Jumat, 29 Juli 2016

Peci hitam sebagai identitas bangsa Indonesia


Kisah Peci Hitam, Bung Karno, dan Mbah Wahab
Bagi Bangsa Indonesia, peci hitam memiliki arti penting. Peci ini dipakai Presiden pertama RI keliling dunia. Tak ayal, para pemimpin negara sahabat pun akrab dengan peci tersebut. Di mana peci hitam tampak, di situlah orang Indonesia disebut. Peci hitam memang menjadi identitas kebangsaan kita.<>

Dalam buku “Berangkat dari Pesantren”, Menteri Agama KH Saifuddin Zuhri menceritakan tentang uniknya peci hitam. Suatu ketika, di sela-sela sidang Dewan Pertimbangan Agung (DPA) pada September 1959 muncul kisah menarik.

Bung Karno, kata Kiai Saifuddin Zuhri, menyatakan bahwa dia sebenarnya kurang nyaman dengan segala pakaian dinas kebesaran. Akan tetapi, semuanya dipakai untuk menjaga kebesaran Bangsa Indonesia.

“Seandainya saya adalah Idham Chalid yang ketua Partai NU atau seperti Suwiryo, ketua PNI, tentu saya cukup pakai kemeja dan berdasi, atau paling banter pakai jas,” ujar Bung Karno sambil melihat respon hadirin.

Dengan yakin dan percaya, proklamator itu menegaskan tidak ada melepas peci hitam saat acara resmi kenegaraan.

“Tetapi soal Peci Hitam ini, tidak akan saya tinggalkan. Soalnya, kata orang, saya lebih gagah dengan mengenakan songkok hitam ini. Benar enggak, Kiai Wahab?” tanya Bung Karno pada Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang juga anggota DPA, KH Abdul Wahab Hasbullah.

Dengan tangkas, Mbah Wahab pun segera menimpali lontaran Bung Karno itu. “Memang betul, saudara harus mempertahankan identitas itu. Dengan peci hitam itu, saudara tampak lebih gagah seperti para muballigh NU,” jawab sang kiai.

Sontak, pernyataan kiai kharismatik ini langsung disambut gelak tawa seluruh anggota DPA. Suasana pun meriah oleh canda tawa dan tepuk tangan hadirin.

“Dengan peci itu saudara telah mendapat banyak berkah. Karena itu, ketika berkunjung ke Timur Tengah, saudara mendapat tambahan nama Ahmad. Ya, Ahmad Soekarno,” seloroh Kiai Wahab yang lagi-lagi disambut gelak tawa hadirin. (Musthofa Asrori)

Disarikan dari buku “Berangkat dari Pesantren”, karya KH Saifuddin Zuhri

Rabu, 27 Juli 2016

Pertanyaan Kulu bid'ah dolalah buat wahabi


30 PERTANYAAN KEPADA WAHABI YANG TAK AKAN PERNAH MEREKA JAWAB DAN TIDAK ADA DARI MEREKA YANG JAWAB

Karena Wahabi masih bersikeras untuk mempertahankan pendapat mereka bahwa tidak ada bid'ah hasanah.
Kalau memang Wahabi lebih faham dalam ilmu hadist, tolong terangkan kepada kami tentang hadist dibawah ini sesuai nahwu shoraf mantiq dan balaghoh :

كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة

1. Dimana maudhu' nya? Ada berapa?
2. Dimana mahmul nya? Ada brp?
3. Dimana muqaddam? Ada brp?
4. Dimana taali nya? Ada berapa?
5. Dimana muqaddimah shugronya? Ada brp?
6. Dimana muqaddimah kubronya? Ada brp?
7. Tolong diqiyas kan dan dimana letak pembuangan had wasath nya sesuai syikil awal kah? Syikil tsani kah? Syikil tsalist kah? Atau syikil robi' kah?
8. Apakh boleh di aksul mustawikan disini sesuai keif dan kam nya?
9. Apakah shoh tanaqudh d bhasan ini sesuai keif dan kam nya?
10. Saya juga minta ta'rif bid'ah sesuai had tam
11. Sesuai had naqish
12. Sesuai rasm tam
13. Sesuai rasm naqish
14. Sesuai alfazh
15. Apakah natijahnya kulliyah mujabah?
16. Ataukah juz-iyah mujabah?
17. Tunjukkan dimana musnadnya?
18. Dimana musnad ilaihnya?
19. Adakah dsini hazfu muhdhaf ? Dmana?
20. Tunjukkan dimana qosharnya?
21. Dimana ijaz nya?
22. Dmana ithnab nya?
23. Adakh dsini janas?
24. Kullu kepada muhdatsah itu idhofat apa?
25. Kullu kpd bid'ah itu idhofat apa?
26. Muhdatsah itu mashdar apa?
27. Bid'ah itu mashdar apa?
28. Dholalah itu mashdar apa?
29. Hurup jar pada finnar bima'na apa?
30. Fi itu muta'alliq nya kemana?

Ingat !!!!!
Yang berkata ini adalah Rasulullah yang diberikan mu'jizat jawaami'ul kalam.
Disini terdapat pembahasan ilmu nahwu, sharaf, mantiq dan balaghah yang tinggi, bukan sembarangan terjemah....!!!
Jika memaknakan kalimat itu dengan : SETIAP BID'AH YAITU SESAT. Ini namanya terjemah, dan terjemah yang dangkal seperti ini tidak bisa diambil hukum untuk mengatakan maulid, tahlilan, peringatan isro' mi'roj itu adalah bid'ah dholalah.
Saya akan bahas sedikit disni tentang perbedaan Rasulullah dengan para ulama Wahabi :
1. Rasulullah SAW mengatakan كل بدعة ضلالة ini tidak dengan hawa nafsu, dengan dalil :

وما ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى

Sedangkan Wahabi disini mengatakan :

كل بدعة ضلالة

Dengan hawa nafsu mereka, dengan dalil bahwa ilmu nahwu, sharaf, mantiq dan balaghah para Wahabi disini tidak ada sama skali, bahkan cuma taklid BUTA...!!!
Jadi para pembaca dapat menilai mana yang benar dan mana yang jelas salah...!!!
Soal 30 pembahasan diatas jawaban saya sangat singkat aja kok, ini jawaban saya :
Jawaban pembahasan pertama :Tidak semua bid'ah itu sesat, tapi cuma sebagian besar aja, bukan semuanya.
Jawaban pembahasan kedua :Semua bid'ah itu memang sesat KECUALI BID'AH HASANAH.
Jawaban yang ke tiga :Setiap dari sebagian bid'ah itu sesat.
Jikalau Wahabi memang tidak setuju dengan 3 jawaban saya ini.
Maka silahkan bahaslah dengan ilmu tentang 30 pembahasan diatas, dan jangan muter-muter dengan kata-kata kotor, karena itu mencerminkan hati anda kotor juga, apalagi mau mengalihkan kepembahasan lain, itu sama dengan menunjukkan kebodohan anda.

Semoga bermanfaat

Senin, 18 Juli 2016

Mencium Makam Orang Shaleh


 Diperbolehkan Mencium Makam Orang Shaleh
Melihat gambar mencium makam maka akan segera divonis syirik oleh sebagian orang. Padahal masalah ini telah tuntas dibahas oleh para ulama dahulu. Jika tujuannya adalah mencari berkah dari Allah melalui hamba-hambanya yang saleh maka tidak syirik. Sebagian ulama Syafiiyah memang ada melarang seperti Syaikh al-Munawi dalam Faidl al-Qadir. Namun ulama Syafiiyah lainnya memperbolehkan bahkan dikutip oleh ahli hadis al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani yang juga bermadzhab Syafiiyah:

ﻓﺎﺋﺪﺓ ﺃﺧﺮﻯ اﺳﺘﻨﺒﻂ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻣﻦ ﻣﺸﺮﻭﻋﻴﺔ ﺗﻘﺒﻴﻞ اﻷﺭﻛﺎﻥ ﺟﻮاﺯ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﻛﻞ ﻣﻦ ﻳﺴﺘﺤﻖ اﻟﺘﻌﻈﻴﻢ ﻣﻦ ﺁﺩﻣﻲ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻓﺄﻣﺎ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﻳﺪ اﻵﺩﻣﻲ ﻓﻴﺄﺗﻲ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺏ اﻷﺩﺏ . ﻭﺃﻣﺎ ﻏﻴﺮﻩ ﻓﻨﻘﻞ ﻋﻦ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺃﻧﻪ ﺳﺌﻞ ﻋﻦ ﺗﻘﺒﻴﻞ ﻣﻨﺒﺮ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺗﻘﺒﻴﻞ ﻗﺒﺮﻩ ﻓﻠﻢ ﻳﺮ ﺑﻪ ﺑﺄﺳﺎ ﻭاﺳﺘﺒﻌﺪ ﺑﻌﺾ ﺃﺗﺒﺎﻋﻪ ﺻﺤﺔ ﺫﻟﻚ ﻭﻧﻘﻞ ﻋﻦ اﺑﻦ ﺃﺑﻲ اﻟﺼﻴﻒ اﻟﻴﻤﺎﻧﻲ ﺃﺣﺪ ﻋﻠﻤﺎء ﻣﻜﺔ ﻣﻦ اﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺟﻮاﺯ ﺗﻘﺒﻴﻞ اﻟﻤﺼﺤﻒ ﻭﺃﺟﺰاء اﻟﺤﺪﻳﺚ ﻭﻗﺒﻮﺭ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ اﻟﺘﻮﻓﻴﻖ

[Penjelasan] Sebagian ulama menggali dalil dari disyariatkannya mencium sudut-sudut Ka'bah berupa kebolehan mencium setiap yang berhak diagungkan, baik manusia atau yang lain. Mengenai mencium tangan manusia akan dijelaskan dalam Bab Adab.

Sementara mencium selain tangan manusia, maka diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa beliau ditanya tentang mencium mimbar Nabi shalla Allahu alaihi wa sallama dan mencium makamnya. Imam Ahmad menjawab tidak apa-apa. Sebagian pengikut Imam Ahmad meragukan kesahihan tersebut.

Dikutip dari Ibnu Abi ash-Shaif al-Yamani, salah satu ulama Makkah dari Madzhab Syafiiyah tentang kebolehan hukum mencium al-Quran, al-Hadis dan makam orang-orang saleh (Fath al-Bari Syarah Sahih al-Bukhari 3/475)

DALIL MENCIUM NISAN DI MAKAM ORANG SHOLIH
===============================

Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi mereka yg mengaku-ngaku bermazhab kepada Imam Hambali (wahabi salafi)
Hukum mencium nisan quburan menurut perpektif imam Ahmad bin Hambal terus kepada sahabat Nabi.


لعبد الله ابن الإمام أحمد، عن أبيه رواية أبي علي الصوان قال عبد الله: سألت أبي عن الرجل يمس منبر النبي صلى الله عليه سلم - ويتبرك بمسه، ويقبله ويفعل بالقبر مثل ذلك، رجاء ثواب الله عز وجل قال: لا بأس

Terjemahnya:
Dari abdullah anak imam ahmad bin hambal, dari ayahnya ia meriwayatkan dari Abi Ali As Sawwan, Abdullah berkata : aku bertanya kpd ayahku ttg lelaki yg menyentuh mimbar Nabi utk mengambil berkah melewat sentuhan itu, juga mencium quburan Nabi dgn tujuan ngambil berkah melewat perbuatan itu,untuk menharapkan pahala dari Allah Azza wa Jalla, ia mengatakan: tidak apa2 perbuatan itu dilakukan.

وروى الإمام أحمد - بسند حسن -، وأبو الحسن يحيى بن الحسن بن جعفر بن عبد الله الخشني في (أخبار المدينة) عن داود بن أبي صالح قال

Terjemahnya:
Imam ahmad bin Hanbal meriwayatkan dgn sanad yg baik, Abul Hasan Yahya bin Hasan bin Ja'far bin Abdullah Al Khasyani juga meriwayatkan senada... darii khabar2 penduduk Madinah dari Daud bin Abi Shalih ia berkata :

أقبل مروان يوما فوجد رجلا واضعا وجهه على القبر

Terjemahnya:
Pada suatu hari Marwan mendatangi seorang lelaki yg meletakkan wajahnya diatas kuburan,

فأخذ مروان برقبته ثم قال: هل تدري ما تصنع ؟

Terjemahnya:
Marwan meletakkan tangan diatas pundak lelaki itu. Sambil berkata : apakah kamu mengetahui apa yg kamu perbuat ?.

فأقبل عليه فإذا هو أبو أيوب فقال: نعم، إني لم آت الحجرات، إنما جئت النبي - صلى الله عليه وسلم - سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: (لا تبكوا على الدين إذا وليه أهله، ولكن ابكوا عليه إذا وليه غير أهله)

Terjemahnya:
Lelaki itu berpaling menghadap marwan , ternyata lelaki itu adalah sahabat nabi Abul Ayyub Al Anshaari ia menjawab : ya, aku tahu,, aku ini tdk mendatangi batu2an, hanya sanya aku mendatangi Nabi . dulu kala aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: janganlah kalian menangisi agama jika dipegang oleh org yg ahlinya. Tetapi menangislah untuk agama jika dipegang bukan dari yg ahlinya.

أن ابن عساكر روى بسند جيد أن بلالا - رضي الله تعالى عنه - لما قدم من الشام لزيارة النبي - صلى الله عليه وسلم - أتى القبر، فجعل يبكي ويمرغ وجهه عليه

Terjemahnya:
Ibnu asaakir meriwayatkan dgn sanad yg baik, sesungguhnya bilal manakala tiba dari syam utk berziarah ke qubur nabi. Ia datang kekubur nabi ia menangis disana dan mengosok2kan pipinya dikuburnya Nabi Saw.

Sumber Kutipan Kitab :
- Subulul Hudaa war Rasyaadi Fii Siiroti Khairil ibaad
- Juz 12
- Hal 398
- di perkumpulan Bab Ziaarotihiii Sallallaahu Alaihi Wasallam Ba'da Mautihii Wa Fadlihii
- Bab ke empat Fii adabi Ziaarotihii Sallallaahu Alaihi Wasallam

Semoga bermanfaat

Jumat, 15 Juli 2016

Mengikuti mayoritas madzhab di negeri mu lebih baik

TERNYATA PERSATUAN UMAT LEBIH PENTING DARIPADA PENDAPAT BARU
Diceritakan dalam kitab al-Musawwadah fi Ushul al-Fiqh karya syaikh Ibnu Taimiyah:

(عن القاضي أبى يعلى أنه قصده فقيه ليقرأ عليه مذهب أحمد فسأله عن بلده فأخبره


Al-Qadhi Abu Ya'la didatangi seorang pelajar fiqih untuk belajar mazhab Hanbali kepadanya. Lalu Abu Ya'la menanyakan tentang negeri asalnya. Pelajar itu mengabarkan tentang hal ihwal negerinya.

فقال [أي أبو يعلى] له: إن أهل بلدك كلهم يقرأون مذهب الشافعي فلماذا عدلت أنت عنه إلى مذهبنا.


Abu Ya'la berkata kepadanya: Penduduk negerimu semuanya mengikuti mazhab Syafi'iy. Kenapa Anda akan berpindah ke mazhab kami?

فقال له: إنما عدلت عن المذهب رغبة فيك أنت.


Pelajar itu berkata: Aku berpindah dari mazhab Syafi'iy karena suka kepada Anda.

فقال [القاضي أبو يعلى]: ان هذا لا يصلح فإنك إذا كنت في بلدك على مذهب أحمد وباقي أهل البلد على مذهب الشافعي لم تجد أحدا يعيد معك، ولا يدارسك وكنت خليقا أن تثير خصومة وتوقع نزاعاً، بل كونك على مذهب الشافعي حيث أهل بلدك على مذهبه أولى ودله على الشيخ أبى إسحاق وذهب به إليه).


Abu Ya'la berkata: Ini jelas tidak baik. Jika Anda hidup di negerimu mengikuti mazhab Hanbali, sementara seluruh penduduk negerimu mengikuti mazhab Syafi'iy, Anda tidak akan menemukan seseorang yang akan mengulangi pelajaran dan belajar bersama Anda. Anda pasti akan mengobarkan permusuhan dan menimbulkan pertengkaran. Justru Anda mengikuti mazhab Syafi'iy seperti penduduk negeri Anda itu lebih baik.

Kemudian Abu Ya'la menunjukkan pelajar tersebut kepada Syaikh Abu Ishaq dan membawanya kepada beliau untuk belajar fiqih Syafi'iy.

Syaikh Abi Ishaq adalah pengarang kitab al-Muhadzdab, kitab monumental dalam mazhab Syafi'iy yang di-syarah oleh Imam Nawawi dengan kitab al-Majmu'.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah, para ulama tidak suka dengan para ustadz pendatang baru yang berbeda mazhab dengan penduduk lokal, karena akan menimbulkan konflik dan permusuhan. Ini sekarang banyak terjadi di negeri kita.

Semoga bermanfaat

Rabu, 13 Juli 2016

Orang tua Nabi Muhammad masuk surga

Heboh!!!! Dr Khalid Berfatwa Tanpa Perasaan mengatakan :

"Ayah Nabi Di Neraka..."

Keterangan dan pejelasan dalam vidio Klick saja Link dibawah ini :

https://www.fahttps://www.facebook.com/SantriCilikNusantara/videos/1595735627386525/cebook.com/SantriCilikNusantara/videos/1595735627386525/

Dalam vidio ini penjelasan bahwa "Orang tua nabi masuk surga" :


ORANGTUA NABI MUHAMMAD SAW MASUK SURGA

Di dalam kitab "Kifayatul 'Awam" karya Syeikh Ibrahim Al-Baujuri halaman 24-25, cetakan "Darul Kutub al-Islamiyyah", Kalibata – Jakarta Selatan disebutkan bahwa orangtua Nabi Muhammad saw masuk surga dengan keterangan sebagai berikut:

Artinya:
=====
Ahlul Fatrah adalah orang-orang yang tidak ada di zaman rasul atau tidak ada rasul yang diutus Allah kepada mereka. Mereka adalah golongan orang-orang yang selamat, meskipun mereka para penyembah berhala, karena udzur mereka. Allah ta’ala memberikan tempat-tempat khusus di surga, bukan surga karena amal mereka. Karena, tidak ada amal sama sekali bagi mereka. Inilah fakta masalah. Olehkarena itu, peliharalah fakta masalah ini !

Peringatan:
=======
Jika anda sudah yakin bahwa Ahlul Fathrah (masa kevakuman atau kekosongan Rasul) itu termasuk orang-orang yang selamat (dari neraka) berdasarkan pendapat ulama yang kuat, maka anda harus yakin pula bahwa kedua orangtua Nabi Muhammad saw adalah orang-orang yang selamat (dari neraka). Karena, mereka berdua termasuk Ahlul Fathrah (termasuk juga kakek, buyut Nabi dan ke atasnya). Bahkan mereka berdua termasuk Ahlul Islam, karena Allah telah menghidupkan mereka berdua untuk Nabi Muhammad saw sebagai pengagungan kepadanya. Kemudian, kedua orangtua Nabi beriman kepadanya sesudah kebangkitannya menjadi seorang rasul. Alangkah indahnya sya’ir yang dilantunkan oleh seorang ulama karena mengagungkan beliau: 


حبا الله النبي مزيد فضل ### على فضل و كان به رؤوفا

فأحيا أمه و كذا أبوه ### لايمان به فضلا منيفا

فسلم فالقديم بذا قدير ### و ان كان الحديث به ضعيفا


Artinya:
=====
“Allah memberikan anugerah kepada Nabi saw dengan tambahan anugerah di atas anugerah. Dia Maha Penyayang terhadap Nabi-Nya.

Kemudian, Dia menghidupkan ibunya, begitupula bapaknya untuk beriman kepadanya karena anugerah yang agung.

Maka, hendaklah kau taslim (terima) ! Karena, Dzat Yang Maha Qadim (Maha Dahulu) adalah Dzat Yang Maha Kuasa atas itu, meskipun hadits itu kedudukannya lemah (bukan hadits palsu) dengannya.”

Hadits ini berdasarkan pada sebuah keterangan yang diriwayatkan dari Urwah dari Aisyah bahwa Rasulullah saw memohon kepada Tuhan-Nya agar Dia menghidupkan kembali kedua orangtuanya. Maka Allah pun menghidupkan kembali kedua orangtua beliau. Selanjutnya, keduanya beriman kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian, Allah mematikan kembali keduanya.

Berkata Suhaili: "Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bisa saja Allah mengkhususkan Nabi-Nya dengan apa-apa yang Dia kehendaki dari sebab karunia-Nya dan memberi nikmat kepada Nabi-Nya dengan apa-apa yang dia kehendaki dari sebab kemuliaan-Nya."

Mudah-mudahan hadits ini shohih menurut sebagian ulama ahli hakekat, sebagaimana diterangkan oleh sebagian pendapat ulama Ahlussunnah wal Jama’ah di dalam lantunan sya’ir mereka: 


أيقنت أن أبا النبي و أمه ### أحياهما الرب الكريم الباري

حتى له شهدا بصدق رسالة ### صدق فتلك كرامة المختار

هذا الحديث و من يقول بضعفه ### فهو الضعيف عن الحقيقة عارى


Artinya:
=====
“Aku meyakinkan bahwa bapak Nabi saw dan ibunya telah dihidupkan kembali oleh Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Pencipta.

Sehingga mereka berdua bersaksi atas kebenaran risalah yang dibawanya. Hendaklah engkau membenarkan ! Maka, itulah kemulian Nabi pilihan-Nya.

Pahamilah hadits ini ! Dan, barangsiapa berkata bahwa hadits ini dho’if, maka orang tersebut adalah orang yang lemah dan kosong dari hakekat.”

Telah berkata sebagian ulama: "Telah ditanya Qodhi Abu Bakar bin 'Arobi, salah seorang ulama madzhab Maliki mengenai seorang laki-laki yang berkata bahwa bapak Nabi berada di dalam neraka. Maka, beliau menjawab bahwa orang itu dilaknat Allah. Firman Allah ta'ala: 



{إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلأخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا}


Artinya:
=====
"Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan melaknat mereka di dunia dan akherat dan menyiapkan bagi mereka itu adzab yang menghinakan". (QS. Al-Ahzab: 57).

Dan tidak ada perbuatan yang lebih besar dibandingkan dengan perkataan bahwa bapak Nabi berada di dalam neraka. Betapa tidak ! Sedangkan Ibnu Munzir dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata: "Engkau anak dari kayu bakar api neraka', maka berdirilah Rasulullah saw dalam keadaan marah, kemudian beliau berkata: 


ما بال أقوام يؤذونني فى قرابتي و من أذاني فقد أذى الله


Artinya:
=====
"Bagaimanapun itu keadaan kaum yang menyakiti aku dalam kerabatku. Dan, barangsiapa menyakiti aku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah".

Dalam masalah ini Imam Jalaluddin as-Suyuthi telah menyusun beberapa karangan yang berkaitan dengan selamatnya kedua orangtua Nabi Muhammad saw (dari neraka). Semoga Allah membalas kebaikan beliau !!!

Begitupula di dalam kitab "At-Tajul Jami' lil Ushul fii Ahaditsir Rasul 


(التاج الجامع للأصول في أحاديث الرسول)


" karya Syeikh Manshur Ali Nashif diterangkan (lihat foto yang ada tulisannya} pada jilid 1 halaman 382 yang artinya sebagai berikut:

NABI SAW BERZIARAH KE MAKAM IBUNYA
=============================
"Dari Abu Hurairah beliau berkata: Nabi saw berziarah ke makam ibunya dan beliau menangis. Begitupula orang-orang yang berada di sekitarnya pada menangis. Kemudian, beliau berkata: Aku meminta idzin kepada Tuhanku supaya aku bisa memintakan ampunan untuknya. Namun aku tidak diidzinkan oleh-Nya. Terus aku meminta idzin kepada-Nya supaya aku bisa menziarahinya. Kemudian, Dia mengidzinkan aku untuk menziarahi ibuku. Berziarahlah ke makam-makam !! Karena, berziarah itu dapat mengingatkan mati. Hadits riwayat Imam Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i ".

Maksud hadits tersebut di atas sebagai berikut:
Ketika Nabi Muhammad saw menziarahi ibunya yang bernama Sayyidah Aminah binti Wahab, beliau menangis karena ibunya tidak beragama Islam dan tidak mendapat kesenangan di dalamnya, dan Allah tidak mengidzinkan Nabi saw memintakan ampunan untuk ibunya. Karena, permintaan ampunan itu syaratnya harus beragama Islam. Sedangkan ibunda Nabi saw wafat dalam keadaan menganut agama kaumnya sebelum beliau diangkat jadi Rasul. Hal ini bukan berarti ibunda Nabi saw tidak masuk surga, karena ibunda Nabi saw itu termasuk ahli fatrah (masa kekosongan atau vakum antara dua kenabian).

Menurut ulama jumhur bahwa ahli fatrah itu adalah orang-orang yang selamat (orang-orang yang selamat dari api neraka dan mereka tetap dimasukkan ke dalam surga). Firman Alla swt dalam surat Al-Isra ayat 15:


وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبۡعَثَ رَسُولاً۬

Artinya: Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

Bahkan berlaku dan absah menurut ahli mukasyafah bahwa Allah ta'ala menghidupkan kembali kedua orangtua Nabi saw setelah beliau diangkat jadi Rasul. Kemudian, mereka beriman kepada Nabi saw. Olehkarena itu, sudah pasti mereka termasuk ahli surga.

Demikian pembahasan tentang tentang orang Tua baginda Nabi sebegai bukti Bahwa Baginda memang benar-benar manusia pilihan dari rahim pilihan dari keturanan pilihan

Semoga bermanfaat dan semoga Allah selalu merahmati Para Hamba-hamba Allah yang senantiasa membagikan.


Ayah dan ibu nabi masuk syurga
Ini penjelasananya

Perlu kamu ketahui simpan di otak dalam dalam ngaji jangan setengah setengah copot sana copot sini ,ucapan imam nawawi

ﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻨﺎﺭ، ﻭﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﻣﻦ ﻣﺎﺕ ﻓﻰ ﺍﻟﻔﺘﺮﺓ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﻌﺮﺏ ﻣﻦ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺍﻷﻭﺛﺎﻥ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻨﺎﺭ . ﻭﻟﻴﺲ ﻫﺬﺍ ﻣﺆﺍﺧﺬﻩُ ﻗﺒﻞ ﺑﻠﻮﻍ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ، ﻓﺈﻥ ﻫﺆﻻﺀ ﻛﺎﻧﺖ ﻗﺪ ﺑﻠﻐﺘﻬﻢ ﺩﻋﻮﺓ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ

“ Dalam hadits itu menunjukkan bahwa orang yang mati atas kekufuran maka dia di neraka.
Dan juga menunjukkan bahwa orang yang mati di masa fatrah atas perbuatan orang arab dari menyembah berhala, maka dia pun di neraka.
Dan ini bukan lah hukuman sebelum datangnya dakwah, karena sesungguhnya telah sampai dakwah nabi Ibrahim pada mereka dan selainnya dari para nabi “.

Jawaban :
Beliau berkomentar demikian bukan berarti berpendapat kedua orangtua nabi Saw masuk di neraka.
Jika beliau mengatakan demikian maka beliau akan mengatakannya secara jelas dan gamblang...
Karena beliau juga pensyarah hadits Muslim
Itulah Salah satu Akhlaq Para Yai-Yai wahabi Takhfiri dengan memaksakan hujjah dan mengatakan bahwa beliau (Imam Nawawi) juga berpendapat orang tua nabi Saw di neraka.
Seandainya Imam Nawawi berpendapat seperti itu, niscaya beliau akan memperjelas komentarnya, misal :

ﻓﻴﻪ ﺩﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻥ ﺍﺑﻮﻳﻪ ﻣﺎﺗﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻓﻬﻮ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ

“ Dalam hadits itu menunjukkan bahwa kedua orang tua Nabi Saw wafat dalam keadaan kafir dan masuk neraka “.
Namun beliau tidak mengatakannya.
Maka komentar beliau sebenarnya ditujukan kepada ayah orang yang bertanya bukan pada ayah nabi Saw sendiri. Sedangkan beliau diam dan tidak berkomentar tentang ayah nabi Saw karena beliau paham bahwa menyakiti hati Nabi Saw hukumnya haram dan tak ada perkara yang lebih menyakitkan hati Nabi Saw selain mengatakan kedua oran tuanya di neraka.

= Untuk mengetahui maksud sebenarnya dari komentar Imam Nawawi tersebut, maka alangkah baiknya kita dengarkan penjelasan dari seorang ulama pengikutnya yang lebih memahami ucapan beliau yaitu Imam As-Suyuthi berikut :

ﺍﻟﺬﻱ ﻋﻨﺪﻱ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻔﻬﻢ ﻣﻦ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﻣﺴﻠﻢ ﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ )) ﺃﻥ ﺭﺟﻼ ﻗﺎﻝ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ : ﺃﻳﻦ ﺃﺑﻲ … ﺍﻟﺦ (( ﺃﻧﻪ ﺃﺭﺍﺩ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺳﻠﻢ ، ﺑﻞ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﻔﻬﻢ ﺃﻧﻪ ﺃﺭﺍﺩ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ ، ﻭﻛﻼﻣﻪ ﺳﺎﻛﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﺏ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ

“ Menurut pemahamanku hendaknya tidak memahami ucapan imam Nawawi di dalam syarh hadits Muslim tentang Hadits:
“ Sesungguhnya seseorang berkata kepada Rasul Saw di mana ayahku…dst “,
Bahwasanya yang beliau maksud adalah ayah nabi Saw. Akan tetapi hendaknya dipahami bahwasanya beliau menghendaki hukum pada ayah orang yang bertanya.
Dan beliau diam, tidak mengomentari atas hukum ayah nabi Saw “.
(At-Ta’dzhim wal minnah : 171).

Hadits riwayat Imam Muslim dari Hammad :

ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮِ ﺑْﻦُ ﺃَﺑِﻲ ﺷَﻴْﺒَﺔَ، ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﻋَﻔَّﺎﻥُ، ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺣَﻤَّﺎﺩُ ﺑْﻦُ ﺳَﻠَﻤَﺔَ، ﻋَﻦ ﺛَﺎﺑِﺖٍ، ﻋَﻦْ ﺃَﻧَﺲٍ : ﺃَﻥَّ ﺭَﺟُﻠًﺎ ﻗَﺎﻝَ : ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻳْﻦَ ﺃَﺑِﻲ؟ ﻗَﺎﻝَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ، ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﻔَّﻰ ﺩَﻋَﺎﻩُ، ﻓَﻘَﺎﻝَ : ﺇِﻥَّ ﺃَﺑِﻲ ﻭَﺃَﺑَﺎﻙَ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ

Artinya:
Menyampaikan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah,
menyampaikan kepada kami ‘Affan,
menyampaikan kepada kami Hammad bin Salamah,
dari Tsabit, dari Anas:
Bahwasanya seorang laki-laki berkata:
Ya Rasulullah,
dimanakah ayahku..??
Nabi Saw bersabda:
Di dalam neraka.
Ketika orang itu pergi,
Nabi memanggilnya kembali dan bersabda:
"Sesungguhnya ayahku dan ayahmu berada di
dalam neraka".
.
Hadits ini adalah Dha‘if menurut Imam as-Suyuthi serta diriwayatkan oleh Ibnu Syahin dalam an-Nasikh wa al-Mansukh.
( Ad-Durar al-Muntatsirah (pinggir Fatawi Haditsiyah) hlm. 234. ).

Dari redaksi hadistnya jg jelas maksud rasulullah bukan kpd "bapak kandung" Abdulloh bin Muthalib..makanya beliau mengatakn "ina abi wa abbaka finnar".
Abi di situ paman, & paman nabi saw yg jelas-jelas musyrik di neraka yaitu Abu Lahab.

MARI KITA BAHAS TENTANG HADIST TERSEBUT !!!

SANAD.
Dalam sanad HR Imam Muslim di atas terdapat rawi yang diperbincangkan para ulama.
Yakni : Hammad bin Salamah.

Mengenai Hammad bin Salamah ini,
para ulama terbagi menjadi dua kelompok dalam hal ini :
.
1. Para ulama ahli hadits yang men-tsiqah-kannya, di antaranya:
Ibnu Mahdi, Ibnu Mu’i, Al-Ajl, Dan Ibnu Hibban.
.
2. Para ulama ahli hadits yang membuat perinciannya,
antara lain:
Yahya bin Sa’id al-Qaththan, Ali bin Al-Madini, Ahmad bin Hanbal, An-Nasai, Adz-Dzhabai, Ya’qub bin Syaibah, Abu Hathim dan yang lainnya,
Termasuk Imam Muslim sendiri.
.
Imam Muslim berkata mengenai Hammad :

ﻭﺣﻤﺎﺩ ﻳﻌﺪّ ﻋﻨﺪﻫﻢ ﺇﺫﺍ ﺣﺪّﺙ ﻋﻦ ﻏﻴﺮ ﺛﺎﺑﺖ؛ ﻛﺤﺪﻳﺜﻪ ﻋﻦ ﻗﺘﺎﺩﺓ، ﻭﺃﻳﻮﺏ، ﻭﻳﻮﻧﺲ، ﻭﺩﺍﻭﺩ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﻨﺪ، ﻭﺍﻟﺠﺮﻳﺮﻱ، ﻭﻳﺤﻴﻰ ﺑﻦ ﺳﻌﻴﺪ، ﻭﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺩﻳﻨﺎﺭ، ﻭﺃﺷﺒﺎﻫﻬﻢ ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺨﻄﻰﺀ ﻓﻲ ﺣﺪﻳﺜﻬﻢ ﻛﺜﻴﺮﺍً

“Dan Hammad dipermasalahkan menurut para ulama besar ahli hadits jika meriwayatkannya dari selain Tsabit;
Seperti periwayatannya dari:
Qatadah,
Ayyub,
Yunus,
Dawud bin Abu Hindi,
Aljariri,
Yahya bin Sa’id,
Amr bin Dinar dan lainnya.
● Karena Hammad melakukan kesalahan yang banyak dalam Hadits periwayatan mereka.”
(At-Tamyiz: 218)
.
● Permasalahan:
Para ulama ahli hadits sepakat,
Bahwa ketika Hammad menginjak usia lanjut,
Hafalannya mengalami gangguan.
Bahkan dicurigai anak angkatnya melakukan penyisipan teks pada hadits-hadits Hammad.
.
● Imam al-Baihaqi berkata:

ﺣﻤﺎﺩ ﺳﺎﺀ ﺣﻔﻈﻪ ﻓﻲ ﺁﺧﺮ ﻋﻤﺮﻩ، ﻓﺎﻟﺤﻔﺎﻅ ﻻ ﻳﺤﺘﺠﻮﻥ ﺑﻤﺎ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﻓﻴﻪ

“Hammad buruk hafalannya di akhir usianya,
Maka para ulama hadits tidak menjadikan hujjah dengan hadits Hammad yang terdapat kontradiksi di dalamnya.”
(Syarh al-‘Ilal: 2/783)
..
● Imam Abu Hathim berkata:

ﺣﻤﺎﺩ ﺳﺎﺀ ﺣﻔﻈﻪ ﻓﻰ ﺁﺧﺮ ﻋﻤﺮﻩ

“Hammad buruk hafalannya di usia lanjutnya.”
(Al-Jarh wa At-Ta’dil: 9/66).
.
Imam Az-Zaila’i berkata:

ﻟﻤﺎ ﻃﻌﻦ ﻓﻰ ﺍﻟﺴﻦ ﺳﺎﺀ ﺣﻔﻈﻪ . ﻓﺎﻻﺣﺘﻴﺎﻁ ﺃﻥ ﻻ ﻳُﺤﺘﺞ ﺑﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﺍﻟﺜﻘﺎﺕ

“Ketika Hammad berusia lanjut, Hafalannya menjadi buruk,
Maka untuk lebih hati-hatinya hendaknya tidak menjadikannya sebagai hujjah pada hadits-haditsnya yang menyelisihi periwayat-periwayat tsiqah lainnya.”
(Nashbu Ar-Rayah : 1/285)

Allah menangkis segala alasan manusia :

رسلا مبشرين ومنذرين لئلا يكون للناس يلي الله حجة بعد الرسل وكان الله عزيزا حكيما

النساء ١٦٥

(Mereka kami utus) selaku rasul rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah alloh sesudah diutusnya rasul rasul itu dan alloh maha perkasa lagi maha bijaksana.
QS. An nisa' 165.

Tidak dibinasakan sebelum datang peringatan

وما اهلكنا من قرية الا لهامنذرون

الشعراء ٢٠٨

Dan kami tidak membinasakan sesuatu negeripun, melainkan sesudah ada baginya orang orang yang memberi peringatan.
QS. Asy- syu'ara' 208

Hukum hidup dimasa fatroh(masa kekosongan rasul) ini dalilnya..

وما كنا معذبين حتي نبعث رسولا.

الاسراء ١٦

Kita tidak mengazab sampai kita mengutus seorang utusan.
QS al isra' 16

Inilah empat gol manusia yg dpt beralasan pd alloh di hari kiamat

يكون يوم القيامة رجل أصم لا يسمع شيئاً، ورجل أحمق، ورجل هرم ورجل مات في فترة فأما الأصم فيقول: رب لقد جاء الإسلام وما أسمع شيئاً، وأما الأحمق فيقول: رب لقد جاء الإسلام والصبيان يحذفونني بالبعر، وأما الهرم فيقول: رب لقد جاء الإسلام وما أعقل شيئاً، وأما الذي مات في الفترة فيقول: رب ما أتاني لك رسول، فيأخذ مواثيقهم ليطيعنه، فيرسل إليهم أن ادخلوا النار، قال: فوالذي نفس محمد بيده لو دخلوها لكانت عليهم برداً وسلاماً

“Di hari kiamat ada seorang yang tuli, tidak mendengar apa-apa, ada orang yang idiot, ada orang yang pikun, ada yang mati pada masa fatrah. Orang yang tuli berkata: ‘Ya Rabb, ketika Islam datang saat itu aku tuli, tidak mendengar Islam sama sekali’. Orang yang idiot / gila berkata: ‘Ya Rabb, ketika Islam datang, saat itu anak-anak nakal sedang memasung aku di dalam sumur’. Orang yang pikun berkata: ‘Ya Rabb, ketika Islam datang aku sedang hilang akal’. Orang yang mati pada masa fatrah berkata: ‘Ya Rabb, tidak ada utusan yang datang untuk mengajakku untuk iman kpd mu’. Lalu diuji kecenderungan hati mereka pada ketaatan. Diutus utusan untuk memerintahkan mereka masuk ke neraka. Nabi bersabda: ‘Demi Allah, jika mereka masuk ke dalamnya, mereka akan merasakan dingin dan mereka mendapat keselamatan‘” (HR. Ahmad no. 16344, Thabrani 2/79)

KEDUA ORANG TUA NABI SAW SELAMAT DI AKHIRAT

Kata "Abi" bisa bermakna paman


Imam al-Qadli Iyadl al-Maliki dalam kitab asy-Syifa meriwayatkan bahwa ada salah seorang sekretaris khalifah Umar ibn Abdil Aziz berkata di hadapan beliau bahwa kedua orang tua Rasulullah kafir, maka kemudian khalifah Umar sangat murka kepadanya, dan sekretarisnya itu langsung dilepas dari jabatannya.
Umar berkata kepadanya: “Mulai saat ini, dan selamanya engkau jangan menulis apapun bagiku” . (Riwayat lengkap peristiwaini diceritakan oleh al-Hafizh Abu Nu’aim dalam kitab Hilyah al-Awliya’ dan imam al-Harawi dalam kitab Dzamm al-Kalam)
Fatwa Syaikh Assyinqiti -Ulama rujukan Salafiyyin – bahwa orang tua Nabi Muhammad saw adalah ahli surga ( Sumber: Kitab Majlis Ilmu bersama Syaikh Muhammad Al Amin Assyinqiti, Hal: 40, penulis ahmad bin muhammad al amin bin ahmad assyinqiti ).
Adalah Halaqah Ilmu beliau di masjid Madinah Nabawi, satu-satunya majlis yg ada di sana, karena kalau di mulai majelis ilmu beliau hampir semua majlis yg ada ikut bergabung mengambil faedah. Syaikh Assyinqiti mengatakan bahwa orang tua nabi ahli surga, karena mereka termasuk ahli fatrah lalu beliau menjelaskan hukum hukum yg terkait dengan ahli fatrah.

Suatu hari, syaikh Assyinqiti di undang kerumah syaikh Abdullah Azzahim, ketika sampai beliau di sambut hangat oleh syaikh Abdullah dan syaikh Assyinqiti di persilahkan duduk di sebelahnya. Di majlis itu hadir juga para hadirin dari kalangan ahli ilmu, masing-masing mereka membawa buku pegangan.
Setelah selesai salam salaman, syaikh Abdullah memperlihatkan kepada syaikh Assyinqiti buku syarah Imam Nawawi tentang hadits – sesungguhnya bapak ku dan bapak kamu masuk neraka.
Syaikh assyinqiti berkata: saya sudah tahu hadits ini. Syaikh abdullah azzahim berkata: kemaren antum menyampaikan di pengajian Nabawi bahwa kedua orang tua nabi termasuk ahli fatrah. Syaikh Assyinqiti menjawab: iya. Karena jawaban saya berdasarkan al Qur’an yg qot’iy matan dan qot’iy dilalah, saya tidak bisa menolak nash yg qot’iy matan dan qot’iy dilalah dengan nash yg zhanniy matan dan zhanniy dilalah ketika mentarjih, hadits ini termasuk khabar ahad. Sama dengan hadits Abi Hurairah riwayat Muslim: saya minta izin ke Allah utk mengunjungi ibuku saya diberi izin, lalu saya minta kepada allah utk di ampuni dosa nya namun tidak diizinkan. hadits diatas zhanniy matan maka tidak bisa menolak qot’iy matan yaitu firman Allah:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَث رَسُولًا (الإسرء ١٥)

“Dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul( al isra’: 15)”
Jelas sekali ayat diatas qot’iy matan dan qot’iy dilalah.
Berbeda dengan hadits:

 إن أبي وأباك في النار

Hadits ini zhanniy matan dan zhanniy dilalah. Ada kemungkinan أبي maknanya paman nabi: Abu Thalib atau Lahab. Karena orang arab kadang kadang memanggil paman dengan الأب، bisa kita temukan pemakaian ini di dalam al quran:

1. Qot’iy matan dan qot’iy dilalah: Al Baqarah: 133:

 قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Mereka menjawab, “Kami akan me­nyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.
Nabi Ismail adalah pamannya nabi Ya’qub. Clear: Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.

2. Qot’iy matan dan zhanniy dilalah: Al An’am:84-86.

وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلًّا هَدَيْنَا وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُودَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (84) وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى وَعِيسَى وَإِلْيَاسَ كُلٌّ مِنَ الصَّالِحِينَ (85) وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا وَكُلًّا فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِينَ (86)

“Dan Kami telah menganugerahkan Ishaq dan Ya’qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami berikan petunjuk dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh), yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dan Zakaria, Yahya, Isa, dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh, dan Ismail, Al-Yasa’, Yunus, dan Lut. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya).”
Secara Nash Al Qur’an, Ibrahim merupakan ayah bagi Luth padahal berdasarkan hadits beliau merupakan paman nya.
Karena itu kasus arab Badui yg bertanya: dimana ayahku?? Rasulullah menjawab: ayah mu masuk neraka, beliau berpaling mau pulang dlm keadaan sedih. Rasulullah menyuruh sahabat memanggil nya ketika datang, beliau berkata: sesungguhnya bapak ku dan bapak kamu masuk neraka. Maka yg di maksud dengan أبي di hadits adalah paman nabi Abu Thalib atau Abu Lahab.
Kemudian syaikh assyinqiti berkata: kejelasan dlm masalah ini: kedua orangtua Nabi Muhammad saw termasuk ahli fatrah, definisi ahli fatrah: kaum yg tidak mendapatkan peringatan sebelumnya juga tidak mendapatkan Risalah kenabian setelahnya. Dalam kontek ini: ayah nabi ( abdullah) meninggal ketika rasulullah dlm kandungan, sementara ibu rasulullah wafat ketika beliau berumur 6 tahun ( sepakat ulama sirah). kalau begitu kedua duanya termasuk ahli fatrah. Di antara jamaah yg hadir ada yg berkata: orang arab ketika itu mengikuti agama ismail berarti mereka sdh ada yg memberi peringatan.
Syaikh assyinqiti berkata: anda yakin dengan apa yg anda ucapkan??

Jamaah: ya saya yakin.

Syaikh Assyinqiti berkata: bagaimana pendapat mu surat yasin :6 ??

لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أُنْذِرَ آبَاؤُهُمْ فَهُمْ غَافِلُونَ

Agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.
Huruf ما disini faedahnya menafikan peristiwa, dasar nya ada huruf الفاء pada ayat فهم غافلون artinya ada illat karena belum di beri peringatan.

Syaikh Assyinqiti berkata: bagaimana pendapat anda tentang firman Allah swt dlm surat Al Qashas:46??

وَمَا كُنْتَ بِجَانِبِ الطُّورِ إِذْ نَادَيْنَا وَلَٰكِنْ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Dan tiadalah kamu berada di dekat gunung Thur ketika Kami menyeru (Musa), tetapi (Kami beritahukan itu kepadamu) sebagai rahmat dari Tuhanmu, supaya kamu memberi peringatan kepada kaum (Quraisy) yang sekali-kali belum datang kepada mereka pemberi peringatan sebelum kamu agar mereka ingat.”
Bagaimana pendapat anda tentang firman Allah swt dlm surat Assaba’ :44 ??

وَمَا آتَيْنَاهُمْ مِنْ كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا وَمَا أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِنْ نَذِيرٍ

Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatan pun.
Bagaimana pendapat anda tentang firman Allah swt dlm surat Assajadah

أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۚبَلْ هُوَ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ لِتُنْذِرَ قَوْمًا مَا أَتَاهُمْ مِنْ نَذِيرٍ مِنْ قَبْلِكَ لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan: “Dia Muhammad mengada-adakannya”. Sebenarnya Al Qur’an itu adalah kebenaran (yang datang) dari Tuhanmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.
Yang benar bahwa ahli fatrah, orang idiot dan anak-anak musyrikin yg mati ketika masih kecil mereka akan di datang kan api pada hari kiamat di padang mahsyar, api tersebut di minta utk melahap nya, Allah mengetahui diantara mereka ada yg menjadi ahli surga maka api tersebut berubah menjadi dingin dan mereka masuk kedalam kelompok kanan ( ahli surga). Dan Allah juga tahu siapa diantara mereka yg menjadi ahli neraka maka bergabung lah dengan kelompok kiri ( ahli neraka) ibnu Katsir menyebutkan penjelasan itu ketika menafsirkan surat Al Isra’: 15.
Salah seorang dari yg hadir berkata: ini seolah-olah manusia masih di beri beban taklif, padahal akhirat itu merupakan hari pembalasan.
Syaikh Assyinqiti berkata: Apakah anda yakin dengan pendapat mu??
Ya jawab salah seorang jamaah.
Syaikh Assyinqiti berkata: bagaimana pendapat anda tentang firman Allah swt surat Al Qolam :42 ??

يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ

Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka mereka tidak kuasa.
Bagaimana ya hadirin?? apakah ayat ini menunjukkan bentuk taklif di padang mahsyar pada hari kiamat yg terdapat dlm al Qur’an ??
Juga terdapat dlm hadits shahih bahwa orang orang beriman akan sujud kepada allah di padang mahsyar dan orang munafik berusaha sujud tetapi tidak bisa, punggung mereka seperti punuk punuk sapi, bukankah ini bentuk beban taklif di padang mahsyar.
Jamaah yg hadir bertanya bukan kah bisa dalil ‘Am di takhsish dengan dalil khas?? Seperti yg di lakukan oleh Jumhurul Ulama? Al isra’ ayat 15 adalah dalil ‘Am, sementara hadits yg berbicara ttg orang perorangan di sebut dalil khos. Yg di keluarkan dari dalil khos maka keluar dari keumuman nash, yg tidak di sebut dalam dalil khos maka tetap berada pada umumnya nash.
Syaikh Assyinqiti berkata: kalau kita memberlakukan takhsish pada masalah ini niscaya menghilangkan hikmah dari keumuman nash yg ada. Allah swt tidak mengazab setiap hamba nya sebelum mereka di beri peringatan oleh para Rasul ketika di dunia. Sekira nya Allah memberi azab kepada mereka sebelum di datangkan peringatan niscaya rusak hikmah yg luarbiasa, dan tentu azab terhadap orang yg seperti itu menjadi hujjah atas Allah pada hari kiamat dan menghilang kan hikmah di utus nya Para Rasul agar tidak ada lagi orang orang yg menuntut keadilan pada hari kiamat sebagimana yg Allah jelaskan dlm Al Qur’an: An Nisa’: 165

رُسُلًا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Kemudian surat Thoha: 134,

وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَى

Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum Al-Qur’an itu (diturunkan), tentulah mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah?
kemudian surat Al Qashas: 47.

 وَلَوْلَا أَنْ تُصِيبَهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ فَيَقُولُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

Dan agar mereka tidak mengatakan ketika azab menimpa mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan: “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau tidak mengutus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau dan jadilah kami termasuk orang-orang mu’min”
Maka jelaslah dari dalil-dalil yg ada menguatkan uzur bahwa orangtua Nabi termasuk ahli fatrah, bahwa ahli fatrah akan di uji pada hari kiamat di padang mahsyar. Kita tidak tau siapa diantara mereka yg selamat dari ujian nanti kecuali Allah semata.Hasbunallah wa ni’mal wakil.
Kemudian syaikh abdullah azzahim berkata kepada semua yg hadir: Nasehat ku kepada kalian utk tidak berbicara masalah ini lagi di dalam majlis yg ada laki-laki ini ( syaikh Al amin Assyinqiti) beliau di bekali Allah senjata Hujjah yg dahsyat dari ayat ayat Allah, seolah olah terbentang di depan mata nya semua hujjah. Bahkan jangan berharap hujjah para penentang nya mengeluarkan beliau dari agama. Hanya kepada Allah kita memohon keampunan dan keselamatan.
Berikut ini pula penjelasan dari salah satu ulama Salafy tentang Orang Tua Rasulullah saw

Tambahan :
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

"لا تؤذوا الأحياء بسبب الأموات ” الطبراني

Jangan kalian menyakiti (hati) orang yang masih hidup dengan memaki orang yang sudah mati (Riwayat al-Thabrany)

Imam Fudhail bin Iyadh, seorang ulama , , (salafussoleh) ketika menafsirkan ayat, ” sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, berkata:

إن من أعظم الأذى له صلى الله عليه وسلم أن يقال إن أبوي النبي في النار

Sungguh termasuk ke dalam perbuatan menyakiti Nabi adalah ucapan bahwa kedua orang tua Nabi berada di neraka.

                                                                Kitab Ibtigho'ul Wusul

Didalam kitab ini di ceritakan
Ada seorang Syaikh yaitu almula ali al qoriy, disaat meninggal ketika di mandikan ,diketahui lidahnya terputus sontak yg memandikan kaget.
dari kejadian itu Syaikh al alim al nahriri (النحرير ) mimpi bertemu dgn syaih al mula ali al qoriy.dan ketika di tanya perihal kejadian terpotong lidahnya.
al mula ali al qoriy menjawab "saya mengatakan orang tua rosulullah kafir yg aku tulis pada kitab karanganku".

Dan Bagaimana kemarahan Rasulullah SAW ketika orang tua nya di lecehkan?
Imam Ath-Thobari menyebutkan hadits berikut yang telah ditakhrij oleh Abu Ali bin Syadzan dan juga terdapat dalam Musnad Al-Bazzar dari Ibu Abbas Ra, beliau berkata :

دخل ناس من قريش على صفية بنت عبد المطلب فجعلوا يتفاخرون ويذكرون الجاهلية فقالت صفية منا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا تنبت النخلة أو الشجرة في الأرض الكبا فذكرت ذلك صفية لرسول الله صلى الله عليه وسلم فغضب وأمر بلالا فنادى في الناس فقام على المنبر فقال أيها الناس من أنا قالوا أنت رسول الله قال أنسبوني قالوا محمد بن عبد الله بن عبد المطلب قال فما بال أقوام ينزلون أصلي فو الله إني لأفضلهم أصلا وخيرهم موضعا

“ Beberapa orang dari Quraisy datang kepada Shofiyyah binti Abdil Muththalib, lalu mereka saling membangga-banggakan diri dan menyebutkan perihal jahiliyyah. Maka Shofiyyah berkata “
Dari kalangan kami lahir Rasulullah Saw “, lalu mereka menjawab “
Kurma atau pohon tumbuh di tempat kotor “. Kemudian Shofiyyah mengadukan hal itu kepada Rasulullah Saw, maka Rasulullah Saw marah dan memerintahkan Bilal berseru pada orang-orang untuk berkumpul, lalu
Rasulullah Saw berdiri di atas mimbar dan bersabda “ Wahai manusia, siapakah aku ? mereka menjawab “
Engkau adalah utusan Allah.
Kemudian Rasulullah bersabda lagi “
Sebutkanlah nasabku !
Mereka menjawab “
Muhammad bin Abdullah bin Abdil Muththalib “, maka
Rasulullah Saw bersabda “ Ada apa satu kaum merendahkan nenek moyangku, maka demi Allah sesungguhnya nenek moyangku seutama-utamanya nenenk moyang dan sebaik-baik tempat (kelahiran) “.

Lihat bagaimana Nabi Saw marah saat ada orang yang merendahkan derajat datuknya.
Mungkinkah Rasul Saw marah jika datuknya bukan orang mukmin tapi orang kafir ??
Hadits ini menunjukkan, bahwa Rasul Saw sakit hati jika ada orang yang merendahkan derajat datuk-datuknya.
Maka tentunya akan lebih sakit hati lagi jika ada orang gembar-gembor di khalayak umum bahwa kedua orangtua Nabi Saw layak masuk neraka. Naudzu billah min dzaalik..

Jangan menyakiti orang tua Naabi :


Makna hadis ini perlu di mengerti dan di pahami

عَنْ أَنَسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِيْ؟ قَالَ: فِي النَّارِ. فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ: إِنَّ أَبِي وَأَبَاكَ فِي النَّارِ


Dari Anas, bahwasanya ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, di manakah tempat ayahku (yang telah meninggal) sekarang berada?” Beliau menjawab, “Di neraka.” Ketika orang tersebut menyingkir, maka beliau memanggilnya lalu berkata, “Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR Imam Muslim dalam Shahîh-nya (203), Abu Awanah dalam Musnad-nya (289), Ahmad dalam Musnad-nya (3/268), Abu Dawud dalam Sunan-nya (4718), Ibnu Hibban dalam Shahîh-nya (578), Abu Ya’la dalam Musnad-nya (3516), al-Baihaqi dalam Sunan Kubra (7/190 no. 13856) dan Dalâil Nubuwwah (1/191), al-Jauraqani dalam al-Abâthil wal Manâkir wash Shihah wal Masyâhir (1/132–233), dan Ibnu Mandah dalam kitab Al-Îmân (926)).

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ a قَالَ: زَارَ النَّبِيُّ قَبْرَ أُمِّهِ فَبَكَى وَأَبْكَى مَنْ حَوْلَهُ فَقَالَ: اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِيْ أَنْ أَسْتَغْفِرَ لَهَا فَلَمْ يُؤْذَنْ لِيْ وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِيْ أَنْ أَزُوْرَ قَبْرَهَا فَأُذِنَ لِيْ فَزُوْرُوْا الْقُبُوْرَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْمَوْتَ


"Dari Abu Hurairah berkata, “Nabi pernah menziarahi kubur ibunya, lalu beliau menangis dan membuat orang yang berada di sampingnya juga turut menangis kemudian beliau bersabda, ‘Saya tadi meminta izin kepada Rabbku untuk memohon ampun baginya (ibunya) tetapi saya tidak diberi izin, dan saya meminta izin kepada-Nya untuk menziarahi kuburnya (ibunya) kemudian Allah memberiku izin. Berziarahlah karena (ziarah kubur) dapat mengingatkan kematian" (HR Imam Muslim dalam Shahîh-nya (976–977), Abu Dawud (3235), Nasai (4/90), Ibnu Majah (1572), Ahmad dalam Musnad-nya (2/441), ath-Thahawi dalam Musykil Atsar (3/89), al-Baihaqi dalam Sunan Kubra (4/76), (7/190) dan Dalâil Nubuawwah (1/190), al-Baghawi dalam Syarh Sunnah (5/463 no. 1554) dan Ma’alim Tanzil (3/115), Abu Ya’la dalam Musnad-nya (6193), al-Jauraqani dalam Abâthil wal Manâkir (1/230) dan al-Hakim dalam al-Mustadrak (1429)).

Dalam hadis ini sebagian ulama berpandapat :
Apa yang mesti dimintakan ampun karena ibu nabi dalam masa fatroh(masa kekosongan rasul) berarti beliau tanpa dosa. artinya tangisan nabi tangis bahagia karena ibunya dapat ampunan.

Didalam Al Quran Allah Taala Berfirman :

مَا كَانَ لِلنَّبِىِّ وَالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡاۤ اَنۡ يَّسۡتَغۡفِرُوۡا لِلۡمُشۡرِكِيۡنَ وَ لَوۡ كَانُوۡۤا اُولِىۡ قُرۡبٰى مِنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمۡ اَنَّهُمۡ اَصۡحٰبُ الۡجَحِيۡمِ‏ ﴿۱۱۳


Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun [kepada Allah] bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat [nya], sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahannam. (QS At Taubah 9:113)

Maka dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah :

Abu Hatim ar-Razi berkata—sebagaimana dalam Al-’Ilal (2185), ”Hammad bin Salamah adalah orang yang paling terpercaya apabila meriwayatkan dari Tsabit dan Ali bin Zaid.”
Ahmad bin Hambal berkata, “Hammad bin Salamah lebih kuat daripada Ma’mar jika dia meriwayatkan dari Tsabit.”
Yahya bin Ma’in berkata, “Barang siapa menyelisihi Hammad bin Salamah maka yang dimenangkan adalah Hammad.” Dikatakan kepada beliau, “Bagaimana dengan Sulaiman bin Mughirah dari Tsabit?” Beliau berkata, “Sulaiman bin Mughirah memang terpercaya, tetapi Hammad adalah orang yang paling tahu tentang Tsabit.”
Al-’Uqaili berkata dalam adh-Dhu’afa’ (2/291), “Manusia yang paling terpercaya tentang Tsabit adalah Hammad bin Salamah.”

Dalam Hal ini Penulis Seobjektif mungkin untuk dalam hal ini yakni :

Jika sudah Memahami keIlmuan Tauhid seyogyanya apapun keputusan Allah Ta`ala, maka diri ini berlepas diri dari hal yang menyelisihi Allah dan Rasulullah dalam artian ya harus diterima.
Adapun Surga dan neraka sekehendak-Nya siapa yang dikehendaki-Nya, maka tentu manusia tidak ada andil apapun dalam hal ikut campur dalam voting urusan surga dan neraka....
Dalam hal ini yang harus ditekankan adalah : Bahwa Kedua orang tua Rasulullah adalah masuk golongan ahlul Fatroh (Golongan yang meninggal sebelum datangnya seorang Rasul yang memberikan peringatan atau kekosongan masa kenabian dan Rasul diantara Rasul ke Rasul).

Maka kita serahkan urusan ini kepada Allah semata...Dia sebaik-baik yang memberikan keputusan.

Dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. (QS Maryam 71)

Mengatakan kok bisa begini atau kok bisa begitu (perkataan ini saja sudah mendekati KUFUR atas ketetapan Allah).

Kita serahkan kepada Allah Ta`ala dalam hal ini, Allah Maha Baik dan Allah Maha Bijaksana kenapa harus di Khawatirkan atas keputusan-Nya.

Catatan :

Yang Tepat Panggil Ayah dengan ‘Abah’ ataukah ‘Abi’?

Saya bilang, “Di dalam Al Quran atau Hadis, panggilan anak ke ayahnya itu; ya Abah, bukan ya Abi..”
Di dalam Al Quran, terdapat delapan kata “abati" yang selalu didahului dengan kata panggilan “ya" ( يا أبت ), yang artinya “wahai ayah atau wahai ayahku.”
Di dalam ilmu qiroat, ada dua imam yang membaca dengan memfathahkan huruf ta’ menjadi ya abata, yaitu; Abu Ja’far dan Ibnu Amir). Nah, sebagian imam qiroat seperti Ibnu Katsir, Ibnu Amir, Abu Ja’far, dan Ya’qub membaca kata يا أبت dengan “Yaa Abah" pada saat waqaf (berhenti).
Di dalam hadits pun disebutkan, bahwa para sahabat memanggil bapak mereka denga panggilan “ya Abah", bukan “ya Abi".
Misalnya, hadits riwayat Imam Ahmad berikut:

عَنْ فَاطِمَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَكَلَ عَرْقًا فَجَاءَ بِلَالٌ بِالْأَذَانِ فَقَامَ لِيُصَلِّيَ فَأَخَذْتُ بِثَوْبِهِ فَقُلْتُ يَا أَبَهْ أَلَا تَتَوَضَّأُ فَقَالَ مِمَّ أَتَوَضَّأُ يَا بُنَيَّةُ فَقُلْتُ مِمَّا مَسَّتْ النَّارُ فَقَالَ لِي أَوَلَيْسَ أَطْيَبُ طَعَامِكُمْ مَا مَسَّتْهُ النَّار

“Dari Fatimah, ia berkata; Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam datang menemuiku, lalu beliau makan ‘araq (tulang yang masih ada dagingnya. Bahasa Jawa; tetelan). Tak lama, Bilal mengumandangkan adzan. Maka, beliau pun berdiri mau shalat (ke masjid). Tapi baju beliau aku pegangi. Aku bilang; “Yaa Abah (wahai ayah), apa engkau tidak wudhu dulu?” Kata beliau; “Kenapa mesti wudhu?” Aku berkata; “Bukannya engkau barusan makan sesuatu yang terkena api?” Beliau berkata; “Bukankah sebaik-baik makanan kalian adalah yang tersentuh api (dimasak)?"

Atau dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari, dimana Aisyah memanggil ayahnya (Abu Bakar Ash Shiddiq) dengan panggilan: “Yaa Abah”. Aisyah berkata,

لَمَّا قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وُعِكَ أَبُو بَكْرٍ وَبِلَالٌ قَالَتْ فَدَخَلْتُ عَلَيْهِمَا فَقُلْتُ يَا أَبَهْ كَيْفَ تَجِدُكَ

“Ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang ke Madinah, Abu Bakar dan Bilal terkena demam. Aku pun menemui mereka. Aku berkata -kepada Abu Bakar-; “Yaa Abah (wahai ayahku), apa yg engkau rasakan?””
Dalam Shahih Al-Bukhari, tertulis “Ya Abati”. Tapi Imam An Nawawi dalam Khulashatul Ahkam dan Ibnu Katsir dalam Al Bidayah wan Nihayah, menuliskannya dengan “Ya Abah”, sebagaimana yang saya tulis di atas.
Dan masih sangat banyak hadits lain yang menunjukkan, bahwa orang Arab dulu memanggil ayah mereka dengan panggilan “Yaa Abah”, bukan “Yaa Abi”.
~ Silahkan Buka Hadis Bukhari Bgmn Letak Tata Bahasanya .

Awas Khawaarij atau orang yang gagal paham


Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan peringatan keras terhadap kelompok sesat Khawarij ini, diiringi dengan penyebutan sifat-sifat mereka. Di antaranya,

1. Mereka adalah Orang-Orang Sangat Rajin dan Serius Beribadah

يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ َوصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ يَقْرَؤُوْنَ القُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ

“… salah satu di antara kalian pasti akan menganggap rendah shalatnya dibandingkan shalat mereka, serta shaumnya dibandingkan shaum mereka.” (HR. al-Bukhari 6933, Muslim 1064).

Oleh karena itu, jangan tertipu dengan penampilan mereka sebagai orang yang giat dan rajin beribadah. Karena ternyata mereka di atas kesesatan, sehingga berbagai ibadah yang mereka lakukan itu tiada bernilai sama sekali. Tentunya, tidaklah setiap orang yang rajin dan serius beribadah itu khawarij.

Suatu ketika pernah disebut-sebut tentang Khawarij dan keseriusan mereka dalam beribadah dan dalam melaksanakan shalat di hadapan Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, maka beliau berkomentar, “Orang-orang Khawarij itu tidaklah lebih serius ibadahnya dibandingkan Yahudi dan Nashara. Namun toh demikian ternyata mereka di atas kesesatan.” (diriwayatkan oleh al-Aajurry dalam kitab asy-Syari’ah)

2. Orang-orang yang Tidak Memahami al-Qur`an dengan Baik dan Benar

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallambersabda yang artinya,
“Akan ada di tengah-tengah umatku perselisihan dan perpecahan. (Yakni akan ada) sebuah kaum pandai berbicara, namun tidak cakap (jelek) dalam berbuat. Mereka rajin membaca al-Qur’an namun (bacaan) tersebut tidak bisa melewati kerongkongan mereka (tidak sampai ke dalam hati mereka). … mereka berdakwah (mengajak) kepada Kitabullah, padahal mereka bukan termasuk darinya sama sekali. … .” (HR. Abu Dawud 4765)

3. Orang-orang yang Muda Belia

«يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الأَسْنَانِ، سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ، يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ البَرِيَّةِ، … »

“Akan muncul di akhir zaman, sebuah kaum yang muda belia dan dungu akalnya, namun berkata-kata dengan sebaik-baik ucapan manusia.” (HR. al-Bukhari 5057).

Mereka adalah orang-orang yang relatif muda usianya, sedikit ilmu dan pengalamanya, namun berani lancang berbicara tentang masalah besar, serta mengkritisi para ulama besar.

Yakni mereka berucap dengan kata-kata yang baik pada tampilannya, namun hakekatnya adalah kejelekan atau kebatilan. Seperti yang mereka propagandakan dan mereka promosikan sekarang, yaitu “Khilafah Islamiyyah”, kata-kata yang sangat bagus. Padahal hakekatnya adalah mereka membantai kaum muslimin.

4. Mereka adalah Anjing-anjing Neraka

«الْخَوَارِجُ كِلَابُ النَّارِ»

“Khawarij adalah anjing-anjing neraka.” (HR. Ibnu Majah 173)

5. Mereka adalah Makhluk Terjelek

« هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ»

“Mereka adalah sejelek-jelek makhluk dan ciptaan.” (HR. Muslim 1067)

6. Keluar dari Agama

« سَيَكُونُ بَعْدِي مِنْ أُمَّتِي قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، لَا يُجَاوِزُ حَلَاقِيمَهُمْ، يَخْرُجُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَخْرُجُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، ثُمَّ لَا يَعُودُونَ فِيهِ… »

“Akan ada sepeninggalku dari umatku, sekelompok kaum yang rajin membaca al-Qur`an namun bacaan tersebut tidak melewati tenggorokan mereka (yakni tidak masuk ke dalam hati mereka). Mereka keluar dari agama seperti keluarnya anak panah menembus buruannya. Kemudian mereka tidak akan kembali lagi kepada agama tersebut…” (HR. Muslim 1067)

7. Membunuhi Kaum Muslimin

« يَقْتُلُونَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ الأَوْثَان »

“Mereka membunuhi orang-orang Islam, namun membiarkan para penyembah berhala (yakni orang-orang musyrik).” (HR. al-Bukhari 3344)

Demikianlah yang dilakukan oleh ISIS dan juga gerakan-gerakan radikal teroris khawarij lainnya. Bagi mereka darah kaum muslimin sangat murah dan tidak ada artinya. Pembunuhan sadis dan tak berprikemanusiaan itu mereka lakukan dengan mengatasnamakan jihad dan penegakan syari’at Islam, bahkan mengatasnamakan “Khilafah Islamiyyah”!! Karena tidak ada cara untuk memperbaiki umat yang telah rusak ini menurut mereka, kecuali dengan cara pembunuhan massal!!

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah sejak beberapa abad lalu telah mengatakan,

“Kalau mereka (Khawarij) telah memiliki kekuatan, niscaya akan merusak bumi semuanya, baik Iraq maupun Syam. Mereka tidak akan membiarkan seorang bayi laki, maupun bayi perempuan, pria dewasa maupun wanita dewasa (kecuali pasti mereka bunuh!!). Karena umat manusia menurut mereka telah rusak dengan tingkat kerusakan yang tidak bisa diperbaiki kecuali dengan pembunuhan massal!!” (al-Bidayah wa an-Nihayah 10/584-585)
Mereka adalah orang-orang yang relatif muda usianya, sedikit ilmu & pengalamannya, namun berani lancang berbicara tentang masalah besar, serta mengkritisi para ulama besar. Yakni mereka berucap dengan kata-kata yang baik pada tampilannya, namun Hakekatnya adalah Kejelekan atau Kebatilan.

Waspadalah wahai para orang tua, wahai para pendidik, pimpinan masyarakat, dan para alim ulama. Bentengilah aqidah umat –terutama generasi muda– dari berbagai penyimpangan. Lindungi mereka dari radikalisme, di samping jauhkan pula mereka dari liberalisme. Ajarkan kepada mereka aqidah yang benar dan lurus, yaitu Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Semoga bermanfaat