bertanya, "Mengapa Kalian Bergembira dengan Adanya Nabi?"
12.Kebanyakan Urusanku Telah Terprogramdan Terencana Dengan Rapi, Tetapi Aku Tidak Mau Diatur Oleh Program Itu
13.Masyarakat Jawa [Indonesia] Adalah Masyarakat Yang Berakhlak Baik dan Pemurah
;
14.Sifat Zuhud Bukan Terletak Pada PakaianDan Penampilan, Tetapi Terletak Di Sini [Yakni Hati]
15.Keistimewaan Tidak Memberikan Arti Keutamaan
16.Waspada Terhadap Pemikiran Jumud [Kaku] Dari Madzhab-madzhab Perusak
17.Aku Marah Terhadap Murid Yang Tidak Sopan Ketika Membaca Wirid, Lebih-lebih Ketika Membaca Al-Quran
18.Menjadi Seorang Guru Bukan Dengan Warisan, Akan Tetapi Dengan Belajar Dan Menuntut Ilmu
19.Kunci Segala Rahasia Bersumber Pada Bacaan Shalawat Kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
20.Seharusnya Seorang Santri Banyak Beribadah Untuk Menjaganya Dari Maksiat Dan Menguatkan Hafalannya
21.Jadikanlah Shalawat Kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam Senantiasa Berada Di Antara Kamu dan Munajatmu
22.Karena Satu Orang Maka Seribu Orang Dimuliakan
23.Dalam Perjalananku, Aku Selalu Membawa Kitab, Demi Mengikuti Jejak Ayahanda
24.Jangan Ikut Campur Dalam Urusan Politik, Engkau Lebih Mengerti Situasi Daerahmu
25.Amar Ma'ruf Nahi Mungkar Harus Dilakukan Dengan Sikap Bijak, Lembut Dan Bertahap
26.Kehidupan Yang Indah Adalah Jika Bisa Membantu Seseorang Dalam Beribadah Dan Melakukan Ketaatan
27.Aku Tidak Pernah Bosan Untuk Menyebarkan Ilmu, Walaupun Kepada Satu Orang
28.Orang Yang Tidak Bisa Memanfaatkan Kemuliaan Waktu Dan Tempat, SungguhIa Amat Merugi
29.Akhlak Lebih Didahulukan Daripada Ilmu
30.Kalian Harus Melanggengkan Bacaan Wirid, Sebab Wirid Dapat Menjadi tameng dan Perisai Diri
31.Kebiasaan Orang Mulia, Adalah Semulia-mulianya Kebiasaan
32.Siapa Saja Yang Memiliki Kitab Wiridku, Berarti Ia Telah Mendapatkan Ijazah. Ijazah Ini Bukan Dariku, tetapi Langsung Dari Para Pengarang Wirid-wirid tersebut
33.Surga Itu Tudak Gratis, Belilah Surga Itu Dengan Hartamu, Amalmu, Dan Dengan Tenagamu
34.Sesuatu Yang Tidak Kamu Ketahui, Maka Jangan Sekali-kali Kamu Menyentuhnya [mengerjakannya]
35.Ilmu Mudah Didapatkan, Tetapi Melayani [Khidmah] Kepada Ulama Susah Didapatkan.

Semoga bermanfaat.

Senin, 20 Maret 2017

KH. Maimoen sering dianggap pendukung Ahok


Kita liat orang tua kita dulu Habib Ali Alhabsi, Habib Ahmad bin Hasan, Habib Abdullah bin Husen bin Tohir, siapa lagi yang mau kita sebutin? Siapa lagi... Tidak ada seorangpun dari mereka, tidak adapun seorang dari meleka melainkan kesibukannya adalah mendamaikan tiap pihak yang berselisih.
Taukah kalian T\tugas para Munsib di Yaman Hadromaut, tugas mereka adalah mendamaikan semuanya. Terkadang mengeluarkan uang bermilyar-milyar untuk mendamaikan dua orang yang berselisih. Ga ada yang namanya provokasi. Kerusuhan.

Para pendakwah Habib Ali Alhabsi, Habib Salim Jindan, Habib Ali bin Husain, Para Wali Songo mereka semua mendamaikan kekacauan. Habib Utsman bin Yahya yang kita semua bangga dengan beliau. Tugas beliau mendamaikan…... Subhanalah....... Beliau mendamaikan pribumi dengan Belanda. Demi damai beliau mengorbankan nama besar beliau. Untuk mendamaikan ga peduli dibilang antek penjajah, antek Belanda belau ga perduli, cari ketentraman jangan sampe darah tertumpahkan.
Ini jalan mereka. Jalan mereka yang mencari Allah.
 

Ini warisan dari orang tua kita, ngedamein orang jangan kita bikin ribut rusuh memperkeruh keadaan.
Bimbing dengan kelembutan kejalan Allah.

;
Tau ga selain mendamaikan orang bertikai, orang tua kita para solihin itu dulu kerjaannya tutup mata dari mencari kekurangan orang lain. Ga kaya jaman sekarang kesalahan dikorek dicari dibeberin. Nih daftar kesalahan si Fulan di share di medsos dah

Kata Mbah Moen: Saya Sering Dianggap Pendukung Ahok

Bukan orang NU jika tidak bisa melucu. Dan semakin tua atau semakin dituakan, selera humornya semakin tinggi. Tampaknya hal itu juga berlaku untuk tokoh paling sepuh di NU saat ini, yaitu Kiai Maimoen Zubair.
Mustasyar PBNU berusia 89 tahun ini mengundang decak tawa saat memberikan sambutan selaku tuan rumah dalam Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara yang diadakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di pondok pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah Kamis (16/3).

Ketika menyampaikan tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia dan perjuangan umat Islam, ia tiba tiba berseloroh tentang kondisi politik yang lagi hangat di tanah air.

“Saya sering dianggap pendukung Ahok,” ucapnya sambil terkekeh ringan.

“Hahahaa….” hadirin tertawa terbahak-bahak, geli sekaligus terkejut. Beberapa detik hadirin terdiam menunggu penjelasan ulama sepuh yang biasa dipanggil Mbah Moen ini.

Diteruskannya, ia dianggap sebagai pendukung basuki tjahaja purnama (Ahok) karena tiga hal. Pertama, ia mengecam penggunaan isu SARA dalam politik, terutama Pilkada di Jakarta. Menurutnya, Indonesia harus dijaga kedamaiannya dan kerukunannya. Umat Islam harus menjadi pelopor dan penjaga perdamaian dan kerukunan. Maka tidak boleh umat Islam menjadi pembuat perpecahan dan pengobar permusuhan.
Kedua, sambung pengasuh pesantren yang terkenal ahli sejarah ini, negara makmur atau tidak itu bukan tergantung pemimpin negaranya muslim atau bukan. Dia contohkan Sudan, negara nun jauh di benua Afrika, sebelah selatan Mesir.

Sudan setelah terpecah menjadi dua negara, yaitu Sudan Utara dan Sudan Selatan, kata dia, lebih makmur Sudan Selatan. (Data Wikipedia menyebutkan Sudan Selatan dipimpin oleh presiden Kristen). Sementara Sudan utara yang dipimpin presiden muslim, rakyatnya tidak makmur, alamnya gersang dan bahkan pemerintahnya lemah sekali. Saat ini terancam sebagai negara gagal. “Pengamatan saya, negara Sudan Selatan makmur, sedangkan Sudan Utara miskin dan gersang,” terangnya.

Penyebab ketiga mengapa Kiai Maimoen sering dianggap pendukung Ahok, menurut dia, karena sering menceritakan bahwa Islamnya orang sarang itu berasal dari dakwahnya orang Belitung dan Bangka. Bukan para wali dari Demak

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 18 Maret 2017

Surat Perlindungan Nabi Muhammad untuk Non-Muslim

Achtiname Muhammad, Surat Perlindungan Nabi Muhammad untuk Non-Muslim
Foto: Higher Learning


THE Achtiname Muhammad, dikenal sebagai Perjanjian (Testamentum) dari Muhammad, adalah sebuah dokumen yang memberikan perlindungan dan hak lainnya untuk para biarawan Kristen Saint Catherine Monastery.

Āshtīnāmeh berasal dari bahasa Persia yang berarti “Kitab Perdamaian”, sebuah istilah Persia untuk sebuah perjanjian.

Isi Achtiname Muhammad

“Ini adalah pesan dari Muhammad bin Abdullah, sebagai suatu perjanjian bagi mereka yang menganut Kristen, jauh dan dekat, kami beserta mereka.

Sesungguhnya aku, para hamba, para pembantu dan para pengikutku membela mereka, karena orang Kristen adalah wargaku; dan demi Allah! aku menahan diri untuk melakukan apapun yang menentang mereka.

Tidak ada paksaan untuk mereka.

Juga tidak boleh hakim-hakim mereka disingkirkan dari pekerjaannya, maupun para biarawan mereka dari biara-biaranya.

Tidak ada orang yang boleh menghancurkan rumah agama mereka, atau merusakkannya, atau mengambil sesuatupun daripadanya ke dalam rumah-rumah orang Muslim.

Bilamana ada orang yang melakukan hal ini, ia menyalahi perjanjian Allah dan tidak mematuhi Nabi-Nya.

Sesungguhnya, mereka adalah sekutuku dan memiliki perjanjian erat dariku melawan semua yang mereka benci.

Tidak ada orang yang boleh memaksa mereka untuk pergi atau mengharuskan mereka untuk berperang.

Orang-orang Muslim harus berperang untuk mereka.

Jika seorang wanita Kristen menikah dengan seorang Muslim, tidak boleh dilakukan tanpa seizin wanita itu. Wanita itu tidak boleh dihalangi untuk mengunjungi gerejanya untuk berdoa.

Gereja-gereja mereka harus dihormati. Mereka tidak boleh dihalangi untuk memperbaikinya atau kekudusan perjanjian-perjanjian mereka.

Tidak ada bangsa (Muslim) yang boleh melanggar perjanjian ini sampai Akhir Zaman.”

Sejarah Penemuan Achtiname Muhammad

Dokumen ini menyatakan bahwa Nabi Muhammad pada 570M – 633M, secara pribadi melalui perjanjian ini memberikan hak-hak dan kemudahan bagi semua orang Kristen.

Actiname Muhammad memuat poin-poin mengenai perlindungan orang-orang Kristen yang hidup dalam kekuasaan Islam, sebagaimana para peziarah dalam perjalanan ke biara-biara, kebebasan beragama, kebebasan bepergian dan kebebasan menentukan para hakim dan memelihara hak milik mereka, bebas dari wajib militer dan pajak serta hak untuk dilindungi dalam peperangan.

Diketahui naskah perjanjian yang asli sudah tidak ada lagi, tetapi beberapa salinan masih berada di Biara Santa Katarina. Salinan itu disaksikan oleh para hakim Islam untuk menguatkan keotentikan sejarahnya.

Hilangnya naskah asli Achtiname Muhammad itu terjadi ketika Kekaisaran Ottoman menaklukan Mesir pada 1517M atas perintah Sultan Selim I. Naskah asli Achtiname Muhammad kemudian diambil dari biara tersebut oleh tentara Ottoman, dan dibawa ke istana Selim di Istanbul. Salinannya kemudian dibuat untuk mengganti naskah asli di biara tersebut.

Tradisi mengenai toleransi yang ditunjukkan terhadap biara ini ditulis pula dalam dokumen-dokumen pemerintah yang diterbitkan di Kairo. Selama periode kekuasaan Ottoman 1517M-1798m, Pasha Mesir setiap tahunnya menegaskan kembali perlindungannya akan kaum minoritas.

Pada tahun 1630M, Gabriel Sionita menerbitkan edisi pertama naskah bahasa Arab, dengan terjemahan bahasa Latin, berjudul Testamentum et pactiones inter Mohammedem et Christianae fidei cultores atau judul bahasa Arab “Al-‘ahd wa-l-surut allati sarrataha Muhammad rasul-Allah li ahl al-millah al-nasraniyyah.”

Asal mula dokumen ini telah menjadi topik berbagai tradisi berbeda, yang paling terkenal melalui kisah-kisah petualang Eropa yang mengunjungi biara tersebut. Para petualang itu, termasuk perwira Perancis Greffin Affagart yang meninggal tahun 1557M, Jean de Thévenot dari Prancis meninggal tahun 1667M, dan uskup (prelate) Inggris Richard Peacocke, kemudian menyertakan terjemahan bahasa Inggris pada naskah tersebut.

Sejak abad ke-19, beberapa bagian Achtiname ini mulai diteliti lebih mendalam, terutama mengenai daftar para saksi. Kemudian ditemukan adanya kemiripan dengan dokumen-dokumen lain yang diberikan kepada komunitas agama lain di Timur Dekat. Salah satunya adalah surat Muhammad bagi orang-orang Kristen di Najrān, yang ditemukan pertama kali pada tahun 878M pada sebuah biara di Irak dan naskahnya diabadikan di Chronicle of Séert.

Actiname Muhammad menjadi bukti otentik bagaimana Rasulullah menampilkan wajah Islam yang sangat memerhatikan keadilan untuk umat lainnya. Wallahu a’lam.
 
Semoga bermanfaat.

Jumat, 17 Maret 2017

NU menjawab IM, HTI dan Wahabi Salafy




Wawancara yang pernah dilakukan HARIAN BANGSA dengan KH Imam Ghazali Said, MA, cendekiawan muslim yang banyak mengamati gerakan Islam radikal penting untuk dipublikasikan lagi.

Karena saat ini Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi, mendapat serangan bertubi-tubi dari kelompok Islam radikal, baik yang berpaham wahabi maupun yang berkasi secara transnasional.

Pengasuh pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo ini memang sangat paham soal berbagai gerakan Islam, terutama yang berasal dari Timur Tengah. Ia selain banyak menulis dan mengoleksi leteratur Islam aliran keras juga bertahun-tahun studi di Timur Tengah. Ia mendapat gelar S-1- di Universitas Al-Azhar Mesir, sedang S-2 di Hartoum International Institute Sudan. Kemudian ia melanjutkan ke S-3 di Kairo University Mesir.

Kini intelektual muslim ini aktif sebagai Rois Syuriah PCNU Surabaya dan dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Tanya : Bisa Anda jelaskan bagaimana sejarah gerakan Islam aliran keras yangbelakangan menjadi perhatian para kiai NU?

Jawab : Sebenarnya kelompok besarnya itu Ikhwanul Muslimin yang pusatnya di Ismailiah, Mesir. Organisasi ini berdiri pada 1928, dua tahun setelah NU berdiri, NU kan berdiri 1926. Pendiri Ikhwanul Muslimin Syaikh Hasan Al-Banna. Menurut saya, pemikiran Syaikh Hasan Al-Banna ini moderat. Dia berusaha mengakomodasi kelompok salafy yang wahabi, merangkul kelompok tradisional yang mungkin perilaku keagamaannya sama dengan NU dan juga merangkul kelompok pembaharu yang dipengaruhi oleh Muhammad Abduh.

Syaikh Al-Banna menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin itu harkah islamiyah, sunniyah, salafiyah, jadi diakomodasi semua, sehingga ikhwanul muslimin menjadi besar. Dalam Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad. Yaitu institusi jihad dalam struktur Ikhwanul Muslimin yang sangat rahasia. Kader yang berada dalam Tandhimul Jihad ini dilatih militer betul, doktrinnya pakai kesetiaan seperti tarikat kepada mursyid. Ini dibawah komando langsung Ikhwanul Muslimin. Para militer atau milisi ini menarik kelompok-kelompok sekuler yang ingin belajar tentang disiplin militer. Nasser (Gammal Nasser, red) dan Sadat (Anwar Sadat, red) juga belajar pada Tandhimul Jihad ini.

T : Apa Nasser dan Sadat yang kemudian jadi presiden Mesir itu bagian dari Ikhwanul Muslimin?

J : Mereka bagian dari militernya, bukan dari ideologi Ikhwanul Muslimin. Jadi mereka belajar aspek militernya. Ketika pada 1948 Israel mempermaklumkan sebagai negara maka terjadi perang. Nah, Tandhimul Jihad ini ikut perang, dan kelompok ini yang punya prakarsa-prakarsa. Waktu itu Mesir kan masih dibawah kerajaan Raja Faruk dan sistemnya masih perdana menteri, Nugrasi. Tapi akhirnya Arab kalah dan Israel berdiri. Kemudian Tandhimul Jihad balik lagi ke Mesir.

Nah, dalam kelompok ini ada Taqiuddin Nabhani yang kemudian mendirikan Hizbut Tahrir. Jadi Taqiuddin itu awalnya bagian dari Ikhwanul Muslimin.

Namun antara Hasan Al-Banna dan Taqiuddin ini kemudian terjadi perbedaan. Hasan Al-Banna berprinsip kita terus melakukan perjuangan dan memperbaiki sumber daya manusia. Sedang Taqiuddin bersikukuh agar terus melakukan perjuangan bersenjata, militer. Taqiuddin berpendapat kekalahan Arab atau Islam karena dijajah oleh sistem politik demokrasi dan nasionalisme. Sedang Hasan Al-Banna berpendapat sebaliknya. Menurut dia, tidak masalah umat Islam menerima sistem demokrasi dan nasionalisme, yang penting kehidupan syariat Islam berjalan dalam suatu negara.

Pada 1949 Hasan Al-Banna meninggal karena ditembak agen pemerintah dan dianggap syahid. Sedang Taqiuddin terus berkampanye di kelompoknya di Syria, Libanon dan Yordania. Kemudian Tandhimul Jihad diambil alih Sayid Qutub, ideolognya Ikhwanul Muslimin. Ia dikenal sebagai sastrawan dan penulis produktif, termasuk tafsir yang banyak dibaca oleh kita di Indonesia.

Nah, Sayid Qutub ini mendatangi Taqiuddin agar secara ideologi tetap di Ikhwanul Muslimin. Tapi Taqiuddin tidak mau karena ia beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk lingkaran jahiliyah. Ya, itu menurut Taqiuddin hanya gara-gara Ikhwanul Muslimin menerima nasionalisme. Akhirnya Taqiuddin mendirikan Hizbut Tahrir. Artinya, partai pembebasan. Maksudnya, pembebasan kaum muslimin dari cengkraman Barat dan dalam jangka dekat membebaskan Palestina dari Israel. Itu pada mulanya. Ia mengonsep ideologi khilafah Islamiyah.

T : Lantas?
J : Nah, karena ia berideologi khilafah Islamiyah, sementara di negaranya sendiri telah berdiri negara nasional, maka akhirnya berbeda dengan masyarakatnya. Di Lebanon, sudah berdiri negara nasionalis yang multi karena rakyatnya terdiri dari banyak agama, undang-undangnya sesuai jumlah penduduknya, misalnya, presidennya, harus orang Kristen Maronit, Perdana Menterinya harus orang Islam Sunni, ketua parlemennya harus orang Islam Syiah. Di Syiria juga telah menjadi negara sosialis, begitu juga Yordania telah berdiri sebagai negara sesuai kondisi masyarakatnya.

Akhirnya Hizbut Tahrir itu menjadi organisasi terlarang (OT) di negara asal berdirinya. Karena ia menganggap nasionalisme itu sebagai jahiliah modern. Namun meski menjadi organisasi terlarang Hizbut Tahrir tetap bekerja dan menyusup ke tentara, ke berbagai organisasi profesi dan masuk juga ke parlemen.

Hizbut Tahrir masuk ke partai politik dengan menyembunyikan identitasnya. Dari situlah kemudian terjadi upaya-upaya untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah yang sah pada jaman Raja Husen. Sehingga sebagian anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih jadi organisasi terlarang di Yordania.

T : Bagaimana sejarahnya sampai ke Indonesia?
J : Mereka mengembangkan ke sini melalui mahasiswa yang belajar di Mesir. Pola ikhwan dikembangkan, pola Salafy dan pola Hizbut Tahrir dikembangkan. Tapi antara Ikhwanul Muslimin, Wahabi Salafy dan Hizbut Tahrir secara ideologi bertemu, ada kesamaan.

Mereka sama-sama ingin menerapkan formalisasi syariat Islam. Hanya bedanya, kalau Salafy cenderung ke peribadatan, atau dalam bahasa lain mengislamkan orang Islam, karena dianggap belum Islam. Dan target utamanya NU karena dianggap sarangnya bid’ah.ha.ha.ha..

Bisa saja kelompok Salafy, Hizbut Tahrir dan Ikwanul Muslimin membantah, tapi saya tahu karena saya telah berkumpul dengan mereka.

T : Kalau Ikhwanul Muslimin?
J : Sama. Kelompok Ikhwanul Muslimin, menjadikan NU sebagai target. Mereka bergerak lewat mahasiswanya yang dinamakan usrah (keluarga). Usrah ini minimal 7 orang, dan maksimal 10 orang. Ini ada amirnya dan amir inilah yang bertanggungjawab terhadap kelompok. Bagaimana mengatasi kebutuhan kehidupan sehari-hari terpenuhi, misalnya kalau ada anggota yang kesulitan bayar SPP.

Jadi mereka tak hanya bergerak di bidang politik, tapi juga bidang-bidang lain. Nah, kelompok inilah yang kemudian menamakan diri sebagai Tarbiyah yang bermarkas di kampus-kampus seperti Unesa dan sebagainya. Kelompok Tarbiyah inilah yang menjadi cikal bakal PKS (Partai Keadilan Sejahtera). Mereka umumnya alumni Mesir, Syiria atau Saudi. Kelompok ini masih agak moderat karena masih mau menerima negara nasional. Tapi substansi perjuangan formalisasi syariat sama dengan Hizbut Tahrir atau Salafy.

T : Kalau dalam ideologi khilafah Islamiyah?
J : Hizbut Tahrir katemu dengan Salafy dan Ikhwanul Muslimin dalam soal formalisasi syariat. Tapi dari segi sistem khilafahnya tidak ketemu. Sebab khilafah Islamiyah itu dianggap utopia. Misalnya bagaimana denganya sistem Syuronya, apakah meniru sistem Turki Utsmani yang diktator atau Umayah, itu masih problem. Tapi bagi Hizbut Tahrir yang penting khilafah Islamiyah.

T : Apa saja program Hizbut Tahrir?
J : Mereka sampai kini punya konstitusi yang terdiri dari 187 pasal. Dalam konstitusi ini ada program-program jangka pendek. Yaitu dalam jangka 13 tahun, menurut Taqiuddin, sejak berdiri 1953, Negara Arab itu sudah harus jadi sistem Islam dan sudah ada khalifah. Taqiuddin juga menarget, setelah 30 tahun dunia Islam sudah harus punya khalifah. Tapi kalau kita hitung sejak tahun 1953 sampai sekarang kan tidak teralisir.he..he..he.. Jadi utopia, tapi mereka masih semangat.

T : Bagaimana sejarah Hizbut Tahrir ke Indoneisia?
J : Itu melalui orang Libanon. Namanya Abdurrahman Al-Baghdadi. Ia bermukim di Jakarta pada tahun 80-an. Kemudian juga dibawa Mustofa bin Abdullah bin Nuh. Inilah yang mendidik tokoh-tokoh HTI di Indonesia seperti Ismail Yusanto, tokoh-tokoh Hizbut Tahrir sekarang. Tapi sebenarnya diantara mereka ada friksi. Karena tokoh-tokoh HTI yang sekarang merasa dilangkahi oleh Ismail Yusanto ini.

T : Bagaimana gerakan mereka di Indonesia?
J : Ini anehnya. Di Indonesia mereka terus terang menganggap Pancasila jahiliah. Nasionalisme bagi mereka jahiliah. Tapi reformasi kan memberi angin kepada kelompok-kelompok ini sehingga dibiarkan saja. Dan tidak ada dialog. Akhirnya mereka memanfaatkan institusi (seolah-olah) “mendukung” pemerintah untuk mempengaruhi MUI (Majelis Ulama Indonesia). Tapi mereka taqiah (menyembunyikan agenda perjuangan aslinya), sebab mereka menganggap Indonesia itu sebenarnya jahiliah. Taqiah itu ideologi Syiah tapi dipakai oleh mereka.

T : Lalu bagaima cara Hizbut Tahrir merealisasikan kepentingan politiknya?
J : Meski bernama partai, Hibut Tahrir, tak bisa ikut pemilu. Hizbut Tahrir membentuk beberapa tahapan dalam menuju pembentukan khilafah Islamiah.

Pertama, taqwin asyakhsyiah islamiah, membentuk kepribadian Islam. Mereka pakai sistem wilayah, karena gerakan mereka internasional. Jadi untuk Indonesia wilayah Indonesia. Tapi sekarang pusatnya tak jelas, karena di negaranya sendiri sangat rahasia. Mereka dikejar-kejar karena Hizbut Tahrir ini organisasi terlarang. Tapi mereka sudah ada di London, Austria, di Jerman dan sebagainya.

T : Siapa tokoh internasionalnya itu?
J : Nah itu rahasia. Tapi di sini mereka terbuka karena Indonesia memberi peluang. Ada Ismail Yusanto dan sebagainya, jadi bisa muncul di media massa. Nah, dari taqwin syahsyiah islamiah ini bagaimana bisa mengubah ideologi nasionalis menjadi internasionalis Islam. Mereka agresif, jadi terus menyerang. Karena itu orang-orang NU didatangi, termasuk kiai-kiainya didatangi oleh mereka.

Kedua, attau’iyah, penyadaran.

Ketiga, at-ta’amul ma’al ummah, interaksi dengan masyarakat secara keseluruhan. Mereka membantu kepentingan-kepentingan. Saya dengar di Surabaya, di Unair dan ITS saja, dalam urunan mereka bisa menghasilkan uang Rp 30 juta tiap bulan.

Keempat, harkatut tatsqif, gerakan intelektualisasi. Ini diajari bagaimana menganalisa hubungan internasional, mempelajari kejelekan-kejelekan ideologi kapitalisme. Pokoknya yang ideologi modern itu mereka serang semua. Mereka melontarkan Islam sebagai solusi atau alternatif.

Ini beda dengan Ikhwanul Muslimin dan Tarbiah Islamiah yang kemudian menjelma sebagai PKS. Sebab Ikhwanul Muslimin agak fleksibel. Kasus di Syria, di bawah Mustofa as-Syiba’i, ketika ideologi pemerintahannya sosialisme, mereka ikut sosialis. Ia mencari landasan hukum bahwa sosialisme itu benar menurut Islam. Maka Mustofa as-Syiba’i menulis buku Istiroqiyah Islamiah, jadi sosialisme Islam.

T : Tapi Hizbut Tahrir di Indonesia kan pendukung PKS?
J : Kalau dukungan iya, tapi secara formal mereka tidak. Ya, mungkin ada kesamaan dalam perjuangan yang terbatas.

T : Lalu tahapan apalagi?
J : Yang terakhir / kelima, at-taqwin daulah islamiah, membentuk Negara Islam. Sarananya apa? Biwasailil jihad, dengan sarana jihad. Jadi bagi negara nasional, gerakan mereka, menurut saya, bahaya. Karena gerakan selanjutnya adalah istilamul hukmi, merebut kekuasaan. Meskipun utopia tapi kalau mereka pakai cara-cara kekerasan, kan berat. Karena mereka didoktrin dan pengikutnya muda-muda semua. Misalnya, mahasiswa semester 2 atau 3. Bahkan santri saya datang ke saya, ia bilang diajak Hizbut Tahrir.

Sebenarnya banyak kontroversi di kalangan HT, menurut Hizbut Tahrir, perempuan boleh jadi anggota parlemen. Kalau di Arab ini kontroversi. Lalu juga – menurut Hizbut Tahrir – boleh melihat film porno. Kemudian, ini yang menarik, menurut Hizbut Tahrir, boleh mencium perempuan bukan muhrim, baik syahwat maupun tidak syahwat. Begitu juga salaman dengan perempuan, boleh.

Tapi mereka (aktivis Hizbut Tahrir) membantah. Waktu di NU Centre, mereka membantah karena saya menyatakan menurut paham Hizbut Tahrir boleh salaman dengan perempuan bukan muhrim. Mereka tanya, masak Hizbut Tahrir membolehkan ciuman dengan cewek bukan muhrim. Padahal setelah saya lihat dalam buku mereka ini (Imam Ghazali Said menunjukkan buku) memang boleh.

Berikutnya, perempuan boleh berpakaian celana yang untuk kawasan Timur Tengah dianggap kontroversi. Juga boleh orang kafir menjadi panglima di Negara Islam, bahkan jadi khalifah sekalipun, asal dia taat pada undang-undang Islam.

Kemudian juga boleh umat Islam membayar jizyah (pajak) kepada Negara kafir dalam kondisi umat Islam belum kuat.

T : Respon mereka?
J : Lha, ini nggak benar, kata mereka. Kata mereka, yang bicara begini ini harus Hizbut Tahrir. Lalu saya bilang, saya kan punya data autentik. Ini tulisan syaikh Anda sendiri, Taqiuddin Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir). Daulah Islamiyah. Saya sebagai guru kan tak boleh bohong. Sekarang mahasiswa tak bisa dibohongi. Mereka bisa akses informasi kemana-mana sehingga kita tak bisa nutup-nutupi. Katanya mereka (aktivis Hizbut Tahrir) mau kesini, mau lihat buku ini. Saya bilang boleh, tapi cukup difoto kopi. Kalau buku ini dibawa jangan, nanti hilang.

T : Apa kira-kira dasar Hizbut Tahrir membolehkan cium cewek segala itu?
J : Di sini tak dijelaskan alasannya. Tapi perkiraan saya agar orang Islam dapat dukungan dalam mendirikan khilafah, maka tak boleh terlalu ketat. Tapi menurut saya sampai sekarang belum ada tanda-tanda mereka akan bisa mendirikan khilafah. Karena kalau terlalu ketat mereka tak bisa mendapat dukungan internasional. Padahal mereka orientasinya internasional. Karena itu kampanye mereka sekarang tidak boleh mengkafirkan sesama muslim. Padahal ideologinya mereka kafirkan. Nasionalisme mereka kafirkan.

T : Bagaimana pandangan mereka soal fiqh?
J : Ada pemikiran begini. Apakah negara yang pakai sistem jahiliah itu perlu fiqh. Padahal fiqh itu adalah hukum Islam yang harus dilaksanakan dalam pemerintahan yang Islam.

Ini terjadi perdebatan antara Sayid Qutub dan Wahbah Suhairi. Dr Wahba ini orang Syria yang kitabnya jadi kutub muktabarah di NU. Dalam ICIS tempo hari Wahba ini datang. Sayid Qutub ini asalnya kan seorang hakim. Tapi, ketika dia masih jadi hakim ia masih menganggap penting sistem khlafah.

Menurut Sayid Qutub dan Taqiuddin Nabhani, fiqh tidak perlu dipelajari atau dipraktikkan sepanjang suatu negara belum melaksanakan sistem Islam. Sedang Wahba Suhairi menganggap bahwa fiqh adalah suatu keniscayaan. Ini jadi polemik. Menurut Wahba, orang Islam harus belajar fiqh, baik negaranya Islam maupun tidak Islam. Jadi menurut Wahba tidak hanya sistem pemerintahan saja, tapi bagaimana orang nikah, orang salat, muamalah, semua itu kan fiqh yang ngatur.

Tapi menurut Sayid Qutub dan Taqiuddin Nabhani tidak perlu itu. Yang penting bagaimana memperjuangkan menegakkan pemerintahan Islam, baru setelah itu fiqh. Karena itu meski buku-buku atau tulisan Sayid Qutub banyak tapi tak ada fiqhnya. Semua buku-buku dia bernuansa politik. Misalnya pertarungan Islam dan kapitalisme dan sebagainya.

T : Dari penjelasan Anda ini tampak bahwa aktivis HTI sendiri kemungkinan banyakyang belum paham tentang pemikiran Taqiuddin Nabhani sebagai pendirinya?
J : Begini. Mereka itu ada jubirnya, jadi informasi dan pemikiran yang keluar diatur. Jadi referensi mereka tidak terbuka.

T : Berarti ada beberapa pemikiran yang disembunyikan bagi pengikutnya?
J : Ya, padahal kondisi sekarang kan sudah tidak bisa model begitu. Seperti saya kan tidak bisa mengelabuhi mahasiswa saya. Karena mahasiswa saya bisa mengakses literatur primer. Kecuali anggotanya bodoh-bodoh. Kan kasihan kalau anggotanya bodoh-bodoh. Karena itu ketika saya menyampaikan informasi yang benar dari sumber primer lalu dikira keliru oleh mereka. Ya,ndak bisa, wong saya punya sumber primer. Mereka katanya mau melihat sumber primer ini.

T : Maksudnya sengaja disembunyikan?
J : Bisa saja dianggap aib dan kalau itu dimunculkan pasarnya bisa tidak laku. Karena itu disembunyikan. Tapi pada era sekarang mana bisa disembunyikan. Lha wong, di tiga negara, di Libanon, Syria dan Yordan, Hizbut Tahrir itu jadi organisasi terlarang. Di Mesir juga jadi organisasi terlarang karena mau menggulingkan pemerintahan yang sah. Jadi mereka gampang terseret pada aksi kekerasan. Karana itu anak-anak muda NU jangan mudah terprovokasi ikut mereka.

T : Kalau kelompok Salafy?
J : Mereka sejarahnya bergerak dalam bidang pendidikan. Misalnya LPBA (Lembaga Pendidikan Bahasa Arab) yang sekarang menjadi Lembaga Ilmu Keislaman cabang dari Jamiatul Imam Riyadh. Ini dibiayai dari sana sangat besar.

Sebenarnya orang-orang seperti Ulil (Ulil Abshar Abdalla, red), Imdad dan sebagainya alumni LPBA ini. Lah, mereka ketemu dengan Rofik Munawar yang dulu ketua PKS JawaTimur. Anis Matta (sekjen PKS) itu juga teman Ulil di LPBA. Mereka dulu alumni situ. Hanya saja ada yang kemudian terbawa dan larut dalam salafy seperti Anis Mattta, tapi ada yang nggak, ya kayak Ulil itu. Kalau Anis Matta terbawa Salafy tapi pola politiknya ikut Ikhwanul Muslimin.

Kelompok Salafy Wahabi ini sangat puritan. Jadi tahlilan, dibaan, ziarah kubur, mereka sangat tidak mau. Mereka menganggap itu syirik. Nah, disinilah, dalam bidang peribadatan itu, kelompok PKS ketemu dengan Salafy. Sedang orang-orang seperti Ulil, Imdad dan anak-anak pesantren yang sekolah di LPBA melakukan pemberontakan. Mereka menganggap (paham Salafy) itu tak cocok dengan budaya saya (Ulil cs) yang NU. Akhirnya mereka melanjutkan ke ilmu-ilmu filsafat, sosial dan sebagainya, termasuk belajar ke Magnez Suseno di Driyarkara. Kemudian berkomunikasi dengan Nurcholis Madjid, ketika Nurcholis masih ada (hidup).

Nah, dalam diri Ulil cs ini kemudian terbentuklah suatu sosok yang berasal dari pola radikal (Salafy), ketemu dengan ilmu-ilmu sosial, ketemu dengan Nurcholis Madjid, ketemu dengan Gus Dur dan sebagainya. Jadi mereka ini meramu dari berbagai unsur itu sehingga jadilah orang seperti Ulil, Hamid Basyaib, Luthfi Syaukani, Muqsith dan sebagainya.

T : Apa ada kesamaan dalam soal simbol-simbol pakaian di antara mereka?
J : Ya, memang ada kesamaan, baik kelompok Hizbut Tahrir, Tarbiah (PKS) maupun Salafy. Misalnya pakai celana cingkrang, berjenggot dan sebagainya. Tapi semua kelompok ini sama menyerang NU.

T : O, ya bagaima sebenarnya sebenarnya soal pakaian itu menurut Islam?
J : Menurut mereka, Nabi itu jenggotan. Abdul Aziz, tokoh Salafy, itu menulis tentang membiarkan jenggot. Menurut dia, kalau orang mencukur jenggot dianggap tabi’ul hawa, mengikuti hawa nafsu. Jadi menurut mereka memahami sunnah Rasul itu apa saja diikuti, termasuk cara berpakaian.

Tapi kalau NU kan tidak begitu cara memahami sunnah Rasul. Paling tidak, NU terdidik memahami sunnah Rasul itu dalam arti substantif, misalnya soal peribadatan. Tapi kalau soal pakaian kalangan NU yang terdidik menganggapitu sebagai budaya. Misalnya soal sorban. Nabi memang bersorban tapi harus diingat Abu Jahal dulu juga sorbanan.

Begitu juga soal jenggot. Kalangan NU terdidik menganggap itu sebagai budaya. Karena Abu Jahal pun juga jenggotan. Masak orang nggak punya jenggot disuruh memelihara jenggot. Ada orang yang jenggotnya hanya tiga helai atau tiga lembar itu disuruh pelihara..kan lucu.ha.ha.ha.

T : Kalau soal celana mereka yang cingkrang?
J : Kan ada dalam hadits Nabi bahwa kalau pakaian orang itu nglembreh ke kakinya dianggap huyala, sombong. Padahal dulu pakaian Abu Bakar juga ngelembreh, panjang ke bawah tapi tidak dianggap sombong. Waktu itu Abu Bakar tanya, apakah saya ini juga dianggap sombong karena pakaian saya ngelembreh. Lalu dijawab, o, tidak, karena Abu Bakar memang tidak sombong, meski pakaiannya nglembreh. Karena tubuh Abu Bakar kurus, jadi sudah wajar kalau pakaiannya dipanjangkan sampai nglembreh.

Karena itu menurut kalangan NU, pakaian itu dianggap sebagai budaya. Masak orang pakai kopyah hitam dianggap bid’ah hanya karena Nabi tak pernah pakai kopyah hitam. Kan waktu itu belum ada perusahaan kopyah Gresik ha.ha..

Nah, disini lalu semua menyerang NU. Jadi mereka semua, Hizbut Tahrir, Tarbiyah dan Salafy itu sama menyerang NU. Menurut mereka, yang dimaksud ahlussunnah itu adalah versi Ibnu Taymiah, bukan paham versi Asy’ari. Dalam buku-buku mereka paham Asy’ari itu dianggap sesat. Padahal NU kan menganut paham Asy’ari.

T : Ada yang berpendapat, kalau niat mereka untuk dakwah, kenapa mereka kok tidak merekrut komunitas lain yang belum beragama, misalnya. Kalau jamaah NU kan hasil jerih payah para wali songo dan ulama kultural, kenapa mereka tidak cari kreasi sendiri agar tidak menimbulkan konflik sesama umat Islam?
J : Ya, karena mereka mau mengislamkan orang Islam. Jadi kita yang sudah Islam ini harus diislamkan lagi.ha.ha.. Jadi iman umat Islam masih perlu diadili.

T : Berarti mereka merasa paling Islam?
J : O, ya, mereka memang merasa paling Islam. Karena itu harus kita pahami itu. Kalau sikap saya tetap harus moderat. Sepanjang mereka tidak menyerang kita ya kita nggak apa-apa. Tapi mereka menyerang kita, ya kita harus melawan. Karena itu di beberapa tempat seperti di NTT, Jember, kita lawan karena mereka sudah menyerang kita. Di Purwokerto misalnya orang NU dianggap sesat. Saya kan kesana, orang NU di sana dianggap dlalal finnar, masuk neraka.ha..ha.. ya kelompok Salafy itu.

Jadi yang menyerang NU dalam peribadatan itu kelompok Salafy, sedang yang menyerang NU dari segi politik kelompok Hizbut Tahrir dan Tarbiyah (PKS). Jadi orang NU itu harus sadar, bahwa sekarang mereka diserang dari berbagai arah.

T : Jadi secara paradigmatik maupun aksi memang beda sekali dengan NU?
J : Sejak Gus Dur mimpin NU kan membuka cakrawala baru dikalangan anak-anak muda NU. Gus Dur mengevaluasi bahwa formalisasi syariat ternyata selalu gagal, karena itu Gus Dur membuka wacana baru Islam sebagai etika sosial. Dan ini kemudian menjadi gaung NU sampai sekarang, walau belakangan NU diutik dengan formalisasi syariat. Tapi Pak Hasyim Muzadi dalam berbagai wawancara menyatakan tidak memperjuangkan Islam seperti teksnya tapi yang diperjuangkan adalah ruhnya.

Bisa saja KUHP seperti sekarang tapi ruh Islam ada di situ. Nah, dalam hal ini pengaruh Gus Dur sangat besar.

T : Bisa dijelaskan soal NU dalam kontek negara nasional?
J : NU itu fiqh mainded. Fiqh siyasi (politik) di NU kurang berkembang. Fiqh yang dikembangkan NU adalah fiqh dalam kontek negara nasional. Ketika Kiai Hasyim Asy’ari (pendiri NU, red) mengeluarkan fatwa resolusi jihad Negara Indonesia dalam kondisi bukan negara agama. Karena saat itu kalimat menjalankan syariat Islam sudah dihapus kemudian Belanda datang lagi akhirnya Kiai Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa jihad.

Jadi Negara yang dipertahankan waktu itu negara “sekuler” kan. Jadi NU tak bisa lepas dari negara nasionalis atau sebagai nasionalis. Nah, fatwa jihad Kiai Hasyim itu merupakan fatwa pertama di dunia Islam yang mempertahankan negara nasionalis. Belum ada ketika itu ulama yang berfatwa kewajiban jihad untuk mempertahankan Negara nasionalis. Jadi Kiai Hasyim Asy’ari itu pelopor pertama.

T : Apa kira-kira dasar pemikirannya?
J : Mungkin bagi Kiai Hasyim yang terpenting Indonesia merdeka dulu. Apalagi bangsa Indonesia mayoritas umat Islam. Ini yang harus diutamakan. Jadi Kiai Hasyim membuat fatwa untuk mengusir penjajah dan mempertahankan negara nasional.

Nah, ini bagi wacana pemikiran internasional seperti orang-orang yang menginginkan sistem khalifah kontroversi.

Perjuangan NU berikutnya, dalam sejarahnya, seluruhnya selalu terkait dengan negara. Soekarno, misalnya, diberi gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah Jadi pemerintah darurat yang mempunyai kekuatan. Ini asalnya kan diberi oleh konfrensi ulama di Cipanas 1954. Kemudian pada 1956 oleh NU dianggap sah. Ini artinya apa? Karena dikaitkan dengan fiqh? Sebab perempuan yang tidak punya wali dalam pernikahan walinya harus Sulthon.

Padahal hadits as-sultonu waliyu man laa waliya lah. Sulthon itu adalah wali bagi orang yang tak punya wali. Kalau Sulthon ini tidak diberi legitimasi sesuai syariat kan tidak sah Sulthon ini. Jadi ini terkait dengan fiqh maka negara walau sekuler harus diakui sah menurut syariah.

Nah, cara berpikir ini saya kira cerdas. Kalau nggak gimana. Sulthon itu siapa, padahal kalau orang kawin harus mencatatkan diri ke situ. Nah, itulah NU. Tapi ini kemudian disalahpahami oleh kelompok Islam modernis. Dikira NU itu oportunis pada negara karena memberi legitimasi. Padahal sebenarnya ini terkait dengan fiqh.

T : Faktor lain?
J : Faktor kedua memang pada tahun 50-an itu Kartosuwirjo sedang mengadakan pemberontakan. Nah, pemberian gelar waliyul amri dlaruri bissyaukah itu sebagai legitimasi pada Soekarno agar bisa mengatasi gerakan pemberontakan itu. Tapi inti NU itu sebenarnya pada fiqh urusan perkawinan tadi itu, bukan pada fiqh siyasahnya (politik).

Selanjutnya perjuangan NU terus berkait dengan negara nasionalisme. Ini yang harus dipahami oleh kelompok-kelompok baru ini seperti Hizbut Tahrir dan sebagainya itu.

T : Dengan demikian, bisa dijelaskan perbedaan antara NU dan HTI?
J : Ya. NU berdiri tahun 1926 dalam proses menuju pembentukan negara Indonesia. Sedang Hizbut Tahrir (HT) berdiri ketika nation state di tempat ia berdiri telah terbentuk, yaitu tahun 1953. Dari segi latar belakang waktu yang berbeda ini, dipahami bahwa sejak awal NU memberi saham besar terhadap pembentukan nation state yang kemudian menjadi negara Indonesia merdeka. Sedang HT berhadapan dengan negara yang sudah terbentuk.

Maka wajarlah, jika HT menganggap bahwa nasionalisme itu sebagai jahiliyah. Karena mereka anggap menjadi penghalang dari pembentukan internasionalisme Islam, apalagi nasionalisme tersebut tidak memberlakukan syariat Islam dan lebih banyak mengadopsi sistem hukum sekuler Barat.

NU menerima sistem hukum penjajah dalam keadaan darurat. Karena negara tidak boleh kosong dari hukum. Selanjutnya, NU berjuang agar hukum yang berlaku di negara ini bisa menjadikan fikih sebagai salah satu sumber dari hukum nasional kita. Dari situ, NU ikut ambil saham dalam penerapan UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang saat ini berlaku di Indonesia.

Tentu HT belum punya saham dalam memperjuangkan hukum Islam di negara nasional ini, sehingga tidak logis jika HT langsung menentang negara nasional ini gara-gara tidak memberlakukan syariah Islam secara kaffah.

Jadi, perjuangan NU dalam menegakkan syariah baik sebagai etika sosial maupun sebagai hukum formal tidak bisa diletakkan di luar NKRI. Karena NKRI ini didapat dengan perjuangan para syuhada yang gugur pada prakemerdekaan maupun pascakemerdekaan. Pendek kata, NU tidak bisa terpisah dari negara nasional ini.

T : Mestinya, suatu ormas dapat diakui legal di negara ini harus terdaftar di Depkum HAM. Apakah ini berlaku bagi HTI?
J : Nah itu masalahnya. Saya tidak tahu. Yang jelas, HTI dapat leluasa melakukan kegiatan pascareformasi. Tapi jika dilihat dari semua kegiatan yang dilakukan, tampaknya HTI belum mengantongi izin sebagai ormas. Karena jika nanti dipelajari tujuan berdirinya ormas ini oleh pemerintah, pasti ormas ini dilarang karena menentang konstitusi negara.

Hal seperti itu yang terjadi di Yordan, Syiria, Libanon, Malaysia, dan lain-lain. Jadi, HT di semua negara itu menjadi organisasi bawah tanah. Indikator ini tampaknya ada di Indonesia. Buktinya, tidak jelas siapa Amirnya. Yang tampak itu Ismail Yusanto sebagai juru bicara. Atau di Jawa Timur itu siapa Amirnya? Yang kelihatan dr Usman sebagai humas atau jubirnya. Jabatan ketua DPD I, DPD II HTI, itu sebenarnya kamuflase untuk mengelabui agar diakui sebagai ormas yang legal.

Kalau tujuannya menentang konstitusi negara, bagaimana mungkin bisa diakui? Tapi saya tidak tahu. Barangkali sudah mengantongi izin. Ini yang perlu dijelaskan oleh HTI dan pemerintah.

Realitanya, sistem sel seperti yang terjadi di Yordan, Mesir, Sudan, dan lain-lain juga berlaku di sini. Disini mestinya pemerintah cermat. Namun saya yakin, BIN sudah tahu masalah ini, tapi sengaja dibiarkan.

Semua yang saya jelaskan itu berdasarkan sumber-sumber primer tulisan pendiri dan aktifis HT di Yordan, Palestina, Syiria, Libanon dan Mesir. Di antaranya Al Daulah al Islamiyah karya Taqiyuddin Nabhani, Kaifa Huddimat al Khilafah karya Abdul Qodim Zallum, dan lain-lain yang semuanya ada di Perpustakaan An-Nuur.

T : Pendapat Anda tentang HTI dan NU?
J : Antara NU dan HTI itu memang ada perbedaan prinsip, tapi ada juga kesamaan. Keinginan untuk melaksanakan ajaran Islam dalam semua aspek kehidupan itu sama antara keduanya. Hanya perbedaannya, adalah bagaimana cara merealisasikannya. NU lebih realistis, sedang HTI utopis. Lah, kapan khalifah seperti yang dicita-citakan itu akan muncul? Wong prediksinya – yang katanya 30 tahun dari berdirinya HTI, sistem khalifah akan terbentuk di seluruh dunia Islam. Buktinya mana? Di Yordan saja masih jauh, apalagi di Indonesia.

Karena itu, hal-hal yang sama mestinya bergerak secara koordinatif. Obyek dakwah yang sudah menjadi kaplingan NU, jangan diganggu. Apalagi itu jelas-jelas masjidnya NU, lembaga pendidikan NU, dan lain-lain. NU sendiri mestinya mampu merumuskan tujuan idealnya di negeri ini. Sekaligus merumuskan langkah-langkah realistis untuk mencapai tujuan itu.

Ke depan, saya mengharap, HTI berhenti dan tidak mengganggu obyek-obyek dakwah NU. Jika tidak, NU akan melawan.

T : Kalau begitu, HT tidak boleh mempunyai aset?
J : Ya pasti. Karena di Indonesia baru berkembang dan legalitasnya masih dipertanyakan. Mungkin karena faktor inilah aktifis-aktifis HT memanfaatkan toleransi warga NU sehingga masjid-masjidnya banyak dikuasai oleh HT. Remaja Masjid Surabaya, misalnya, sudah dikuasai mereka.
 
Semoga bermanfaat.