Minggu, 30 Agustus 2015

Kitab Ahlus sunnah Asya`irah


Kitab Ahlus sunnah Asya`irah Syahadah Ulama al-Ummah Adillatuhum.Sebagaimana namanya kitab ini Ahlus sunnah Asya`irah Syahadah Ulama Ummah wa Adillatuhum (Ahlus sunnah Golongan Asya`irah, pengakuan para Ulama Umat dan dalil-dalil mereka) kitab ini berisi tentang pengakuan para ulama dahulu, masa pertengahan dan ulama zaman ini tentang kaum Asy`ary, bahwa mereka benar-benar golongan Ahlus sunnah wal Jamaah dan merupakan Thaifah Najiyah (golongan yang selamat)

Kitab ini adalah karangan dua tokoh saat ini, Hamd as-Sinan dan Fauzi al-`Anjazy. Dalam kitab tersbeut pengarang membawakan dalil-dalil yang lengkap, setiap kata ulama yang di kutip disertai dengan rujukan lengkap dengan halaman serta jilidnya. Penulis juga menjawab pernyataan sebagian golongan bahwa Imam Asya`ri sebenarnya telah melalui tiga fase dari Mu`tazillah, mengikuti aqidah Ibnu Kullab dan kembali kepada aqidah Salaf. Penulis juga menjawab tuduhan sebagian kalangan bahwa Ibnu Kullab bukan Ahlus sunnah. Selain itu penulis juga membahas masalah tafwidh dan ta`wil dengan mengukip kalam-kalam para ulama ternama.

Salah satu yang unik dari kitab ini adalah, kitab ini diberi kata pengantar dan pujian oleh 10 tokoh ulama dunia saat ini dari berbagai Negara, mereka adalah:
  1. Syeikh DR. Muhammad Hasan Hitu
  2. Syeikh Muhammad Sa`id Ramadhan al-Buthy
  3. Syeikh DR. Ali Jum`ah (Mufti Mesir)
  4. Syeikh DR. Wahbah Zuhaily
  5. Syeikh DR. Husein Abdullah al-Aliy
  6. Syeikh DR. Muhammad Fauzi Faidhullah
  7. Syeikh DR. `Ujail Jasim an-Nasimy
  8. Syeikh DR. Muhammad `Abdul Ghaffar asy-Syarif
  9. Syeikh DR. Abdul Fatih al-Bizm
  10. Syeikh ad-Da`iyah Habib Ali Zainul Abidin al-Jifry

Bagi yang menginginkan file kitab ini dalam format PDF silahkan download DISINI

Syeikh Hasan Hito; Pertanyaan apakah Asya'irah Ahlussunnah? adalah pertanyaan aneh.


Salah satu fitnah yang gencar dilancarkan oleh kaum wahabi salafi adalah tuduhan mereka kepada golongan Asya'irah sebagai golongan sesat. Di Saudi, pernyataan bahwa Asya'irah termasuk golongan sesat mereka tulis dalam buku-buku anak-anak dasar. Dalam website-website mereka, golongan Asya'irah juga dimasukkan dalam golongan sesat, sehingga banyak website donwload kitab mereka menyediakan menu khusus download kitab radd 'ala Asya'irah (bantahan terhadap golongan Asya'irah) sama dengan kaum syiah dan kaum sesat lainnya.

Para ulama Ahlussunnah tidak tinggal diam melihat fitnah meraka. Semenjak kemunculan wahabi salafi, para ulama bahu membahu menolak mereka. Ada yang mengarang kitab penolak syubhat mereka dan ada juga yang membentengi masyarakat dan murid-muridnya dari kesesatan wahabi dengan menanamkan kebencian kepada golongan sesat ini.
Syeikh DR. Hasan Hitu, salah satu ulama asal Suriah yang banyak mendirikan lembaga pendidikan didunia (termasuk di Indonesia, STAI Imam Syafii di Cianjur) juga ambil bagian dalam membela Ahlussunnah Asya'irah, dalam kata-kata sambutan beliau terhadap kitab Ahlussunnah Asya'irah Syahadah Ummah wa Adillatuhum karangan Hamd Sinan dan Fauzi al-'Anjari, mengatakan bahwa pertanyaan "Apakah Asya'irah Ahlussunnah?" adalah pertanyaan yang paling aneuh. Berikut terjemahan kata pengantar beliau.

Sesungguhnya pertanyaan yang paling aneh yang pernah ditujukan kepadaku selama hidupku adalah “apakah golongan Asy’ariyah termasuk dalam golongan ahlussunnah wal jamaah ?.
Sungguh pertanyaan ini membuatku tercengang dalam waktu yang lama, karena aku dapati pertanyaan ini kosong dari makna ilmiyah yang benar dan juga menunjuki dangkal dan bodohnya penanya tentang pengetahuan dan sejarah aqidah Islam.
Hal ini dikarenakan sesungguhnya apa yang diketahui oleh setiap orang yang mencium bau ilmu dalam sepanjang masa adalah sesungguhnya golongan Asy’ariyah merupakan ahlussunnah wal jamaah, dan apabila disebutkan kalimat “ahlussunnah wal jamaah” dalam berbagai jenis kitab-kitab ilmiyah maka yang dimaksudkan adalah mazhab Asya’irah.

Kaum Asya’irahlah yang disebutkan perbedaan pendapat mereka dengan mu’tazilah, atau golongan Islam yang lain dalam kitab-kitab aqidah (tauhid), fiqh, usul fiqh, tafsir, dan hadist bahkan hingga dalam kitab loghat (bahasa) dan kitab-kitab yang membahas perbedaan aqidah didalamnya.
Hal ini karena Asya’irah adalah golongan yang berdiri dihadapan mu’tazilah secara terang-terangan, dengan merendahkan pendapat mereka, membongkar syubhat-syubhat mereka dan mengembalikan kebenaran pada sumbernya yaitu jalan dan metode ulama-ulama terdahulu umat ini.

Imam Abu Hasan al-Asy’ari tidak membentuk mazhab baru dalam bidang aqidah Islam yang berbeda dengan para ulama terdahulu, tetapi ia hanya mendapat petunjuk dari Allah untuk memeluk mazhab Ahlussunnah wal Jamaah setelah melalui empat puluh tahun dalam hidupnya dalam mazhab mu’tazilah. Selama berada dikalangan mereka, beliau mengetahui hakikat mazhab mereka, dan menguasai berbagai macam ilmu metode mereka dalam berdebat, berbantah dan berpikir dan hal lainnya yang memungkinkan beliau untuk menolak pendapat mereka dan mengungkapkan syubhat mereka.
Kemudian golongan Ahlussunnah menemukan beliau sebagai barang hilang yang telah lama mereka cari maka kemudian Ahlussunnah mengikuti beliau dan berjalan atas metode beliau, karena Ahlussunnah melihat beliau punya kemampuan untuk mengalahkan lawan dan menolong Ahlussunnah dan mengokohkan mazhab Ahlussunnah.

Sedangkan aqidah yang dianut oleh Iman Asy’ari adalah juga aqidah yang dianut oleh Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Abi Hanifah serta sahabat beliau, yaitu aqidah salafussalih sebagaimana telah diterangkan oleh imam-imam ahli ilmu yang berjalan dalam aqidah ini sepanjang masa.
Oleh karena itu, seharusnya pertanyaan yang benar: siapa saja yang masuk dalam Ahlussunnah wal Jamaah bersama Asya’irah?
Dan jawabannya adalah: masuk bersama Asya’irah (dalam Ahlussunnah) semua golongan yang sejalan dengan metode mereka dan menempuh jalur mereka, walaupun terjadi sedikit perbedaan pada sebagian masalah diantara mereka.

Maka Maturidiyyah juga Ahlussunnah, dan Atsariyun juga Ahlussunnah, tetapi yang muncul dan tampil sebagai Ahlussunnah dalam berbagai kitab-kitab ilmu adalah golongan Asya’irah dan karena itulah kalimat “Ahlussunnah” jika sebutkan, umumnya akan tertuju pada golongan Asya’irah. Apalagi mayoritas Ahlussunnah adalah dari golongan Asya’irah. Penganut Mazhab Maliki seluruhnya adalah Asya’irah, penganut Mazhab Syafii seluruhnya adalah Asya’irah, seluruh penganut Mazhab Hanafi adalah Asya’irah atau Maturidiyyah dan tidak terjadi perbedaan diantara mereka dan sejumlah besar dari Imam-imam terdahulu dari Mazhab Hanbali adalah Asya’irah. Ini adalah perhitungan secara garis besar. Adapun secara rinci, maka ulama pembesar dari umat Nabi Muhammad adalah dari golongan Asya’irah seperti Al-Baqilani, Al-Qusyairi, Abi Ishaq Asy-Syairazi, Abi Wafa Ibn ‘Aqil Al-Hanbali, Abi Muhammad Al-Juwaini, dan anaknya Abi Al-Ma’ali yaitu Imam Haramain, dan Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, dan Qadhi Abu Bakar Ibn ‘Arabi, dan Fahkruddin ar-Razi, Ibnu ‘Asakir, ‘Izz Ibn Abdissalam, Ibnu Atsir, Imam ar-Rafi’i, Imam an-Nawawi, Imam Subki dan putra-putranya, al-Mizzy, al-‘Iraqi, Ibn Hajar al-Asqalani, Ibn Hajar al-Haitami, Imam Suyuthi dan masih banyak lagi yang tak terhingga dan terputus nafas untuk menyebutnya satu persatu dan akan menghabiskan kertas untuk menghitungnya.

Jika mereka yang telah kami disebutkan dan beberapa yang lain yang belum kami sebutkan bukan Ahlussunnah, maka siapalagi yang dikatakan sebagai Ahlussunnah dalam sejarah ?

Tidak ada lagi yang bisa dikatakan setelah itu kecuali: sesungguhnya mereka (Ahlussunnah) hanya khayalan yang dibuat oleh kebodohan zaman modern. Begitulah hakikat berbalik pada akhir zaman. Orang alim dituduh sebagai orang jahil dan ditinggalkan, dan sebaliknya, orang jahil dianggap berilmu dan mereka bertanya kepadanya, supaya ia sesat dan menyesatkan dan meruntuhkan sendi-sendi Islam satu persatu.

Kata pengantar Syeikh DR. Hasan Hitu untuk Kitab Ahlussunnah Asya'irah Syahadah Ummah wa Adillatuhum karangan Hamd Sinan dan Fauzi al-'Anjari, hal 5-8 Dar Dhiya` Kitab ini bisa di download DISINI

Semoga bermanfaat

Sabtu, 29 Agustus 2015

Imam Masjidil Haram – Mekkah juga baca qunut dan jahr bismillah

Foto Nawawi Ar Rois.
SYEKH SUDAIS MENJADI IMAM DI INDONESIA (MENJAHRKAN BISMILLAH & QUNUT SHUBUH)
Ada hal yang menarik dalam beberapa lawatan Syekh Sudais ke Indonesia. Saya yakin Syekh Sudais (Imam Masjidil Haram – Mekkah) mengerti dan paham betul, bahwa penduduk Islam di Indonesia mayoritas bermadzhab fiqh Syafi’i, karenanya dalam setiap kunjungannya seperti tahun 2000-an dan juga kali ini (30Oktober 2014) Beliau menjadi Imam di sholat-sholat yang dijahrkan suaranya, seperti Maghrib, ‘Isya & Shubuh, beliau selalu membaca surat alfatihah dengan menjahrkan (mengeraskan) membaca Alfatihah. (Baca tentang Menjahrkan Bismillah di dalam sholat)

Lawatan pertamanya tahun 2000-an (Sekitar bulan Desember 2004) lalu Syekh Sudais mengimami sholat Maghrib di Al-Azhar, tahun ini Syekh Sudais mengimami jamaah sholat Jum’at di masjid Istiqlal – Jakarta dengan menjahrkan bismillah pada surat alfatihah, Guru kami sempat pula bercerita di tahun 2000-an beliau sholat berjamaah dan Syekh Sudais sebagai imamnya di sholat shubuh dan Syekh Sudais berqunut pula di rakaat kedua, seperti yang biasa penganut fiqh Madzhab Syafi’i lakukan.
Dan posisi tangan (bersedekap) ketika sholat di atas perut di bawah dada.

Agak berbeda dengan pandangan bid’ah (pelakunya melakukan amalan sesat dan masuk neraka) para sebagian golongan Salafy di Indonesia, yang sangat anti melakukan apa yang di lakukan Syekh Sudais ini, padahal mereka hidup di Indonesia yang mayoritas bermadzhab Syafi’i. Memang terkadang kita sependapat atau tidak sependapat dengan seseorang yang kita kagumi, akan tetapi janganlah menjadikan kita tidak saling menghormati, atau pun jika memang tak ingin menjahrkan bismillah, berqunut & isbal, dll janganlah dengan mudahnya mencela dan menuduh bid’ah pelakunya.

Kiranya Syekh Sudais mengetahui dan memahami akan kalam Syekh Ibnul Qayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Zaad al-Ma’ad, : 1/ 266, perihal ini (qunut shubuh khususnya) :

ﻓﺄﻫﻞ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺘﻮﺳﻄﻮﻥ ﺑﻴﻦ ﻫﺆﻻﺀ ﻭﺑﻴﻦ ﻣﻦ ﺍﺳﺘﺤﺒﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﻮﺍﺯﻝ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ، ﻭﻫﻢ ﺃﺳﻌﺪ ﺑﺎﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﻦ ﺍﻟﻄﺎﺋﻔﺘﻴﻦ، ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﻘﻨﺘﻮﻥ ﺣﻴﺚ ﻗﻨﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ، ﻭﻳﺘﺮﻛﻮﻧﻪ ﺣﻴﺚ ﺗﺮﻛﻪ، ﻓﻴﻘﺘﺪﻭﻥ ﺑﻪ ﻓﻲ ﻓﻌﻠﻪ ﻭﺗﺮﻛ

“AHLI HADITS adalah kaum pertengahan antara mereka (pent: yang mengatakan Qunut itu bid’ah) dan mereka yang menganggap sunnah Qunut ketika ada nawazil dan lainnya (pent: termasuk Qunut Shubuh). Mereka lebih beruntung terhadap hadits Nabi, mereka qunut ketika Rasulullah Qunut dan meninggalkannya ketika Rasul juga meninggalkannya. Mereka mengikuti Nabi dalam menjalankan ataupun meninggalkannya. “
Kemudian Ibnul Qayyim melanjutkan ucapannya :

ﻭﻳﻘﻮﻟﻮﻥ : ﻓﻌﻠﻪ ﺳﻨﺔ ﻭﺗﺮﻛﻪ ﺳﻨﺔ، ﻭﻣﻊ ﻫﺬﺍ ﻓﻼ ﻳﻨﻜﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺩﺍﻭﻡ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻻ ﻳﻜﺮﻫﻮﻥ ﻓﻌﻠﻪ، ﻭﻻ ﻳﺮﻭﻧﻪ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻻ ﻓﺎﻋﻠﻪ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎ ﻟﻠﺴﻨﺔ، ﻛﻤﺎ ﻻ ﻳﻨﻜﺮﻭﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻦ ﺃﻧﻜﺮﻩ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻨﻮﺍﺯﻝ، ﻭﻻ ﻳﺮﻭﻥ ﺗﺮﻛﻪ ﺑﺪﻋﺔ، ﻭﻻ ﺗﺎﺭﻛﻪ ﻣﺨﺎﻟﻔﺎ ﻟﻠﺴﻨﺔ، ﺑﻞ ﻣﻦ ﻗﻨﺖ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ، ﻭﻣﻦ ﺗﺮﻛﻪ ﻓﻘﺪ ﺃﺣﺴﻦ

“ Mereka (AHLI HADITS) mengatakan bahwa melakukannya adalah perbuatan SUNNAH dan meninggalkannya juga perbuatan SUNNAH. Maka, mereka tidak mengingkari orang yang membiasakan qunut, tidak benci untuk melakukannya , tidak menganggapnya bid’ah, dan juga tidak menganggap orang yang melakukannya termasuk menyelisihi sunnah begitu juga sebaliknya. Bahkan orang yang qunut itu BAGUS, yang meninggalkannya juga BAGUS.”

ﻻ ﻳﻨﻜﺮ ﺍﻟﻤﺨﺘﻠﻒ ﻓﻴﻪ , ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﻨﻜﺮ ﺍﻟﻤﺠﻤﻊ ﻋﻠﻴﻪ

“ Tidak boleh mengingkari perkara yang masih diikhtilafkan, sesungguhnya pengingkaran hanya boleh dalam perkara yang sudah ijma’ “

Semoga bermanfaat

Jumat, 28 Agustus 2015

Kisah mencintai para ulama



Sayyidina Abubakar RadhiAllahu anhu selalu mengiringi Rasulullah Shallallahu alaihi wa alaa aalihi wasallam berjalan pulang bersama setelah menunaikan sholat isya berjamaah.. dan mereka berpisah ketika nabi masuk rumahnya.. Dan terkadang berpisah sejenak sangatlah terasa berat bagi Abubakar, beliau duduk didepan pintu rumah nabi hingga fajar tiba !!! Rasulullah keluar dari rumah untuk sholat subuh dan Abubakar berangkat bersama orang terkasihnya lagi, nabi bertanya, "kenapa sampai demikian duhai Abubakar?".
Dan Abubakar menjawab ,

قرة عينى بك يا رسول الله

"qurratu 'ayni bika ya Rasulullah" 
(engkau adalah segala penghias dan pengobat rindu bagi mataku, wahai Rasulullah)
 

Bagi kita yang tak pernah tahu bagaimana rupa Rasulullah Shallallahu alaihi wa alaa aalihi wasallam cukuplah berkumpul dan menatap para auliya atau ulama, Imam Hasan Al Basri berkata:

سأل رجل الحسن البصري فقال يا إمام دلني على عمل يقربني الى الله ويدخلني الجنه . قال احب احد أولياءه عسى الله ان يتطلع إلى قلبه فيجد اسمك مكتوب فيه فيدخلك معه الجنه

Seseorang bertanya kepada Imam Hasan Al Basri "wahai Imam hasan katakan amalan apa yang bisa membuat aku dekat dengan Allah dan menyelamatkan diriku ditempat terbaik di yaumil akhir (jannah) dan imam Hasan menjawab "cintailah para auliya atau ulama (orang yang dekat dengan Allah) dan berharap ketika Allah menatap hati para kekasihnya itu dan disana tertulis namamu, dan itu akan membuat Allah membiarkan engkau bersama mereka di tempat terbaik Nya" In syaa Allah, Aamiin .

Mencintai Ulama dan Anjuran Untuk Memuliakannya

Kuncup cinta tak boleh layu. Deburan asmara mesti menggebu. Rasa cinta adalah fitrah. Cinta ulama mengais berkah. Penting bagi kita semua untuk menggali pembahasan tentang Mencintai Ulama dan Memuliakannya. Hal ini agar kita lebih mampu mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa melalui jalan ilmu. Jalannya orang-orang yang diridloi oleh Allah SWT.

Mencintai Ulama dan Anjuran Untuk Memuliakannya
Siapa Ulama?
Ulama adalah orang-orang yang berjuang di jalan Agama melalui ilmu. Mereka adalah orang-orang yang mewarisi Nabi dalam menjaga dan mensyiarkan ilmu agama. Mensyiarkan pengetahuan pada umat agar tetap berpegang pada kebenaran diatas Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Ulama berperan mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu kepada umat agar mereka berilmu dalam beramal. Sebab keimanan, ucapan, dan perbuatan apabila dilakukan tanpa disertai dengan ilmu maka semuanya malah bisa menjadi pedang yang menghunus, baik terhadap orang lain maupun diri sendiri. Pemahaman dalam urusan agama harus menjadi pendalaman yang mendarah daging. Apalagi ketika kita dihadapkan pada berbagai kewajiban yang menuntut kita untuk mengetahui ilmunya.

Mengapa Harus Mencintai dan Memuliakan Ulama?
Allah SWT Berfirman:

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِماً بِالْقِسْطِ

“Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. (juga menyatakan yang demikian itu) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu..” (QS.  Ali-Imran: 18).

Dalam ayat diatas, Allah SWT memulai dengan menyebut nama-Nya Yang Agung. Setelah itu dilanjutkan dengan menyebut malaikat lantas kemudian pada para ahli ilmu. Hal ini menunjukan kemuliaan dan keutamaan para ahli ilmu disisi Allah SWT. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mencintai para ulama sebagai bagian dari ahli ilmu.

Rasulullah SAW bersabda:

وقال صلى الله عليه وسلم: أكرموا العلماء فإنهم عند الله كرماء مكرمون

“Handaknya kamu semua memuliakan ulama’, karena mereka itu orang-orang yang mulia menurut Allah dan dimulyakan.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال صلى الله عليه وسلم: فَضْلُ العَالِمِ عَلىَ العَابِدِ كَفَضْلِ القَمَرِ لَيْلَةَ البَدْرِ عَلىَ سَائِرِ الكَوَاكِبِ

Nabi SAW bersabda: “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan di malam purnama atas seluruh bintang-bintang.” (Kitab Lubabul Hadits)

فَضْلُ العَالِمِ عَلَى العَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أُمَّتِي :وفي رواية للحارث بن أبي أسامة عن أبي سعيد الخدري عنه صلى الله عليه وسلم

Dalam satu riwayat Al Harits bin Abu Usanah dari Sa’id Al Khudri ra. dari Nabi SAW bersabda : “Keutamaan seorang alim atas ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas umatku.” (Kitab Tanqihul Qaul)

وقال صلى الله عليه وسلم: من نظر إلى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله تعالى من تلك النظرة ملكا يستغفر له إلى يوم القيامة

Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa memandang wajah orang alim dengan satu pandangan lalu ia merasa senang dengannya, maka Allah Ta’ala menciptakan malaikat dari pandangan itu dan memohonkan ampun kepadanya sampai hari kiamat.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: من أكرم عالما فقد أكرمني، ومن أكرمني فقد أكرم الله، ومن أكرم الله فمأواه الجنة

Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa memuliakan orang alim maka ia memuliakan aku, barangsiapa memuliakan aku maka ia memuliakan Allah, dan barangsiapa memuliakan Allah maka tempat kembalinya adalah surga.” (Kitab Lubabul Hadits)

رواه الخطيب البغدادي عن جابر  .أكْرِمُوا العُلَمَاءَ فإنَّهُمْ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، فَمَنْ أكرَمَهُمْ فَقَدْ أَكْرَمَ الله وَرَسُولَهُ  :وقال صلى الله عليه وسلم

Nabi SAW bersabda : “Hendaknya kamu semua memuliakan para ulama, karena mereka itu adalah pewaris para Nabi, maka barangsiapa memuliakan mereka berarti memuliakan Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Al Khatib Al Baghdadi dari Jabir ra., Kitab Tanqihul Qaul)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: نَوْمُ العَالِمِ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ الجَاهِلِ

Nabi SAW bersabda : “Tidurnya orang alim itu lebih utama daripada ibadah orang bodoh.” (Kitab Lubabul Hadits)

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَنَمَّا زَارَنِي، وَمَنْ صَافَحَ عَالِمًا فَكَأَنَّما صَافَحَنِي، وَمَنْ جَالَسَ عَالِمًا فَكَأَنَّما جَالَسَنِي في الدُّنْيَا، وَمَنْ جَالَسَنِي في الدُّنْيَا أَجْلَسْتُهُ مَعِيْ يَوْمَ القِيَامَةِ

Nabi SAW bersabda : “Barangsiapa mengunjungi orang alim maka ia seperti mengunjungi aku, barangsiapa berjabat tangan kepada orang alim ia seperti berjabat tangan denganku, barangsiapa duduk bersama orang alim maka ia seperti duduk denganku didunia, dan barangsiapa yang duduk bersamaku didunia maka aku mendudukkanya pada hari kiamat bersamaku.” (Kitab Lubabul Hadits)

وعن أنس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: مَنْ زَارَ عَالِما فَقَدْ زَارَنِي، وَمَنْ زَارَنِي وَجَبَتْ له شَفَاعَتي، وكانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ أَجْرُ شَهِيدٍ

Dari Anas bin Malik ra., bahwasanya Rasulullah bersabda : “Barangsiapa mengunjungi orang alim berarti ia mengunjungi aku, barangsiapa mengunjungi aku maka ia wajib memperoleh syafa’atku, dan setiap langkah memperoleh pahala orang mati syahid.” (Kitab Tanqihul Qaul)

وعن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: مَنْ زَارَ عَالِما ضَمِنْتُ لَهُ عَلى الله الجَنَّةَ

Dari Abu Harairah ra., saya mendengar Rasulullah saww. bersabda : “Barangsiapa mengunjungi orang alim, maka aku menjamin kepadanya dimasukkan surga oleh Allah”. (Kitab Tanqihul Qaul)

فقيه واحد متورع أشد على الشيطان من ألف عابد مجتهد جاهل ورع :وقال صلى الله عليه و

Nabi SAW bersabda : “Seorang alim fiqih yang perwira (wara’) adalah lebih berat bagi syaitan daripada seribu orang ahli ibadah yang tekun yang bodoh lagi perwira.” (Kitab Tanqihul Qaul)

Sungguh hina apabila kita menemukan orang-orang yang membenci ulama. Hal ini menyedihkan karena merupakan pelecehan terhadap agama. Sebab, agama senantiasa diperjuangkan oleh ilmu-ilmu yang disyiarkan oleh ulama. Lantas apabila ada orang yang menghinakan ulama itu berarti ia sungguh-sungguh telah melecehkan agama. Bukan hanya itu, orang yang melecehkan ulama seolah sedang menentang Nabi SAW. Sebab Nabi SAW jelas-jelas memerintahkan kita selaku umatnya agar memuliakan ulama, bukan malah menghinakannya. Naudzubillah. Semoga kita dijadikan orang-orang yang selalu dekat dengan ulama. Mencintai dan memuliakannya dengan penuh keikhlasan. Serta dijadikan orang yang senantiasa tidak bosan untuk mengambil ilmu dari mereka. Agar kita menjadi orang-orang yang diangkat derajatnya dan didekatkan dengan Allah SWT.

Mari kita mencintai para ulama, sbb para ulama adalh warasatul anbiya...
hujjatul islam imam ghozali ra bknlh dri ketrunn ulama, ttpi orng tuanya yg sngat ta'dzim, mahabba, wa takrimah kpda ulama2 dn berdoa kpda allah smga anaknya mnjdi ulama, dan alhamdulillah anak2nya menjdi ulama yg terknl.
Smga klk ketrn kita mnjdi ulama yg istiqomah, bertaqwa, waroi, tawdhu, roja, khauf, mahabba kpda allah.

Ulama Pewaris Nabi

Rasulullah bersabda

إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud)

Rasulullah bersabda

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعاً يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِباَدِ، وَلَكِنْ بِقَبْضِ الْعُلَماَءِ. حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عاَلِماً اتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُوْساً جُهَّالاً فَسُأِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّو

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.”(HR. Al-Bukhari no. 100 dan Muslim no. 2673)

Periwayat Terbayak

Sahabat Rasulullah yang paling banyak meriwayatkan hadits ialah:
Abu Hurairah 5374 hadits, Ibnu Umar 2630 hadits, Anas bin Malik 2286 hadits, Aisyah 2210 hadits, Ibnu ‘Abbas 1660 hadits, Jabir bin ‘Abdullah 1540 hadits, Abu Sa’id Al-Khudri 1170 hadist, Ibnu Mas’ud 848 hadits, Ibnu ‘Amr bin Ash 700 hadits, Abu Dzarr Al- Ghifari 281 hadits, Abu Darda’ 179 hadits (Talqih fahum ahli al-atsar karya Ibn Jauzi)

Nabi bersabda

 خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِيْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

“Sebaik-baik manusia adalah generasiku ( para sahabat ) kemudian generasi berikutnya (tabi’in) kemudian generasi berikutnya ( tabiu’t tabi’in )” (Hadits Bukhari & Muslim)

Imam Malik rohimahullah telah berkata :

 كُلُّ خَيْرٍ فِي إتِباَعِ مَنْ سَلَف وَ كُلُّ شَرٍّ فِي إبْتِداَعِ مَنْ خَلَفِ

“Setiap kebaikan adalah apa-apa yang mengikuti para pendahulu (salaf), dan setiap kejelekan adalah apa-apa yang diada-adakan orang kemudian (kholaf)” dan “Tidak akan baik akhir dari umat ini kecuali kembali berdasarkan perbaikan yang dilakukan oleh generasi pertama”.

Rasulullah bersabda
“Akan senantiasa ada di antara ummatku sekelompok orang yang tampil membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka sehingga datang (hari Kiamat) ketetapan Allah, sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian.” (Hadits Muslim)

Permasalahannya umat Islam banyak pula yang merasa lebih pandai dan mengabaikan nasehat para ulama.alias meninggalkan para ulama

Asy‐Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al‐Bantani Rahimahullah Ta’ala, di dalam kitabnya, Nasha‐ihul Ibad fi bayani al‐Faadzi al‐Munabbihaat ‘alal Isti’daadi Li Yaumil Ma’adi membawakan sepotong hadits tentang larangan meninggalkan para ulama

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda

سَيَأْتِيْ زَمَانٌ عَلَى اُمَّتِيْ يَفِرُّوْنَ مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالْفُقَهَاءِ فَيَبْتَلِيْهِمُ اللهُ تَعَالَى بِثَلاَثِ بَلِيَّاتٍ: اُوْلاَهَا يَرْفَعُ بَرَكَةَ مِنْ كَسْبِهِمْ وَالثَّانِيَةُ يُسَلِّطُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا ظَالِمًا وَالثَّالِثَةُ يَخْرُجُ مِنَ الدُّنْيَا بِغَيْرِ اِيْمَانٍ

“Akan datang satu zaman atas umatku dimana mereka lari (menjauhkan diri) dari (ajaran dan nasihat) ulama’ dan fuqaha’, maka Allah Taala menimpakan tiga macam musibah atas mereka, iaitu
1. Allah mengangkat (menghilangkan) keberkahan dari rizki (usaha) mereka,
2. Allah menjadikan penguasa yang zalim untuk mereka dan
3. Allah mengeluarkan mereka dari dunia ini tanpa membawa iman

Dekat dengan Ulama dan Patuh terhadap Hukama

عليكم بمجالسة العلماء واستماع كلام الحكماء فإنّ الله تعالى يحي القلب الميت بنور الحكمة كما يحي الأرض الميتة بماء المطر

“Hendaklah kalian berkumpul dengan para ulama’ dan mendengarkan perkataan hukama’, karena sesungguhnya Allah menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang tandus dengan air hujan.”
Hikmah adalah suatu ilmu yang bermanfaat, sedangkan hukama’ adalah para ahli hikmah. Berdasarkan hadist ini, hukama’ adalah ahli hikmah yang mengetahui Dzat Allah, senantiasa berada dalam kebenaran, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Adapun ulama adalah orang alim (shaleh) yang mengamalkan ilmunya.
Ath-Thabrani juga telah meriwayatkan dari Abu Hanifah sebagai berikut:

جالسواالكبراء وسائلواالعلماء وخالطواالحكماء

“Hendaklah kalian berkumpul (bergaul) dengan para kubara’, dan bertanyalah kepada para ulama’ serta dekatlah kalian dengan para hukama’.”

Dalam riwayat yang lain:

جالس العلماء وصاحب الحكماء وخالط الكبراء

“Hendaklah kamu berkumpul dengan para ulama, bersahabat dengan para hukama’ dan dekat dengan para kubara’.”
Mengenai bertanya kepada para ulama’, hal ini sebagaimana Firman Allah dalam Al-Qur’an,

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui.” (Al-Anbiya: 7)
Dan mengenai berkumpul bersama para ulama atau hukama, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (Al-Kahfi: 28)

Ulama dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu:

a. Ulama’, yaitu orang yang ‘alim (pengetahuannya luas) tentang hukum-hukum Allah dan mereka itu berhak memberikan petunjuk (nasihat).
b. Hukama’ adalah orang-orang yang mengetahui Dzat Allah SWT. Dekat dengan mereka dapat membuat watak menjadi terdidik, karena dari hati mereka bersinar cahaya makrifat (mengenali Dzat Allah lebih dekat lagi dan rahasia-rahasia yang lain) dan dari jiwa mereka terpantul sinar keagungan Ilahi.
c. Kubara’, yaitu orang-orang yang dianugerahi makrifat terhadap hukum-hukum Allah dan terhadap Dzat Allah.

Berkumpul dengan orang yang ‘alim (mengetahui tentang Allah) dapat mendidik tingkah laku menjadi lebih baik. Hal ini tidak lain karena pengaruh kebiasaan-kebiasaan mereka yang tentunya lebih baik daripada lisan. Jadi, kebiasaan seseorang yang dapat bermanfaat bagimu, tentu akan bermanfaat pula ucapannya. Begitu juga sebaliknya.
As-Sahwardi pernah meninjau ke sebagian masjid Al-Khaif di mina seraya memandangi wajah orang-orang yang berada di dalamnya. Lalu beliau ditanya oleh seseorang (yang berada disana), “Mengapa tuan memandang wajah-wajah orang itu?” Maka beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah telah menjadikan beberapa orang yang apabila memandang kepada orang lain maka orang yang dipandangnya itu akan merasa damai (bahagia) dan saya pun sedang mencari orang yang seperti itu.”
Hal ini sebagaimana Rasulullah saw. telah bersabda,

سيأتي زمان على أمتي يفرّون من العلماء والفقهاء فيبتليهم الله بثلاث بليّات ألاها يرفع الله البركة من كسبهم والثانية يسلّط الله تعالى صلطانا ظالما والثالثة يخرجون من الدنيا بغير إيمان

“Akan datang suatu masa pada umatku, mereka lari (jauh) dari ulama’ dan fuqaha’ (orang-orang yang paham mengenai agama), maka Allah akan menurunkan tiga macam adzab kepada mereka; Pertama, Allah mencabut keberkahan dari usaha mereka. Kedua, Allah memberikan kekuasaan kepada pemimpin yang kejam (di dunia). Ketiga, mereka keluar dari dunia ini (mati) tanpa membawa iman.”

(Diterjemahkan dari kitab Nasha-ihul Ibad karangan Syaikh Nawawi al-Bantani dengan tambahan sedikit)
Semoga bermangaat

Selamat nya ruh itu dari sedikit nya dosa

" Selamat nya ruh itu dari sedikit nya dosa "
========
dalam kitab muksyafatul qulub bab ke 1 karya imam ghozali rohimahulloh halaman 5

قال بعض الحكماء : سلامةالجسد فى قلة الطعام ، وسلامة الروح فى قلة الأثام وسلامة الدين فى الصالاة على خير الأنام . مكاشفة القلوب، ص ٥

berkata beberapa ahli hikmah :
“Selamatnya jasad itu dari sedikitnya makan, selamatnya ruh itu dari sedikitnya dosa, dan selamatnya agama dengan memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Solallohu alahi wasallam (utusan alloh subhanahu wata'ala yang terbaik / manusia pilihan terbaik ) .
sumber kitab muksyafatul qulub bab1 halaman 5



Semoga bermanfaat

Faham Ash'ary dan Maturidi merupakan faham yang dianut oleh mayoritas ummat islam di dunia


FAHAM ASH'ARY DAN MATURIDI SEBAGAI FAHAM YANG DIANUT OLEH PARA PAKAR ISLAM
Faham Ash'ary dan Maturidi merupakan faham yang dianut oleh mayoritas ummat islam di dunia. Faham Ashary dan Maturidi sudah teruji kebenarannya dalam membentengi akidah kita seperti yang diajarkam Rosululloh S.A.W

Banyak sekali ulama yang menjadi penganut faham Ashari dan Maturidi Bahkan Al Imam Abdulloh Al haddad tarim berkata dalam Nailul Marom Hal.8 ;
"ketahuilah bahwa faham Ash'ary Dalam kepercayaannya adalah faham yang dianut ummat islam serta para ulama adalah orang yang bernisbat kepada mereka yang mengikuti Toriqoh nya orang orang yang menjadi pakar ilmu sepanjang masa, yang mana mereka menjadi imam dalam ilmu tauhid, ilmu teologi, tafsir, Qiro'ah,  Fiqh,  Ushul Hadits, tashowwuf , Bahasa dan sejarah".

Tentu saja hal ini menunjukkan bahwa faham ini merupakan faham ahlussunnah wal jama'ah.dan dengan banyaknya tokoh besar islam yang menganut faham ini menunjukkan bahwa ummat islam tak akan berkumpul dalam kesesatan.

Berikut ini Diantara nama-nama tokoh besar islam yang menganut faham Ahlussunnah Wal Jama'ah mengikuti manhaj Al Imam Abul Hasan Al Ash'ary dan Al Imam Abu Mansur Al Maturidi.

Tokoh Bidang Tafsir beserta karangan kitabnya.
1. Al Allamah Al mufassir Al Imam Qurtubi (pengarang kitab Al Jami Liahkamil Qur'an)
2. Al Allamah Al mufassir Al Imam Abul Fida' Ibnu Katsir (Tafsir Adzim, Bidayah Wa Nihayah, tafsir Ibnu Katsir)
3. Al Allamah Al mufassir Al Imam Ibin Athiyah Al Andalusi ( Muharror Al Wajiz)
4. Al Allamah Al mufassir Al Imam Fakhrur Rozi (mafatihul Ghoib)
5. Al Allamah Al mufassir Al Imam Jalaluddin Suyuthi (dzurrul mantsur)
6. Al Allamah Al mufassir Al Imam Khotib Syarbini ( Sirojul Munir)
7. Al Allamah Al mufassir Al Imam Abu Hayyan (Bahrul muhit, Hujjah tsabit)

Masih banyak lagi ulama Tafsir lain baik salaf maupun kontenporer yang beljm kami sebutkan.

Tokoh Bidang Hadits beserta karangannya

1. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam Daruqutni 
2. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam Abu Naim Al Asbahani (Hilyatul Awliya)
3. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam Al Hakim An Naisaburi ( Mustadzrok)
4. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam Sa'ad abu sam'ani (Al Ansab)
5. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam Abu Bakar Al Baihaki (Aat Tashonif)
6. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam Ibnu Asakir (Tarikh Madinatu Dimsyiq)
7. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam muhyiddin Syarof AnNawawi (Adzkar, bulughul Marom , Riyadlus sholihin)
8. Al Allamah Al hafidz Al Muhaddits Al Imam Ibnu Hajar Al Atsqolani (Fathul Bari, Ibanatul Ahkam)
dan banyak lagi ulama hadits lainnya. bahkan imam Subki berkata dalam Tobaqot Qubro hal.32 juz.4 ; " faham Asya'iroh merupakan faham para pakar hadits sejak dahulu hingga sekarang".

Tokoh Bidang Fiqh

Al Imam Al Allamah Ibnu Asakir mengatakan dalam Tabyin Kadzib Muftaro hal.410 ;
"kebanyakan ulama' diseluruh belahan dunia menganut faham Ash'ary dan imam di kota-kota. dan para pakar Fiqh dari madzhab Hanafi , Maliki, Syafi'ie menganut faham ini, serta ridlu dengan keluhuran perjalanannya dalam penyebaran agama Alloh S.W.T juga memuji dengan banyaknya ilmu beliau".
Dari ini bisa kita simpulkan mayoritas ulama Fiqh berfaham Ash'ary dan Maturidi.

Tokoh Bidang Gramatika Bahasa

Mari kita lihat Komentar Al Imam Abu Mudzoffar Al Isfiroyaini dalam kitab Al farqu  Bainal Firoq hal.180-240 ;
"sebagiam besar pakar Bahasa dan Gramatika dari kota Bashroh dan Kufah pada era Islam mereka menganut faham ahlussunnah wal jama'ah Begitu juga ahli Hadits dan logika. .
Begitu pula tidak ada satupun para ulama Gramatika kecuali mereka tidak setuju dengan Ahli Bid'ah dan jauh dari kesesatan mereka seperti imam Kholil, Yunus bin habib, Syibawaih, Akhfash, Zujaj, Mubarrid, Abi Hatim, Asmu'i, Azhati, Al Farobi, Ibnu Faris, Al Farobi, Abi Amr syaibani, Abi Zaid, Abi Ubaidah, Abi Ubaid, Qosib Bin Salam.

semua dari mereka memiliki keterkaitan dengan ahlussunnah wal jamaah dan mereka memiliki kontribusi dalam menolak ahali Bid'ah dan tak ada satupun yang terjerumus dalam kebid'ahan. dan siapapun yang menganut Kebidahan tidak boleh menjadi patokan dalam periwayatan ushul lughoh dan pemindahan gramatika.begitu juga tidak dalam pentakwilan hadits dan periwayatan dan penafsiran Ayat Al Quran".

Tokoh Bidang Sejarah

Al Imam Abu Mudzoffar menjelaskan dalam Al Farqu Bainal Firoq ;
"Ilmu peperangan nabi , Sejarah, Pemilahan antara yang sesat dan yang lurus bukanlah spesifikasi yang dimiliki Ahli Bid'ah, siapapun yang menjadi acuan dari ilmu ini maka dia tidak diragukan bagian dari ahlussunnah wal jamaah".

berikut diantara nama nama ulama' ahli sejarah

1. Al muarrikh Al Alim Al Imam Baihaqi (pengarang Dalailun Nubuwwah)
2. Al muarrikh Al Alim Al Imam Asbihani (juga pengarang Dalail Nubuwwah)
3. Al muarrikh Al Alim Al Imam Qodli Iyadh ( As Syifa Wa Ahwalul Musthofa)
4. Al muarrikh Al Alim Al Imam Ibnu Jauzi (Al Wafa Biahwalil Musthafa)
5. Al muarrikh Al Alim Al Imam Halaby (Siroh halabiyah , insan 'Uyun)
6. Al muarrikh Al Alim Al Imam Suhaili ( Raudlotul Anfi)
7. Al muarrikh Al Alim Al Imam Qostolani ( Mawahibul Ladunniyah)
8. Al muarrikh Al Alim Al Imam Shofdi (Al Wafi Fi Al Wafiyat).

Download Kitab Karangan Abdullah bin Alwi al-Haddad

Risalatul Mu'awanah
Beliau dilahirkan pada malam senin 5 Shafar 1044 H / 1624 M di Subair, di pinggiran kota Tarim, ‎Hadramaut, Yaman. Pada tahun kelahirannya, terjadi beberapa peristiwa, yaitu Wafat Habib Husein bin ‎Syekh Abu Bakar bin Salim dan Sayyid Yusuf bin Al-Fasi ( murid Syekh Abu Bakar bin Salim ) dan ‎terbunuhnya Sayyid Ba Jabhaban.‎ Beliau terlahir dengan nama “Abdullah “ dan berikut nasabnya, Abdullah bin Alwi bin Muhammad bin ‎Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Ahmad bin Abu Bakar bin Ahmad bin Muhammad bin ‎Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwi bin Muhammad, bin Ali bin Alwi bin ‎Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin isa bin Muhammad bin Ali bin Jaafar Al-Shadiq bin ‎Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainul Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib dan juga putra Fathimah binti ‎Rasulillah Muhammad.‎
 
Guru-Guru Abdullah bin Alwi al-Haddad 
  • Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrohman Al-Aththos bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin ‎Abdurrohman bin Abdullah bin Abdurrohman Asseqaff,‎ 
  • Al-Allamah Al-Habib Aqil bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ali bin Aqil bin Syaikh Ahmad ‎bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrohman Asseqaff,‎ 
  • Al-Allamah Al-Habib Abdurrohman bin Syekh Maula Aidid Ba’Alawy,
  • Al-Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad Bahasan Al-Hudaily Ba’Alawy
  • Al-Mukarromah Al-Habib Muhammad bin Alwy bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin ‎Abdurrohman Asseqaff
  • Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh ‎Abdurrahman Asseqaff 
  • Sayyid Syaikhon bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
  • Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
  • Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrohman bin Muhammad bin Syaikh ‎Al-Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthob Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Robbani Abu Bakar bin ‎Abdullah Al-Idrus
  • Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al-Asqo
  • Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi Murid-murid Abdullah bin Alwi al-Haddad
 Murid-Murid Abdullah bin Alwi al-Haddad
  • Habib Hasan bin Abdullah Al Haddad ( putra beliau )
  • Habin Ahmad bin Zein Al Habsyi
  • Habib Abdurrahman bin Abdullah BilFaqih
  • Habib Muhammad bin Zein bin Smith
  • Habib Umar bin Zein bin Smith
  • Habib Umar bin Abdullah Al Bar
  • Habib Ali bin Abdullah bin Abdurrahnan As Segaf
  • Habib Muhammad bin Umar bin Toha Ash Ahafi As Segaf
  • dll.‎ 
Beliau termasuk ulama yang produktif. Banyak beberapa kitab karangannya yang sampai saat ini ‎dipelajari, dipahami dan diamalkan diberbagai tempat khususnya dipesantren-pesantren. 
Berikut beberapa kitab Karangan Abdullah bin Alwi al-Haddad. Bentuk PDF ‎‎(Download Gratis)‎ 
‎9.‎ Al-Imam al-Haddad : Siratuhu wa Manhajuhu (Sejarah Abdullah bin Alwi al-Haddad)‎ 
12.‎ Diwan al-Imam al-Haddad (Kumpulan Syair Abdullah bin Alwi al-Haddad)‎ 


Semoga bermanfaat

Rabu, 26 Agustus 2015

Tatkala Menganggap Diri Lebih Baik dan Benar

Ibrahim bin Adham suatu ketika sedang berjalan di tepi pantai. Tanpa sengaja, matanya melirik sepasang manusia berduaan dengan begitu mesranya. Terlintas di benak sufi ini bahwa sepasang kekasih itu sedang dimabuk cinta. Bukan hanya mabuk cinta, ternyata mereka juga sedang mabuk dalam arti yang sesungguhnya. Terlihat di sekeliling mereka beberapa botol minuman berseliweran, terdapat bekas botol yang baru saja selesai dikosongkan isinya. Beberapa saat, Ibrahim bin Adham terkesima dengan pemandangan yang dia lihat sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ia berpikir betapa musykilnya sepasang manusia ini, bermaksiat sedemikian mudahnya, seakan tak ada dosanya.
Tiba-tiba dalam jarak beberapa meter di depan mereka, gelombang laut mengganas menerjang pinggiran pantai. Menghanyutkan sesiapa yang berdekatan, tak pandang bulu. Beberapa orang berusaha berdiri, berenang, dan berlari menjauh ke arah daratan. Sebagian mereka bisa melepaskan diri dari terjangan ombak. Namun nahas, lima lelaki tak kuasa diseret gelombang. Seketika, lelaki mabuk yang sedang bermesraan di pinggir pantai itu berlarian menuju ke arah lima orang yang hanyut. Ia berusaha menarik satu-persatu lelaki yang hampir terbawa arus. Ibrahim bin Adham yang melihat kejadian itu hanya bisa tercengang, berdiri mematung di tempatnya. Antara tercengang dengan kejadian yang terjadi begitu cepat di depan matanya dan juga tidak bisa berenang.
Sementara si lelaki ini begitu cekatan berlari dan berenang. Tak membutuhkan waktu lama, si pemuda mabuk tadi berhasil menyelamatkan empat orang. Kemudian ia kembali. Namun bukannya kembali ke perempuan yang tadi sempat ditinggalkan sejenak, lelaki ini justru menuju ke arah Ibrahim bin Adham. Belum terjawab kebingungan Ibrahim bin Adham, tiba-tiba saja, ia mengucapkan beberapa kalimat, padahal Ibrahim bin Adham tidak bertanya sepatah katapun.
“Tadi itu aku hanya bisa menyelamatkan empat nyawa, sementara kau seharusnya menyelamatkan sisa satu nyawa yang tidak bisa aku selamatkan.”
Belum selesai kebingungan Ibrahim bin Adham, lelaki ini melanjutkan, “Perempuan yang di sebelahku itu adalah ibuku. Dan minuman yang kami minum hanyalah air biasa.” Ia memberikan alasan. Seolah ia mampu membaca semua apa yang dipikirkan oleh Ibrahim bin Adham.
Kejadian sederhana itu mampu menyadarkan sang ulama terkenal, Ibrahim bin Adham. Seketika itu hati beliau dipenuhi sesal dan taubat. Lelaki yang sempat dianggap ahli maksiat ternyata jauh lebih baik dibandingkan beliau yang terkenal ahli ibadah. Kejadian itu begitu membekas dalam hidup Ibrahim bin Adham hingga wafatnya. Jika seorang Ibrahim sang Sufi saja bisa terjebak dalam perangkap itu, bagaimana dengan kita manusia akhir zaman?

Betapa seringnya kita berada di posisi menjustifikasi manusia. Atas sedikit fakta yang kita tahu tentang cuplikan kehidupannya, kita menuduhnya dengan stigma yang sangat tak pantas. Tatkala seorang teman yang tak menyapa ketika berpapasan dengannya sekali waktu, seketika kita beropini bahwa ia sombong. Padahal di balik itu, ia sedang dirundung masalah besar, bersedih, atau juga tak melihat kita. Di saat seorang teman tak memberi kita pinjaman uang, seketika kita menduga bahwa ia pelit. Padahal di balik itu ia sedang berusaha mendapatkan banyak uang untuk kebutuhan ibunya atau untuk membayar utang-utangnya. Di saat seorang karib tak memenuhi undangan kita, terlintas di benak jika ia seorang yang tak menghargai. Padahal di balik itu, dia mendapatkan sebuah tanggungan yang harus segera diselesaikan hari itu juga sementara ia sungkan untuk memohon izin dikarenakan penghormatannya.
Penyebab retaknya ukhwah dengan sesama salah satunya disebabkan urusan salah persepsi. Lalu melahirkan saling mencurigai dan saling bersu’udzon. Tak sengaja ketika kita menganggap seseorang berdasarkan persepsi kita maka yang terjadi adalah rasa kekecewaan terhadap semua orang. Sementara tanpa disadari hal ini juga membangkitkan rasa ego sedikit demi sedikit menjadi pribadi yang superior, tanpa cela, dan antikritik. Sampai akhirnya menganggap diri sendiri adalah segalanya. Sang manusia sempurna dan pemilik kebenaran seorang diri, atau kelompoknya semata. Betapa berbahayanya.
Jauh-jauh hari Nabi SAW mengingatkan, "Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah seduta-dustanya ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563]. Pesan Nabi tidak sekadar nasihat biasa. Beliau mewanti-wanti supaya umatnya selalu menjaga diri. Betapa gelisahnya Nabi jika mengetahui ada diantara umatnya yang saling merendahkan sesama.
Berburuk sangka termasuk laku yang salah, pemantik dosa. Ketika seseorang berburuk sangka dan sangkaannya itu benar, maka sama sekali ia tak akan mendapat pahala apapun. Sementara jika ia berburuk sangka dan sangkaannya itu salah, maka pasti atasnya perbuatan dosa. Betapa tak bermanfaatnya berburuk sangka, menstigmaisasi, dan menghakimi seseorang dari apa yang sedikit pengetahuan kita tentang dia.
Bertemu dengan semua orang seharusnya menjadi cermin untuk diri kita untuk lebih baik lagi. Hal ini diawali dengan rasa saling percaya dan berbaik sangka. Ketika bertemu anak kecil, pikirkan bahwa bisa jadi ia jauh lebih baik dari kita, karena di umurnya yang sedikit, ia masih sedikit dosa dan salah. Ketika bertemu dengan orang tua, pikirkan bahwa ia jauh lebih baik dari kita, karena umurnya yang sudah sepuh, berarti ibadahnya pun jauh lebih banyak dibanding kita. Bertemu orang gila sekalipun ada kesempatan bagi kita berpikir positif, bisa jadi ia lebih baik dan lebih dulu masuk surga dibanding kita. Sebab, orang gila itu tidak dibebani syariat oleh Tuhan yang Maha Adil, sehingga ia tanpa cela. Terlebih ketika bertemu dengan manusia yang cacat fisiknya. Orang buta, tuli, bisu, bisa jadi mereka jauh lebih baik dari kita. Mereka tak pernah menggunakan inderanya untuk meliha, mendengar, dan mengucap dosa. Bukankah mereka lebih selamat di dunia dan akhirat? Lalu masihkah ada kesempatan kita merasa jauh lebih baik, lalu terbersit angkuh dan sombong, dan kemudian merendahkan manusia lainnya, bahkan kemudian menganggap bahwa pemilik kebenaran sempurna adalah sosok diri sendiri seorang?  Wajarkah?

Wallahu a’lam bishawab.

Hukum membaca Syaiun lillahi Faatihan dan maknanya

MAKNA SYAIUN LILLAAHI SETELAH BACAAN AL-FATIHAH
PERTANYAAN :
ASSALAMU 'ALAIKUM....HALLO SAHABAT PISS-KTB YANG KU CINTA,............SAYA MAU TANYA.........dalam tawasul kita sering mendengar kata ''syai un lillah''.APAKAH ADA LANDASAN BERTAWASSUL MEMAKAI KATA2 SEPERTY ITU?? TRIMAKASIH, SAYA TUNGGU JAWABANNYA BESERTA IBAROTNYA,

JAWABAN :
Wa'alaikumsalam. Memang ADA, terdapat dalam sebuah keterangan kitab yang menjelaskan bahwa SYAIUN LILLAAH setelah membaca AL-FATIHAH Artinya Pengakuan seorang hamba bahwa yang merealisasikan segala keinginannya hanyalah Allah Ta’ala.

معني قول بعض الناس عفب الدعاء شئ لله لهم الفاتحة... و معني شئ لله مطلوبنا ومقصودنا شئ لله اي يستمد لوجه الله ابتغاء واستمدادا لا لغيره ولا من غيره ففيها اعتراف بان الذي يسوق المطالب ويحقق المأرب هو الله تعالي الخ

MAKNA SYAIUN LILLAAHI SETELAH BACAAN AL-FATIHAH

Dan makna syaiun lillaahi adalah tujuan dan kehendak kami sesuatu dari Allah artinya ia memohon pada Dzat Allah dengan mengharap ridho dan bantuan hanya dari Allah, tidak pada dan dari selain Allah, didalamnya mengandung pengakuan bahwa yang merealisasikan keinginan-keinginan dan mewujudkan kebutuhan-kebutuhannya adalah Allah Ta’ala semata. [ Qurrah al-‘Ain Bi Fataawa as-Syaikh Isma’iil az-Zain Hal. 211. ].

Wallaahu A'lamu Bis showaab

Ubudiyah Tentang Bacaan شَيْءٌ لِّلهِ الفَاتِحَ

Dalam setiap acara tahlilan, dhiba'an dan barzanji seringkali kita jumpai seorang yang berlaku sebagai pemimpin berkata شيء لله الفاتحة. Entah kalimat itu disebutkan sebelum membaca al-Fatihah sebagai agenda pembukaan atau dibacakan setelah menyebutkan rentetan nama arwah yang akan do'akan.
Secara bahasa klimat شيء لله الفاتحة adalah dua kalimat yang berbeda. kalimat pertama terdiri dari شيء لله yang bermakna bawa"Semua dilakukan karena Allah" dan kalimat kedua adalah الفاتحة yaitu al-Fatihah sebagai nama surat pembuka al-Qu'an. Oleh karena itu, jika digabungan maka kalimat شيء لله الفاتحة dapat diartikan bahwa 'semua yang kita lakukan hanyalah karena Allah, (begitu juga dengan bacaan) al-fatihah'.Sebenarnya
tidak ada anjuran untuk mengucapkan kalimat tersebut, juga tidak ada larangan untuk meninggalkannya. Dalam Kitab Bughyatul Mustarsyidin terdapat pernyataan yang menyebutkan bahwa kalimat

 "شيء لله الفاتحة" 

hanyalah sebuah tradisi,

يا فلان شيء لله غير عربية لكنها من مولدات أهل العرف

Hai Fulan, kalimat "شيء لله" bukanlah bahasa arab, melainkan lahir dari sebuah tradisi.
Sedangkan sebuah tradisi bisa dijadikan hukum dengan catatan tidak bertentangan dengan Syari'at Islam yang berlandaskan Al Quran dan Hadits. Demikian dalam qaidah fiqhiyyah disebutkan:

العادة محكمة

Kebiasaan atau tradisi itu bisa dijadikan landasan hukum .
Tanya:
Apa sih makna, "Syaiun Lillahi" dalam kalimat Syaiunlillahi lahumul fatihah?
Jawab:
Memang ada, terdapat dalam sebuah keterangan kitab yang menjelaskan bahwa SYAIUN LILLAAH setelah membaca AL-FATIHAH. Artinya Pengakuan seorang hamba bahwa yang merealisasikan segala keinginannya hanyalah Allah Ta’ala.

معني قول بعض الناس عفب الدعاء شئ لله لهم الفاتحة... و معني شئ لله مطلوبنا ومقصودنا شئ لله اي يستمد لوجه الله ابتغاء واستمدادا لا لغيره ولا من غيره ففيها اعتراف بان الذي يسوق المطالب ويحقق المأرب هو الله تعالي الخ

Dan makna syaiun lillaahi adalah tujuan dan kehendak kami sesuatu dari Allah artinya ia memohon pada Dzat Allah dengan mengharap ridho dan bantuan hanya dari Allah, tidak pada dan dari selain Allah, didalamnya mengandung pengakuan bahwa yang merealisasikan keinginan-keinginan dan mewujudkan kebutuhan-kebutuhannya adalah Allah Ta’ala semata.
(Qurrah al-‘Ain Bi Fataawa as-Syaikh Isma’iil az-Zain Hal. 211).

Wallaahu A'lamu Bis showaab.

Keutamaan membaca al qur'an dan ciri-ciri kaum khawarij

PERTANYAAN :
Romadhon dianjurkan memperbanyak bacaan qur'an. Afwan saya mau tanya "kenapa ada orang yang banyak membaca al-qur'an tapi tidak melewati tenggorokannya dan bahkan al-qur'an melaknat orang tersebut meskipun ia hatam berkali-kali? lalu bagaimana cara nya agar kita tidak termasuk dalam golongan yang telah digambarkan Nabi saw dalam hadist beliau tentang orang yang membaca al-qur'an tapi tidak melewati tenggorokannya...? terima kasih.

JAWABAN :
Kitab Majma’ Az-Zawaid wa Manba’ Al-Fawaid karya Al-Hafizh Nuruddin Ali bin Abu Bakar bin Sulaiman Al-Haitsami Al-Mishri pentahqiq Muhammad Abdul Qadir Ahmad ‘Atho penerbit Darr Al-Kutub Al-Ilmiah Beirut Libanon cetakan pertama 2001/1422 H juz 6 hal. 241-242 sbb:

10400 – وعن أبي سعيد الخدري أن أبا بكر الصديق جاء إلى النبي صلى الله عليه و سلم فقال : يا رسول الله إني بواد كذا وكذا فإذا رجل متخشع حسن الهيئة يصلي . فقال له النبي صلى الله عليه و سلم : ” اذهب فاقتله ” . ص . 336

قال : فذهب إليه أبو بكر فلما رآه على تلك الحال كره أن يقتله فرجع إلى رسول الله صلى الله عليه و سلم فقال النبي صلى الله عليه و سلم لعمر : ” اذهب فاقتله ” . فذهب عمر فرآه على الحال الذي رآه أبو بكر فرجع فقال : يا رسول الله إني رأيته يصلي متخشعا فكرهت أن أقتله . قال : ” يا علي اذهب فاقتله ” . فذهب علي فلم يره فرجع علي فقال : يا رسول الله إني لم أره . قال : فقال النبي صلى الله عليه و سلم : ” إن هذا وأصحابه يقرؤون القرآن لا يجاوز تراقيهم يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية ثم لا يعودون فيه حتى يعود السهم في فوقه فاقتلوهم هم شر البرية ” رواه أحمد ورجاله ثقات

10400- Dari Abu Said Al-Khudzri, sesungguhnya Abu Bakar As-Siddiq datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya aku dilembah itu dan itu, maka seketika ada seorang lelaki sedang dalam keadaan khusyu’ shalat.’ Maka bersabdalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya, “Pergilah dan bunuhlah dia.” Berkata (Abu Sa’id Al-Khudzri), maka pergilah Abu Bakar dan ketika dia melihnya dalam keadaan itu (sedang shalat) maka Abu Bakar enggan membunuhnya dan kembali kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka bersabdalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Umar bin Khathab, “Pergilah dan bunuhlah dia.” Maka pergilah Umar bin Khathab, ketika dia melihnya dalam keadaan seperti itu (sedang shalat) sebagaimana yang dilihatnya oleh Abu Bakar maka dia kembali dan berkata, ‘Ya Rasulullah, aku melihatnya dia sedang khusyu’ shalat, maka aku enggan membunuhnya.’ Nabi bersabda, “Hai Ali, pergi dan bunuhlah dia.” Maka pergilah Ali dan tidak melihatnya kemudian Ali pulang dan berkata, ‘Wahai Rasulullah aku tidak melihatnya.’ Berkata (Abu Sa’id Al-Khudzri) maka Nabi Shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya ini (orang) dan teman-temannya mereka membaca Al-Quran tetapi tidak melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya kemudian mereka tidak akan kembali didalamnya sehingga anak busur bisa kembali ketempatnya, maka BUNUHLAH (PERANGILAH) MEREKA, mereka adalah SEJELEK-JELEK CIPTAAN (manusia).” (HR. Ahmad dan rijalnya kuat) [Majma’ Az-Zawaid juz 6 hal. 241]

10401– وعن أنس بن مالك قال : كان رجل على عهد رسول الله صلى الله عليه و سلم يغزو مع رسول الله صلى الله عليه و سلم فإذا رجع وحط عن راحلته عمد إلى مسجد الرسول فجعل يصلي فيه فيطيل الصلاة حتى جعل أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم يرون أن له فضلا عليهم فمر يوما ورسول الله صلى الله عليه و سلم قاعد في أصحابه فقال له بعض أصحابه : يا رسول الله هو ذاك الرجل فإما أرسل إليه نبي الله صلى الله عليه و سلم وإما جاء من قبل نفسه فلما رآه رسول الله صلى الله عليه و سلم مقبلا قال : ” والذي نفسي بيده إن بين عينيه سفعة من الشيطان ” . فلما وقف على المجلس قال له رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” أقلت في نفسك حين وقفت على المجلس : ليس في القوم خير مني ؟ ” . قال : نعم ثم انصرف فأتى ناحية من المسجد فخط خطا برجله ثم صف كعبيه فقام يصلي فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” أيكم يقوم إلى هذا فيقتله ؟ ” . فقام أبو بكر فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” أقتلت الرجل ؟ ” . فقال : وجدته يصلي فهبته . ص . 337

فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” أيكم يقوم إلى هذا فيقتله ؟ ” . فقال عمر : أنا . وأخذ السيف فوجده يصلي فرجع . فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم لعمر : ” أقتلت الرجل ؟ ” . فقال : يا رسول الله وجدته يصلي فهبته . فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : أيكم يقوم إلى هذا فيقتله ؟ ” . قال علي : أنا قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” أنت له إن أدركته ” . فذهب علي فلم يجده قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” أقتلت الرجل ؟ ” . قال : لم أدر أين سلك من الأرض . فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” إن هذا أول قرن خرج في أمتي ” . قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : ” لو قتلته – أو قتله – ما اختلف في أمتي اثنان إن بني إسرائيل تفرقوا على إحدى وسبعين فرقة وإن هذه الأمة – يعني أمته – ستفترق على ثنتين وسبعين فرقة كلها في النار إلا فرقة واحدة ” . قلنا : يا نبي الله من تلك الفرقة ؟ قال : ” الجماعة “

قال يزيد الرقاشي : فقلت لأنس : يا أبا حمزة فأين الجماعة ؟ قال : مع أمرائكم مع أمرائكم

رواه أبو يعلى . ويزيد الرقاشي ضعفه الجمهور وفيه توثيق لين وبقية رجاله رجال الصحيح

وقد صح قبله حديث أبي بكرة وأبي سعيد

10401- Dari Anas berkata : Ada seorang lelaki pada zaman Rasulullah berperang bersama Rasulullah dan apabila kembali (dari peperangan) segera turun dari kenderaannya dan berjalan menuju masjid nabi melakukan shalat dalam waktu yang lama sehingga kami semua terpesona dengan shalatnya sebab kami merasa shalatnya tersebut melebihi shalat kami, dan dalam riwayat lain disebutkan kami para sahabat merasa ta’ajub dengan ibadahnya dan kesungguhannya dalam ibadah, maka kami ceritakan dan sebutkan namanya kepada Rasulullah, tetapi rasulullah tidak mengetahuinya, dan kami sifatkan dengan sifat-sifatnya, Rasulullah juga tidak mengetahuinya, dan tatkala kami sednag menceritakannya lelaki itu muncul dan kami berkata kepada Rasulullah: Inilah orangnya ya Rasulullah. Rasulullah bersabda : ”Sesungguhnya kamu menceritakan kepadaku seseorang yang diwajahnya ada tanduk syetan. Maka datanglah orang tadi berdiri di hadapan sahabat tanpa memberi salam. Kemudian Rasulullah bertanya kepada orang tersebut : ” Aku bertanya kepadamu, apakah engkau merasa bahwa tidak ada orang yang lebih baik daripadamu sewaktu engkau berada dalam suatu majlis. ” Orang itu menjawab: Benar”. Kemudian dia segera masuk ke dalam masjid dan melakukan shalat dan dalam riwayat kemudian dia menuju tepi masjid melakukan shalat, maka berkata Rasulullah: ”Siapakah yang akan dapat membunuh orang tersebut ? ”.
Abu Bakar segera berdiri menuju kepada orang tersebut, dan tak lama kembali. Rasul bertanya : Sudahkah engkau bunuh orang tersebut? Abu Bakar menjawab : ”Saya tidak dapat membunuhnya sebab dia sedang bersujud ”. Rasul bertanya lagi : ”Siapakah yang akan membunuhnya lagi? ”. Umar bin Khattab berdiri menuju orang tersebut dan tak lama kembali lagi. Rasul berkata: ”Sudahkah engkau membunuhnya ? Umar menjawab: ”Bagaimana mungkin saya membunuhnya sedangkan dia sedang sujud”. Rasul berkata lagi ; Siapa yang dapat membunuhnya ?”. Ali segera berdiri menuju ke tempat orang tersebut, tetapi orang terebut sudah tidak ada ditempat shalatnya, dan dia kembali ke tempat nabi. Rasul bertanya: Sudahkah engkau membunuhnya ? Ali menjawab: ”Saya tidak menjumpainya di tempat shalat dan tidak tahu dimana dia berada. ” Rasulullah saw melanjutkan: ”Sesungungguhnya ini adalah tanduk pertama yang keluar dari umatku, seandainya engkau membunuhnya, maka tidaklah umatku akan berpecah. Sesungguhnya Bani Israel berpecah menjadi 71 kelompok, dan umat ini akan terpecah menjadi 72 kelompok, seluruhnya di dalam neraka kecuali satu kelompok ”. Sahabat bertanya : ” Wahai nabi Allah, kelompk manakah yang satu itu? Rasulullah menjawab : ”Al Jama’ah”. (Majma’ Az-Zawaid juz 6 hal. 242).
(Sumber : http://www.sarkub.com/…/ucapan-kh-said-aqil-dipelintir-ol…/…)

Selengkapnya dalam kitab Fathul Baari :

باب من ترك قتال الخوارج للتألف وأن لا ينفر الناس عنه

6534 حدثنا عبد الله بن محمد حدثنا هشام أخبرنا معمر عن الزهري عن أبي سلمة عن أبي سعيد قال بينا النبي صلى الله عليه وسلم يقسم جاء عبد الله بن ذي الخويصرة التميمي فقال اعدل يا رسول الله فقال ويلك ومن يعدل إذا لم أعدل قال عمر بن الخطاب دعني أضرب عنقه قال دعه فإن له أصحابا يحقر أحدكم صلاته مع صلاته وصيامه مع صيامه يمرقون من الدين كما يمرق السهم من الرمية ينظر في قذذه فلا يوجد فيه شيء ثم ينظر في نصله فلا يوجد فيه شيء ثم ينظر في رصافه فلا يوجد فيه شيء ثم ينظر في نضيه فلا يوجد فيه شيء قد سبق الفرث والدم آيتهم رجل إحدى يديه أو قال ثدييه مثل ثدي المرأة أو قال مثل البضعة تدردر يخرجون على حين فرقة من الناس قال أبو سعيد أشهد سمعت من النبي صلى الله عليه وسلم وأشهد أن عليا قتلهم وأنا معه جيء بالرجل على النعت الذي نعته النبي صلى الله عليه وسلم قال فنزلت فيه ومنهم من يلمزك في الصدقات

الحاشية رقم: 1[ ص: 304 ] قوله : ( باب من ترك قتال الخوارج للتألف ولئلا ينفر الناس منه ) أورد فيه حديث أبي سعيد في ذكر الذي قال للنبي - صلى الله عليه وسلم - " اعدل . فقال عمر : ائذن لي فأضرب عنقه ، قال : دعه " وليس فيه بيان السبب في الأمر بتركه ، ولكنه ورد في بعض طرقه ، فأخرج أحمد والطبري من طريق بلال بن يقطر عن أبي بكرة قال : " أتي النبي - صلى الله عليه وسلم - بمويل فقعد يقسمه ، فأتاه رجل وهو على تلك الحال " فذكر الحديث وفيه " فقال أصحابه : ألا تضرب عنقه؟ فقال : لا أريد أن يسمع المشركون أني أقتل أصحابي " .

ولمسلم من حديث جابر نحو حديث أبي سعيد وفيه " فقال عمر دعني يا رسول فأقتل هذا المنافق ، فقال : معاذ الله أن يتحدث الناس أني أقتل أصحابي ، إن هذا وأصحابه يقرءون القرآن لا يجاوز حناجرهم ، يمرقون منه ، لكن القصة التي في حديث جابر صرح في حديثه بأنها كانت منصرف النبي - صلى الله عليه وسلم - من الجعرانة ، وكان ذلك في ذي القعدة سنة ثمان ، وكان الذي قسمه النبي - صلى الله عليه وسلم - حينئذ فضة كانت في ثوب بلال وكان يعطي كل من جاء منها ، والقصة التي في حديث أبي سعيد صرح في رواية أبي نعيم عنه أنها كانت بعد بعث علي إلى اليمن وكان ذلك في سنة تسع وكان المقسوم فيها ذهبا وخص به أربعة أنفس ، فهما قصتان في وقتين اتفق في كل منهما إنكار القائل ، وصرح في حديث أبي سعيد أنه ذو الخويصرة التميمي ، ولم يسم القائل في حديث جابر ، ووهم من سماه ذا الخويصرة ظانا اتحاد القصتين .

Dan seterusnya ...
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php…
Bisa juga dibuka di beberapa kitab hadits lainnya :

فتح المنعم

معالم السنن للخطابي بتحقيق الطباخ

فتح الباري لابن حجر

شـــرح الزرقاني

شـــرح النووي

http://www.sonnaonline.com/DisplayExplanation.aspx…
Link terkait :

Keutamaan Membaca Al-Qur'an
https://web.facebook.com/PISS.KTB/posts/704423169611099

عن أبي أمامة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: " اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعًا لأصحابه" ((رواه مسلم))

Diriwayatkan dari Abi Umamah Ra, dia katakan bahwa aku telah mendengar Rosulullah Saw bersabda; Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya dia akan datang dihari kiyamat sebagai syafa’at orang yang membacanya. [HR. Imam Muslim]

وعن النواس بن سمعان رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: "يؤتى يوم القيامة بالقرآن وأهله الذين كانو يعملون به في الدنيا تقدمه سورة البقرة وآل عمران تحاجان عن صاحبهما " ((رواه مسلم))

Diriwayatkan dari An-Nawwas bin Sam’an RA,- dia katakan bahwa aku mendengar Rosulullah Saw,- bersabda; Al-Qur’an kelak dihari kiyamat akan datang dan Ahlul qur’an, yakni orang mengamalkan kandungan Al-Qur’an ketika masih didunia, yang didahului Surah Al-Baqarah dan Ali Imran yang menjadi hujjah bagi orang yang membacanya. [HR. Muslim]

وعن عثمان بن عفان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "خيركم من تعلم القرآن وعلمه" ((رواه البخاري))

Diriwayatkan dari Utsman bin Affan Ra,- dia katakan, bahwa Rosulullah Saw,- telah bersabda; Sebaik-baik seseorang dari kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an, kemudian mengajarkannya. [HR. Bukhari]

وعن عائشة رضي الله عنها قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "الذي يقرأ القرآن وهو ماهر به مع السفرة الكرام البررة، والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران" ((متفق عليه)).

Diriwayatkan dari Aisyah Ra,- dia katakan bahwa Rosulullah Saw,- telah bersabda; Orang yang membaca Al-Qur’an dan dia mahir dalam pelafalannya, maka dia bersama para Malaikat (Kiramim barrah) utusan Alloh yang mulia dan sangat patuh, sedangkan seseorang yang membaca Al-Qur’an dan dia tidak mahir dalam pelafalannya maka dia mendapatkan dua pahala. [HR. Mutafaq ‘alaih]

وعن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن مثل الأترجة: ريحها طيب، وطعمها طيب، ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل التمرة: لا ريح لها وطعمها حلو، ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن كمثل الريحانة: ريحها طيب وطعمها مر، ومثل المنافق الذي لايقرأ القرآن كمثل الحنظلة: ليس له ريح وطعمها مر" ((متفق عليه)).

Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy’ary Ra,- dia katakan bahwa Rosulullah Saw,- telah bersabda; Perumpaman seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah jeruk Utrujah, aroma-nya harum dan rasanya sedap, perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan buah kurma, tidak memiliki aroma dan rasanya manis, perumpamaan seorang munafik yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah Rihanah, yaitu buah yang aromanya harum sedang rasa-nya pahit kemudian perumpamaan orang Munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagaikan rumput Handzalah, yaitu rumput yang tidak ada baunya sedangkan rasa-nya pahit. [HR. Mutafaqun ‘aih]

وعن عمر بن الخطاب رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : " إن الله يرفع بهذا الكتاب أقوامًا ويضع به آخرين" ((رواه مسلم)).

Diriwayatkan dari Umar bin Khattab Ra,- bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw telah bersabda; Sesungguhnya Alloh Ta’ala mengangkat derajat beberapa kaum sebab adanya Al-Qu’an ini, dan merendahkan derajat kaum yang lain-nya sebab adanya Al-Qur’an. [HR. Muslim]

995- وعن ابن عمر رضي الله عنهما: عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :" لا حسد إلا في اثنتين: رجل آتاه الله القرآن، فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار، ورجل آتاه الله مالا، فهو ينفقه آناء الليل وآناء النهارِ" ((متفق عليه)). (1) .

Diriwayatkan dari Ibnu Umar Ra,- dari Nabi Saw,- bahwa beliau telah bersabda; Tidak dihalalkan hasud kecuali pada dua orang, kepada seseorang yang diberikan oleh Alloh Ta’ala kepandaian membaca Al-Qur’an, dan dia terus membacanya pada pertengahan malam dan siang hari, dan kepada seseorang yang diberikan oleh Alloh Ta’ala harta, dan dia meng-infaq-kan harta-nya baik pada malam hari atau siang hari. [HR Mutafaqun ‘alaih]

وعن البراء بن عازب رضي الله عنهما قال: كان رجل يقرأ سورة الكهف، وعنده فرس مربوط بشطنين فتغشته سحابة فجعلت تدنو، وجعل فرسه ينفر منها. فلما أصبح أتى النبي صلى الله عليه وسلم ، فذكر له ذلك فقال :" تلك السكينة تنزلت للقرآن" ((متفق عليه)) .

Diriwayatkan dari Barra’ bin ‘Azib Ra,- dia katakan, bahwa ada seseorang yang membaca Surah Al-Kahfi dan dia mempunyai seekor kuda dan diikat dengan dua utas tali kekang, kemudian datang segumpalan awan hingga menutupi-nya, sehingga membuat kuda tersebut lari dari-nya. Ketika menjelang pagi orang tersebut sowan mendatangi Nabi Saw,- kemudia menceritrakan kejadian yang dialaminya, kemudian Nabi Saw,- bersabda; Itu adalah Sakinah (ketenangan), yang turun karena adanya bacaan Al-Qur’an. [HR. Mutafaqun ‘alaih]

وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "من قرأ حرفًا من كتاب الله فله حسنة، والحسنة بعشر أمثالها لا أقول: ألم حرف، ولكن ألف حرف، ولام حرف، وميم حرف"((راوه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح)).

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud Ra,- dia katakan bahwa Rosulullah Saw,- telah bersabda; Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an kitabullah, maka bagi-nya satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan dibalas oleh Alloh Ta’ala dengan sepuluh kebaikan, tidak dikatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu hurf. [H.R At-Tirmidzi, dan beliau katakan bahwa hadits ini Shahih]

وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : "إن الذي ليس في جوفه شيء من القرآن كالبيت الخرب". ((رواه الترمذي وقال: حديث حسن صحيح)).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra,- dia katakan bahwa Rosulullah Saw,- telah bersabda; Sesungguh-nya rumah yang didalam-nya tidak pernah dibacakan Al-Qur’an bagaikan rumah yang sunyi tak berpenghuni. [HR. At-Tirmidzi, beliau katakan bahwa hadits ini Hasan dan Shahih]

.القرآن: اقرأ وارتقِ ورتل كم كنت ترتل في الدنيا، فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها". ((رواه أبو داود والترمذي وقال: حديث حسن صحيح))

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin ‘Ash Ra,- dari Nabi Saw,- bahwa beliau telah bersabda; Sungguh, dikatakan kepada orang yang yang gemar membaca Al-Qur’an (ketika diakhirat kelak), “Bacalah dan menjadi tinggilah derajatmu serta bacalah dengan tartil, sebagaimana engkau membaca-nya dengan tartil ketika didunia, sebab tempat kedudukan-mu adalah akhir ayat yang engkau baca”. [HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, beliau mengatakan bahwa hadits ini Hasan].

Selasa, 25 Agustus 2015

Kisah cacing buta mendapatkan rizqi

Dikisahkan pada suatu hari Nabi Sulaiman ‘alayhis-salâm sedang duduk di pinggiran danau. Beberapa saat kemudian, ia melihat seekor semut membawa sebiji gandum.
Nabi Sulaiman ‘alayhis-salâm pun terus memperhatikan semut itu, yang tengah menuju ke tepi danau. Tiba-tiba ada seekor katak yang keluar dari dalam air seraya membuka mulutnya. Entah bagaimana prosesnya, semut itu kemudian masuk ke dalam mulut katak. Kemudian, katak itu pun menyelam ke dasar danau dalam waktu yang cukup lama. 
Sementara Nabi Sulaiman ‘alayhis-salâm memikirkan peristiwa barusan, Katak tersebut keluar dari dalam air dan membuka mulutnya. Lalu semut itu pun keluar, sementara sebiji gandum yang dibawanya sudah tidak ada lagi bersamanya. 
Nabi Sulaiman ‘alayhis-salâm memanggil semut itu dan menanyakan kepadanya tentang apa yang dilakukan barusan, “Wahai semut, apa yang kamu lakukan selama berada di mulut katak?” tanya Nabi Sulaiman.
“Wahai Nabiyullah, sesungguhnya di dalam danau ini terdapat sebuah batu yang cekung berongga, dan di dalam cekungan batu itu terdapat seekor cacing yang buta,” jawab semut. “Cacing tersebut tidak kuasa keluar dari cekungan batu itu untuk mencari penghidupannya.
Dan sesungguhnya Allahu shubhânahu wa ta‘âlâ telah mempercayakan kepadaku urusan rezekinya,” lanjut semut. “Oleh karena itu, aku membawakan rezekinya, dan Allahu shubhânahu wa ta‘âlâ telah menguasakan kepadaku sehingga katak ini membawaku kepadanya. Maka air ini tidaklah membahayakan bagiku.
Sesampai di batu itu, katak ini meletakkan mulutnya di rongga batu itu, lalu aku pun dapat masuk ke dalamnya,” “Kemudian setelah aku menyampaikan rezeki kepada cacing itu, aku keluar dari rongga batu kembali ke mulut katak ini. Lalu katak ini mengembalikan aku di tepi danau.” MasyaAllah Tabarakallah ...

Nabi Sulaiman ‘alayhis-salâm kemudian bertanya, “Apakah kamu mendengar suara tasbih cacing itu?”
Kata semut, “Ya, cacing itu mengucapkan:

يَا مَنْ لَا يَنْسَانِي فِي جَوْفِ هَذِهِ اللُّجَّةِ بِرِزْقِكَ، لَا تَنْسَ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ بَرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

YA MAN LAA YANSAANI FII JAUFI HADZIHI-LUJJATI BI RIZQIKA, LA TANSA ‘IBAADAKAL MU'MINIINA BI ROHMATIK YA ARHAMAR-RAHIMIN
(Wahai Dzat Yang tidak melupakan aku di dalam danau yang dalam ini dengan rezeki-Mu, janganlah Engkau melupakan hamba-hamba-Mu yang beriman dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih).”

Demikianlah Allahu shubhânahu wa ta‘âlâ mengatur rezeki segenap makhluknya, termasuk manusia. Sebagaimana pula yang tersirat dalam ayat al-Qur’an berikut:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا .... ۝

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.” (QS. Hûd [11]: 6).

Kesimpulan :
1. Hamba wajib memohon dan berdo'a
2. Allah memberi rizqi hamba yang bertaqwa
3. Allah akan menolong orang yang menolong atau yang bersedekah
4. Berusaha jangan putus asa
5. Taqwa melahirkan rasa sosial pada sesama

Semoga ada manfaatnya

Rizki ialah

Apa itu rizqi?
P E R T A N Y A A N :
Assalaamu 'alaikum.
Apa kabar Admin dan para santri pesantren maya piss-ktb? semoga semuanya dalam lindungan dan rahmah-Nya.
Tema kali ini soal ''Rizki''.. apa yg disebut rizki menurut anda ? bolehkah menjadi kaya raya dan bagaimana caranya? Mari berbagi.

J A W A B A N :
Wa'alaikumussalaam..
Rizki adalah sesuatu yang dimanfaatkan

والرزق عند القوم ما به انتفع.......وقيل لا بل ما ملك وما تبع

Nadzom jauharotut tauhid
Dalam tafsir assya'rowi juz 1 hal 557 disebutkan

ما هو الرزق؟ الرزق عند القوم : هو كل ما ينتفع به؛ فكل شيء تنتفع به هو رزق


Apakah yg namanya rizki ?
Rizki adalah sesuatu yang dimanfaatkan, maka sesuatu yg dimanfaatkan, itulah rizqi

تفسير الشعراوي - (ج 1 / ص 557)


Tambahan ibaroh

تفسير الشعراوي - (ج 1 / ص 2326)

ما هو الرزق؟ الرزق هو ما انتفع به . فالذي تأكله رزق ، والذي تشربه رزق ، والذي تلبسه رزق ، والذي تتعلمه رزق ، والصفات الخلقية من حلم وشجاعة وغيرها هي رزق ، وكل شيء ينتفع به يُسمى رزق

Apakah yang namanya rizki ?
Rizki adalah sesuatu yg dimanfaatkan,apa yg kamu makan adalah rizqi,apa yg kamu minum adalah rizqi, apa yg kamu pakai adalah rizqi,apa yg kamu gunakan belajar itu adalh rizqi,dan sifat2 kholqiyyah sperti arif bijaksana,pemberani dan lain2 itu adalh rizqi,dan setiap sesuatu yg bisa dimanfaatkan adalah rizqi
Dalam kitab bad'ul amali larya syeh sirojuddin ali bin usman al ausyi juga mnjelaskan bahwa perkara yg haram juga bisa dinamakan rizqi

وان السحت رزق مثل حل.......وان يكره مقالى كل قالى


Dalam jauharotut tauhid karya syeh ibrohim allaqoni

فيرزق الله الحلال فاعلما.....ويرزق المكروه والمحرما


Rizqi ada yang halal dan ada yang haram

تفسير الشعراوي - (ج 1 / ص 4581)

اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا مَتَاعٌ (26)

والبَسْط هو مَدُّ الشيء .
وقد أقام العلماء معركة عند تحديد ما هو الرزق ، فهل الرزق هو ما أحله الله فقط؟ أم أن الرزق هو كل ما ينتفع به الإنسان سواء أكان حلالاً أم حراماً؟
فمن العلماء مَنْ قال : إن الرزق هو الحلال فقط؛ ومنهم من قال : إن الرزق هو كل ما يُنتفع به سواء أكان حلالاً أم حراماً؛ لأنك إن قُلْتَ إن الرزق محصور في الحلال فقط؛ إذن : فَمنْ كفر بالله من أين يأكل؟
أم يخاطب الحق سبحانه المكابرين قائلاً : { قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السمآء والأرض . . . } [ يونس : 31 ]
وقال سبحانه : { إِنَّ الله هُوَ الرزاق ذُو القوة المتين } [ الذاريات : 58 ]
ويقول تعالى : { وَفِي السمآء رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ * فَوَرَبِّ السمآء والأرض إِنَّهُ لَحَقٌّ مِّثْلَ مَآ أَنَّكُمْ تَنطِقُونَ } [ الذاريات : 22-23 ]
إذن : فالرزق هو من الله؛ ومن بعد ذلك يأمر « افعل كذا » و « لا تفعل كذا » .
وقول الحق سبحانه : { الله يَبْسُطُ الرزق لِمَنْ يَشَآءُ وَيَقَدِرُ . . . } [ الرعد : 26 ]
أي : أنه سبحانه يمُد الرزق لِمَن يشاء : { وَيَقَدِرُ . . . } [ الرعد : 26

Menurut zubad...
WARRIZQU MA YANFA' WALAU MUHARROMA ...
Rizki itu yg ada manfaat walaupun itu sesuatu yg haram...
NUHANNIKUM BIQUDUMI IED AL AKBAR..ALLAH YAJ 'ALUNAA WAIYYAKUM MINAL AIDIEN..
Karena rizki ada yg haram maka hati hati bagi kita yg banyak rejekinya..karena "Jika Allah menghendaki seorang hambaNya menjadi baik,maka Allah bukakan untk dia rizki yg halal yg menariknya untk beribadah mau atau tdk mau. Tetapi jika Alloh menghendakinya jadi orang celaka,maka Alloh bukakan pintu untknya rizki yg haram yg menariknya untk bermaksiat,mau atau tdk mau! .,kalam Sidiy Alhbib Salim asSyathiriy
Hal-hal Yang Mendatangkan dan Menjauhkan Rizki
Mengawali hari ini dengan semangat mencari Ridlo Allah dengan senyuman..Kali ini kami ingin mengulas beberap hal yang mendatangkan dan menjauhkan rizki. Tulisan ini semoga bermanfaat bagi saya juga bagi pembaca setia.
Terkadang hal perilaku yang dianggap sepele bagi kita ternyata sangat berpengaruh pada hasil ikhtiar yang didapat. Berikut ini kami paparkan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam menguraikan tentang usaha seorang mukmin dalam mendapatkan harta kekayaan dan kemuliaan dalam kehidupan dunia. Meskipun tujuan utama manusia diciptakan oleh Alloh dimuka bumi adalah hanya untuk beribadah kepada-Nya, bukan berarti tidak diperbolehkan menikmati isi dari dunia itu sendiri. Hukum mencari harta kekayaan dan kemuliaan adalah mubah (boleh), bahkan terkadang wajib jika harta dan kemuliaan ini menjadi sebab kuat dalam beribadah.

Seperti yang diterangkan dalam nadhoman berikut ;
Terkadang wajib ngupoyo arto kadunyan
Lan kamulyan kang tentu tulung kabecikan
Lan nulak saking fitnah maksiatan
Ikulah arep ngaweruhi ing syara’ panggeran
Wus bekakase wongkang bener ngibadat
Iku ngupoyo arto lan luhure derajat
Kang dadi sebab madep maring Alloh kuat
Lan ora ngawulo maring wong maksiat
(Abiyanal Hawa’ij Jilid 6 kurasan 80 hal.1 baris 6-9 )

Maksud dari nadhoman diatas adalah ; Terkadang wajib mencari harta kekayaan dan kemuliaan yang menolong amal sholih (amal kebaikan) dan menolak dari fitnah maksiat. Itulah hendaknya mengetahui hukum syari’at.
Sudah menjadi sarana orang yang benar beribadah itu mencari harta dan kemuliaan yang bisa menyebabkan kuat dalam ibadah kepada Alloh dan tidak menghambakan diri kepada orang yang ahli maksiat.
Yang Mendatangkan Rizki
Banyak hal yang bisa menyebabkan datangnya rizki kepada kita, dinataranya adalah ;
Shodaqoh, Nabi Muhammad Saw bersabda ;

استنزلوا الرزق با لصدقة

“ Datangkanlah rizki dengan shodaqoh “
Bangun diwaktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat menambah nikmat, terutama rizki.
Sholat dengan memenuhi syarat dan rukunnya disertai khusu’ disempurnakan dengan sunnah-sunnahnya.
Menulis dengan rapi dan baik,menyapu lantai dan membersihkan langit-langit rumah dan ruangan.
Datang ke masjid sebelum adzan, sholat dhuha,membaca surat al-Waqi’ah terutama pada malam hari, surat al-Mulk,al-Muzammil,al-Lail dan al-Insyiroh.
Yang Menjauhkan Rizki
Diantara perkara-perkara yang menjauhkan rizki diantaranya adalah ;
Perbuatan dosa atau maksiat, Rosulullah SAW bersabda :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلا الدُّعَاءُ , وَلا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلا الْبِرُّ , وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“ Hanya do’a yang dapat merubah taqdir dan hanya taqwa yang dapat menambah usia. Seseorang terhalang rizkinya karena sebab dosa yang diperbuatnya.”
Mengabaikan shalat
Kebanyakan tidur, terutama tidur diwaktu subuh
Tidur dengan telanjang
Buang air kecil dengan telanjang
Makan atau bersantai disaat junub
Membiarkan makanan yang jatuh
Memanggil nama orang tua dengan namanya saja
Membiarkan sarang laba-laba di rumah dan masih banyak lainnya.

Sumber :
Abiyanal hawa’ij jilid 6, Syaikh Ahmad Rifa’i

Hal-hal Yang Mendatangkan dan Menjauhkan Rizki


Mengawali hari ini dengan semangat mencari Ridlo Allah dengan senyuman..Kali ini kami ingin mengulas beberap hal yang mendatangkan dan menjauhkan rizki. Tulisan ini semoga bermanfaat bagi saya juga bagi pembaca setia www.sarkub.com. Terkadang hal perilaku yang dianggap sepele bagi kita ternyata sangat berpengaruh pada hasil ikhtiar yang didapat. Berikut ini kami paparkan Syaikh Ahmad Rifa’i dalam menguraikan tentang usaha seorang mukmin dalam  mendapatkan harta kekayaan dan kemuliaan dalam kehidupan dunia. Meskipun tujuan utama manusia diciptakan oleh Alloh dimuka bumi adalah hanya untuk beribadah kepada-Nya, bukan berarti tidak diperbolehkan menikmati isi dari dunia itu sendiri. Hukum mencari harta kekayaan dan kemuliaan adalah mubah (boleh), bahkan terkadang wajib jika harta dan kemuliaan ini menjadi sebab kuat dalam beribadah.

Seperti yang diterangkan dalam nadhoman berikut ;

    Terkadang wajib ngupoyo arto kadunyan

    Lan kamulyan kang tentu tulung kabecikan

    Lan nulak saking fitnah maksiatan

    Ikulah arep ngaweruhi ing syara’ panggeran

    Wus bekakase wongkang bener ngibadat

    Iku ngupoyo arto lan luhure derajat

    Kang dadi sebab madep maring Alloh kuat

    Lan ora ngawulo maring wong maksiat

    (Abiyanal Hawa’ij Jilid 6 kurasan 80 hal.1 baris 6-9 )

Maksud dari nadhoman diatas adalah ; Terkadang wajib mencari harta kekayaan dan kemuliaan yang menolong amal sholih (amal kebaikan) dan menolak dari fitnah maksiat. Itulah hendaknya mengetahui hukum syari’at.

Sudah menjadi sarana orang yang benar beribadah itu mencari harta dan kemuliaan yang bisa menyebabkan kuat dalam ibadah kepada Alloh dan tidak menghambakan diri kepada orang yang ahli maksiat.
Yang Mendatangkan Rizki

Banyak hal yang bisa menyebabkan datangnya rizki kepada kita, dinataranya adalah ;

Shodaqoh, Nabi Muhammad Saw bersabda ;

استنزلوا الرزق با لصدقة

“ Datangkanlah rizki dengan shodaqoh “


Bangun diwaktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat menambah nikmat, terutama rizki.
Sholat dengan memenuhi syarat dan rukunnya disertai khusu’ disempurnakan dengan sunnah-sunnahnya.
Menulis dengan rapi dan baik,menyapu lantai dan membersihkan langit-langit rumah dan ruangan.
Datang ke masjid sebelum adzan, sholat dhuha,membaca surat al-Waqi’ah terutama pada malam hari, surat al-Mulk,al-Muzammil,al-Lail dan al-Insyiroh.

Yang Menjauhkan Rizki

Diantara perkara-perkara yang menjauhkan rizki diantaranya adalah ;

Perbuatan dosa atau maksiat, Rosulullah SAW bersabda :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” لا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلا الدُّعَاءُ , وَلا يَزِيدُ فِي الْعُمُرِ إِلا الْبِرُّ , وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

“ Hanya do’a yang dapat merubah taqdir dan hanya taqwa yang dapat menambah usia. Seseorang terhalang rizkinya karena sebab dosa yang diperbuatnya.”

    Mengabaikan shalat
    Kebanyakan tidur, terutama tidur diwaktu subuh
    Tidur dengan telanjang
    Buang air kecil dengan telanjang
    Makan atau bersantai disaat junub
    Membiarkan makanan yang jatuh
    Memanggil nama orang tua dengan namanya saja
    Membiarkan sarang laba-laba di rumah dan masih banyak lainnya.

Sumber :

Abiyanal hawa’ij jilid 6, Syaikh Ahmad Rifa’i

Mengapa Rezeki Kita Terhalang ?


Dosa Menjadi Sebab Terhalangnya Rizki
Al-Imaam ‘Abdullaah bin Al-Mubaarak meriwayatkan :

أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ ، عَنْ ثَوْبَانَ , قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ

Telah mengkhabarkan kepada kami Sufyaan,
dari ‘Abdullaah bin ‘Iisaa,
dari ‘Abdullaah bin Abi Al-Ja’d,
dari Tsaubaan, ia berkata,
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya seseorang terhalangi rizkinya karena dosa-dosanya.”
[Az-Zuhd wa Ar-Raqaa'iq no. 76] – Sanadnya hasan.

Dosa yang kita lakukan menjadi sebab musabab terhalangnya rizki dan bahkan terhalangnya do’a kita dari dikabulkan Allah Ta’ala. Diriwayatkan oleh Al-Imaam Muslim :

حَدَّثَنِي أَبُو كُرَيْبٍ مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا فُضَيْلُ بْنُ مَرْزُوقٍ حَدَّثَنِي عَدِيُّ بْنُ ثَابِتٍ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ

{ يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ }

وَقَالَ

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ }

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Telah menceritakan kepadaku Abu Kuraib Muhammad bin Al-’Alaa’, telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah, telah menceritakan kepada kami Fudhail bin Marzuuq, telah menceritakan kepadaku ‘Adiy bin Tsaabit, dari Abu Haazim, dari Abu Hurairah, ia berkata Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu baik. Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mu’min seperti yang diperintahkanNya kepada para Rasul.”
Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’
[QS Al-Mu'minuun : 51].
Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.’
[QS Al-Baqarah : 172]

Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuh sehingga rambutnya kusut, acak-acakan dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku,” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari barang yang haram, pakaiannya dari barang yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?.”
[Shahih Muslim no. 1016, Kitab : Zakat, Bab : Penerimaan sedekah dari usaha yang baik]

Oleh karena itu, Allah Ta’ala menganjurkan kita agar tidak melupakan taubat dan memohon ampun, agar kita senantiasa diberi rizki dan kenikmatan olehNya. Allah Ta’ala berfirman :

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ

Dan hendaklah kamu memohon ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu, mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
[QS Huud : 3].

Ibnu ‘Abbaas berkata, “Allah tidak menerima shalat seseorang yang didalam perutnya terdapat sesuatu yang haram.”
[Jaami'ul 'Uluum wal Hikaam hal. 263]

Abu Dzar berkata, “Cukupkan do’amu bersama dengan keta’atan (kepada Allah), sebagaimana engkau cukupkan makananmu dengan garam.” [Al-Jawaab Al-Kaafii hal. 10-11]

Wallaahu a’lam.
by Tommi Marsetio
Yang Mendatangkan Rizki
Banyak hal yang bisa menyebabkan datangnya rizki kepada kita, diantaranya adalah ;

    Shodaqoh, Nabi Muhammad Saw bersabda ;

“ Datangkanlah rizki dengan shodaqoh “

Rasulullah saw bersabda “Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan shodaqoh (HR.Al-Baihaqi)

Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata “Pancinglah Rezeki dengan sedekah”.

    Bangun diwaktu pagi dapat mendatangkan segala kemudahan dan dapat menambah nikmat, terutama rizki.
    Sholat dengan memenuhi syarat dan rukunnya disertai khusu’ disempurnakan dengan sunnah-sunnahnya.
    Menulis dengan rapi dan baik,menyapu lantai dan membersihkan langit-langit rumah dan ruangan.
    Datang ke masjid sebelum adzan, sholat dhuha,membaca surat al-Waqi’ah terutama pada malam hari, surat al-Mulk,al-Muzammil,al-Lail dan al-Insyiroh.

Yang Menjauhkan Rizki
Diantara perkara-perkara yang menjauhkan rizki diantaranya adalah ;

Perbuatan dosa atau maksiat, Rasulullah SAW bersabda :

“ Hanya do’a yang dapat merubah taqdir dan hanya taqwa yang dapat menambah usia. Seseorang terhalang rizkinya karena sebab dosa yang diperbuatnya.”

    Mengabaikan shalat
    Kebanyakan tidur, terutama tidur diwaktu subuh
    Tidur dengan telanjang
    Buang air kecil dengan telanjang
    Makan atau bersantai disaat junub
    Membiarkan makanan yang jatuh
    Memanggil nama orang tua dengan namanya saja
    Membiarkan sarang laba-laba di rumah dan masih banyak lainnya.

Sumber :
Abiyanal hawa’ij jilid 6, Syaikh Ahmad Rifa’i
Ta’limul Muta’alim, Syaikh Az-zarnuji

Walloohu a'lam bishshawab

Mengapa Setelah Khatam al-Quran Membaca Awal Surat al-Baqarah Lagi?

Khataman al-Qur'an merupakan bagian daripada kebiasaan masyarakat Islam. Salah satu kebiasaan umat Islam ketika telah mengkhatamkan al-Qur'an, maka mereka kembali membaca awal surah al-Baqarah lagi (mengulang bacaan).

Hal ini diamalkan oleh para ahli ilmu Qiraah. Amaliyah mereka tersebut berdasarkan hadis Nabi Saw berikut:

قال رجل: يا رسول الله أي العمل أحب إلى الله؟ قال: «الحال المرتحل». قال: وما الحال المرتحل؟ قال: «الذي يضرب من أول القرآن إلى آخره كلما حل ارتحل

"Seorang sahabat bertanya: Wahai Rasul Allah, amal apa yang paling dicintai Allah? Nabi menjawab: "Adalah orang yang telah sampai dan orang yang berangkat". Ia bertanya: "Apa itu?" Nabi menjawab: "Yaitu orang yang membaca al Quran dari awal hingga akhir. Setiap ia sampai (khatam), maka ia memulai kembali" (HR Tirmidzi, ia menilai gharib)

Dari hadis ini, menurut Imam al-Jazari, para ulama ahli qiraah di Makkah setiap selesai khatam al-Quran maka memulai lagi membaca 5 ayat surat al-Baqarah (Tuhfat al Ahwadzi Syarah Sunan al Tirmidzi)


Semoga bermanfaat

Mengapa surat al fatihah dibaca dalam tahlil atau di setiap do'a?

Dalam acara tahlilan biasanya membaca Al-Fatihah pada arwah. Mohon penjelasannya ?

Jawaban :
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Tahlilan adalah membaca ayat suci Al-Qur’an dan kalimat-kalimat dzikir kemudian setelah itu berdoa memohon kapada Allah agar pahala bacaan Al-Qur’an dan dzikir tersebut diberikan oleh Allah kepada orang yang telah meninggal dunia. Sudah disepakati para ulama bahwa hal itu adalah hal yang diperkenankan, dan dengan kemurahan Allah orang yang meninggal dunia akan mendapatkan pahala tersebut.


Adapun membaca Al-Fatihah adalah seperti hadits yang diriwayatkan imam muslim bahwa yang membaca 1 huruf dari surat Al-Fatihah dibarengi dengan permohonan kepada Allah maka Allah akan mengkabul doa tersebut. Lihat hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shohih Muslim Hadits no : 1339. Itulah kenapa para ulama setiap mengakhiri doa atau memulai doa membaca “Al-Faatihah….” Yaitu agar dikabul doanya.

Fadilah 2 Ayat Terakhir Surah al-Baqarah

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم: مَنْ قَرَأَ بِالآيَتَيْنِ مِنْ آخِرِ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي لَيْلَةٍ كَفَتَاهُ . متفق عليه

Abu Mas’ud ra berkata: Rasulullah saw bersabda:Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir surat al-Baqoroh dalam satu malamnya, maka cukuplah hal itu.

Hadis sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (hadis no.4624) dan Muslim (hadis no. 1340). Selain al-Bukhari dan Muslim, hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud (hadis no. 1189), al-Tirmizi (hadis no. 2806), Ibn Majah (hadis no. 1358 dan 1359), Ahmad (hadis no. 16451, 16471 dan 16480), dan al-Darimi (hadis no. 1149 dan 3254) 

عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِأَلْفَيْ عَامٍ، أَنْزَلَ مِنْهُ آيَتَيْنِ خَتَمَ بِهِمَا سُورَةَ الْبَقَرَةِ، وَلَا يُقْرَأَانِ فِي دَارٍ ثَلَاثَ لَيَالٍ فَيَقْرَبُهَا شَيْطَانٌ ز ٠ رواه الترمذي والدارمي والحاكم وصححه

Al-Nu’man ibn Basyir ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah telah menentukan/menuliskan kitab (taqdir) 2000 tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi, diturunkan dari kitabnya itu/taqdirnya dua ayat yang dijadikan penutup surat al-Baqoroh, dan tidaklah keduanya (2 ayat) itu dibaca di sebuah rumah selama tiga malam, kecuali setan tidak akan mendekatinya

Hadis hasan, diriwayatkan oleh al-Tirmizi (hadis no. 2807), al-Nasa'I dalam al-Sunan al-Kubra (hadis no. 10802 dan 10803), al-Darimi (hadis no. 3253), Ibn Hibban (hadis no. 782), dan al-Hakim yang men-sahih-kan hadis ini. Al-Tirmizi, al-Suyuti (al-Jami'al Saghir, hadis no. 1764) menilai hadis ini: Hasan. al-Munawi mengingatkan bahwa pada sanadnya terdapat Asy'as ibn Abdurrahman yang menurut Abu Zur'ah, al-Nasa'i dan al-Dzahabi tidak kuat. Namun hadis ini punya jalur periwayatan lain yang diriwayatkan oleh al-Thabrani dengan sanad yang menurut al-Hayathami tsiqoh (Fayd al-Qodil jil. II, h. 310, Majma al-Zawaid, jil. VI, h. 315). dengan penguat dari riwayat al-Thabrani, hadis in dapat dinilai hadis hasan lighairihi

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: بَيْنَمَا جِبْرِيلُ قَاعِدٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم سَمِعَ نَقِيضًا مِنْ فَوْقِهِ فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: هَذَا بَابٌ مِنْ السَّمَاءِ فُتِحَ الْيَوْمَ لَمْ يُفْتَحْ قَطُّ إِلا الْيَوْمَ فَنَزَلَ مِنْهُ مَلَكٌ. فَقَالَ: هَذَا مَلَكٌ نَزَلَ إِلَى الأَرْضِ لَمْ يَنْزِلْ قَطُّ إِلا الْيَـوْمَ. فَسَلَّمَ وَقَالَ: أَبْشِـرْ بِنُـورَيْنِ أُوتِيتَهُمَا لَمْ يُؤْتَـهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ فَاتِحَةُ الْكِتَابِ وَخَوَاتِيمُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ، لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلا أُعْطِيتَهُ. رواه مسلم

(Ibn Abbas bercerita: Ketika Jibril duduk bersama nabi saw, tiba-tiba terdengar suara benturan yang keras dari atas kepalanya. Kemudian dia berkata: Ini adalah suara pintu di langit yang belum pernah dibuka kecuali hari ini, kemudian turun melalui pintu itu malaikat yang belum pernah turun kecuali hari ini. Kemudian malaikat itu memberi salam dan berkata: Berilah kabar gembira dengan adanya dua cahaya yang kedua-duanya diberikan kepadamu (Muhammad) dan belum pernah diberikan kepada seorang nabipun sebelum kamu; Pembuka kitab (surah al-Fatihah) dan penutup surat al-Baqarah. Tidaklah engkau m embaca satu huruf dari keduanya kecuali akan diberikan kepadamu.

Hadis sahih, diriwayatkan oleh Muslim (hadis no. 1339). Selain Muslim, hadis in ijuga diriwayatkan oleh al-Nasa'I (hadis no. 903)

Wallahua a’lam bishowab