Jumat, 26 Juli 2019

Rasulullah suka bercanda

Dalam kehidupan sehari-hari rasulullah juga punya sifat basyariah artinya sifat sebagai manusia biasa namun rasulullah maksum artinya sangat dijaga oleh allah dari kesalahan. Layaknya sebagai manusia biasa kadang rasulullah juga bercanda dengan sahabat-sahabatnya. Dalam arti rasulullah  sangat ramah tidak bengis.

BERCANDA BERSAMA RASULULLAH
SUATU ketika, Rasulullah SAW bersama para sahabat berkumpul bersama. Buah kurma tersaji di depan mereka. Setiap kali mereka makan kurma, biji-biji sisanya mereka sisihkan di tempatnya masing-masing.

Ali bin Abi Thalib yang duduk persis di samping Nabi tanpa sadar telah menghabiskan cukup banyak kurma. Jelas saja, biji-biji kurma yang ada di tempatnya menumpuk lebih banyak dibandingkan sahabat yang lain, termasuk milik Rasulullah.

Karena merasa malu atau iseng, diam-diam Ali memindahkan biji kurma miliknya ke tempat biji kurma milik Rasulullah.

Saat semua biji kurma sudah berpindah tempat, Ali menggoda Nabi. “Wahai Nabi tampaknya engkau begitu lapar. Sehingga makan kurma begitu banyak. Lihat biji kurma di tempatmu menumpuk begitu banyak,” Ali berujar.

Bukannya terkejut atau marah, sambil tersenyum Nabi membalas keisengan Ali. “Ali, tampaknya kamulah yang sangat lapar. Sehingga engkau makan berikut biji kurmanya. Lihatlah, tak ada satu bijipun yg tersisa di depanmu?”

Jawaban Nabi langsung mengundang tawa dari para sabahat lainnya.


Semoga bermanfaat.

Kamis, 25 Juli 2019

Tulisan kunci dipintu makam rasulullah

BAIT SYAIR YANG TERUKIR DI KUNCI PINTU MAKAM RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM
Ada sesuatu yang selama ini luput dari perhatian. Sebuah kalimat berbahasa Arab tertulis di sebuah gembok pintu makam Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Pintu ini berada di timur Makam, tepatnya berada di bagian rumahnya Sayyidah Fathimah Radhiyallahu ‘Anha, sehingga pintu ini juga dinamakan Pintu Sayyidah Fathimah Radhiyallahu ‘Anha.
Coba perhatikan dengan seksama gambar foto tersebut. Tampak pintu makam Nabi dikunci dengan sebuah gembok yang bertuliskan kaligrafi Arab. Tahukah Anda tulisan kaligrafi apa yang terdapat pada gembok makam Rasulullah SAW tersebut?
Subhanallah, tulisan kaligrafi tersebut ternyata penggalan syair Qosidah Maulid Burdah buah karya Imam al-Bushiri Rahimahullah yang selama ini dianggap salah satu biang bid’ah oleh kelompok yang anti Maulid. Sementara bagi ummat Islam yang biasa mengikuti dan melantunkan Maulid Burdah maka tidak asing lagi dengan tulisan kaligrafi yang menempel pada gembok makam Rasulullah Saw ini. Berikut bunyinya:

هو الحبيب الّذي ترجى شفاعته – لكلّ هول من الأهوال مقتحم

Huwal habibul ladzi, turja syafa‘atuhu – Li kulli haulin minal ahwali muqtahimi.
Artinya, :
“Dialah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, Sang kekasih yang syafaatnya senantiasa dinanti, Dalam menghadapi segala derita dan mala petaka yang menerpa”.

Semoga kita bisa mendapat Syafaat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam di dunia dan akhirat. Aamiin ya rabbal'alamiin.

Wallahu'alam Bis-Showab

Sabtu, 20 Juli 2019

Hukum Edit Foto Wajah Tua

MARI MEMAHAMI DALIL SESUAI DENGAN ILMU DAN QAIDAHNYA
Haramkah Edit Foto Wajah Tua?
Oleh: KH Ma’ruf Khozin
Sebenarnya edit foto dari muda terlihat tua hanya lucu-lucuan saja. Tapi lebih lucu jika ada yang mengharamkan edit wajah tua ini dengan dalil 2 ayat Al-Qur'an. Yakni dalam Al-Hujurat dan An-Nisa'.

Mari kita belajar memahami dalil sesuai dengan ilmu dan kaidah dalam ijtihad;

Ayat 1

ﻓﻘﺎﻝ ﺗﺒﺎﺭﻙ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ: ﻳﺎ ﺃﻳﻬﺎ اﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮا ﻻ ﺗﻘﺪﻣﻮا ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻱ اﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ


(Al-Ĥujurāt): 1 - "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya..."

ﺃﻱ ﻻ ﺗﺴﺎﺭﻋﻮا ﻓﻲ اﻷﺷﻴﺎء ﺑﻴﻦ ﻳﺪﻳﻪ ﺃﻱ ﻗﺒﻠﻪ، ﺑﻞ ﻛﻮﻧﻮا ﺗﺒﻌﺎ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺟﻤﻴﻊ اﻷﻣﻮﺭ


"Yakni janganlah mendahului dalam segala hal di hadapan Nabi. Tapi jadilah pengikut Nabi dalam segala hal" (Tafsir Ibnu Katsir)

Ayat ini tidak ada kaitan dengan mendahului kehendak Allah apalagi dalam masalah takdir di masa depan.

Ayat 2

ﻭﻵﻣﺮﻧﻬﻢ ﻓﻠﻴﻐﻴﺮﻥ ﺧﻠﻖ اﻟﻠﻪ، ﻗﺎﻝ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ: ﻳﻌﻨﻲ ﺑﺬﻟﻚ ﺧﺼﻲ اﻟﺪﻭاﺏ


(An-Nisā'): 119 - "dan aku (syetan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya". Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.

Ibnu Abbas berkata: "Yakni mengebiri hewan" (Tafsir Ibnu Katsir)

Merubah ciptaan Allah yang dilarang maksudnya adalah secara fisik seperti menyambung rambut, melukis tubuh dll (HR Bukhari dan Muslim). Bukan pada gambar. Kalau edit foto menjadi wajah tua haram, maka mestinya semua bentuk edit juga haram, karena merubah bentuk asli ciptaan Allah.

Emang aneh wahabi.. kalau ngedit poto haram dadi tuo .. bojomu asline uelek diwedaki maleh dadi ayu kui yo haram, Mergo yo mgrubah Rai elek dadi ayu..
Hahhahha

Semoga bermanfaat.

Kamis, 18 Juli 2019

Kitab Pusaka Presiden Soekarno


Al-Audah ila Iktisyaf Tsauratina, Kitab Pusaka Presiden Soekarno

Oleh A. Ginanjar Sya’ban
Kitab berjudul “al-‘Audah ilâ Iktisyâf Tsauratinâ” ini bernilai keramat. Kitab ini diterbitkan di Kairo pada tahun 1959 oleh al-Dâr al-‘Arabiyyah li al-‘Ulûm, dengan tebal 68 halaman. Saya mendapatkan salinan kitab ini dari perpustakaan Biblioteka Alexandria, Mesir.

Apa istimewanya kitab “al-‘Audah ilâ Iktisyâf Tsauratinâ” ini?

Kitab ini merupakan terjemahan dari buku berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang berasal dari pidato Presiden Republik Indonesia Soekarno pada hari kemerdekaan RI yang ke-14 (17 Agustus 1959).

Dalam pidatonya, Soekarno mengulas berbagai persoalan pokok dan program umum Revolusi Indonesia yang bersifat menyeluruh. Pemikiran pidato ini kemudian menjadi Garis Besar Haluan Negara pada pemerintahan Soekarno.

Pidato ini kemudian dikenal dengan sebutan “Manifesto Politik Republik Indonesia”, setelah sebelumnya Presiden Soekarno mencangkan sistem demokrasi terpimpin dalam mengatur pemerintahan. Berdasarkan Tap MPRS No. I/MPRSI1960, pidato itu kemudian ditetapkan sebagai garis-garis besar haluan negara RI dan pedoman resmi dalam perjuangan penyelesaian revolusi.

Di kancah perpolitikan dunia Arab pada masa itu, kitab ini punya pengaruh yang sangat besar. Kitab ini berisi tentang pandangan-pandangan revolusioner Soekarno yang saat itu ditahbiskan sebagai pemimpin Asia-Afrika, penggagas “Gerakan Non-Blok”, sekaligus pengilham kemerdekaan negara-negara dunia ketiga.

Terlebih lagi Mesir, yang saat itu baru menjalani 7 (tujuh) tahun masa revolusi (Juli 1952) yang dipimpin oleh Gamal Abdel Nasser. Tokoh revolusioner Nasser yang saat itu menjadi presiden Mesir dan dijuluki “Za’îm al-‘Âlam al-‘Arabî” (Pemimpin Dunia Arab) menyatakan dirinya sebagai murid gerakan revolusi Soekarno.

Antara Nasser dan Soekarno terjalin hubungan persahabatan yang sangat erat. Dihitung dari tahun 1959, Presiden Soekarno sebelumnya sudah mengunjungi Mesir sebanyak 2 (dua) kali, yaitu pada 1955 dan 1958.

Keberadaan kitab ini menjadi saksi bisu jika pada masa itu Indonesia yang belum genap 17 tahun masa kemerdekaan sudah memiliki pengaruh yang besar di kancah dunia Arab, menjadi “guru” bagi para pemimpin negara-negara Arab yang saat itu baru merdeka dari penjajahan Inggris dan Prancis.

Lebih dari itu, Indonesia bahkan sudah mampu “mengekspor” ideologi, gagasan, dan kebijakan nasionalnya.

Dalam halaman terakhir kitab “al-‘Audah ilâ Iktisyâf Tsauratinâ”, misalnya, dibuatkan glossary tentang falsafah kerakyatan dan kenegaraan Indonesia, seperti Pancasila (al-Mabâdi al-Khamsah) yang dalam bahasa Arab diterjemahkan butir-butirnya dengan; (1) al-Îmân billâh, (2) al-Insâniyyah, (3) al-Qaumiyyah al-Indûnisiyyah, (4) Siyâdah al-Sya’b, dan (5) al-‘Adâlah al-Ijtimâ’iyyah. Pancasila adalah ideologi hasil ijtihad para pediri bangsa-negara Indonesia yang memanifestasikan perpaduan nilai-nilai luhur keagamaan dan nasionalisme.

Selain Pancasila, tertulis juga tentang “al-Ta’addud fî al-Wihdah” (Bhinneka Tunggal Ika). Dijelaskan disana, bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah

(أي أن إندونيسيا بالرغم من تعدد أقاليمها وقبائلها تكون وحدة متماسكة),

yakni “bahwasannya Indonesia meskipun terdiri dari berbagai wilayah dan bangsa yang berbeda-beda, namun bersatu dalam kesatuan yang teguh”.

Terdapat juga falsafah hidup khas Nusantara yang diulas di glossary kitab ini, yaitu “al-Ta’âwun al-Musytarak” atau Gotong Royong.

Keberadaan kitab ini sezaman dengan kitab-kitab karangan ulama Nusantara yang ditulis dan diterbitkan di Timur Tengah pada saat itu, seperti Syaikh ‘Abd al-Qâdir al-Mandailî, Syaikh ‘Abd al-Hamîd al-Khatîb al-Minangkabâwî al-Makkî, Syaikh Muhammad Yâsîn ibn ‘Îsâ al-Fâdânî, Syaikh Marzûqî al-Batâwî, Syaikh Ihsân ibn Dahlân al-Jamfasî al-Kedîrî, dan lain-lain.

Di tahun yang sama dengan terbitnya kitab “al-‘Audah ilâ Iktisyâf Tsauratinâ” ini (1959), seorang ulama besar Nusantara, yaitu Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), diundang untuk datang ke Universitas Al-Azhar Kairo untuk menerima gelar doktor honoris causa (duktûrah al-syaraf).
 
Semoga bermanfaat.

Sabtu, 06 Juli 2019

Mengapa Janin keluar kepalanya dahulu ?


Imam An Nasafi -Rohimahulloh- berkata :
"Telah datang dalam khobar bahwa ketika seorang perempuan hendak melahirkan, maka Allah mengutus kepadanya dua malaikat, satu malaikat disebelah kanannya dan satu malaikat di sebelah kirinya.
Ketika malaikat sebelah kanan hendak mengeluarkan sang janin, janin tersebut miring ke arah kiri dan ketika malaikat sebelah kiri hendak mengeluarkannya, janin tersebut miring ke arah kanan, oleh karena itulah sang ibu merasa kesakitan.
Kedua malaikat merasa khawatir, lalu keduanya berkata :
" Wahai Rabb kami, kami kesulitan mengeluarkan janinnya."
kemudian Allah berkata kepada sang janin :
" wahai hambaku, siapakah Aku ? "
" Engkau adalah Dzat yg tiada tuhan selain Engkau." Jawab sang janin.
Kemudian janin itu bersujud dan keluar dalam keadaan sujudnya dengan kepala yg keluar terlebih dahulu.

~Kitab Nuzhatul Majaalis~
Download Kitab disini klick saja ;  https://archive.org/details/Nuzhat-ul-Majaalis

Wallohu a'lam.

Semoga bermanfaat.

Senin, 01 Juli 2019

Mengapa Bahasa Manusia Bermacam-Macam?


Kitab 'Majmu' Sab'atin Mufidah'
Dulu saya pernah merenung begini, "Kalau semua umat manusia berasal dari satu bapak, yaitu nabi Adam. Lantas, mengapa bahasa umat manusia berbeda-beda?"

Alhamdulillah, baru-baru ini saya menemukan suatu riwayat dalam 'Majmu' Sab'atin Mufidah' halaman 179-180. Pertama dijelaskan bahwa nabi Adam tinggal di surga selama 3 jam akhirat. 1 hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. Jadi, Nabi Adam tinggal di surga selama 250 tahun.
Dijelaskan pula, Allah menamakan nabi Adam dengan 'Abdullah', dan memiliki kunyah "Abu Muhammad". Saat di surga beliau berbicara dengan bahasa Arab. Namun waktu beliau turun ke bumi, Allah mengubah bahasa beliau ke bahasa Suryani. Jadi bahasa pertama kali di muka bumi adalah bahasa Suryani.

Nabi Adam pulalah orang yang pertama kali menulis berbagai bahasa seperti Arab, Persia, Suryani, Ibrani, Yunani, Romawi, India dan lainnya (mungkin juga bahasa Melayu) di tanah yang kemudian dibakar menjadi tembikar (mungkin menjadi semacam prasasti).

Nah, saat bumi dilanda banjir dahsyat pada masa Nabi Nuh, prasasti-prasasti itu ikut terhanyut ke berbagai tempat, sehingga setiap kaum mendapati bahasa berbeda-beda dan akhirnya menjadi bahasa ibu masing-masing.

Catatan :

مجموع سبعة كتب مفيدة


Majmu’ Sab’ah Kutub Mufidah (مجموع سبعة كتب مفيدة) merupakan sebuah buku yang menghimpunkan 7 buah karya ilmiah yang disusun oleh al-Sayyid al-‘Allamah ‘Alwi bin Ahmad bin Abdul Rahman al-Saqqaf al-Makkiy (1255-1335H/1916M).

Berikut merupakan judul kitab-kitab yang terdapat dalam Majmu’ah ini;
.

1) al-Fawa-id al-Makkiyyah Fima Yahtajuhu Thalabah al-Syafi’iyyah min al-Masail wa al-Dhawabith wa al-Qawa’id al-Kulli 

(الفوائد المكية فيما يحتاجه طلبة الشافعية من المسائل والضوابط والقواعد الكلي)


2) Mukhtashar al-Fawa-id al-Makkiyyah Fima Yahtajuhu Thalabah al-Syafi’iyyah 

(مختصر الفوائد المكة فيما يحتاجه طلبة الشافعية)


3) Al-Qawl al-Jami’ al-Matin fi Ba’dh al-Muhim min Huquqina al-Muslimin 

(لقول الجامع المتين في بعض المهم من حقوق إخواننا المسلمين)


4) Risalah fi Qam’i al-Syahwah ‘an Tanawul al-Tunbak wa al-Kaftah wa al-Qat wa Qahwah 

(رسالة في قمع الشهوة عن تناول التنباك والكفتة والقات والقهوة)


5) Fath al-‘Alam fi Ahkam al-Salam 

(فتح العلام في أحكام السلام)


6) Al-Qawl al-Jami’ al-Najih fi Ahkam Shalah al-Tasbih 

(القول الجامع النجيح في أحكام صلاة التسبيح)


7) Al-Kawb al-Ahwaj fi Ahkam al-Mala-ikah wa al-Jin wa al-Syayathin wa Yakjuj wa Makjuj 

(الكوكب الأجوج في أحكام الملائكة والجن والشياطين ويأجوج ومأجوج)


Di samping itu, terdapat sebuah karya al-‘Allahmah al-Sayyid ‘Alwi yang lain dicetak bersama himpunan ini, iaitu sebuah karya dalam bidang tasawwuf yang berjudul 

(علاج الأمراض الردية بشرح الوصية الحدادية)


Koleksi karya al-Allamah al-Sayyid Alwi ini boleh dimuat turun melalui pautan 
Download Kitab 'Majmu' Sab'atin Mufidah' Klick saja :

https://ia800107.us.archive.org/…/%D8%B3%D8%A8%D8%B9%D8%A9%… 
 
https://ia800107.us.archive.org/32/items/7Books/%D8%B3%D8%A8%D8%B9%D8%A9%20%D9%83%D8%AA%D8%A8%20%D9%85%D9%81%D9%8A%D8%AF%D8%A9.pdf

Semoga bermanfaat.

Kisah jabatan ro'is am NU banyak yang menolak


Dalam tubuh Nahdlatul ‘Ulama, kepemimpinan tertinggi diduduki oleh seorang Rois Am.
Namun, jangan disangka jabatan ini sebagai jabatan prestisius yang akan diperebutkan oleh orang yang mendudukinya. Fakta sejarah telah berbicara, posisi Rois Am diterima tidak dengan riang gembira, melainkan dengan kesedihan dan deraian air mata.

Tercatat, Ketika Syaikhona Mbah Bisyri Syansuri RA, selaku Rois Am wafat pada tahun 1980 padahal amanah yang beliau emban belumlah selesai masanya. Maka digelarlah Munas Alim-Ulama 1981 di Kaliurang, Jogja. Dan hasilnya: tidak ada seorang Kyai-pun berani menggantikan beliau sebagai Rais Am.
 
Adalah Kyai As’ad Syamsul Arifin Situbondo yang pertama dipandang paling layak untuk menduduki posisi Rois Am selanjutnya.
Namun, beliau menolak sejadi-jadinya. Bahkan beliau sangat tegas menyatakan penolakannya. Kalimat terkenal yang beliau ucapkan ’’Walaupun Malaikat Jibril turun sendiri dan menyuruh saya jadi Rais Am, saya tidak akan mau!’’

Maka, para Kyai saat itu segera mengalihkan perhatiannya kepada sosok tokoh mumpuni yang luar biasa yaitu, Kyai Mahrus Ali Lirboyo Kediri. Bukan persetujuan yang didapat melainkan penolakan yang lebih keras lagi dari beliau. ’’Jangankan Malaikat Jibril, Malaikat Izrail sekalipun yang turun menodong saya jadi Rais Am, saya tidak akan mau!’’

Kebingungan melanda para Kyai, hingga akhirnya diputuskan secara aklamasi untuk mengangkat Kyai Ali Ma’shum Krapyak Jogja yang waktu itu tidak hadir dalam pertemuan ini sehingga tidak bisa menolak.
Lalu para Kyai mengutus Gus Mus Rembang (KH Musthofa Bisri) ke Krapyak untuk menyampaikan kesepakatan itu dan membujuk gurunya agar bersedia menerima.
Penolakan juga dilakukan oleh Kyai Ali Ma’shum. Bahkan beliau tidak mau keluar kamar dan menangis seharian. Dengan sabar, Gus Mus membujuk hingga akhirnya, Syaikhona Mbah Kyai Ali Ma’shum dengan deraian air mata menyatakan kesanggupannya.
“ Rois Am bukanlah jabatan yang saya kehendaki. Namun, jika saya lari dari tanggungjawab ini, saya khawatir jika mendapat dosa besar”.

Kisah amazing ini, kini terulang dengan situasi yang berbeda. Saat Syaikhona Mbah Maimun Zubair menolak amanah sebagai Rois Am atas putusan Ahlul Halli Wal Aqdi, beliau meminta agar Syaikhona Mbah Mustofa Bisri untuk menjadi Rois Am.
Dan ternyata, beliau dengan sangat santun menolak amanah ini.
 
Teladan yang luar biasa... sungguh luar biasa..... ko gagah gagahan ngustad jaman now......... begitu mudahnya bersumpah .......wooow..

Semoga bermanfaat.

Membuka Mata Batin Bisa Bikin Gila


Berdasarkan banyak kasus yang terjadi, seperti ini bahayanya membuka mata batin bagi mereka yang tidak siap.

1. Membuka Mata Batin Bisa Bikin Gila

Membuka mata batin hanya untuk bermain-main adalah kesalahan fatal. Ibaratnya kamu penasaran dengan singa tapi sampai masuk ke kandangnya. Membuka mata batin harus siap luar dalam, alias fisik, mental, dan iman. Kalau tak punya kesiapan dari semua hal ini risikonya sangat berat. Bisa-bisa jadi gila.
Begitu dibukakan mata batin, seseorang pasti akan langsung merasakan perbedaan yang sangat nyata. Lebih sensitif, pandangannya jadi lebih bisa melihat banyak hal dan sebagainya. Harus benar-benar kuat, kalau tidak yang seperti ini justru akan sangat menyiksa. Banyak kasus di mana orang-orang yang dibukakan mata batinnya mengalami kelainan mental. Seharian meringkuk di kamar dan ketakutan, sampai menjerit-jerit tidak jelas. Makanya, jangan pernah mencoba hal yang satu ini, apalagi tidak siap atau cuma penasaran saja.

2. Akan Mengalami Ketakutan Dalam Setiap Detik

Membuka mata batin itu seperti kita menggulung sebuah tirai penutup yang membatasi antara satu tempat dan lainnya. Ya, akhirnya pandangan pun terbuka luas dan kita bisa melihat apa pun yang selama ini tak bisa dilihat. Dalam hal ini yang dimaksud adalah hal-hal gaib, termasuk setan, jin dan lain sebagainya.
Gampangnya, dengan membuka mata batin kita akan melihat setan ke mana pun mata ini memandang. Menonton film horor yang durasinya 1,5 jam saja bikin ngeri luar biasa, apalagi kalau melihat makhluk-makhluk itu sepanjang kita membuka mata. Ngeri luar biasa. Makanya, bagi mereka yang dibukakan mata batinnya, awalnya pasti ketakutan luar biasa. Tapi, ujung-ujungnya juga terbiasa.

3. Lebih Gampang Digangguin Makhluk Halus

Selama ini kita hidup ya begitu-begitu saja, kan? Normal dan tak ada hal-hal aneh terjadi, terutama yang berkaitan dengan hal-hal gaib. Namun, kehidupan seperti itu akan berakhir begitu dibukakan mata batin. Ya, setan-setan pun seperti menjelma satu per satu dan kemudian lebih sering mengganggu.
Menurut para pakar, jin itu tahu mana-mana saja orang yang dibukakan mata batinnya. Tak hanya sekedar tahu, mereka juga tertarik untuk mendekati si orang tersebut. Mengikuti ke mana pun pergi. Bahkan dalam sebuah kasus ada yang sampai bisa mengundang banyak sekali jin ke satu tempat. Bukan mengundang sebenarnya, tapi jin-jin itu datang sendiri karena tertarik dengan orang tersebut.

4. Gampang Dirasuki Makhluk Halus

Sudah disinggung tentang bagaimana iman dan keyakinan begitu berpengaruh kepada seseorang yang dibuka mata batinnya. Ya, kalau kuat imannya, mungkin ia bakal bisa lebih tahan, kalau tidak maka yang terjadi adalah sebaliknya. Tak hanya akan diganggu oleh barang kasat mata, tapi juga sampai bisa dirasuki.
Sudah banyak juga kasus orang yang dibukakan mata batinnya rawan sekali mengalami kesurupan. Lewat tempat angker langsung kesambet, melamun sedikit pasti kesurupan dan sebagainya. Memang akan seperti ini efek sampingnya, makanya jangan coba-coba kalau belum siap akan risiko yang mengerikan ini.

5. Kadang Mata Batin Tak Bisa Lagi Ditutup

Mata batin memang seperti sebuah ruangan, bisa dibuka dan juga ditutup. Tapi, ada banyak orang yang bisa dibuka saja, tapi malah tak bisa ditutup. Nah, bagaimana kalau orang yang dibuka mata batinnya kemudian tak bisa ditutup ini? Ya, tak ada kata lain selain ia akan hidup seperti itu untuk selamanya.
Ada kasus mata batin yang sudah tidak bisa lagi ditutup, tapi ada juga kasus lain di mana seseorang justru tak bisa dibuka mata batinnya. Untuk kasus mata batin yang tak bisa ditutup, biasanya diatasi dengan cara-cara tertentu. Tidak langsung sembuh memang, tapi butuh waktu yang kadang bisa sangat lama.

Semoga bermanfaat.

Hukum Berdiri Saat Pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW

Photo Embrio Ulama Nusantara

Bagaimana hukumnya berdiri pada waktu membaca Maulud Nabi SAW? Apakah hal itu telah menjadi adat kebiasaan yang ditetapkan oleh syara’ (‘uruf syar’i), sehingga pelaksanaannya tidak berbeda-beda di segala tempat atau merupakan adat kebiasaan setempat (‘uruf ‘ahdi), hingga masing-masing tempat mempunyai cara sendiri-sendiri? manakah yang lebih utama, berdiri atau duduk pada waktu membaca maulud Nabi SAW bagi bangsa Indonesia yang mempunyai tradisi duduk sambil menyembah (kedua tangan diletakkan di muka hidung) pada waktu menghormati orang-orang terhormat?

Kalau kita melihat lirik syair maupun prosa yang terdapat di dalam kitab Al-Barzanji, seratus persen isinya memuat biografi, sejarah hidup dan kehidupan Rasulullah SAW. Demikian pula yang ada di dalam kitab Diba’ dan Burdah. Tiga kitab ini yang berlaku di kalangan orang-orang NU dalam melakukan ritual Mauludiyah, atau menyambut kelahiran Rasulullah SAW. Ada juga khusus puji-pujian untuk Sulthanul Auliya’ Syaikh Abdul Qadir al-Jilany, yakni Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany.

Di dalam praktiknya, Al-Barzanji, Al-Diba’i, Kasidah Burdah, dan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jilany sering dibaca ketika ada hajat anak lahir, menantu, khitanan, tingkeban, dan lain-lain. Tujuannya tidak lain yakni mohon berkah Rasulullah SAW agar terkabul semua yang dihajatkan. Umumnya acara berzanji, diba’an, burdahan, manaqiban, dilakukan pada malam hari habis shalat Isya’, akan tetapi banyak juga warga NU yang mempunyai tradisi di lakukan di sore hari habis shalat Ashar. Dan bahkan ada di sebagian daerah yang melakukan berjanjen di siang bolong habis Zhuhur.

Sudah ratusan tahun kitab-kitab itu dipakai. Rupanya belum ada yang menggeser lewat keindahan kalimat-kalimat yang disusun pengarangnya sampai sekarang. Bagi yang faham bahasa Arab, tentu untaian kata-katanya sangat memukau. Umumnya mereka terkesima dengan sifat-sifat Rasulullah SAW yang memang sulit ditiru, menarik, dan mengharukan. Mungkin bagi yang tidak faham bahasa Arab, menjadi problem, dan tidak merasakan enaknya lantunan yang didengar. Tak beda bagi yang suka “mocopatan”, dapat memahami bahkan menghayatinya, tentu sangat-sangat menambatkan hatinya. Ketika dia sedang asyik-asyiknya dipanggil pun tak dengar, malah mungkin dicubit pun tidak terasa, ya kan? Itulah gambaran orang yang “mabuk”, apalagi mabuk cinta kepada Rasulullah. Sulit untuk digambarkan dengan kata-kata.

Di tengah acara Diba’an atau Berzanjen, ada ritual berdiri. “Srakalan”, orang Jawa menyebutnya, dari kalimat “Asyraqal Badru ‘Alaina” dimana kalau sudah sampai di situ hadirin di mohon berdiri. Berdiri karena kehadiran Nabi Muhammad SAW di tengah-tengah majelis. Ada yang menyebutnya sebagai “Marhabanan” dari kalimat “Marhaban” yang artinya “Selamat Datang” atas kehadiran Nabi kita.


Dalam kaidah fiqhinya disebut dengan


“الإشارة تقوم مقام العبارة” 

{ Isyarat atau simbol merupakan ungkapan kata-kata yang penuh makna yang tersirat }. 
Menurut Keputusan Muktamar NU ke 5 Tahun 1930 di Pekalongan, berdiri ketika berzanjen atau diba’an hukumnya sunnah, ia termasuk ‘Uruf Syar’i.

Dalil yang dipakai, pertama:

قَدْ وُرِدَ فِيْ الْأَثَرِ عَنْ سَيِّدِنَا البَشَرِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : مَنْ وَرَّخَ مُؤْمِناً فَكَأَنَّماَ اَحْيَاهُ، وَمَنْ قَرَأَ تَارِيْخَهُ فَكَأَنَّماَ زَارَهُ ، فَقَدِ اسْتَوْجَبَ رِضْوَانَ اللهِ فِيْ حُرُوْرِ الْجَنَّةِ

Tersebut dalam sebuah Atsar Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) sama artinya menghidupkan kembali, siapa yang membacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya. Siapa yang mengunjunginya, Allah akan memberinya surga. (Bughyat Al-Mustarsyidin, hal 97)

Dalil kedua :

قَالَ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فَتَفَرَّقُوا عَنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ إِلَّا كَأَنَّماَ تَفَرَّقُوا عَنْ جِيْفَةِ حِمَارٍ ، وَكَانَ ذَلِكَ الْمَجْلِسُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً. رَوَاهُ أَحْمَدُ فِيْ مُسْنًدِهِ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ – وَقَالَ السُيُوْطِيْ حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ

Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah suatu majelis orang banyak dimana orang-orangnya berkumpul tanpa dzikir kepada Allah, melainkan mereka itu bagaikan bangkai khimar yang berserakan, dan majelis itu hanya akan membawa kerugian bagi mereka). HR Ahmad dalam Musnadnya, dari Abi Hurairah. As-Suyuthi menilai: hadis ini Shahih. (Al-Jami’ Al-Shaghier, hal 278)

Dalil ketiga:

فالحكم: لَمَّا عُلِمَ الْحَقُّ مِنْكَ وُجُوْدَ الْمَلَلِ لَوَّنَ لَكَ الطَاعَاتِ أَيْ رَحْمَةً بِكَ وَتَسْهِيْلاً عَلَيْكَ لِأَنَّكَ إِذَا سَئِمْتَ مِنْ نَوْعٍ مِنْهَا انْتَـقَلْتَ إِلىَ غَيْرِهِ وَلَوْ كَانَتْ مِنْ نَوْعٍ وَاحِدٍ لَسَئِمَتهُ النَفْسُ وَتَرَكْتَهُ اسْتِقْلَالاً لَهُ بِخِلَافِ الْأَنْوَاعِ الْمُتَعَدِّدَةِ فَإِنَّهاَ تَسْتَخِفُّهَا وَتَسْتَحْلِيْهَا لَنَقَلَهَا مِنْ نَوْعٍ إِلىَ أَخَر، وَشَأن النَّفْسِ أَنْ لَا تَدُوْمَ عَلَى حَالٍ وَاحِدٍ بَلْ تَنْظُرُ فِى الْأَحْوَالِ أَلَّا تَرَى أَنَّ الْإِنْسَانَ إِذَا دَاوَمَ عَلَى طَعَامٍ وَاحِدٍ تَسْأَمُهُ نَفْسُهُ كَمَا وَقَعَ لِبَنِي إِسْرَائِيْلَ

Dalam kitab Hikam dipaparkan: Kalau engkau menjumpai di dirimu ada rasa bosan, lalu engkau dapat membuat variasi dengan beragam “ketaatan”, ini merupakan rahmat dan kemudahan bagimu. Sebab dengan begitu, bila engkau bosan dari yang satu dapat pindah ke yang lain. Jika hanya satu macam saja, tentu dirimu akan bosan dan lekas meninggalkannya. Berbeda jika ketaatan itu beragam, hal ini akan membuat ringan dan nyaman bagimu untuk berpindah dari satu ke yang lain. Dan sudah menjadi kecenderungan jiwa seseorang untuk tidak dapat tetap pada satu posisi saja, sebaliknya akan berpindah. Tidakkah jika seorang yang hanya makan makanan satu jenis, tentu mudah jemu sebagaimana dialami oleh Bani Israil? (Al-Sharim al-Mubid fi Hukm al-Taqlid, hal 75)

Dalil keempat:

عَلَى أَنَّهُ قَدْ جَرَى اسْتِحْسَانُ ذَلِكَ الْقِيَامِ تَعْظِيْماً لَهُ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وعَمَلُ مَنْ يَعْتَدُّ بِعَمَلِهِ فِىْ أَغْلَبِ الْبلَادِ الْإِسْلَامِيَّةِ وّهُوَ مَبْنِيُ مَا لِلنَّوَوِي مَنْ جَعَلَ القِيَامَ لِأَهْلِ الْفَضْلِ مِنْ قُبَيْلِ الْمُسْتَحَبَّاتِ إِنْ كَانَ لِلْاِحْتِرَامِ لَا لِلرِّيَاءِ

Selama ini dinilai baik melakukan shalawat sambil berdiri sebagai penghormatan terhadap Nabi SAW. Hal tersebut berdasarkan pada pendapat Imam Al-Nawawi yang menganggap berdiri untuk menghormati seorang yang punya keutamaan adalah bagian dari amal sunnah jika dilakukan tidak untuk riya’. (Al-Fatawa Al-Haditsiyyah li Ibni Hajar, hal 125)

Jika ada yang membid'ahkan mahallul qiyam ketika kita sedang membaca sirah nabawiyah dalam bentuk syair berbait semacam Al Barzanji, Diba', Burdah, Simtut Duror dan lainnya, maka ia sebetulnya sedang melarang kita untuk berdzikir, padahal, berdzikir kepada Allah dapat dilakukan dalam posisi apapun, sebagaimana dalam ayat berikut:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ ... (ال عمران ١٩١)

"(Ulul Albab yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring..." (Ali Imran: 191).

Ayat lengkapnya :

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
 
Sementara kita ketahui bahwa shalawat adalah dzikir karena diperintahkan dalam Al-Quran dan banyak hadist. Dengan demikian, membaca shalawat tetap boleh, baik dengan cara duduk atau berdiri.

Amaliah di lingkungan kita berupa berdiri saat mengisahkan kelahiran Nabi Muhammad shalla Allahu alaihi wa sallama telah dilakukan sejak abad pertengahan Islam yang dilakukan seorang ulama yang bertaraf mujtahid di lingkungan Madzhab Syafiiyah, yaitu Imam As-Subki, sebagaimana disampaikan oleh ulama ahli sejarah Syekh Ali Al-Halabi dalam kitabnya "Insan al-Uyun Fi Sirat Al-Amin Al-Ma'mun":

ﻭﻗﺪ ﻭﺟﺪ اﻟﻘﻴﺎﻡ ﻋﻨﺪ ﺫﻛﺮ اﺳﻤﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﻋﺎﻟﻢ اﻷﻣﺔ ﻭﻣﻘﺘﺪﻱ اﻷﺋﻤﺔ ﺩﻳﻨﺎ ﻭﻭﺭﻋﺎ اﻹﻣﺎﻡ ﺗﻘﻲ اﻟﺪﻳﻦ اﻟﺴﺒﻜﻲ، ﻭﺗﺎﺑﻌﻪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻣﺸﺎﻳﺦ اﻹﺳﻼﻡ ﻓﻲ ﻋﺼﺮﻩ، ﻓﻘﺪ ﺣﻜﻰ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺃﻥ اﻹﻣﺎﻡ اﻟﺴﺒﻜﻲ اﺟﺘﻤﻊ ﻋﻨﺪﻩ ﺟﻤﻊ ﻛﺜﻴﺮ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎء ﻋﺼﺮﻩ ﻓﺄﻧﺸﺪ ﻣﻨﺸﺪ ﻗﻮﻝ اﻟﺼﺮﺻﺮﻱ ﻓﻲ ﻣﺪﺣﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ

"Bentuk berdiri semacam ini ketika menyebut nama Nabi shalla Allahu alaihi wa sallama(mahallul qiyam) sungguh telah ditemukan dari ulamanya umat Islam dan panutan para imam, dari segi agamisnya dan kewara'annya (menjauhi hal-hal yang haram dan syubhat), yaitu Imam As-Subki dan diikuti oleh para ulama di masanya.

Sebagian ulama menceritakan bahwa Imam Subki dan para ulama berkumpul, lalu seorang penyair melantunkan syair pujian karya Ash-Sharshari untuk Nabi shalla Allahu alaihi wa sallama[bahr thawil] :

ﻗﻠﻴﻞ ﻟﻤﺪﺡ اﻟﻤﺼﻄﻔﻰ اﻟﺨﻂ ﺑﺎﻟﺬﻫﺐ ... ﻋﻠﻰ ﻭﺭﻕ ﻣﻦ ﺧﻂ ﺃﺣﺴﻦ ﻣﻦ ﻛﺘﺐ

ﻭﺃﻥ ﺗﻨﻬﺾ اﻷﺷﺮاﻑ ﻋﻨﺪ ﺳﻤﺎﻋﻪ ... ﻗﻴﺎﻣﺎ ﺻﻔﻮﻓﺎ ﺃﻭ ﺟﺜﻴﺎ ﻋﻠﻰ اﻟﺮﻛﺐ

Artinya:
"Sedikit sekali tulisan yang memuji Nabi pilihan dengan tinta emas di atas lembaran perak dalam tulisan terbaik. Hendaklah orang-orang mulia berdiri ketika mendengarnya, berdiri bershaf-shaf, atau berlutut diatas kendaraan"

ﻓﻌﻨﺪ ﺫﻟﻚ ﻗﺎﻡ اﻹﻣﺎﻡ اﻟﺴﺒﻜﻲ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻭﺟﻤﻴﻊ ﻣﻦ ﻓﻲ اﻟﻤﺠﻠﺲ، ﻓﺤﺼﻞ ﺃﻧﺲ ﻛﺒﻴﺮ ﺑﺬﻟﻚ اﻟﻤﺠﻠﺲ، ﻭﻳﻜﻔﻲ ﻣﺜﻞ ﺫﻟﻚ ﻓﻲ اﻻﻗﺘﺪاء

Saat itulah Imam As-Subki berdiri bersama orang yang hadir dalam majelis. Keharuan yang besar terdapat dalam mejelis tersebut. Hal semacam ini sudah cukup [boleh] untuk diikuti" (As-Sirah Al-Halabiyah, 1/123 dikutip oleh banyak para ulama termasuk pengarang kitab Ianah Ath-Thalibin).

Dari keterangan di atas kita dapat menarik simpulan bahwa berdiri saat pembacaan rawi berlangsung bukan dilatarbelakangi oleh sebuah perintah wajib di dalam Al-Quran atau hadits. Aktivitas berdiri ketika itu lebih didorong oleh akhlak umat terhadap nabinya. Para ulama memandang bahwa berdiri untuk menghormati Rasulullah SAW adalah sesuatu yang baik (istihsan).

Selagi fisik masih sehat, hadirilah majelis-majelis yang memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW karena di situ rahmat Allah ta’ala turun sehingga menambah pengalaman batin tidak sedikit orang yang hadir. Di samping itu ada baiknya kita berdiri saat mahallul qiyam sebagai bentuk cinta dan takzim kita kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga Allah memberikan mandat syafa’at kepada Rasul-Nya untuk menyelamatkan kita di dunia maupun di akhirat. Aaamiin.
Semoga bermanfaat.