Selasa, 10 Mei 2016

Deklarasi Nahdlatul Ulama

*Deklarasi Nahdlatul Ulama*

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

(الأنبياء: 107)
“Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta” (QS. Al-Anbiya`: 107)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

(الإسراء: 70)
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra`: 70)

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ

(الحج:78)
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama” (QS. Al-Hajj: 78)

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

(رواه البيهقي)
“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR. Al-Baihaqi)

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلا مُتَعَنِّتًا ، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرً

(رواه مسلم)
“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku (Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau memperberat para hamba. Akan tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang memudahkan (HR. Muslim).

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ

(رواه النسائ)
“Seorang muslim sejatinya adalah orang yang seluruh manusia selamat dari lisan dan tangannya. Sedang seorang mukmin adalah orang yang mendatangkan rasa aman kepada orang lain dalam darah dan hartanya” (HR. An-Nasai)

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِفْقَ فِى الْأَمْرِ كُلِّهِ (متفق عليه)

“Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua urusan” (Muttafaq ‘Alaih)

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Orang-orang yang menyayangi sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua penduduk bumi niscaya penduduk langit akan menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi)

قَالَ بْنُ بَطَّالٍ فِيهِ الحَضُّ عَلَى اسْتِعْمَالِ الرَّحْمَةِ لِجَمِيعِ الخَلقِ فَيَدْخُلُ الْمُؤْمِنُ وَالْكَافِرُ وَالْبَهَائِمُ الْمَمْلُوكُ مِنْهَا وَغَيْرُ الْمَمْلُوكِ وَيَدْخُلُ فِي الرَّحْمَةِ التَّعَاهُدُ بِالْإِطْعَامِ وَالسَّقْيِ وَالتَّخْفِيفُ فِي الْحَمْلِ وَتَرْكُ التَّعَدِّي بِالضَّرْبِ
(انظر ابن حجر العسقلاني، فتح الباري بشرح صحيح البخاري، بيروت-دار المفرفة، 1379هـ، ج، 10، ص. 440)

“Ibnu Baththal berkata: ‘Hadits ini mengandung anjuran kuat untuk bersikap penuh kasih sayang terhadap semua makhluk, baik mukmin maupun kafir, binatang piaraan maupun binatang liar, dan termasuk juga di dalamnya adalah komitmen untuk memberikan bantuan makanan dan minuman (kepada yang membutuhkan), meringankan beban, dan menghindari berbuat kekerasan terhadap seluruh makhluk” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarhi Shahih al-Bukhari, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1379 H, juz, XI, h. 440)

مِنَ الْمَعْلُوْمِ اَنَّ النَّاسَ لاَبُدَّ لَهُمْ مِنَ اْلاِجْتِمَاعِ وَالْمُخَالَطَةِ ِلأَنَّ الْفَرْدَ الْوَاحِدَ لاَيُمْكِنُ اَنْ يَسْتَقِلَّ بِجَمِيْعِ حَاجَاتِهِ، فَهُوَ مُضْظَرٌّ بِحُكْمِ الضَّرُوْرَة اِلَى اْلاِجْتِمَاعِ الَّذِيْ يَجْلِبُ اِلَى اُمَّتِهِ الْخَيْرَ وَيَدْفَعُ عَنْهَا الشَّرَّ وَالضَّيْرَ. فَاْلإِتِّحَادُ وَارْتِبَاطُ الْقُلُوْبِ بِبَعْضِهَا وَتَضَافُرُهَا عَلَى اَمْرِ وَاحِدٍ وَاجْتِمَاعُهَا عَلَى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ مِنْ أَهَمِّ اَسْبَابِ السَعَادَةِ وَاَقْوَى دَوَاعِى الْمَحَبَّةِ وَاْلمَوَدَّةِ. وَكَمْ ِبهِ عُمِّرَتِ البِلاَدُ وَسَادَتِ الْعِبَادُ وَانْتَشَرَ الْعِمْرَانُ وَتَقَدَّمَتِ اْلاَوْطَانُ وَاُسِّسَتِ الْمَمَالِكُ وسُهِّلَتِ المسَاَلِكُ وَكَثُرَ التَّوَاصُلُ اِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ فَوَائِدِ اْلاِتِّحَادِ الَّذِيْ هُوَ اَعْظَمُ الْفَضَائِلِ وَأَمْتَنُ اْلاَسْبَابِ وَالْوَسَائِلِ
(الرئيس الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة هاشم أشعري, مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء)

“Telah dimaklumi bahwa manusia niscaya bermasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab tak mungkin seorang pun mampu sendirian memenuhi segala kebutuhan–kebutuhannya. Maka mau tidak mau ia harus bermasyarakat dalam cara yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak ancaman bahaya dari padanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain, saling bantu dalam memperjuangkan kepentingan bersama dan kebersamaan dalam satu kata adalah sumber paling penting bagi kebahagiaan dan faktor paling kuat bagi terciptanya persaudaraan dan kasih sayang. Berapa banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintah ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar, perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat-manfaat lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh” (Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi)

Nahdlatul Ulama telah merampungkan munaadharah dalam “International Summit of Moderate Islamic Leaders” (Isomil), “Muktamar Internasional Para Pemimpin Islam Moderat”, yang diselenggarakan pada tanggal 9-11 Mei di Jakarta, Indonesia. Setelah berkonsultasi dan berdikusi secara ekstensif bersama banyak ahli dari berbagai bidang yang ikut serta dalam Muktamar ini, Nahdlatul Ulama berbulat hati menyiarkan “Deklarasi Nahdlatul Ulama” sebagai berikut:

1. Nahdlatul Ulama menawarkan wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang kepada peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian.

2. Nadhlatul Ulama tidak bermaksud untuk mengekspor Islam Nusantara ke kawasan lain di dunia, tapi sekadar mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk mengingat kembali keindahan dan kedinamisan yang terbit dari pertemuan sejarah antara semangat dan ajaran-ajaran Islam dengan realitas budaya-budaya lokal di seantero dunia, yang telah melahirkan beragam peradaban-peradaban besar, sebagaimana di Nusantara.

3. Islam Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam sebagaimana dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di seluruh dunia.

4. Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman: “Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Barangsiapa tidak memiliki kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barangsiapa tidak memiliki tanah air, tidak akan punya sejarah.

5. Dalam cara pandang Islam Nusantara, Islam tidak menggalang pemeluk-pemeluknya untuk menaklukkan dunia, tapi mendorong untuk terus-menerus berupaya menyempurnakan akhlaqul karimah, karena hanya dengan cara itulah Islam dapat sungguh-sungguh mewujud sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil ‘Alamin).

6. Islam Nusantara secara teguh mengikuti dan menghidupkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang mendasar, termasuk tawassuth (jalan tengah, yaitu jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmoni), tasaamuh (kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal (keadilan).

7. Sebagai organisasi Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama berbagi keprihatinan yang dirasakan oleh sebagian besar warga Muslim dan non-Muslim di seluruh dunia, tentang merajalelanya ekstremisme agama, teror, konflik di Timur Tengah dan gelombang pasang Islamofobia di Barat.

8. Nahdlatul Ulama menilai bahwa model-model tertentu dalam penafsiran Islamlah yang merupakan faktor paling berpengaruh terhadap penyebaran ekstremisme agama di kalangan umat Islam.

9. Selama beberapa dekade ini, berbagai pemerintah negara di Timur Tengah telah mengeksploitasi perbedaan-perbedaan keagamaan dan sejarah permusuhan di antara aliran-aliran yang ada, tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya terhadap kemanusiaan secara luas. Dengan cara mengembuskan perbedaan-perbedaan sektarian, negara-negara tersebut memburu soft power (pengaruh opini) dan hard power (pengaruh politik, ekonomi serta militer) dan mengekspor konflik mereka ke seluruh dunia. Propaganda-propaganda sektarian tersebut dengan sengaja memupuk ekstremisme agama dan mendorong penyebaran terorisme ke seluruh dunia.

10. Penyebaran ektremisme agama dan terorisme ini secara langsung berperan menciptakan gelombang pasang Islamofobia di kalangan non-Muslim.

11. Pemerintahan negara-negara tertentu di Timur Tengah mendasarkan legitimasi politiknya diambil justru dari tafsir-tafsir keagamaan yang mendasari dan menggerakkan ekstremisme agama dan teror. Ancaman ekstremisme agama dan teror dapat diatasi hanya jika pemerintahan-pemerintahan tersebut bersedia membuka diri dan membangun sumber-sumber alternatif bagi legitimasi politik mereka.

12. Nahdlatul Ulama siap membantu dalam upaya ini.

13. Realitas ketidakadilan ekonomi dan politik serta kemiskinan massal di dunia Islam turut menyumbang pula terhadap berkembangnya ekstremisme agama dan terorisme. Realitas tersebut senantiasa dijadikan bahan propaganda ekstremisme dan terorisme, sebagai bagian dari alasan keberadaannya dan untuk memperkuat ilusi masa depan yang dijanjikannya. Maka masalah ketidakadilan dan kemiskinan ini tak dapat dipisahkan pula dari masalah ektremisme dan terorisme.

14. Walaupun maraknya konflik yang meminta korban tak terhitung jumlahnya di Timur Tengah seolah-olah tak dapat diselesaikan, kita tidak boleh memunggungi masalah ataupun berlepas diri dari mereka yang menjadi korban. Nahdlatul Ulama mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengambil peran aktif dan konstruktif dalam mencari jalan keluar bagi konflik multi-faset yang merajalela di Timur Tengah.

15. Nahdlatul Ulama menyeru siapa saja yang memiliki iktikad baik dari semua agama dan kebangsaan untuk bergabung dalam upaya membangun konsensus global untuk tidak mempolitisasi Islam, dan memarjinalkan mereka yang hendak mengeksploitasi Islam sedemikian rupa untuk menyakiti sesama.

16. Nahdlatul Ulama akan berjuang untuk mengonsolidasikan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sedunia demi memperjuangkan terwujudnya dunia di mana Islam dan kaum Muslimin sungguh-sungguh menjadi pembawa kebaikan dan berkontribusi bagi kemaslahatan seluruh umat manusia.
Jakarta, 10 Mei 2016
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Ketua Umum
Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, MA
Sekretaris Jenderal
Dr. Ir. Helmi Faisal Zaini
Rais ‘Aam
Dr. K.H. Ma’ruf Amin
Katib ‘Aam
K.H. Yahya Cholil Staquf

Semoga bermanfaat

Jumlah Huruf Al-Qur'an:

Sejak 1200 tahun silam, ketika dunia belum mengenal KOMPUTER atau alat hitung sejenis, IMAM SYAFI'I telah mampu mendata JUMLAH masing-masing HURUF dalam AL-QUR'AN secara detail dan akurat.

Imam Syafi’i dalam kitab Majmu al-Ulum wa Mathli’u an Nujum dan dikutip oleh Imam ibn ‘Arabi dalam mukaddimah al-Futuhuat al-Ilahiyah menyatakan jumlah huruf-huruf dalam Al Qur'an diurut sesuai dengan banyaknya:

o ا Alif : 48740 huruf,
o ل Lam : 33922 huruf,
o م Mim : 28922 huruf,
o ح Ha ’ : 26925 huruf,
o ي Ya’ : 25717 huruf,
o و Wawu : 25506 huruf,
o ن Nun : 17000 huruf,
o لا Lam alif : 14707 huruf,
o ب Ba ’ : 11420 huruf,
o ث Tsa’ : 10480 huruf,
o ف Fa’ : 9813 huruf,
o ع ‘Ain : 9470 huruf,
o ق Qaf : 8099 huruf,
o ك Kaf : 8022 huruf,
o د Dal : 5998 huruf,
o س Sin : 5799 huruf,
o ذ Dzal : 4934 huruf,
o ه Ha : 4138 huruf,
o ج Jim : 3322 huruf,
o ص Shad : 2780 huruf,
o ر Ra ’ : 2206 huruf,
o ش Syin : 2115 huruf,
o ض Dhadl : 1822 huruf,
o ز Zai : 1680 huruf,
o خ Kha ’ : 1503 huruf,
o ت Ta’ : 1404 huruf,
o غ Ghain : 1229 huruf,
o ط Tha’ : 1204 huruf dan terakhir
o ظ Dza’ : 842 huruf.

Jumlah total semua huruf dalam al-Qur ’an sebanyak 1.027.000 (satu juta dua puluh tujuh ribu)
Jumlah ini sudah termasuk jumlah huruf ayat yang di-nasakh.
Setiap kali kita khatam Al-Qur'an, kita telah membaca lebih dari 1 juta huruf.

Semoga bermanfaat

Senin, 09 Mei 2016

Do'a sakit jantung

Do'a Untuk Kesehatan Jantung Anda"!!! No.1 Paling Ampuh Se-Dunia...

=="INILAH DOA UNTUK KESEHATAN JANTUNG ANDA"==

INILAH CARNYA:

Letakan Tangan Anda di Atas Dadamu
Dan Baca Doa di Bawa ini 7 Kali 
Kemudian tiup tangan lalu usapkan di dadamu :

اللهم صلى على قلب سيدنا محمد

"Yaa Allah memberkati jantung Nabi Muhammad"
 
Selamat Mencoba Ya Saudara-Saudaraku Semua

Semoga bermanfaat

Makam Sayyidah Aminah Ibunda Rosulullah SAW

Ini photo nya :

Jika anda melihat dari peta dunia, Makam ini terlihat pada GPS: 23°06′33″N 39°05′40″E.
Kawasan ini oleh Pemerintah Sarap Wahabi Saudi dianggap sebagai "restricted area” (daerah terlarang) untuk dikunjungi.
Tepatnya berada di sebuah desa bernama “Abwa”, terletak 230 km di sebelah Utara kota Makkah.

Berkat izin Allah SWT seorang Sejarawan asal Somalia Dr. Hassan Sheikh Hussein Osman berhasil berkunjung ke tempat
tersebut. Anda bisa bayangkan makam dari seorang Ibu yang telah melahirkan sosok manusia terbaik di alam semesta ini, makam Ibunda Rasulullah, yang kini tidak terawat, terbengkalai, dan bahkan dijadikan sebagai area terlarang untuk dikunjungi.

Rasanya tak ada kata-kata yg bisa keluar dari mulut ini saat membayangkan betapa bodoh, dungu, dan biadabnya perlakuan dari Rezim Badui ini.
Saya pikir orang Atheis pun, entah apapun alasanya tak akan pernah tega berbuat demikian kepada Ibunda dari tokoh yg dicintainya.

Salam padamu duhai Ibunda Rosulullah saw.
Allahumma sholli ala Sayyidina Muhammad wa ala aali Sayyidina Muhammad

Semoga bermanfaat

Amalan untuk melancarkan rizki

"BEBERAPA AMALAN MELANCARKAN REZEKI"
Al-habib Abdullah al-haddad berkata: "Beribadah Setelah Melakukan shalat Subuh Mempunyai Keutamaan Tersendiri untuk Mendatangkan Rejeki Lahiriah.

Adapun Beribadah setelah melakukan Sholat Ashar mempunyai Keutamaan tersendiri untuk Mendatangkan Rejeki Batiniah. Perbuatan yang seperti itu biasa dilakukan oleh para tokoh 'arifin billah yang Mengerti.

Sebagaimana dalam sebuah hadis menuturkan: 'Sesungguhnya Seorang yang Duduk ditempat shalatnya dan Berdzikir Kepada ALLAH SWT Setelah Melakukan Shalat Subuh, Maka ia akan mendapat Rejeki lebih Cepat dari Seorang yang Berkelana untuk Mencari Rejeki."

Habib Umar Bin Hafidz menyarankan agar setiap Pagi kita membaca 100x :

ﻳﺎ ﻓَﺘَّﺎﺡ

ﻳﺎ ﺭَﺯَّﺍﻕ

ﻳﺎ ﻛﺎﻓﻲ

ﻳﺎ ﻣُﻐْﻨِﻲ


Ya Fattāh,
ya Razzāq,
ya Kāfī,
ya Mughnī
Duhai Maha Pembuka Rahmat,
Maha Pemberi Rizqi
Maha Pemberi Kecukupan
Maha Pemberi Kekayaan

Jangan Lalai dari sholat Ḍhuḥā Membaca Surat al-Wāqi`ah setiap hari & Ba'da Aṣhar

Baca 100 x dalam sehari:

ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟْﻤَﻠِﻚُ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﺍﻟْﻤُﺒِﻴﻦ

Lā ilāha illAllāhu-l-Maliku ‘l-Haqqu ‘l-Mubīn
“Tiada Tuhan Selain Allah, Raja, al Haqqul Mubiin
(Ba'da sholatul dzuhr).

Juga 100x dalam sehari:

ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭﺑِﺤَﻤْﺪِﻩِ ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟﻌَﻈِﻴﻢ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟﻠﻪ


Subḥānallahi wa bi hamdihi, subḥānallahi-l-
`Aẓim, astaghfirullah
(Sebelum atau sesudah sholat sunnah 2 rakaat Subuh)

•Penyebab Terkuat Melancarkan Rezeki itu adalah sebagaimana yang telah di tuturkan Oleh Orang-orang yang Arif.
Menegakkan Shalat dengan penuh pengagungan dan Khusyu', Membaca Surah Al-waqi'ah terlebih di waktu malam, Membaca Surah Yasin, dan Tabarak di waktu subuh, Hadir ke Masjid sebelum adzan, senantiasa berada dalam keadaan suci, melaksanakan Shalat sunnah Fajar dan witir di rumah, memakmurkan Ibadah setelah shalat subuh sampai Matahari terbit dengan beri'tikaf di masjid, dan membaca Doa Ini, Ya Kaafi, ya mugni, Ya fattah, ya Razzaq. baca berulang-ulang sebanyak yang engkau mampu.
Berkata Al-imam Asy-syafi'i Rahimahullah.

Empat Perkara yang Mudah mendatangkan Rezeki :

1.Menghidupkan Malam
2.Banyak Membaca Istigfar di sepertiga Malam
3.Ringan Bersedekah
4.Berdzikir di awal hari. dan di akhir hari (Baca Doa Pagi dan petang)

Dan Empat yang Dapat Mencegah Datang nya Rezeki :

1.Tidur di Waktu Subuh
2.Sedikit shalat
3.Malas
4.Khianat

Diriwayatkan Bahwa Suatu Ketika datang seorang lelaki mengeluhkan keadaannya kepada Rasulullah saw. Ia berkata:

“Dunia ini telah Berpaling dariku dan yang telah kuperoleh dari tanganku sangatlah sedikit.” Rasulullah saw bertanya kepadanya, “Apakah engkau tidak pernah membaca Doanya para Malaikat dan tasbihnya seluruh makhluk yang dengan itu mereka mendapat limpahan rezeki?”

Lelaki itu bertanya, “Doa apakah itu Wahai Rasulullah?”

Rasulullah SAW Menjawab, “Subhanallah Wa bihamdihi Subhanallahil adzim, dan beristighfarlah kepada Allah sebanyak 100X diantara Waktu terbitnya fajar hingga menjelang waktu shalatmu, dengan itu Dunia akan tunduk dan merangkak mendatangimu, dan ALLAH menciptakan d Hari setiap kalimat tersebut Malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah hingga hari kiamat dan untukmu Pahalanya.”

Semoga Bermanfaat

Kisah ulama wahabi yang insaf

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin (ulama Wahabi kontemporari yang sangat terkenal) mempunyai seorang guru yang sangat alim dan berkarisma di kalangan kaum Wahabi, iaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa'di, yang dikenal dengan panggilan Syaikh Ibnu Sa'di. Ia memiliki banyak karangan, di antaranya yang paling dikenali adalah karyanya yang berjudul, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, kitab tafsir setebal 5 jilid, yang mengikuti manhaj pemikiran Wahabi. Meskipun Syaikh Ibnu Sa'di, termasuk ulama Wahabi yang ekstrim, ia juga seorang ulama yang mudah insaf dan mahu mengikuti kebenaran, dari manapun kebenaran itu datangnya.

Suatu ketika, Al-Imam Al-Sayyid 'Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani (ayahanda Abuya al-Sayyid Muhammad bin 'Alwi al-Maliki) sedang duduk di serambi Masjid al-Haram bersama halaqah pengajiannya. Sementara di bahagian lain serambi Masjidil Haram tersebut, Syaikh Ibnu Sa'di juga sedang duduk. Sementara orang-orang lain di Masjidil Haram khusyuk dalam ibadah solat dan tawaf yang mereka lakukan. Pada saat itu, langit di atas Masjidil Haram penuh dengan mendung yang menggelantung, seperti sebentar lagi akan turun hujan yang sangat lebat. Tiba-tiba air hujan itu pun turun dengan lebatnya. Akibatnya, saluran air di atas Ka'bah mengalirkan airnya dengan derasnya. Melihat air begitu deras dari saluran air di atas kiblat kaum Muslimin yang berbentuk kubus itu, orang-orang Hijaz seperti kebiasaan mereka, segera berhamburan menuju saluran itu dan mengambil air tersebut, dan kemudian mereka tuangkan ke baju dan tubuh mereka, dengan harapan mendapatkan berkah dari air itu.


Melihat kejadian tersebut, polis diraja Kerajaan Saudi Arabia, yang sebagian besar berasal dari orang Badwi daerah Najd itu, menjadi terkejut dan mengira bahawa orang-orang Hijaz tersebut telah terjerumus dalam lumpur kesyirikan dan menyembah selain Allah SWT. Akhirnya polis diraja itu berkata kepada orang-orang Hijaz yang sedang mengambil berkah air hujan yang mengalir dari saluran air Ka'bah itu,
"Jangan kalian lakukan wahai orang-orang musyrik. Itu perbuatan syirik. Itu perbuatan syirik."
Mendengar teguran para polis diraja itu, orang-orang Hijaz itu pun segera berhamburan menuju halaqah al-Imam al-Sayyid 'Alwi al-Maliki al-Hasani dan menanyakan perihal hukum mengambil berkah dari air hujan yang mengalir dari saluran air di Ka'bah itu. Ternyata Sayyid 'Alwi membolehkan dan bahkan mendorong mereka untuk melakukannya. Akhirnya untuk yang kedua kalinya, orang-orang Hijaz itu pun berhamburan lagi menuju saluran air di Ka'bah itu, dengan tujuan mengambil berkah air hujan yang jatuh darinya, tanpa mengendahkan teguran para polis badwi tersebut. Bahkan mereka berkata kepada para polis badwi itu,
"Kami tidak akan mengikuti teguran Anda, setelah Sayyid 'Alwi berfatwa kepada kami tentang kebolehan mengambil berkah dari air ini."

Akhirnya, melihat orang-orang Hijaz itu tidak mengendahkan teguran, para polis badwi itu pun segera mendatangi halaqah Syaikh Ibnu Sa'di, guru mereka. Mereka mengadukan perihal fatwa Sayyid 'Alwi yang menganggap bahawa air hujan itu ada berkahnya. Akhirnya, setelah mendengar laporan para polis Badwi, yang merupakan anak buahnya itu, Syaikh Ibnu Sa'di segera mengambil selendangnya dan bangkit menghampiri halaqah Sayyid 'Alwi dan duduk di sebelahnya. Sementara orang-orang dari berbagai golongan, berkumpul mengelilingi kedua ulama besar itu. Dengan penuh sopan dan tata etika layaknya seorang ulama, Syaikh Ibnu Sa'di bertanya kepada Sayyid 'Alwi:
"Wahai Sayyid, benarkah Anda berkata kepada orang-orang itu bahawa air hujan yang turun dari saluran air di Ka'bah itu ada berkahnya?"
Sayyid 'Alwi menjawab:
"Benar. Bahkan air tersebut memiliki dua berkah."
Syaikh Ibnu Sa'di berkata:
"Bagaimana hal itu boleh terjadi?"
Sayyid 'Alwi menjawab:
"kerana Allah SWT berfirman dalam Kitab-Nya tentang air hujan:

وَنَزَّلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ مُّبَرَكًۭا

"Dan Kami turunkan dari langit air yang mengandung berkah." (QS. 50:9).
Allah SWT juga berfirman mengenai Ka'bah:

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍۢ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًۭا وَهُدًۭى لِّلْعَلَمِينَ ﴿٩٦﴾

"Sesungguhnya rumah yang pertama kali diletakkan bagi umat manusia adalah rumah yang ada di Bekkah (Makkah), yang diberkahi (oleh Allah)." (QS. 3:96).

Dengan demikian air hujan yang turun dari saluran air di atas Ka'bah itu memiliki dua berkah, yaitu berkah yang turun dari langit dan berkah yang terdapat pada Baitullah ini."
Mendengar jawaban tersebut, Syaikh Ibnu Sa'di merasa hairan dan kagum kepada Sayyid 'Alwi. Kemudian dengan penuh kesedaran, mulut Syaikh Ibnu Sa'di itu melontarkan perkataan yang sangat mulia, sebagai pengakuannya akan kebenaran ucapan Sayyid 'Alwi:
"Subhanallah (Maha Suci Allah), bagaimana kami boleh lalai dari kedua ayat ini."

Kemudian Syaikh Ibnu Sa'di mengucapkan terima kasih kepada Sayyid 'Alwi dan meminta izin untuk meninggalkan halaqah tersebut. Namun Sayyid 'Alwi berkata kepada Syaikh Ibnu Sa'di:
"Tenang dulu wahai Syaikh Ibnu Sa'di. Aku melihat para polii Badwi itu mengira bahwa apa yang dilakukan oleh kaum Muslimin dengan mengambil berkah air hujan yang mengalir dari saluran air di Ka'bah itu sebagai perbuatan syirik. Mereka tidak akan berhenti mengkafirkan orang dan mensyirikkan orang dalam masalah ini sebelum mereka melihat orang yang seperti Anda melarang mereka. Oleh kerana itu, sekarang bangkitlah Anda menuju saluran air di Ka'bah itu, lalu ambillah air di situ di depan para polis badwi itu, sehingga mereka akan berhenti mensyirikkan orang lain."

Akhirnya mendengar saranan Sayyid 'Alwi tersebut, Syaikh Ibnu Sa'di segera bangkit menuju saluran air di Ka'bah. Ia basahi pakaiannya dengan air itu, dan ia pun mengambil air itu untuk diminumnya dengan tujuan mengambil berkahnya. Melihat tingkah laku Syaikh Ibnu Sa'di ini, para polis Badwi itu pun pergi meninggalkan Masjidil Haram dengan perasaan malu.
Semoga Allah SWT merahmati Sayyidina al-Imam 'Alwi bin 'Abbas al-Maliki al-Hasani. Amin.
Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Abdul Fattah Rawwah, dalam kitab Tsabat (kumpulan sanad-sanad keilmuannya). Beliau termasuk salah seorang saksi mata kejadian itu.
Sumber:Sumber: http://www.azahera.net/showthread.php?t=2408
Gambar: Al-Imam Al-Sayyid 'Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani
الشيخ عبد الرحمن بن سعدي وانصياعه للحق التاريخ…
azahera.net


قرأت هذا الخبر:


فذكرني بقصة:


كان الشيخ السيد علوي بن عباس جالسا في حلقته بالحرم المكي، وإلى ناحية أخرى من الحرم يجلس الشيخ عبد الرحمن بن سعدي صاحب التفسير، والناس في صلاتهم وطوافهم، وكانت السماء محملة بالسحاب، فنزل المطر، وانصب من ميزاب الكعبة، فصار الحجازيون على عادتهم يهرعون إلى الماء المنصب من الميزاب يتناولونه ويصبونه على ثيابهم وأجسادهم يتباركون به .. فارتاع أهل الحسبة من البدو وحسبوا أن الناس أتوا بالشرك وعبدوا غير الله !!!!! فصاروا يقولون لهم لا يا مشركون شرك شرك .. فانفض الناس ومالوا إلى حلقة السيد علوي فسألوه فأجاز لهم ذلك وأباحه وحث عليه، فهرعت الناس ثانية إلى الميزاب يتناولون من الماء غير عابئين بمحتسبي البادية، وصاروا يقولون لهم لا نبالي بكم بعد أن أفتانا السيد علوي بن عباس ... فذهب البدو إلى حلقة الشيخ عبد الرحمن بن سعدي وشكوا إليه السيد علويا، فما كان من ابن سعدي إلى أن أخذ رداءه ونهض وجلس إلى جوار السيد في أدب جم، والناس مجتمعون حولهما، فقال ابن سعدي للسيد : أحق يا سيد أنك قلت للناس بأن في هذا الماء بركة؟؟

فقال السيد: بل قلت بركتان!!

فقال ابن سعدي: وكيف ذلك؟

فقال السيد: لأن الله تعالى يقول في كتابه عن المطر: ( ونزلنا من السماء ما ء مباركا) ويقول عن الكعبة: (إن أول بيت وضع للناس للذي ببكة مباركا) فهما الآن بركتان: بركة ماء السماء، وبركة هذا البيت العتيق.

فتعجب الشيخ ابن سعدي وقال: سبحان الله كيف غفلنا عن هذا ؟ وشكر السيد واستأذن في الانصراف، فقال له السيد: مهلا يا شيخ، أترى هؤلاء البدو إنهم يحسبون أن ما فعله الناس شركا، وهم لا يكفون عن تكفير الناس ورميهم بالشرك في هذا الأمر حتى يروا من هو مثلك يكفهم، فانهض إلى الميزاب وتناول منه أمامهم حتى ينكفوا عن الناس، فما كان من ابن سعدي إلا أن نهض وذهب وصار يحسر عن ثيابه ويتناول من الماء يتبارك به !!! فانصرف البدو عن الناس.


حدثني بهذه القصة الشيخ عبد الوكيل بن عبد الحق الهاشمي لا أدري عن أبيه أو غيره .. (ح)


وأنبأني بها الشيخ عبد الفتاح راوه المكي في ثبته.


وهذه القصة وإن كانوا يذكرونها في فضائل السيد علوي لما فيها من بيان علمه وكمال فطنته، إلا أني رأيتها جيدة في بيان ما كان عليه ابن سعدي من انصياع للحق إذا تبين له، وهذا خلق عزيز لا سيما في هذه الطائفة المتعصبة، والله أعلم .

__________________
لا إله إلا الله محمد رسول الله
آخر تعديل بواسطة الأزهري ، 01-08-2009 الساعة 05:14 AM
 
 
Semoga bermanfaat

Cerita tentang Bid'ah

ADA YANG LEBIH BID'AH
Ada cerita menarik:
Saat iqamah dikumandangkan semua jamaah menata diri menempati shaf yang ada. Semua serasa khusu' mengikuti gerakan sang imam. Sampai akhirnya imam mengucapkan salam tanda sholat selesai.

Seperti biasa selesai sholat, imam memimpin dzikir bersama dan diikuti oleh jamaah yang lain. Saat dzikir tengah asyik asyiknya, tiba tiba dari barisan kedua berdiri seorang jamaah berbicara setengah marah.
"Hentikan pak imam,"ucap seorang jamaah yang pake celana dibawa lutut. Sang imam tetap saja melanjutkan untaian dzikirnya namun beberapa jamaah mulai terusik dan menengok ke arah seorang jamaah yang berdiri di baris kedua.
"Pak imam hentikan kata kata itu, ini ga pernah dilakukan Nabi," ucap jamaah dengan jenggot 10 helai yang dipanjangkan.

Mendengar suara yang semakin gaduh, sang imam mempercepat dzikir dan mengakhiri dengan do'a dan diamini semua jamaah kecuali seorang jamaah yang tetap berdiri sambil melototkan matanya.
Setelah selesai mimpin do'a, sang imam dengan nada wibawa mempersilakan semua jamaah tetap tenang dan mempersilakan seorang jamaah yang masih berdiri ditengah tengah jamaah lain. "Silakan mas duduk didepan kita bicara baik baik." Ujar sang imam kepada jamaah yang marah marah tadi.

Sang jamaah lalu duduk didepan dan langsung berkata dengan nada marah," kenapa pak imam melakukan dzikir bersama setelah sholat, ini jelas bid'ah sebab nabi tidak pernah melakukan, segera istighfar pak imam." Kata jamaah tadi sambil marah marah.

Sang imam dengan nada kalem menjawab, "okelah kalau dzikir setelah sholat itu saudara anggap bid'ah, kalau boleh aku tanya lebih bid'ah mana, setelah sholat dzikir bersama ataukah seperti yang anda lakukan saat ini, setelah sholat anda langsung marah marah, pernahkan Nabi marah marah setelah sholat wahai saudaraku?"
"Tidak pak imam, nabi tidak pernah marah marah setelah sholat" jawab jamaah tadi dengan agak landai.
Sang imam dengan wibawa berkata,"wahai saudara janganlah kamu gampang menuduh saudaramu yang lain bid'ah dalam hal amaliyahnya, padahal kamu sendiri telah melakukan bid'ah yang lebih bid'ah, yakni marah marah setelah sholat."
Mendengar ucapan sang imam jamaah tadi hanya bengong sambil menundukkan wajahnya.

(Disadur dari cerita cerita mulut)
Semoga bermanfaat