Jumat, 31 Juli 2015

Sejarah Kentongan di Musolla

Buku Menolak Wahabi, Membongkar Penyimpangan Sekte Wahabi; dari Ibnu Taimiyah hingga Abdul Qadir At-Tilmisani Karya KH. Muhammad Faqih Maskumambang Gresik
BUKU MENOLAK WAHABI KARYA WAKIL RAIS AKBAR DAN PENDIRI NAHDLATUL ULAMA KH MUHAMMAD FAQIH MASKUMAMBANG GRESIK TERBITAN SAHIFA SURABAYA, 2015.

(KITAB ASLI: AN-NUSHUSH AL-ISLAMIYYAH FI RADD AL-WAHHABIYYAH/ NASH-NASH ISLAM DALAM MENOLAK MADZHAB WAHABI TERBITAN DARUL AHYA-IL KUTUBIL ARABIYYAH MESIR, 1922)

Buku karya Wakil Rais Akbar dan Pendiri Nahdlatul Ulama, KH Muhammad Faqih Maskumambang ini ditulis tahun 1922 atau empat tahun sebelum kelahiran Nahdlatul Ulama (NU). Kitab berjudul “An-Nushush al-Isamiyyah fi Radd al-Wahhabiyyah” ini adalah karangan berbahasa Arab pertama yang membantah paham Islam anti-madzhab seperti Wahabi yang ditulis ulama asal Indonesia. Ini membuktikan persoalan Wahabi sudah menjadi sedemikian momok di awal abad ke-20.

KH Muhammad Faqih Maskumambang sendiri adalah putra keempat KH Abdul Djabbar yang masih merupakan keturunan dari Joko Tingkir alias Sultan Hadiwijaya. Ia memimpin Pesantren Maskumambang mulai tahun 1325H. sampai 1353 H. Ia seorang ulama besar yang terkenal di pulau Jawa, bahkan sampai keluar Jawa. Ia ahli dalam bidang Ilmu Tafsir, Tauhid, Fiqih, Nahwu dan Balaghah, Mantiq, Ushul Fiqih dan lain-lain. Ia sangat aktif dalam mengajar.


MENGENAL KH MUHAMMAD FAQIH MASKUMAMBANG GRESIK
Hikayat Wakil Rais Akbar dan Kentongan

Hampir di semua masjid, mushalla, maupun langgar di lingkungan warga NU memiliki sebuah bedug sebagai pertanda waktu shalat. Kadang juga didampingi oleh kentongan. Dari kentongan inilah tersimpan cerita hebat seorang kiai asal Gresik, Kiai Faqih Maskumambang.

Lahir sekitar tahun 1857 di Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Lokasinya berjarak lebih kurang 40 km arah barat laut Kota Surabaya. Ia adalah putra dari Kiai Abdul Jabbar dan Ibu Nyai Nursimah. Kiai Abdul Jabbar sendiri merupakan keturunan Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir yang nasabnya bersambung hingga ke Sunan Giri. Sedangkan Ibu Nyai Nursimah merupakan putri Kiai Idris, Kebondalem Burno, Bojonegoro. Maka tidak mengherankan jika Kiai Faqih Maskumambang nantinya akan menjadi seorang ulama yang mashyur dan disegani.

Masa kecil KH Muhammad Faqih atau Kiai Faqih Maskumambang dihabiskan dengan didikan dari orang tuanya yang merupakan seorang ulama yang disegani di daerahnya. Ayahnya adalah seorang pendiri sekaligus pengasuh Ponpes Maskumambang Gresik.

Usai belajar ilmu agama dari sang ayah, ia melanjutkan tafaqquh fiddin-nya menuju ke Ponpes Demangan, Bangkalan, yang diasuh oleh seorang ulama masyhur ilmu lahir-batinnya, Syaikhona Muhammad Kholil. Saat itu, pesantren ini memang dikenal jadug dalam mendidik para santri. Mereka kemudian menjadi tokoh atau pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, yakni Nahdlatul Ulama. Antara lain Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Muhammad Bisri Syamsuri, KH Ridwan Abdullah serta masih banyak lagi. Tidak ada catatan yang menyebutkan tentang berapa lama Kiai Faqih Maskumambang belajar di pesantren Syaikona Kholil.

Setelah itu Kiai Faqih Maskumambang melanjutkan studinya ke tanah suci Makkah al-Mukarramah, sebagaimana tradisi ulama terdahulu untuk lebih memantapkan keilmuannya. Ia belajar kepada ulama-ulama Haramain, terlebih kepada Syaikh Mahfudz at-Turmusi, salah satu pengajar di Masjidil Haram. Selama belajar di tanah suci ini, ia bertemu dengan banyak teman yang berasal dari Indonesia, seperti Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari dan Kiai Munawir Krapyak. Mereka berkawan karib hingga bersama-sama berjuang mendirikan Nahdlatul Ulama. Sedangkan Kiai Munawir menjadi ulama yang ahli dalam bidang Al-Quran dan Qiraah Sab’ah. Hampir semua sanad Al-Quran dan Qiraah Sab’ah yang ada di Indonesia ini, terlebih Jawa, melalui jalur Kiai Munawir Krapyak ini.

Menjadi Pengasuh Pesantren

Pesantren Maskumambang terletak di Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik. Awalnya hanya mendidik masyarakat sekitar Maskumambang, dan itu pun terbatas pada pelajaran Al-Quran dan tafsir, serta fiqih. Namun, pada masa kepemimpinan Kiai Faqih Maskumambang, pondok ini mengalami banyak kemajuan serta perubahan besar. Santri yang datang mengaji tidak hanya berasal dari sekitar Maskumambang, tetapi banyak juga yang berasal dari daerah lain. Bahkan pelajaran yang diberikan tidak hanya Al-Quran, tafsir dan fiqih saja, namun mulai merambah ke cabang-cabang ilmu lainnya.

Kedatangan Kiai Faqih setelah beberapa tahun belajar di Makkah memberikan angin segar terhadap pesantren Maskumambang. Pada 1325 H/1907 M, Kiai Abdul Jabbar, sang ayah, pulang ke Rahmatullah hingga kemudian kepemimpinan pesantren Maskumambang dipegang oleh Kiai Faqih. Di antara santrinya beliau adalah KH Abdul Hadi, KH Zubair Dahlan, dan KH Imam Khalil bin Syuaib. KH Abdul Hadi kemudian menjadi Pengasuh Pesantren Langitan, KH Zubair Dahlan berhasil mendidik KH Maimoen Zubair Sarang, sedangkan KH Imam Khalil bin Syuaib menjadi Pengasuh Pesantren Sarang.

Urusan Kentongan

Kiai Faqih ternyata memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Hadratussyaikh karena senasib dan seperjuangan dalam mencari ilmu serta dengan guru yang sama. Hubungan mereka pun semakin akrab tatkala NU didirikan pada 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 di Kota Surabaya. Yakni, keduanya didaulat oleh para kiai untuk menduduki jabatan Rais Akbar oleh Hadratussyaikh dan Kiai Faqih mendapat bagian sebagai Wakil Rais Akbar. Keakraban mereka dalam menjalankan roda organisasi bukannya tanpa cela. Mereka pernah tidak sepaham dalam menanggapi satu masalah yang berhubungan dengan hukum pemakaian kentongan.

Hadratussyaikh tidak memperbolehkan pemakaian kentongan sebagai alat pertanda waktu shalat sebelum atau sesudah adzan dikumandangkan. Namun, Kiai Faqih berpendapat lain, yakni menggunakan kentongan sah-sah saja. Mbah Hasyim memiliki alasan tersendiri atas pelarangan tersebut, yakni karena tidak adanya dalil yang memperbolehkan. Kiai Faqih pun tidak kalah argumen. Ia memperbolehkan penggunaan kentongan disebabkan oleh kebolehan menggunakan bedug, jadi diqiyaskan atau disamakan hukumnya. Bila bedug boleh digunakan untuk memanggil shalat hal ini berlaku pula bagi kentongan.

Mbah Hasyim menghormati pendapat Kiai Faqih dengan cara mengundang ulama se-Jombang serta para santri seniornya. Di hadapan mereka ini, Mbah Hasyim menyatakan boleh menggunakan kedua pendapat tersebut dengan bebas. Namun ada satu syarat yang diminta oleh Mbah Hasyim, yakni kentongan tidak digunakan di Masjid Tebuireng sampai kapan pun.

Pada suatu waktu Kiai Faqih mengadakan satu acara dengan mengundang Mbah Hasyim untuk berceramah di Pesantren Maskumambang. Kiai Faqih pun meminta takmir masjid atau mushalla di sekitarnya untuk menurunkan semua kentongan selama Mbah Hasyim berada di Gresik. Sungguh suatu sikap yang patut diteladani dari kedua tokoh besar NU bagi warga Nahdliyin jika terjadi suatu perselisihan.

Kiai Faqih Maskumambang mengabdikan hidupnya dijalan Allah dengan cara berdakwah hingga mencapai usia 80 tahun. Pada tahun 1353 H/1937, Kiai Faqih kembali ke Rahmatullah. Selain berdakwah keliling, serta mengabdikan dirinya di NU, Kiai Faqih juga sempat mengarang sejumlah kitab. Di antaranya “An-Nushushul Islamiyah fi Raddi ‘ala Madzhabil Wahhabiyah” (Nash-nash agama Islam dalam menolak madzhab Wahabi). Kitab yang diterbitkan oleh Darul Ahya-il Kutubil Arabiyah, Mesir, 1341 H/1922 ini berisi tentang penjelasan tentang penolakan terhadap ajaran Islam yang disampaikan oleh Wahabi. Kitab lainnya adalah “Al-Mandzumah ad-Daaliyah fi Awa’il al-Asyhur al-Qamariyyah.” Kitab yang selesai ditulis pada 1930 ini berisi 48 nazham (syair) yang menjelaskan tentang dasar-dasar ilmu falak dan tata cara penetapan awal bulan dengan mempertimbangkan iLaunching dan Bedah Buku Menolak Wahabimkanu rukyat.

KATA PENGANTAR BUKU MENOLAK WAHABI OLEH KH MAIMOEN ZUBAIR SARANG

“Kiai Faqih bin Abdul Jabar Maskumambang memiliki karisma—sekaligus popularitas—yang sedemikan tinggi di kalangan Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU). Ini tidak saja karena beliau salah seorang ulama yang memiliki peran penting di tubuh NU sejak kali pertama ia dibentuk, tetapi juga karena beliau sahabat karib Kiai Hasyim Asy’ari. Kalau kita teleusuri riwayat kehidupan mereka, kita akan dapati bahwa keduanya merupakan sahabat seperjuangan semenjak “nyantri” baik ketika di tanah suci Makkah, maupun di pondok pesantren Syeikhana Khalil Bangkalan. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, mereka berdua sama-sama menjadi pengurus inti NU: Kiai Hasyim menjadi Rais ‘Am dan Kiai Faqih menjadi Naib ‘Am”.

Buku Menolak Wahabi, Membongkar Penyimpangan Sekte Wahabi; dari Ibnu Taimiyah hingga Abdul Qadir At-Tilmisani

Launching dan Bedah Buku Menolak Wahabi Karya Wakil Rais Akbar Nahdlatul Ulama, pada Ahad 2 Agustus 2015, pukul 09.00-12.00 WIB dan 13.00-17.00 WIB, bertempat di Pondok Pesantren Al Aziziyyah Denanyar Jombang, dengan narasumber:

1. KH Aziz Masyhuri (Penterjemah Kitab An-Nushushul Islamiyah fi Raddi ‘ala Madzhabil Wahhabiyah/ Pengasuh Ponpes Al Aziziyyah Jombang),
2. Martin Van Bruinessen (Belanda) dan
3. KH Ahmad Baso (Penulis Buku Islam Nusantara).

Kajian Ceramah Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

Rabu, 29 Juli 2015

Cara agar Khusyu' dalam Shalat

Khusyu’ adalah fokus hati hanya kepada apa yang sedang dilakukan, tidak membayangkan dalam hatinya selain dari apa yang sedang dikerjakan, dan disunatkan khusyu’ dalam setiap gerakan shalat. Namun khusyu’ sangat sulit untuk diimplementasikan, terutama dalam shalat. Nah, karena itulah  kami menawarkan beberapa tips agar shalat kita bisa khusyu’ sehingga shalat kita mendapat nilai yang sempurna di sisi Allah SWT, Insya Allah...

Tips Khusyu' dalam Shalat :

1. Membayangkan bahwasanya kita sedang berhadapan dengan zat yang sangat mulia yaitu Allah  SWT.
2. Membayangkan bahwasanya kita sedang bermunajah (berdialog) dengan Allah SWT.
3. Menghayati makna dari setiap bacaan shalat.
4. Membaca bacaan shalat secara tartil (pelan-pelan).
5. Memanjangkan ruku’ dan sujud.
6. Pandangan selalu tertuju pada tempat sujud meskipun melakukan shalat di depan ka’bah atau di tempat yang gelap, kecuali di saat mengangkat jari telunjuk ketika membaca tasyahhud, maka pandangan ketika itu difokuskan kepada jari telunjuk tersebut.

Demikianlah beberapa Tips agar shalat kita bisa lebih Khusyu', semoga bermanfaat, wallahua'lam.

Sumber: Hasyiah I’anat al-Thalibin.

Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah (Kitab Penolakan terhadap wahabi)


Mafahim Yajibu An Tushahhah Karya Sayyid Muhammad Alwi al-Maliky
Sayyid Muhammad Alawi al-Maliky al-Hasani, sebuah nama yang tidak asing lagi di telinga kita. Seorang ulama Aswaja yang gigih mempertahankan aqidah Ahlus sunnah wal Jamaah di tengah-tengah kaum Wahabi di kota Makkah. Hidup dalam Negri Wahabi bukan tanpa rintangan, Pada tahun 80-an terjadi perselisihan besar antara beliau dan beberapa ulama Wahabi. Beliau dituduh menyebarkan bid'ah dan khurafat. Beliau kemudian dikucilkan hingga pernah mengungsi di Madinah selama bulan Ramadhan.

Persoalan itu kemudian meruncing, tetapi bisa dicari jalan tengah dengan melakukan klarifikasi. Waktu itu beliau berargumen dengan kuat saat berhadapan ulama yang juga mantan hakim agung Arab Saudi, Syaikh Sulaiman Al Mani'. Dialog itu direkomendasikan oleh Syaikh Abdul bin Baz, yang dikenal sebagai mufthi Kerajaan Arab Saudi waktu itu. Syaikh bin Baz sangat berseberangan dengan beliau.

Sayyid Muhamamd Alawi al-MalikiSyaikh Al Mani' kemudian menerbitkan dialognya itu dalam bentuk buku yang diberi judul Hiwar ma'al Maliki liraddi mungkaratihi wa dhalalatih (dialog dengan Maliki untuk Menolak Kemungkaran dan Kesesatannya). Syaikh Shaleh bin Abdul Aziz alu-Syaikh (alu Syeikh adalah gelar untuk keturunan Muhammad bin Abdul Wahab), kemudian juga menerbitkan buku yang berjudul Hadzihi Mafahimuna (inilah pemahaman kami) yang menghantam pemikiran beliau.
Abuya As-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki pun tidak tinggal diam. Beliau juga menerbitkan buku yang tak kalah hebat dan populernya, dengan judul Mafahim Yajibu An Tushahhah (Pemahaman- pemahaman yang Harus Diluruskan).

Melalui kitab ini beliau membuktikan kesalahan doktrin-doktrin kaum wahabi dengan menggunakan dalil-dalil yang qath'I (pasti) serta argumentasi yang benar dan rasional bahkan dengan kadang beliau juga berargumen dengan kalam pendiri Wahabi sendiri, Muhammad bin Abdul Wahab. Mafahim Yajibu An Tushahhah membuka wawasan baru yang baru tentang hal-hal yang selama ini masih menjadi polemik dikalangan sebagian umat islam. Perbedaan pemahaman tentang masalah bid'ah, syafaat, tasawuf, dan tawasul, misalnya, tidak jarang meninggalkan menimbulkan pertentangan, permusuhan, bahkan saling mengkafirkan. Kitab ini telah mendapat sambutan tidak kurang dari empat puluh ulama dunia. Karya beliau yang satu ini memang diakui sebagai karya ilmiyah yang dapat dijadikan hujjah (alasan), burhan (dalil), dan bukti ajaran Islam yang benar.
Dalam kitab ini, beliau juga mengajak setiap Muslim untuk menghindari sikap mudah menjatuhkan penilaian terhadap sesama muslim dengan gelaran bid‟ah, musyrik, kafir dan sebutan-sebutan lainnya yang tidak bisa dengan mudah dituduhkan. Maka tepatlah kiranya jika dikatakan bahwa kitab mulia ini tergolong karya tulis yang paling baik dan bermutu dibidangnya pada masa ini.

Bagi yang ingin memiliki file PDF kitab ini silahkan di donwload di bawah ini terdiri dari dua jenis file pdf, yang pertama adalah cetakan Dar Kutub Ilmiyah, Libanon sedangkan yang kedua cetakan Dar Jawami’ Kalim, Kairo, Mesir.

Download Kitab :
Mafahim Yajibu An Tushahhah PDF Cetakan Dar Kutub Ilmiyah
PDF : http://ia700800.us.archive.org/3/items/mfahim-tsa7a7/mfahim-tsa7a7.pdf

Kitab Mafahim Jayibu An Tushahhah Format PDF Cetakan Dar Jawamik Kalim
PDF : https://ia601701.us.archive.org/27/items/maleky/mafahim.pdf

Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah Format word
http://www.4shared.com/get/km1BUJK2/___.html 

Semoga bermanfaat.

Kewajiban Ihdad Bagi Wanita Yang Suaminya Meninggal

A. Pengertian Ihdad

Salah satu kewajiban bagi seorang perempuan yang suaminya telah meninggal, selain ber-iddah adalah ber-Ihdad. Ihdad secara bahasa adalah menegah, sedangkan secara istilah adalah menegah diri dari dua perkara :

1. Berhias, yaitu dengan meninggalkan/atau tidak memakai pakaian yang dicelupkan (berwarna) baik terbuat dari sutera atau lainnya. Tidak memakai perhiasan emas, perak dan sejenisnya, tidak memakai anting telinga, cincin atau sejenisnya, yang kesemuanya membawaki kepada bertambahnya kecantikan atau kebagusansi perempuan. Tidak boleh memakai beberapa perkara (mulai perhiasan dari emas, perak, dst) di atas adalah pada waktu siang hari, adapun pada malam hari, maka hanya dimakruhkan jika bukan karena hajat, adapun karena hajat, maka tidak dimakruhkan pula memakai yang demikian pada malam hari. Sedangkan pakaian yang dicelupkan (berwarna) keharamannya berlaku pada siang dan malam harinya. Keluar dari ketentuan tidak boleh memakai pakaian yang di atas adalah pakaian yang dicelupkan (berwarna) yang terbuat dari Qatun (kapas) atau kain wool (bulu domba), maka boleh untuk dipakai oleh perempuan yang sedang melakukan ihdad. Selanjutnya, yang tidak boleh dihiasi oleh perempuan yang ber-ihdad adalah hanya pada tubuhnya, adapun selain tubuhnya maka hukumnya boleh, seperti tempat tidur atau kursi perempuan misalnya.

2. Wangi-wangian, perempuan yang sedang menjalani masa ihdad juga di wajibkan untuk menahan diri dari memakai wangi-wangian baik pada badan, pakaian atau makanan, atau celak yang yang tiada di haramkan, adapun memakai celak yang diharamkan seperti memakai celak dari jenis tanaman bakung (aloe-ing), maka haram secara mutlak. Keharaman memakai wangi-wangian berlaku baik pada malam hari atau pada siang harinya. Dhabit atau ketentuan Wangi-wangian yang haram digunakan adalah wangi-wangian yang diharamkan bagi orang yang ber-ihram dan tidak mewajibkan fidiyah saat memakainya. Wajib pula untuk segera meninggalkannya di saat mau memasuki masa iddah.

B. Waktu Pelaksaaan Ihdad
Waktu pelaksaan ihdad adalah selama masa iddah perempuan tersebut, yaitu selama 4 bulan 10 hari, pada seluruh waktunya, baik siang atau malam, kecuali perhiasan emas, perak, luk-luk, cincin, anting telinga, maka boleh untuk digunakan pada malam hari, tetapi tetap dimakruhkan.

C. Hal-hal yang dilarang Pada Saat Ihdad
1. Memakai baju berwarna.
2. Memakai wangi-wangian.
3. Memakai perhiasan (emas, perak, luk-luk dan sejenisnya)
4. Memakai meminyaki rambut kepala, tidak haram pada seluruh tubuh.
5. Memakai celak.
6. Dan lain sebagainya, yang dapat membuatnya terlihat cantik dan menarik perhatian orang lain.

D. Hukum Ihdad
Hukum ihdad bagi perempuan yang meninggal suami adalah wajib selama masa iddah, sedangkan bagi perempuan yang ber-iddah bukan karena suaminya meninggal, tetapi karena ba’in dengan sebab khulu’, pasakh, atau talak 3, demikian juga talak raj’i, jika perempuan tersebut tidak mengharap kembali dengan lelaki mantan suaminya, maka hukumnya adalah sunat, selama tidak lebih dari 3 hari. Perempuan juga dibolehkan untuk ber-ihdad seandainya yang meninggal adalah bapak, anak atau ajnabi, dengan catatan perempuan tersebut merasa gundah dengan sebab meninggalnya orang tersebut. Kewajiban lainnya bagi perempuan yang ber-iddah dan ber-ihdad adalah menetap dalam rumah yang ditinggali oleh suaminya tersebut, maksudnya rumah dimana perempuan tersebut berada ketika suaminya meninggal (rumah yang mereka tinggali), jika memang rumah tersebut layak baginya. Dan dibolehkan bagi perempuan tersebut untuk keluar rumah pada siang hari untuk berbelanja seumpama makanan, benang atau mencari kayu bakar, tidak boleh pada malam hari. Tetapi dibolehkan kepada perempuan tersebut untuk keluar pada malam hari dengan tujuan kepada tetangga yang rumahnya berseblahan (melengket) dengan rumah perempuan tersebut untuk beberapa keperluan, atau sekedar berbicara, dengan syarat melakukan hal (kadar lamanya perempuan dirumah tetangganya) tersebut masih dikategorikan kepada adat. Syarat selanjutnya, tidak ada orang lain dirumah perempuan tersebut yang bias diajak bicara. Dan yang terakhir dia harus kembali dan bermalam dirumahnya. Hukum keluar rumah bagi perempuan yang ber-iddah dan ber-ihdad adalah haram dan dosa besar, sebagimana yang telah disebutkan oleh Ibnu hajae dalam kitab Azzawajir. Adapun perempuan yang tertalak raj’i, maka boleh untuk keluar rumah dengan izin suaminya yang menceraikannya, atau karena keperluan sebagaimana yang telah disebutkan. Wallahua’lam.

Sumber;
Ibrahim Al Bajuri, Hasyiyah bajuri hal 175-177.
Zainuddin Al Malibary, Fathul Muin, hal 43-46 jilid 4.

Rahasia kata "Syirik" dari orang wahabi

Foto Para Pecinta Rasul SAW.
~ Al Habib Munzir Al Musawa ~

Rasul saw bersabda :
“Aku sungguh tidak merisaukan syirik menimpa kalian setelah aku wafat, yang kurisaukan adalah keluasan dunia yang membuat kalian saling hantam memperebutkannya” (Shahih Bukhari)

Inilah jawaban Nabi saw terhadap kekuasaan disebuah Negara timur tengah, mereka sangat merisaukan dan meributkan kesyirikan, namun mereka saling bunuh demi berebut kekayaan, mereka rela mengundang dan membayar ribuan pasukan AS ke negeri mereka demi membantai saudara mereka muslimin mereka sendiri demi memperebutkan minyak, mereka rela tak membantu Palestina yang dibantai Israel, demi naiknya harga minyak, inilah yang dikabarkan oleh Rasul saw : 
“Sungguh Demi Allah aku tidak takut syirik menimpa kalian, namun yang kutakutkan adalah keluasan dunia yang kalian saling memperebutkannya” (Shahih Bukhari).

Jawaban Rasul saw ini membungkam semua lidah orang yang merisaukan syirik atas muslimin yang beribadah

Semoga bermanfaat

Catatan :
Inilah salah satu kelicikan orang wahabi.
Suka mengatakan "Syirik"  kepada orang, hakekatnya cuma ingin menguasai atau menjajah orang.

Beberapa Fatwa Sesat Ibnu Taimiyah yang Menentang dengan Kebanyakan Para Ulama

  1.  Suami berkata kepada isterinya علي الطلاق (lazim atasku talak). menurut ibnu taimiyah talak tidak jatuh akan tetapi suami dikenakan kafarah sumpah. Padahal tidak ada satu pun Ulama Ahlussunnah yang berpendapat seperti itu.
  2. Suami yang menalak isteri di saat haid (mentruasi) tidak jatuh talaknya. Begitu juga talak dalam masa suci dengan catatan telah melakukan hubungan badan.
  3. Meninggalkan shalat secara sengaja tidak wajib qadha.
  4.  Wanita yang sedang mentruasi dibolehkan tawaf di al-bait dan tidak dikenakan kafarah.
  5. Talak tiga jatuh satu, Ibnu Taimiyah sebelum mengeluarkan fatwa tersebut, sudah pernah menukil ijmak bahwa talak tiga jatuh tiga.
  6. Barang yang diambil dari harta tijarah (perniagaan) itu sudah dipadai untuk zakat meskipun bukan dengan nama zakat.
  7. Benda cair yang jatuh bangkai seperti tikus itu tidak bernajis.
  8. Orang yang sedang berhadas besar boleh mengerjakan shalat sunat diwaktu malam
  9. Syarat yang ditetapkan oleh si wakif (pelaku wakaf) itu tidak dii’tibar. (diterima) jika seseorang mewakaf sesuatu kepada seseorang yang bermazhab Syafi’i maka boleh menyalurkan kepada orang yang bermazhab Hanafi, begitu juga sebaliknya.
  10. Menyalahi ijmak tidak kufur dan tidak fasik.
  11. Zat Allah tersusun dari berbagai juzu’ (bahagian) dan zat Allah berhajat kepada beberapa bahagian tersebut seperti berhajatnys kull kepada juz’i.
  12. Al-Qur'an baharu pada zat Allah.
  13. Alam qadim dengan satu nok (bahagian)
  14. Allah berjisim (bertubuh), berjihat (ada arah), berpindah-pindah.
  15. Neraka fana.
  16.  Nabi Muhammad Saw tidak ada kehormatan dan tidak boleh tawassul dengannya.
  17. Para Nabiyullah tidak maksum (boleh salah).
  18. Musafir untuk menziarahi makam Nabi SAW merupakan maksiat dan tidak boleh mengqashar   shalat.
  19. Kitab taurat dan injil tidak diganti lafadnya akan tetapi yang diganti hanya maknanya. 

Referensi: Ibnu Hajar al-Haitami Fatawa Hadisiyah, (Surabaya: Imarah), hal 85.

Apa boleh Madzhab Fiqih Sesuai Kemaslahatan dan Kepentingan Pribadi ?



Ada yang bertanya, bolehkah saya memilih mazhab fiqh yang sesuai dengan kemaslahatan dan kepentingan saya pribadi. Saya menemukan mazhab yang berbeda-beda dalam satu masalah, pendapat yang sebaiknya saya pilih?

Jawaban :
Syeh Wahbah al-Zuhaily menyebutkan beberapa pendapat ulama mengenai bolehkah kita memillih pendapat-pendapat yang mudah atau disebut “tatabbu’urrukhash”, yaitu :


1. Mayoritas ulama Syafii seperti Syairazi, Khatib al-Baghdadi, Ibnu Shabbagh, Baqilani dan Amidi mengatakan orang awam dipersilahkan memilih mana saja dari mazhab ulama yang cocok baginya karena ijmak para Sahabat tidak ada kewajiban untuk mengikuti salah satu sahabat dan di antara mareka ada yang lebih alim dan lebih utama.

2. Mazhab Dhahiriyah dan Hanbali mengatakan harus memilih yang paling berat agar lebih hati-hati dalam mengamalkan agama.

3. Memilih yang lebih banyak dilakukan orang.

4. Memilih pendapat yang paling pertama. Ini diriwayatkan dari Rouyani. Bagi orang awam tentu sulit, bagaimana mengetahui pendapat yang paling pertama.

5. Mengembil pendapat yang diamalkan oleh pemilik pendapat. Rafi’i.

6. Wajib berijtihad memilih mana yang paling benar. Syatibi. Artinya harus mempelajari dalilnya lalu memilih sesuai yang diyakini.

7. Maturidi, apabila terkait dengan hak Allah memilih yang ringan. Apabila terkait hak manusia memilih yang berat.

Beliau cenderung memilih pendapat yang memudahkan sesuai hadist Rasulullah saw “Rasulullah tidak pernah disuruh memilih dua perkara kecuali memilih yang paling mudah” (Bukhari).

Kalau memilih mazhab saja bebas, maka memilih pendapat juga bebas. Tetapi swalaupun ada kebebasan memilih sebaiknya usahakan memahami dalilnya sehingga landasan memilihnya bukan asal taqlid buta atau ikut pendapat ulama secara fanatic, namun dilandaskan pada dalil, keyakinan dan kepentingan.

Wallahu a’lam

Maksud Front amar ma'ruf nahi mungkar

Dalam sebuah hadis

عن أبي سعيد الخدري - رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من رأى منكم منكرا فليغيره بيده، فإن لم يستطع فبلسانه، فإن لم يستطع فبقلبه، وذلك أضعف الإيمان

وفي رواية : ليس وراء ذلك من الإيمان حبة خردل


Cover Kitab
Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no. 49)

Dalam riwayat lain, “Tidak ada sesudah itu (mengingkari dengan hati) keimanan sebesar biji sawi (sedikitpun)”

Hadits ini adalah hadits yang jami’ (mencakup banyak persoalan) dan sangat penting dalam syari’at Islam, bahkan sebagian ulama mengatakan, “Hadits ini pantas untuk menjadi separuh dari agama (syari’at), karena amalan-amalan syari’at terbagi dua: ma’ruf (kebaikan) yang wajib diperintahkan dan dilaksanakan, atau mungkar (kemungkaran) yang wajib diingkari, maka dari sisi ini, hadits tersebut adalah separuh dari syari’at.”(Lihat At Ta’yin fi Syarhil Arba’in, At Thufi, hal. 292)

Pernyataan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855M/164-241H): tentang nahi munkar yang termaktub dalam karyanya Kitabul Amri bil Ma’ruf wan Nahy ‘anil Munkar.
Beliau adalah pendiri Mazhab Hanbali, Beliau itu menyoroti hadits tentang nahi munkar yang terkenal: “Barang siapa melihat kemunkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangan. Jika tak mampu, maka dengan lisan. Jika tak mampu juga, maka dengan hati. Yang terkahir ini adalah selemah-lemahnya iman.”
Tapi apa yang dimaksud dengan “mengubah dengan tangan” dalam hadits tersebut? Imam Ahmad dengan tegas menyatakan: “Al-Taghyir bil yad laysa bi-alsayf wa al- silah” (Mengubah dengan tangan bukanlah dengan pedang dan senjata -red) (h.7).

Pernyataan Imam Ahmad ini menarik, mengingat bahwa beliau pernah menyaksikan langsung kemunculan front bersenjata yang mengklaim membawa misi nahi munkar di Baghdad. Ini terjadi pada pada masa awal pemerintahan khalifah Al Ma’mun dari Bani Abbasiyah. Sebagaimana terekam dalam Tarikh al-Thabari , Baghdad saat itu dalam kondisi carut marut sebagai buntut dari perseteruan berdarah antara Al-Ma’mun dengan adiknya, Al-Amin.

Kriminalitas dan kemunkaran merajalela, sedangkan pemerintah pusat dalam kondisi lemah dan lembek akibat perang saudara.
Di tengah kekacauan sosial politik seperti itu, Sahal bin Salamah lantas membentuk front bersenjata untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan berkalung lembaran Al-Qur’an di lehernya, ia berkeliling Baghdad untuk merekrut anggota laskarnya.

Dan pada 4 Ramadlan 201 H (817M), Sahal pun secara resmi memproklamirkan gerakannya. Ia mengumumkan: “Saya akan menyerang siapapun, baik itu pemerintah atau rakyat biasa, yang menentang Al-Qur’an dan Sunnah. Kebenaran ( Al-Haqq) mesti ditegakkan dalam masyarakat secara keseluruhan. Siapa saja yang menyatakan loyalitasnya kepadaku akan kuterima, sedang yang membangkang akan kuserang.”

Berdirinya front nahi munkar ini dengan sendirinya menjadi ancaman bagi otoritas khalifah, karena menjadi “negara dalam negara.” Para pengikut Sahal membangun semacam menara (burj) di depan rumah mereka, sebagai tanda loyalita kepada pimpinan mereka. Akibatnya, muncul keresahan sosial yang semakin meluas karena di satu sisi kekuasan khalifah Al Ma’mun masih lemah, tapi di sisi lain muncul kelompok swasta yang main hakim sendiri atas nama penegakan nahi munkar. Karena itu,
setelah kekuasaan sang Khalifah menguat, front nahi munkar ini akhirnya dibubarkan.
Sedangkan Sahal bin Salamah dijebloskan ke bui. Imam Ahmad sejak semula sudah menunjukkan sikap penolakannya terhadap front nahi munkar tersebut. Ini terlihat dari bagaimana beliau dengan keras mengecam beberapa muridnya yang ikut terlibat dalam gerakan tersebut, dan menuntut mereka untuk keluar darinya.

Dalam konteks sejarah semacam itulah agaknya kita bisa melihat signifikansi penegasan Imam Ahmad bahwa “mengubah dengan tangan tangan bukanlah dengan pedang dan senjata.”

Dalam Kitabul Amri bil Ma’ruf wan Nahy ‘anil Munkar, Imam Ahmad dengan gamblang merinci bagaimana agar misi amar ma’ruf dan nahi munkar dijalankan dengan benar. Di antaranya, misi tersebut mesti diamalkan dengan kelembutan (al- rifq ), mesti realistis dalam arti memperhitungkan kemampuan diri ( istitho’ah) , dan tidak mengumbar paksaan terhadap si pelaku kemunkaran.
Prinsip pertama, al-rifq, mengajarkan bahwa nahi munkar tidak boleh ditegakkan dengan kekerasan. Sedangkan prinsip istitho’ah menekankan agar nahi munkar jangan sampai memaksakan diri di luar kemampuannya, apalagi sampai membahayakan diri.

Selain tidak boleh memaksa diri, nahi munkar juga tidak boleh memaksa orang lain. Lantas bagaimana kalau ternyata si pelaku kemunkaran tetap membandel meski sudah dilarang? Kata Imam Ahmad, “Biarkanlah/ tinggalkanlah ia (fada’hu) ” Toh tugas nahi munkar sudah dijalankan. Biarlah resiko dosa ditanggung sendiri olehnya. Paparan Imam Ahmad di atas menunjukkan bahwa nahi munkar dalam pandangannya adalah bagian dari dakwah. Dan dakwah tidak lain adalah ajakan yang mengandaikan kesukarealaan, bukan paksaan yang justru akan menghasilkan keterpaksaan. Ini sejalan dengan hakekat misi kerasulan Muhammad itu sendiri. Bukankah peran Rasul digambarkan oleh Al-Qur’an sebagai sekedar pemberi peringatan (mudzakkir ), bukan orang yang berkuasa untuk memaksa (musaythir )?

Karena itulah Imam Ahmad menyerukan nahi munkar tanpa kekerasan ( edit ulang) - red.
Ironisnya, penegasan Imam Ahmad bahwa “mengubah dengan tangan bukanlah dengan pedang dan senjata” sama sekali diabaikan oleh mereka yang mengklaim menegakkan nahi munkar dewasa ini. Ironis karena Imam Ahmad sering dianggap sebagai salah satu tokoh utama Ulama Salaf. Namun kelompok Islam yang menyebut diri sebagai Salafi dll justru menghalalkan kekerasan dalam bernahi munkar ala gerakan Sahal bin Salamah yang justru dikecam keras oleh Ahmad bin Hanbal. Ironis karena yang mereka teladanai bukan Imam Ahmad, melainkan Sahal.

Anatomi Tubuh Manusia dan zakatnya anggota badan

 Allah SWT berfirman :

وفى أنفسكم أفلا تبصرون

“Wafi Anfusikum Afala Tubsirun”.
(Adz-Dzariat;20-21)

Penciptanya. Allah Ta’ala berfirman:

وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ  *  وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan dibumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yaqin,dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan!”. (QS. adz-Dzariyat:20-21). (Syarh Tsalatsah al-Usul: 19).
1.Di dalam tubuh manusia ada 35 juta sel & kelenjar yang membentuk jaringan dan struktur yang kompleks
2.Tubuh manusia merupakan suatu kelompok besar makhluq hidup, terdiri atas 100.000.000.000.000 (seratus triliun lebih sel yang hidup)
3.Pada Rongga Mulut terdapat 500.000 (setengah juta) sel yang berganti secara berkala, setiap 5 menit
4.Pada lidah terdapat 9.000 sel pengecap untuk membedakan rasa manis, asam, pahit dan asin
5.Sel-sel darah merah diletakkan dan disusun akan membentuk 1 garis niscaya dapat mengitari bumi yang dapat diinjak sebanyak 5 – 6 kali, jumlahnya 5 milyar sel
6.Setiap sel darah merah, mengalir dan berputar sekitar 1.500 putaran dalam setiap hari
7.Jantung berdenyut 60-80 kali/menit (sehari 100.000 kali), ia memompa darah 8.000 liter, dan 56 juta galon sepanjang hidup manusia
8.Dibawah permukaan kulit terdapat 5-15 juta pengatur suhu badan, yaitu pori-pori dan kelenjar keringat
9.Setiap menit, sekitar 125.000.000 juta sel dari jumlah keseluruhan 7.500.000.000 milyar sel lebih yang ada didalam tubuh mengalami kerusakan. Dan pada sa’at yang sama tumbuh dan terbentuk sel-sel baru dalam jumlah yang sama atau hampir sama
10.Tenggorokan pada manusia pangkalnya bercabang yang disebut dengan brongkus dan brongkulios. Ini sampai pada paru-paru atau gelembung paru-paru. Gelembung-gelembung ini mencapai 450 juta gelembung
11.Sesungguhnya jaringan gelembung tersebut menghampar yang luasnya lebih dari 200 meter persegiuntuk menapis darah
12.Setiap manusia bernafas sekitar 25.000 kali dan menghirup sekitar 180 meter kubik udara dan dari udara tersebut menyerap sekitar 6,5 meter kubik oksigen untuk darah
13.Didalam otak terdapat 13 milyar sel-sel syaraf, dan 100milyar sel-sel lain. Otak membutuhkan gizi glukose sebagai zat gula.
14.Pada 1 bola mata terdapat 140 juta indera penerima cahaya yang disebut dengan retina. Pada bagian retina tersebar ujung-ujung syaraf penerima rangsangan cahaya (fotoreseftor) Dari mata keluar 0,5 /setengah juta syaraf penerima yang memindahkan gambar dalam bentuk yang beragam
15.Telinga terdapat 30.000 sel-sel yang berbentuk rambut,yang memindahkan semua jenis suara dengan ragam tingkat getarannya
16.Didalam darah yang sempurna, terdapat bermilyar-milyar sel darah merah untuk memindahkan oksigen, dan 25 sel darah putih yang berfungsi untuk melawan bakteri dan menambah imunitas tubuh
17.Dalam setiap pancaran air mani seorang laki-laki terdapat 300 juta sel sperma
18.Pada setiap ginjal terdapat jutaan unit yang berperan menyaring darah yang disebut nephrones. Darah mengalir keginjal 1.800 liter dalam waktu 24 jam, yang;180 liter menjadi keringat 1,5 liter dalam bentuk urine, panjang nephrones mencapai 50 kilo meter/km
19.Didalam usus 12 jari & usus halus terdapat 3.600 bulu-bulu halus setiap 1 cm (panjang usus 8 m).

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (Kekuasaan) kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.”(Fushshilat:35)

وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ

"Dan tidaklah sama, kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia, (dulunya) ada permusuhan, seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia." – (QS.Fushshilat:34)

وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ

"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan, melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan, melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." – (QS.Fushshilat:35)

وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ

“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan bagimanusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang berilmu.” (Al-Ankabut:43)

ZAKATnya anggota badan

الزكاة

و عن كل جزء من أجزائك زكاة واجبة لله

فزكاة القلب : التفكر في عظمته و حكمته و قدرته و حجته و نعمته و رحمته

و زكاة العين : النظر بالعبرة و الغض عن الشهوة

و زكاة الأذن : الاستماع إلى ما فيه نجاتك

و زكاة اللسان : النطق بما يقربك إليه

و زكاة اليد : القبض عن الشر و البسط إلى الخير

و زكاة القدم : السعي إلى ما فيه صلاح قلبك و سلمة دينك


منهاج العارفين

حجة الاسلام الغزالي

Zakat
 

Dari setiap bagian dari tubuhmu terdapat zakat yg wajib ditunaikan kpd Allah,
- Zakatnya hati adalah Tafakkur pada keagungan-Nya, hikmah-Nya, kuasa-Nya, hujjah-Nya, nikmat-Nya dan rahmat-Nya.
- Zakatnya mata adalah adalah melihat dengan mengambil ibroh / pelajaran dan berpaling dari syahwat.

- Zakatnya telinga adalah mendengarkan pada hal2 yg dapat menyelamatkanmu
- Zakatnya lisan adalah berucap dengan perkataan yg bisa mendekatkanmu kepada Allah.
- Zakatnya tangan adalah menahannya dari keburukan dan mengulurkannya kpd kebaikan.
- Zakatnya kaki adalah berjalan menuju pada hal2 yg dapat memberikan kebaikan kepada hatimu dan memberikan keselamatan dalam agamamu.

wallohu a'lam.

Dinukil dari kitab Minhajul 'Arifin Imam Al Ghozzali, Hal 34 

Sebagai seorang muslim dituntut untuk mengenal Allah Ta’ala, bahkan mengenal Allah Ta’ala merupakan salah satu kewajiban bagi kita.

Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahab rahimahullah berkata dalam kitabnya al-Ushul ats-Tsalatsah:

.اعلم رحمك الله،  أنه يجب علينا تعلم أربع مسائل؛ الأولى: العلم. وهو: معرفة الله, ومعرفة نبيّه, ومعرفة دين الإسلام بالأدلة

“Ketahuilah mudah-mudahan Allah merahmatimu, bahwasanya wajib bagi kita untuk mempelajari empat hal; Чαπƍ pertama: Ilmu. Yaitu mengenal Allah, mengenal Nabinya, dan mengenal dinul Islam beserta dalil-dalilnya”.

Ada beberapa sarana agar kita bisa mengenal Allah Ta’ala, diantaranya:

1- Memperhatikan dan mempelajari ayat-ayat syar’iyah yang ada dalam al-Quran, Sunnah Rasulullah, ijima' dan qiyas para ulama.
2- Memperhatikan ayat-ayat kauniyah, yaitu makhluk-makhluk ciptaan Allah Ta’ala.

Sesungguhnya, manusia setiap kali memperhatikan ayat-ayat (tanda-tanda) tersebut akan bertambah ilmu (semakin mengenal) Allah  Penciptanya. Allah Ta’ala berfirman:

وَفِي الْأَرْضِ آَيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ  *  وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلَا تُبْصِرُونَ

“Dan dibumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yaqin,dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan!”. (QS. adz-Dzariyat:20-21). (Syarh Tsalatsah al-Usul: 19).

Allah Ta’ala berfirman pada ayat yang lainnya:

قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا تُغْنِي الْآَيَاتُ وَالنُّذُرُ عَنْ قَوْمٍ لَا يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah: “Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. Yunus:101).

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (QS. al-Baqarah:164).

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS. Ali Imran:190).

Dan masih banyak ayat-ayat lain yang serupa dengannya.

Apabila sesorang betul-betul menerapkan apa yang ada pada ayat-ayat Allah baik yang ada dalam al-Quran ataupun yang dijelaskan oleh Rasulullah maka dia akan semakin mengenal Allah Ta’ala sebagai Pencipta dan Pemberi rezeki dalam kehidupannya. Maka hendaklah selalu berusaha untuk mengenal Allah Ta’ala melalui ayat-ayat-Nya.

Semoga bermanfaat.

Selasa, 28 Juli 2015

Pengaruh istri terhadap tabiat suami

Dari Kholid bin Yazid berkata , Hasan al-Bashri berkata:
“Aku datang kepada seorang pedagang kain di Mekkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan tidaklah layak beli dari orang semacam itu, lalu akupun beli dari pedagang lain.”
2 tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah, Lalu aku tanya kepadanya:”Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?”Ia menjawab : “Iya benar”Aku bertanya lagi:”Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang? Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan dan bersumpah!”Ia pun bercerita:”Dulu aku punya istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rizki, ia meremehkannya dan jika aku datang dengan rizki yang banyak ia menganggapnya sedikit.
Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata:’Wahai suamiku, bertaqwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku kecuali dengan yang thayyib (halal). Jika engkau datang dengan sedikit rezeki, aku akan menganggapnya banyak, dan jika kau tidak dapat apa-apa aku akan membantumu memintal (kain)’.”


Masya Allah…Milikilah sifat Qana’ah -suka menerima- / jiwa selalu merasa cukup.Biasanya Wanita (Istri) sering TERJEBAK pd KEINGINANnya tuk terlihat Cantik dgn Pakaian yg Serba Mahal.Janganlah menjadi jurang dosa bagi Suamimu.
 

Wanita shalihah akan mendorong Suaminya kpd kebaikan,keta’atan sedangkan wanita kufur akan menjadi pendorong bagi suaminya untuk berbuat dosa,kemakshiatan.CUKUPKAN DIRI DGN YG HALAL&BAIK. Ukuran Rizki itu terletak pada keberkahannya, bukan pada jumlahnya.
[Kitab al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (5/252) karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan ].

atau
Al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (V/252) karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al-Qodhi al-Maliki  

Download kitab Klik :
https://archive.org/details/FPmgemge 

DOWNLOAD OPTIONS
SHOW ALL
باقي مجموعات... >> المجالسة وجواهر العلم (ت: مشهور)

Tundukkan Pandanganmu


Seorang suami mengadukan apa yang ia rasakan kepada seorang Syekh.

Dia berkata, “Ketika aku mengagumi calon istriku seolah-olah dalam pandanganku Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik darinya di dunia ini.Ketika aku sudah meminangnya, aku melihat banyak perempuan seperti dia.Ketika aku sudah menikahinya aku lihat banyak perempuan yang jauh lebih cantik dari dirinya. Ketika sudah berlalu beberapa tahun pernikahan kami, aku melihat seluruh perempuan lebih manis dari pada istriku.”

Syekh berkata, “Apakah kamu mau aku beritahu yang lebih dahsyat dari pada itu dan lebih pahit?”

Laki-laki : “Iya, mau.”

“Sekalipun kamu mengawini seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu dari pada mereka semua.”

Laki-laki itu tersenyum masam, lalu ia berujar, “Kenapa tuan Syekh berkata demikian?”

“Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan kosong dari rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburan.”

Rasulullah bersabda:

“لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ ثَانِيًا، وَلَنْ يَمْلأَ فَاهُ إِلا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ ”

“Andaikan anak Adam itu memiliki lembah penuh berisi emas pasti ia akan menginkan lembah kedua, dan tidak akan ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa yang mau bertaubat.”

“Jadi, masalah yang kamu hadapi sebenarnya adalah kamu tidak menundukkan pandanganmu dari apa yang diharamkan Allah. Sekarang, apakah kamu menginginkan sesuatu yang akan mengembalikan kecantikan istrimu seperti pertama kali kamu mengenalnya? Ketika ia menjadi wanita tercantik di dunia ini?”

Laki-laki itu menjawab, “Iya, mau sekali.”

“Tundukkan pandanganmu!!!”

Do'a agar selamat dari begal

DOA PELINDUNG DARI PEMBEGALAN
Pembegalan
(Sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa aalihi washohbihi wasallam)

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين و الصلاة و السلام على رسول الله و اله و صحبه و من والاه

Sahabatku yang dirahmati Allah,
Beberapa waktu belakangan ini marak terjadi pembegalan di jalan, pencurian dan dan perampokan. Beberapa sahabat saya mengirim pesan kepada saya untuk mendoakannya agar dilindungi oleh Allah dari kejahatan semacam ini. Apalagi banyak teman-teman yang seringkali pulang di malam hari hingga larut malam setelah menghadiri acara maulid, pengajian dan majelis-majelis ilmu. Bahkan tidak sedikit juga kaum wanita yang juga menghadiri acara-acara penuh berkah tersebut. Tanpa diragukan bahwa kejahatan tersebut sangat tidak dibenarkan. Pelakunya jika tidak bertaubat pada saatnya akan terpenggal dengan pedangnya sendiri. Mudah-mudahan Allah menggerakkan hati mereka dan kita semua untuk selalu bertaubat dari dosa dan segala kesalahan.

Sahabatku yang dirahmati oleh Allah,

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam mengajarkan kepada kita ajaran yang sempurna dan bermanfaat. Secara khusus beliau mengajarkan kepada kita sunnah, adab dan aturan ketika kita akan keluar dari rumah dan melakukan perjalanan. Sesungguhnya segala musibah datang ketika sunnah dan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam diabaikan dan dilalaikan. Dan sebaliknya keselamatan, perlindungan Allah, kebahagiaan dan kesuksesan serta keberhasilan datang kepada orang yang betul-betul memperhatikan dan menjalankan sunnah dan adab serta ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Mudah-mudahan Allah selalu membimbing dan memberikan taufiq-Nya kepada kita semua.

Sahabatku yang dimuliakan Allah,
Ketahuilah bahwa sedekah akan melindungi seseorang dari segala musibah. Karena itu ulama menganjurkan agar setiap pagi seseorang bersedekah walau sedikit sehingga ia akan dilindungi dari segala musibah sepanjang hari. Khususnya bagi yang ingin melakukan perjalanan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam bersabda:

ان البلاء لا يتخطى الصدقة

“Sesungguhnya bala dan musibah tidak akan mampu melangkahi sedekah“.
Sebelum seseorang keluar dari rumahnya untuk suatu perjalanan disunnahkan untuk shalat dua rakaat.

عن الْمُقَطَّم بن المقدام الصحابي رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “ما خَلَّفَ أحَدٌ عِنْدَ أَهْلِهِ أفْضَلَ من ركعتين يَرْكَعُهُما عنْدَهُمْ حينَ يريدُ سَفَراً”.

رواه الطبراني

Diriwayatkan oleh At Tabrani dari sahabat Al Muqotthom bin Al Miqdam Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam bersabda: “Seseorang tidak meninggalkan untuk keluarganya saat akan melakukan perjalanan yang lebih afdhol dari dua rakaat yang ia lakukan di rumahnya“.
Ulama mengatakan bahwa kedua rakaat tersebut diniatkan sebagai shalat sunnah safar. Dan hendaknya pada rakaat pertama setelah al fatihah ia membaca surat Al Kafirun dan pada rakaat kedua setelah al fatihah surat Al Ikhlas. Dan setelah salam dari shalatnya hendaknya ia membaca ayat kursi, sebab diriwayatkan barangsiapa yang membaca ayat kursi sebelum keluar dari rumahnya maka tidak akan menimpa kepadanya sesuatu yang ia tidak sukai hingga ia kembali ke rumahnya.
Seorang ulama yang bernama Abu Thohir bin Jahsyuwaih berkata: “Suatu kali aku akan melakukan perjalanan dan aku sangat khawatir dan takut akan penjahat, perampok dan orang-orang yang akan berbuat jahat dalam perjalanan yang akan aku tempuh. Maka aku datang kepada seorang ulama dan wali besar yang bernama Abu Al Hasan Ali bin Umar Al Qozwaini Asy Syafi’i, dan sebelum aku ungkapkan kepadanya apa yang aku takuti dan khawatirkan beliau secara spontan mengatakan kepadaku: barangsiapa yang ingin melakukan perjalanan dan takut kepada musuh dan binatang buas maka hendaknya ia membaca surat Quraisy, karena sesungguhnya surat Quraisy tersebut adalah keamanan dari segala mara bahaya.” Abu Thohir mengatakan: “Maka akupun membacanya dan sejak saat itu hingga sekarang aku senantiasa dijaga dan dilindungi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.”
Kemudian usai shalat dua rakat hendaknya ia berdoa dengan doa yang diajarkan Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam:

بِسْمِ الله الرَّحمنِ الرَّحيمِ الحَمدُ لله ربِّ العالمين اللهم صل و سلم على سيدنا محمد و آله و صحبه أجمعين اللَّهُمَّ بِكَ أسْتَعِينُ، وَعَلَيْكَ أتَوَكَّلُ؛ اللَّهُمَّ ذَلِّلْ لي صعُوبَةَ أمْرِي، وَسَهِّلْ عَليَّ مَشَقَّةَ سَفَرِي، وَارْزُقْنِي مِنَ الخَيْرِ أكْثَرَ مِمَّا أطْلُبُ، وَاصْرِفْ عَنِّي كُلَّ شَرٍّ؛ رَبّ اشْرَحْ لي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أمْرِي؛ اللَّهُمَّ إني أسْتَحْفِظُكَ وأسْتَوْدِعُكَ نَفْسِي وَدِينِي وأهْلِي وأقارِبي وكُلَّ ما أنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَليْهِمْ بِهِ مِنْ آخِرَةٍ وَدُنْيا، فاحْفَظْنَا أجمعَينَ مِنْ كُلّ سوءٍ يا كَرِيمُ. اللَّهُمَّ إِلَيْكَ تَوَجَّهْتُ، وَبِكَ اعْتَصَمْتُ؛ اللَّهُمَّ اكفني ما أهمني وَمَا لا أَهْتَمُّ لَهُ؛ اللَّهُمَّ زَوِّدْنِي التَّقْوَى، وَاغْفِرْ لي ذَنْبِي وَوَجِّهْنِي لِلْخَيْرِ أينما توجهت

Kemudian setelah itu ia berpamitan kepada keluarganya yang ada di rumah khususnya kepada ayah dan ibunya. Dan hendaknya meminta doa dari keduanya atau dari keluarga yang ia tinggalkan di rumah. Sebab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam berpesan kepada siapapun yang ingin berpergian agar berpamitan dan meminta doa dari mereka sebab Allah menjadikan dalam doa mereka keberkahan yang besar. Bahkan beliaupun mengajarkan doa yang dipanjatkan oleh keluarga yang ditinggalkan, yaitu:

أسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وأمانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ أعْمالِكَ. زَوّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى وَغَفَرَ ذَنْبَكَ وَيَسَّرَ لَكَ الخَيْرَ حَيْثُما كُنتَ

Sebagaimana ia pun mendoakan mereka dengan doa yang juga diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam berikut ini:

أسْتَوْدِعُكُمُ اللَّهَ الَّذي لا تَضِيعُ وَدَائِعُهُ

Kedua doa ini mengandung arti menitipkan diri dan keluarga serta apa yang kita miliki kepada Allah Tuhan alam semesta. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah jika dititipkan kepadanya sesuatu maka akan menjaganya“.

Kemudian ketika ia keluar dari rumahnya hendaknya ia membaca doa berikut ini:

بِسْمِ الله تَوَكَّلْتُ على الله و لا حَوْلَ و لا قُوَّةَ إلا بالله العَلِيِّ العظِيم.

سُبْحَانَ الَّذي سَخَّرَ لَنا هَذَا وما كُنَّا له مُقْرِنِين، وإنا إلى رَبِّنا لَمُنْقَلِبُونَ. الحمدُ لِله 3x اللَّهُ أكْبَرُ 3x سُبْحانَك إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فاغْفِرْ لي، إنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ.

اللَّهُمَّ إنَّا نَسألُكَ فِي سفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنْ العَمَلِ ما تَرْضَى! اللهم هون عَلَيْنا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنّا بُعْدَهُ؛ اللَّهُمَّ أنْتَ الصَّاحِبُ فِي السفر، والخليفة في الأهْلِ؛ اللَّهُمَّ إني أعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثاءِ السَّفَرِ، وكآبَةِ المُنْقَلَبِ، وَمِنَ الحَوْرِ بَعْدَ الكَوْر، وَمِنْ دَعْوَةِ المَظْلُومِ، وَمِنْ سُوءِ المَنْظَرِ فِي الأهْلِ وَالمَالِ

Setelah usai membaca doa ini tersenyumlah yang manis. Mengapa? Karena Sayyiduna Ali bin Abi Tholib Radhiyallahu ‘anhu setelah membaca doa inipun tersenyum manis. Ketika beliau ditanya mengapa? Beliau menjawab, “Aku melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam setelah membaca doa inipun tersenyum manis. Ketika aku tanya kepadanya mengapa? Beliau manjawab: “Sesungguhnya Tuhanmu kagum kepada hamba-Nya apabila mengatakan “ampunilah dosa-dosaku”. Hamba-Ku menyadari bahwa tiada siapapun yang mampu mengampuni dosa kecuali Aku“.

Di perjalanan, apabila ia takut kepada sesuatu atau melihat bahaya maka bacalah doa ini:

اللَّهمَّ إنَّا نَجْعَلُكَ في نُحُورِهِم، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ

Salah satu doa yang diajarkan oleh guru-guru kami yang sangat mujarrab untuk melindungi seseorang dari mara bahaya adalah Wirid Shoghir yang diajarkan oleh Asy Syeikh Abu Bakar bin Salim:

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ . اَللّهُمَّ يَا عَظِيْمَ السُّلْطَانِ يَاقَدِيْمَ اْلاِحْسَانِ يَادَإِمَ النِّعَمِ يَاكَثِيْرَ الْجُوْدِ يَاوَاسِعَ الْعَطَاءِ يَاخَفِيَّ اللُّطْفِ ، يَاجَمِيْلَ الصُّنْعِ يَِاحَلِيْمًا لاَ يَعْجَلُ . صَلِّ يَا رَبِّ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَالِه وَسَلِّمْ وَارْضَ عَنِ الصَّحَابَةِ اَجْمَعِيْنَ . اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ شُكْرًا وَلَكَ الْمَنُّ فَضْلاً وَاَنْتَ رَبُّنَا حَقاًّ وَنَحْنُ عَبِيْدُكَ رِقاًّ وَاَنْتَ لَمْ تَزَ لْ لِذَالِكَ اَهْلا.ً يََا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ وَيَاجَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ وَ يَا صَاحِبَ كُلِّ فَرِيْدٍ وَيَامُغْنِيَ كُلِّ فَقِيْرٍ وَيَامُقَوِّيَ كُلِّ ضَعِيْفٍ وَيَامَأْمَنَ كُلِّ مَخِيْفٍ ، يَسِّرْ عَلَيْنَا كُلَّ عَسِيْرٍ ، فَتَيْسِيْرُ الْعَسِيْرِعَلَيْكَ يَسِيْرٌ . اَللّهُمَّ يَامَنْ لاَ يَحْتَاجُ اِلَى الْبَيَانِ وَالتَّفْسِيْرِ حَاجَاتُنَا كَثِيْرٌ ، وَاَنْتَ عَالِمٌ بِهَا وَخَبِيْرٌ ، اَللّهُمَّ اِنِّيْ اَخَافُ مِنْكَ وَاَخَافُ مِمَّنْ يَخَافُ مِنْكَ ، وَاَخَافُ مِمَّنْ لاَ يَخَافُ مِنْكَ . اَللّهُمَّ بِحَقِّ مَنْ يَخَافُ مِنْكَ نَجِّنَا مِمَّنْ لاَ يَخَافُ مِنْكَ . اَللّهُمَّ بِحَقِّ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ اُحْرُسْنَا بِعَيْنِكَ الَّتِى لاَ تَنَامُ ، وَاكْنُفْنَا بِكَنَفِكَ الَّذِيْ لاَيُرَامُ وَارْحَمْنَا بِقُدْرَتِكَ عَلَيْنَا فَلاَ نَهْلِكْ وَاَنْتَ ثِقَتُنَا وَرَجَاؤُنَا . وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَالِه وَصَحْبِه وَسَلَّمَ ، وَالْحَمْدُلِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . عَدَدَ خَلْقِه َورِضَى نَفْسِه وَزِنَةَ عَرْشِه وَمِدَادَ كَلِمَاتِه

اَللّهُمَّ اِنَّانَسْأَلُكَ زِيَادَةً فِى الدِّيْنِ ، وَبَرَكَةً فِى الْعُمُرِ وَصِحَّةً فِى الْجَسَدِ وَسِعَةً فِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ وَشَهَادَةً عِنْدَالْمَوْتِ . وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ وَعَفْوًا عِنْدَ الْحِسَابِ وَاَمَانًا مِنَ الْعَذَابِ وَنَصِيْبًا مِنَ الْجَنَّةِ وَارْزُقْنَا النَّظَرَ اِلى وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ . وَصَلَّى اللهُ عَلىََ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَالِه وَصَحْبِهِ وَسَلَّمٌ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمد لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. عَدَدَخَلْقِه وَرِضَى نَفْسِه وَزِنَةَ عَرْشِه وَمِدَادَ كَلِمَاتِه

.
Kemudian setelah kembali kerumahnya dengan selamat hendaknya ia bersyukur kepada Allah dan membaca doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam:

آيِبُونَ تائِبُونَ عابِدُون لِرَبِّنا حامِدُونَ. تَوْبًا، تَوْبًا، أوْباً، لا يُغادِرُ حَوْبًا

Dan ketika masuk ke dalam rumah hendaknya ia mengucap salam yang dengannya rumah dan keluarga menjadi berkah, tentram dan bahagia sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam. Dan bacalah ayat kursi yang dengannya segala kesialan dan syaithon akan lenyap dari rumah.

Dan hendaknya keluarga menyambutnya dengan menjawab salam dan membaca doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam yang penuh dengan rasa syukur kepada Allah atas perlindungan dan penjagaan-Nya:

الحَمْد لِلَّهِ الَّذِي سَلَّمك، الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَمَعَ الشَّمْل بِكَ

Ini semua adalah bagian dari sunnah dan adab yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa sallam yang mungkin saat ini telah dilupakan oleh sebagian besar umat islam. Padahal keselamatan, kebahagian, kesuksesan dan keberhasilan terdapat di dalam ajaran beliau. Mudah-mudah rangkuman ini bermanfaat dan dapat diamalkan dan disebarkan.

وَصَلَّى اللهُ عَلىََ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَالِه وَصَحْبِهِ وَسَلَّمٌ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمد لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Sahabatmu..!
Habib Ahmad bin Novel bin Salim bin Ahmad bin Jindan

Do'a agar cepat memiliki rumah

Di riwayatkan dari alhabib Tohir Alkaff, beliau mendapatkan
dari Alhabib Thohir bin Muhammad bin Sholeh Alhamid (Tanggul),
beliau berkata ini do’a dari Alhabib Sholeh Tanggul,
http://i0.wp.com/liriksolawat.com/wp-content/uploads/2015/07/Hb-Sholeh-Tanggul.jpg
Hb-Sholeh-Tanggul

inilah DOA AGAR CEPAT MEMILIKI RUMAH

ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺭﺏ ﺍﻟﺒﻴﺖ

ﺃﺳﺄﻟﻚ ﺑﺠﺎﻩ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﻴﺖ

ﺃﻥ ﺗﻴﺴﺮ ﻟﻲ ﺧﻴﺮ ﺑﻴﺖ

ﺣﺘﻰ ﻻ ﻧﻘﻮﻝ ﻳﺎ ﻟﻴﺖ


Allahhumma robbal bait
As aluka bijahi ahlil bait
An tuyassiro li khoiro bait
Hatta la naqul ya lait.

== artinya
Ya allah engkau pemilik baitullah
Aku memohon dengan wasilah ahlil bait rosulallah
Agar engkau mudahkan untukku sebaik2nya rumah.
Sehigga aku tidak mengucap seandainya aku
punya rumah,

InsyaAllah tidak sampai setahun kita sudah diberi rezeki rumah.

Habib Zein bin Smith
Jangan Lupa biasakan memberi sedekah untuk anak yatim minimal memberinya sekedar jajan dan usap kepalanya dengan penuh kasih sayang .

Ijazah dari Habib Zayn bin Smith

Ucapkan " Qobiltu " bagi yang menerima ijazah ini

TIPS MENDATANGKAN RIZQI  


Mantab... Boleh dicoba...yg di ajarkan oleh Guru Mulia al-Faqih Al-HabibZain bin Ibrahim bin Smith Ba’alawiy mufti Madinah.
Foto Muhammad Ihsan.


الحبيبزين بن سميط
مِن أقوى الأسباب الجالبة للرزق كما ذكره العارفون :
إقامة الصلاة بالتعظيم والخشوع ، وقراءة سورة الواقعة خصوصاً بالليل ،وسورة ( يس ) و ( تبارك ) وقت الصبح ، وحضور المسجد قبل الأذان ، والمُداومة علىالطهارة ، وأداء سنة الفجر والوتر في البيت ، وعمارة ما بعد صلاة الصبح إلى طلوعالشمس عُكوفاً في المسجد ، وقول : ( يا كافي يا مغني يا فتاح يا رزاق ) بالتكرير
وعن الإمام الشافعي رحمه الله : أربعة تَـجلب الرزق : قيام الليل ،وكثرة الإستغفار بالأسحار ، وتعاهد الصدقة  والذكر أول النهار وآخر

“Para ulama ‘arif billah telah menyebutkan tips-tipsamalan yang dapat mendatangkan, menarik atau menghadirkan rizqi, yaitu:
1. Shalat dengan penuh khidmat dan khusyu’.
2. Membaca surat al-Waqi’ah di malam hari.
3. Membaca surat Yasin dan Tabarak di waktu pagi.
4. Mendatangi masjid sebelum dikumandangkan adzan.
5. Selalu dalam keadaan suci (jika ia batal langsung memperbarui wudhunya).
6. Melaksanakan shalat sunnah Fajar dan Witir di rumah.
7. Memakmurkan masjid ba’da shalat Shubuh hingga keluarnya matahari dengani’tikaf di dalamnya dan memperbanyak bacaan: “Yaa Kaafiy yaa Mughniy yaa Fattahyaa Razzaaq.”
Sedangkan dari Imam Syafi’i Ra. mengatakan bahwa: 4 hal yang dapat menarik rizqi:
1) Qiyamullail
2) Memperbanyak istighfar di waktu sahur
3) Senang bersedekah
4) Membaca dzikiran di awal siang hari dan di akhirnya.”

dan
Ada empat sebab yang bisa mempersulit datangnya rezeki:
1. Tidur dipagi hari
2. Sedikit sholat
3. Malas
4. Khianat

SHOLAWAT MANSHUB dari HABIB SHOLEH TANGGUL


Ini lafadznya :
“Allohumma sholi ‘alaa sayyidinaa Muhammadin sholaatan taghfiru bihaa dzunub watushlihu bihaal quluub watantholiqu bihaal ‘ushub wataliinu bihaa shu’ub wa ‘alaa aalihi wa shohbihi wa man ilaihi mansub.”

اللهم صل على سيدنا محمد صلاة تغفر بها آلذنو ب

و تصلح بها آلقلو ب وتنطلق بها آلعصو ب

و تلين بها آلصعو ب وعلى آله وصحبه و من آليه منسوب


Artinya: Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad yang dengannya Engkau ampuni kami, Engkau perbaiki hati kami, menjadi lancar urat-urat kami, menjadi mudah segala kesulitan, juga kepada keluarganya dan para sahabatnya.

Sholawat ini dari Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Habib Sholeh Tanggul).

“Beliau berkata ; sholawat ini dibaca 11 atau 41 kali dengan niat untuk memperoleh kemudahan dan terkabulnya semua hajat, insya Alloh akan mendapatkannya”.

Kebanyakan orang yang meminta do’a kepada beliau, beliau memberikan sholawat ini.

Semoga bermanfaat

Senin, 27 Juli 2015

Walimah kehamilan 2

Bayi
Hadist Rasulullah Saw seperti dalam sabdanya:

إذا مر بالنطفة ثنتان وأربعون ليلة بعث الله إليها ملكاً فصوًّرها وخلق سمعها وبصرها وجلدها ولحمها وعظمها [رواه مسلم

“Jika sperma (Air Mani) telah berumur 42 malam, Allah Swt mengutus Malaikat untuk membentuknya kemudian memberikannya pendengaran, penglihatan, kulit, daging ,dan Tulang-belulang,” (H.R Muslim)

PROSES PEMBENTUKAN JANIN MENURUT AL-QUR'AN
QS. As-Sajdah: 8:

ثم جعل نسله من سلالة من ماء مهين

“(Tuhan) menjadikan keturunannya (manusia) dari sulalat (saripati) maa’ (cairan) yang mahin (hina).”

Kata sifat “yang hina” mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri, melainkan juga fakta bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing. Mengenai kata “saripati” atau suatu komponen bagian dari komponen yang lain, kita bertemu dengan kata sulalat yang menunjukkan pada “sesuatu bahan yang diambil dari bahan yang lain” dan merupakan bagian terbaik dari bahan itu. Konsep yang diungkapkan disini, tidak bisa tidak, membuat kita berfikir tentang spermatozoa. Yang menyebabkan pembuahan sel telur atau memungkinkan reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000 milimeter.
Telur yang sudah dibuahi, turun bersarang di rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan “bersarangnya telur”. Al-Qur’an menamakan uterus tempat telur dibuahkan itu rahim (kata jamaknya “arham”).
QS. Al-Hajj: 5:

و نفرّق في الأرحام ما نشاء إلى أجل مسمى

“Dan Kami tetapkan dalam “arham” apa yang kamu kehendaki sampai waktu yang ditentukan”

Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui tabung fallopi, kemudian menanamkan dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau kekentalan lendir dan otot-otot. Menetapnya telur dalam rahim karena tumbuhnya jonjot, yakni perpanjangan telur yang akan menghisap dinding rahim. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telur dalam rahim.
Penanaman sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an. Kata arab yang digunakan dalam konteks ini adalah ‘alaq yang arti tepatnya adalah “sebentuk lintah yang menggantung” sebagai mana dalam ayat berikut ini:
QS. Al-Qiyaamah: 37-38:

ألم يك نطفة من منيّ يمنى ثم كان علقة فخلق فسوّى

“Bukankah (manusia) dahulu merupakan nuthfah (setitik bagian) dari mani (sperma) yang ditumpahkan? Kemudian ia menjadi alaqah (sebentuk lintah yang menggantung); lalu Allah membentuknya (dalam ukuran yang tepat dan selaras) dan menyempurnakannya.”

Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel telur yang dibuahi, tertanam dalam lendir rahim kira-kira hari keenam setelah pembuahan mengikutinya, dan secara anatomis telur tersebut bentuknya benar-benar menyerupai lintah yang menggantung. Sedang kata ‘alaq yang selama ini diartikan sebagai segumpal darah, sesungguhnya merupakan arti turunan.
Gagasan tentang “kebergantungan” justru mengungkap arti asli kata ‘alaq. Hingga arti asli alaqsebagai “sebentuk lintah yang menggantung/melekat” sudah sepenuhnya memadai dan sesuai dengan penemuan ilmiah modern.
Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang dicirikan di dalam al-Qur’an oleh kata sederhana ‘alaqah, diteruskan dengan tahap selanjutnya.
QS. Al-Mukminuun: 14:

ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مضغة فخلقنا المضغة عظاما فكسونا العظام لحما ثم أنشأناه خلقا آخر فتبارك الله أحسن الخالقين

“Kemudian nuthfah(setitik bahan dari mani) itu Kami bentuk menjadi alaqah (sebentuk lintah yang menggantung), lalu alaqah itu Kami bentuk menjadi mudghah (daging yang digulung-gulung), dan mudghah itu Kami bentuk menjadi idham (tulag belulang), lalu idham itu Kami bungkus dengan lahm (daging yang utuh). Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah, Pencipta yang paling baik.”
Dua tipe daging yang diberi dua nama yang berbeda dalam al-Qur’an, yang pertama adalah “daging yang digulung-gulung” yaitu mudghah, dan “daging yang sudah utuh” yaitu lahm yang mengurai dengan tepat bagaimana rupa otot itu. Jadi dari mudghah, lalu berkembanglah sistem tulang. Tulang yang dibentuk dibungkus dengan otot, inilah yang disebut ‘lahm’.
QS. Al-Hajj: 5:

يا أيها الناس إن كنتم في ريب من البعث فإنا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم من مضغة مخلقة و غير مخلقة لنبين لكم

“Hai manusia, jika kamu ragu akan kebangkitan kubur, maka (ketahuilah) bahwa Kami telah membentuk kamu dari thurab (tanah), kemudian dari nuthfah, kemudian dari alaqah, kemudian dari mudghah, yang mukhallaq (seimbang proporsinya), dan ghairi mukhallaq (yang kurang seimbang proporsinya), agar Kami jelaskan kepada kamu.”

Dalam perkembangan embrio, yang sebelumnya tampak sebagai sekelemit daging yang tidak memiliki bagian-bagian yang bisa dibedakan, kemudian dikembangkan secara bertahap hingga mencapai bentuk manusia. Dan selama tahap-tahap ini ada bagian-bagian yang seimbang, namun ada pula bagian-bagian tertentu yang tidak seimbang proporsinya: seperti kepala agak lebih besar volumenya dibandingkan bagian-bagian tubuh lainnya. Namun akhirnya hal ini akan menyusut, sedang struktur penopang hidup dasar membentuk kerangka yang dikelilingi otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian dalam tubuh) dan sebagainya.
Al-Qur’an juga menyebutkan munculnya indra-indra dan bagian dalam tubuh.
QS. As-Sajdah: 9:

ثم سويه و نفخ فيه من روحه و جعل لكم السمع و الأبصار و الأفئدة قليلا ما تشكرون

“Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)-nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.”

Teori ini juga selaras dengan teori yang diungkapkan oleh Dr. Hassan Hathout, dalam Revolusi Seksual Perempuan: Obsterti dan Ginekologi dalam Perspektif Islam yang menulis bahwa organ (indra) yang pertama kali berkembang pada janin adalah pendengaran dibulan keempat dan penglihatan, dimana mata janin telah peka pada cahaya, di bulan ketujuh, sebagaimana ditulis Sarwono Prawiroharjo terkait dengan perkembangan fisiologis janin dalam buku Ilmu Kebidanan yang disusunnya
Sunnah-Sunnah Selama Kehamilan
Apa Saja Sunnah-Sunnah yang Perlu Dilakukan Selama Kehamilan?
Pertanyaan:
Bismillah… Saya baru saja tes kehamilan setelah telat 15 hari… Dan ngecek ke bidan. Insya Allah positif. Yang ingin saya tanyakan apa saja sunnah-sunnah yang baiknya dilakukan selama kehamilan hingga melahirkan nanti ya? Terima kasih.
Jawaban:
Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihiwa Ashhabihi wa Man waalah, wa ba’d:
Kepada ibu yang dimuliakan Allah Ta’ala …. Semoga rahmat dan rahim-Nya menyempurnakan kebahagiaan ibu sekeluarga dan kita semua…
Sebenarnya tidak ada petunjuk khusus dan rinci dalam Al Quran dan As Sunnah untuk ibu-ibu hamil. Namun, kehamilan adalah salah satu nikmat Allah Ta’ala kepada hamba-Nya dan tanda-tanda kekuasaan-Nya di hadapan mereka. Oleh karena itu, mensyukuri nikmat “kehamilan” adalah bagian dari ajaran Islam.

Ada beberapa hal yang sebaiknya kita lakukan selama kehamilan:
1. Bergembira atas berita kehamilan.
Ini yang mesti diingat oleh seorang muslimah yang sedang hamil (tentu dari suami yang sah). Sebab, Allah Ta’ala mempercayakan dirinya dan suami untuk melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik salah satu hamba-Nya. Baik itu kehamilan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, tetaplah bergembira. Cukup banyak wanita hanya mensyukuri kehamilan pertama atau kedua –karena ini yang dinanti-nanti- tetapi mereka nampak shock dengan kehamilan selanjutnya, apalagi kehamilan itu di luar rencana mereka. Seharusnya mereka bersyukur dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk hamil, sementara masih banyak wanita yang berjuang bertahun-tahun, belasan, bahkan sampai mereka tua belum dikaruniai anak. Lebih dari itu, ada yang sampai menghabiskan biaya besar untuk hamil, bahkan menggadaikan aqidah dengan datang ke dukun.
Bergembira atas datangnya jabang bayi telah Allah Ta’ala ajarkan dalam beberapa ayat berikut ini, ketika menceritakan lahirnya Ismail dan Ishaq untuk Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam:

فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ

Maka Kami beri dia (Ibrahim) kabar gembira dengan seorang anak yang Amat sabar (Yakni Ismail). (QS. Ash Shafat: 101)
Ayat yang lain:

إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ عَلِيمٍ

“Sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang alim (yakni Ishaq)” (QS. Al Hijr: 53)
2. Melindungi diri dan kandungan dari gangguan setan
Hendaknya seorang muslim dan muslimah, apalagi ibu hamil, tidak melupakan dzikir-dzikir ma’tsur yang memang Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam ajarkan, baik yang berasal dari Al Quran seperti membaca Al Mu’awwidzaat (Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Naas), Al Fatihah, lima ayat awal Al Baqarah dan tiga ayat terakhirnya, juga ayat Kursi. Begitu pula doa-doa perlindungan dari nabi, seperti a’udzu bikalimaatillahi taammati min syarr maa khalaq, pagi dan petang.
3. Jangan lupa membaca Al-Quran minimal mendengarkannya
Tidak ayat surat dan ayat khusus untuk ibu-ibu hamil dan bayi dalam kandungannya. Bacalah Al Quran pada surat apa pun dan biasakanlah hal itu sebagai pendengaran yang baik bagi jabang bayi, dan hindarilah lagu dan musik jahiliyah. Semoga hal itu menjadi budaya baik yang melekat di telinga jabang bayi yang membekas sampai dia lahir dan besar nanti.
4. Hindari kepercayaan terhadap mitos-mitos yang menodai aqidah
Biasanya, cukup banyak tahayul dan khurafat yang menyertai ibu-ibu hamil. Mereka ditakut-takuti dengan berbagai larangan dan perintah yang tidak ada dasarnya dari agama Islam, melainkan berdasarkan keyakinan tidak jelas dari mana sumbernya. Seperti larangan memasukkan bantal ke sarungnya, karena takut susah melahirkan; atau jika melihat yang jelek-jelek maka ucapkanlah “amit-amit jabang bayi” sambil mengusap perut dengan harapan agar bayi nanti lahir tidak jelek seperti yang dilihatnya.
5. Memeriksakan kesehatan ibu dan bayi secara teratur kepada ahlinya
Ini merupakan upaya logis dan sunnatullah yang mesti dilakukan. Tidak sekadar mengandalkan tawakal setelah dzikir dan doa, tetapi sebab-sebab kauniyah yang natural juga mesti disediakan. Larangan-larangan yang sifatnya medis, begitu pula anjurannya, hendaknya diperhatikan. Jangan sampai ibu hamil lebih percaya dengan tahayul dan khurafat, tetapi dengan hal-hal yang ilmiah justru tidak dipercaya.
6. Jika sulit melahirkan cobalah lakukan sunnahnya Ibnu Abbas dan Ali Radhiallahu ‘Anhuma
Abdullah bin Abbas Radhiallahu ‘Anhuma mengatakan:

إذا عسر على المرأة ولدها تكتب هاتين الآيتين والكلمتين في صحيفة ثم تغسل وتسقى منها، وهي: بسم الله الرحمن الرحيم لا إله إلا الله العظيم الحليم الكريم، سبحان الله رب السموات ورب الارض ورب العرش العظيم ” كأنهم يوم يرونها لم يلبثوا إلا عشية أو ضحاها ” [ النازعات: 46 ]. ” كأنهم يوم يرون ما يوعدون لم يلبثوا إلا ساعة من نهار بلاغ فهل يهلك إلا القوم الفاسقون “

“Jika seorang wanita kesulitan ketika melahirkan, maka Anda tulis dua ayat berikut secara lengkap di lembaran, kemudian masukkan ke dalam air dan kucurkan kepada dia, yaitu kalimat: Laa Ilaha Illallah Al Halimul Karim Subhanallahi Rabbil ‘Arsyil ‘Azhim Al Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin. (Tiada Ilah Kecuali Allah yang Maha Mulia, Maha Suci Allah Rabbnya Arsy Yang Agung, Segala Puji Bagi Allah Rabb Semesta Alam)
Ka’annahum yauma yaraunaha lam yalbatsu illa ‘asyiyyatan aw dhuhaha. (Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia), melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi. QS. An Nazi’at (79): 46)
Ka’annahum yauma yarauna maa yu’aduna lams yalbatsuu illa saa’atan min naharin balaagh. (Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup. QS. Al Ahqaf (46): 35) (Imam Al Qurthubi, Al Jami’ Li Ahkamil Quran, 16/222. Dar Ihya’ At Turats)
Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah mengatakan sebagai berikut:

فَصْلٌ وَيَجُوزُ أَنْ يَكْتُبَ لِلْمُصَابِ وَغَيْرِهِ مِنْ الْمَرْضَى شَيْئًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ وَذِكْرُهُ بِالْمِدَادِ الْمُبَاحِ وَيُغْسَلُ وَيُسْقَى كَمَا نَصَّ عَلَى ذَلِكَ أَحْمَد وَغَيْرُهُ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَد : قَرَأْت عَلَى أَبِي ثِنَا يَعْلَى بْنُ عُبَيْدٍ ؛ ثِنَا سُفْيَانُ ؛ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ الْحَكَمِ ؛ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ؛ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : إذَا عَسِرَ عَلَى الْمَرْأَةِ وِلَادَتُهَا فَلْيَكْتُبْ : بِسْمِ اللَّهِ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ { كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا } { كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ } . قَالَ أَبِي : ثِنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ بِإِسْنَادِهِ بِمَعْنَاهُ وَقَالَ : يُكْتَبُ فِي إنَاءٍ نَظِيفٍ فَيُسْقَى قَالَ أَبِي : وَزَادَ فِيهِ وَكِيعٌ فَتُسْقَى وَيُنْضَحُ مَا دُونَ سُرَّتِهَا قَالَ عَبْدُ اللَّهِ : رَأَيْت أَبِي يَكْتُبُ لِلْمَرْأَةِ فِي جَامٍ أَوْ شَيْءٍ نَظِيفٍ . وَقَالَ أَبُو عَمْرٍو مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَد بْنِ حَمْدَانَ الحيري : أَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ النسوي ؛ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَحْمَد بْنِ شبوية ؛ ثِنَا عَلِيُّ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ شَقِيقٍ ؛ ثِنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الْمُبَارَكِ ؛ عَنْ سُفْيَانَ ؛ عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى ؛ عَنْ الْحَكَمِ ؛ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ ؛ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : إذَا عَسِرَ عَلَى الْمَرْأَةِ وِلَادُهَا فَلْيَكْتُبْ : بِسْمِ اللَّهِ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ ؛ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَى رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ؛ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ { كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا } { كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ } . قَالَ عَلِيٌّ : يُكْتَبُ فِي كاغدة فَيُعَلَّقُ عَلَى عَضُدِ الْمَرْأَةِ قَالَ عَلِيٌّ : وَقَدْ جَرَّبْنَاهُ فَلَمْ نَرَ شَيْئًا أَعْجَبَ مِنْهُ فَإِذَا وَضَعَتْ تُحِلُّهُ سَرِيعًا ثُمَّ تَجْعَلُهُ فِي خِرْقَةٍ أَوْ تُحْرِقُهُ

“Dibolehkan bagi orang yang sakit atau tertimpa lainnya, untuk dituliskan baginya sesuatu yang berasal dari Kitabullah dan Dzikrullah dengan menggunakan tinta yang dibolehkan (suci) kemudian dibasuhkan tulisan tersebut, lalu airnya diminumkan kepada si sakit, sebagaimana hal ini telah ditulis (dinashkan) oleh Imam Ahmad dan lainnya.
Abdullah bin Ahmad berkata; Aku membaca di depan bapakku: telah bercerita kepada kami Ya’la bin ‘Ubaid telah bercerita kepada kami Sufyan, dari Muh. bin Abi Laila, dari Hakam, dari Said bin Jubeir dari Ibnu Abbas ia berkata: “Jika seorang ibu sulit melahirkan maka tulislah …

بِسْمِ اللَّهِ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Dengan nama Allah, Tidak ada Ilah selain Dia, Yang Maha Mulia, Maha Suci Allah Rabbnya ‘Arys yang Agung, segala puji bagi Allah Rabba semesta alam.”

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إلَّا عَشِيَّةً أَوْ ضُحَاهَا

“Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.” (QS. An Naziat (79):46)

كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إلَّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إلَّا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ

“Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.” (QS. Al Ahqaf (46): 35)
Bapakku berkata: Telah menceritakan kepadaku Aswad bin ‘Amir dengan sanadnya dan dengan maknanya dan dia berkata: Ditulis di dalam bejana yang bersih kemudian diminum. Bapakku berkata: Waki’ menambahkannya: Diminum dan dipercikkan kecuali pusernya (ibu yang melahirkan), Abdullah berkata: Aku melihat bapakku menulis di gelas atau sesuatu yang bersih untuk seorang ibu (yang sulit melahirkan).
Abu Amr Muham mad bin Ahmad bin Hamdan Al Hiri berkata: Telah mengabarkan kepada kami Al Hasan bin Sufyan An Nasawi, telah bercerita kepadaku Abdullah bin Ahmad bin Syibawaih telah bercerita kepadaku Ali bin Hasan bin Syaqiq, telah bercerita kepadaku Abdullah bin Mubarak, dari Sufyan dari ibnu Abi Laila, dari Al Hakam, dari Said bin Jubeir, dari Ibnu Abbas, ia berkata: Jika seorang wanita sulit melahirkan maka tulislah:
(lalu disebutkan ayat-ayat seperti di atas)
Ali berkata: ditulis di atas kertas kemudian digantungkan pada anggota badan wanita (yang susah melahirkan). Ali berkata: Dan sungguh kami telah mencobanya, maka tidaklah kami melihat sesuatu yang lebih menakjubkan (hasilnya) dari padanya maka jika wanita tadi sudah melahirkan maka segeralah lepaskan, kemudian setelah itu sobeklah atau bakarlah.”(Demikian fatwa Imam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa, 4/187. Maktabah Syamilah)
Imam Ibnu Qayyim Al Jauziyah Rahimahullah menyebutkan beberapa riwayat dari kaum salaf (terdahulu) kebolehan membaca atas menuliskan ayat Al Quran pada wadah lalu airnya dipercikkan kepada orang sakit. Berikut ini ucapannya:

قَالَ الْخَلّالُ حَدّثَنِي عَبْدُ اللّهِ بْنُ أَحْمَدَ : قَالَ رَأَيْتُ أَبِي يَكْتُبُ لِلْمَرْأَةِ إذَا عَسُرَ عَلَيْهَا وِلَادَتُهَا فِي جَامٍ أَبْيَضَ أَوْ شَيْءٍ نَظِيفٍ يَكْتُبُ حَدِيثَ ابْنِ عَبّاسٍ رَضِيَ اللّهُ عَنْهُ لَا إلَهَ إلّا اللّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللّهِ رَبّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبّ الْعَالَمِينَ { كَأَنّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلّا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلَاغٌ } [ الْأَحْقَافُ 35 ] { كَأَنّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَهَا لَمْ يَلْبَثُوا إِلّا عَشِيّةً أَوْ ضُحَاهَا } [ النّازِعَاتُ 46 ] . قَالَ الْخَلّالُ أَنْبَأَنَا أَبُو بَكْرٍ الْمَرْوَزِيّ أَنّ أَبَا عَبْدِ اللّهِ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا عَبْدِ اللّهِ تَكْتُبُ لِامْرَأَةٍ قَدْ عَسُرَ عَلَيْهَا وَلَدُهَا مُنْذُ يَوْمَيْنِ ؟ فَقَالَ قُلْ لَهُ يَجِيءُ بِجَامٍ وَاسِعٍ وَزَعْفَرَانٍ وَرَأَيْتُهُ يَكْتُبُ لِغَيْرِ وَاحِدٍ

“Berkata Al Khalal: berkata kepadaku Abdullah bin Ahmad, katanya: Aku melihat ayahku menulis untuk wanita yang sulit melahirkan di sebuah wadah putih atau sesuatu yang bersih, dia menulis hadits Ibnu Abbas Radhiallahu ‘Anhu:
Laa Ilaha Illallah Al Halimul Karim Subhanallahi Rabbil ‘Arsyil ‘Azhim Al Hamdulillahi Rabbil ‘Alamin. (Tiada Ilah Kecuali Allah yang Maha Mulia, Maha Suci Allah Rabbnya Arsy Yang Agung, Segala Puji Bagi Allah Rabb Semesta Alam)
Ka’annahum yauma yarauna maa yu’aduna lam yalbatsuu illa saa’atan min naharin balaagh. (Pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (Inilah) suatu pelajaran yang cukup. QS. Al Ahqaf (46): 35)
Ka’annahum yauma yaraunaha lam yalbatsu illa ‘asyiyyatan aw dhuhaha. (Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia), melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi. QS. An Nazi’at (79): 46)
Al Khalal mengatakan: mengabarkan kepadaku Abu Bakar Al Marwazi, bahwa ada seseorang datang kepada Abu Abdullah (Imam Ahmad), dan berkata: “Wahai Abu Abdillah (Imam Ahmad), kau menulis untuk wanita yang kesulitan melahirkan sejak dua hari yang lalu?” Dia menjawab: “Katakan baginya, datanglah dengan wadah yang lebar dan minyak za’faran. “ Aku melihat dia menulis untuk lebih dari satu orang. (Zaadul Ma’ad, 4/357. Muasasah Ar Risalah)
Beliau juga mengatakan:

وَرَخّصَ جَمَاعَةٌ مِنْ السّلَفِ فِي كِتَابَةِ بَعْضِ الْقُرْآنِ وَشُرْبِهِ وَجَعَلَ ذَلِكَ مِنْ الشّفَاءِ الّذِي جَعَلَ اللّه فِيهِ . كِتَابٌ آخَرُ لِذَلِكَ يُكْتَبُ فِي إنَاءٍ نَظِيفٍ { إِذَا السّمَاءُ انْشَقّتْ وَأَذِنَتْ لِرَبّهَا وَحُقّتْ وَإِذَا الْأَرْضُ مُدّتْ وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلّتْ } [ الِانْشِقَاقُ 41 ] وَتَشْرَبُ مِنْهُ الْحَامِلُ وَيُرَشّ عَلَى بَطْنِهَا .

“Segolongan kaum salaf memberikan keringanan dalam hal menuliskan sebagian dari ayat Al Quran dan meminumnya, dan menjadikannya sebagai obat yang Allah jadikan padanya. Untuk itu, dituliskan di bejana yang bersih:
“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong.” (QS. Al Insyiqaq (84): 1-4)
Lalu diminumkan kepada orang hamil dan diusapkan ke perutnya. (Ibid, 4/358). Demikian.
Wallahu A’lam
Perjanjian Nafs (Alam Ruh) Dan Bingkisan Manusia Untuk ALLAH, Dibalik Dua Pintu Manusia Dunia Dan Kelahiran Serta Akhirat Dan Kematian Serta Bertaubatlah Selagi Jasad Masih Bernyawa
Cahaya Di Atas Cahaya
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Selamat Rahmad dan Berkah ALLAH, semoga tetap padamu..
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Firman ALLAH Ta’ala :

يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. Ar-Ruum: 007.
Betapa besar arti sebuah pintu bagi kehidupan manusia, dengan dia (Pintu) itu hingga engkau dapat berlindung dari sekalian kejahatan malam dan siang didalam rumahmu. Pintu adalah suatu pemberi kabar bagimu atas sekalian apa-apa yang berada dibalik pintu itu, apakah ia suatu kabar yang baik ataukah suatu kabar yang buruk.
Pintu Dunia
Pintu menuju kehidupan manusia didunia ialah kelahiran, setelah perjanjian yang utama antara seorang hamba dengan Tuhan-nya agar pada kala itu seorang manusia mengambil janji kepada Tuhan-nya agar semasa ia hidup ia tiada akan ingkar dalam memper-Tuhan-kan ALLAH dan tiada menyekutukan ALLAH dengan suatu juapun. Dan demikianlah adanya sebelum ALLAH meniupkan ruh itu pada jasad (janin) dalam kandungan seorang Ibu.
ALLAH Subahana wa Ta’ala berfirman:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. QS. Al A’raaf : 172

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِن رُّوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلاً مَّا تَشْكُرُونَ

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya (manusia) roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. As-Sajdah:009.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Bersabda :
Dari ubay bin Ka’ab ia mengatakan, “Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan berpasang-pasangan, baru kemudian mereka dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, “Bukankah Aku Tuhanmu?”, mereka menjawab “Benar”. Sesungguhnya AKU akan mempersaksikan langit tujuh tingkat dan bumi tujuh tingkat untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadikan nenek moyang kalian Adam sebagai saksi, agar kalian tidak mengatakan pada hari kiamat kelak, “Kami tidak pernah berjanji mengenai hal itu”.
Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan selain Aku semata, tidak ada Rabb selain diriKU, dan janganlah sekali-kali kalian mempersekutukanKU. Sesungguhnya Aku akan mengutus kepada kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjianKU itu. Selain itu Aku juga akan menurunkan kitab-kitabKU”. Maka merekapun berkata, “Kami bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami, tidak ada Tuhan bagi kami selain hanya Engkau semata”.
Dengan demikian mereka telah mengakui hal tersebut. Kemudian Adam diangkat dihadapan mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia melihat orang yang kaya dan orang yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang sebaliknya. Lalu Adam berkata, “Ya Tuhanku, seandainya Engkau menyamakan di antara hamba-hambaMU itu”. Allah menjawab, “Sesungguhnya Aku sangat suka untuk Aku disyukuri”. Dan Adam melihat para nabi di antara mereka seperti pelita yang memancarkan cahaya pada mereka”. (HR. Ahmad)
Hingga kemudian benarlah suatu kejadian itu bermula daripada manusia itu, oleh karena pintu dunia baginya telah di buka oleh ALLAH Tabaraka wa Ta’ala dengan sekalian Kehendak lagi Pengetahuan-Nya. Dan manusia telah mengakui lagi diambil ALLAH kesaksian atas mereka, mereka (manusia) berkata bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain daripada ALLAH semata. Hingga kemudian, ALLAH Tabaraka wa Ta’ala menghimpunkan ruh manusia itu kedalam tubuh (Janin) dalam kandungan(Rahim) sang Ibu. Serta merta sekalian manusia, tiadalah seorang juapun yang luput dari persaksian itu. Karenanya ALLAH Tabaraka wa Ta’ala mengutus empat orang Nabi/Rasul untuk membawa risalah-Nya yaitu untuk memperkenalkan ALLAH kepada semua ummat manusia, Oleh karena dengan fitrah ALLAH yang mulia bahwa bagi semua manusia mesti terlupa akan perjanjian nafs (alam ruh) dikala manusia itu menjalani dunianya. Seumpama Nabi Daud Alaihissalam dengan Zabur ditangannya, Nabi Musa Alaihissalam dengan Taurat, serta Nabi Isa Al-Masih Alaihissalam dengan Injil ditangan-Nya, hingga kemudian Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dengan A-Qur’an. (Afwan, bahwa dalam keempat agama samawi ini tidak ada yang bernama Agama kristen, Insha ALLAH..akan saya posting pada kesempatan yang lain).
Maka akhi lagi ukhti sekalian manfaatkan sekalian waktu dan kehidupan didunia dengan berbanyak-banyak ibadah kepada ALLAH, dan janganlah sekali-kali engkau menunggu waktu dimana niatmu untuk bertaubat di suatu masa nanti yang tiada engkau ketahui, melainkan bertaubatlah sejak dini. Walau sekiranya engkau tiada berbuat banyak atas dosa-dosa besar namun tiadalah jua luput daripadamu atas dosa-dosa kecil itu. Jikalaulah engkau berusia muda, maka bertaubatlah..sedang amalan disisa jatah hidup yang hendak engkau peroleh adalah terlebih banyak untuk engkau kumpulkan. Dan merugilah bagi yang berniat bertaubat di masa tuanya, sedang ia tiada beroleh amalan yang banyak melainkan masa mudanya yang tersiakan karena perdaya kehidupan dunia ini. Dan bertaubatlah..selagi jasad masih bernyawa.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
Ibnu umar Ra, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memegang pundaku lalu bersabda’ Jadilah engkau di dunia laksana orang asing atau orang yang menyebrangi jalan, “bila engkau berada di sore hari, maka jangan menunggu datangnya pagi; dan bila engkau di pagi hari, maka jangan menunggu datangnya sore, Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu (HR Bukhari)
Pintu Akhirat
Sedang pintu menuju pada kehidupan akhirat itulah ajal manusia, ketika seorang malaikat ALLAH hampir daripada manusia itu sebagai pertanda bahwasanya saatnya manusia itu dikembalikan kepada Rabbnya Yang Maha Mulia. Yang mana tiadalah ia membawa seuatu apapun yang ia peroleh selama ia hidup di muka bumi melainkan hanya amalannya semata.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
Dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “yang mengikuti mayat itu ada tiga , yaitu : Keluarga, harta benda, dan amal perbuatannya , yang dua kembali dan yang satu tetap bersamanya yaitu keluarga dan harta bendanya kembali dan amal perbuatannya tetap bersamanya (Hr Bukhari dan muslim)
Dan pintu itu telah terbuka, malaikat telah merenggut seorang manusia atas panggilan Rabbnya. Kehidupan didunia yang dahulu bergelimang harta benda kini tiada lagi melainkan amalannya itulah yang diperhitungkan disisi Tuhannya.
Firman ALLAH Ta’ala :

وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُم حَفَظَةً حَتَّىَ إِذَا جَاء أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لاَ يُفَرِّطُونَ

Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya. Al-An’aam : 061
Karenanya wahai akhi lagi ukhti sekalian, engkau bawalah suatu cindera mata yang indah untuk ALLAH ketika engkau hendak menemui-Nya kelak sekembalinya kamu dari dunia ini. Sesungguhnya cindera mata itu adalah amalan ibadahmu yang baik lagi banyak, sedang ALLAH menyambut kehadiratmu disisi-Nya dengan senyum-Nya dan berkata “kemarilah hambaku..sesungguhnya engkau termasuk pada golongan manusia yang mendapat Rahmad-Ku”.
Sedang bagi orang-orang kafir yang telah menyalahi perjanjian mereka di alam ruh maupun muslim yang berlumur dosa tiadalah bagi mereka kesukaan disisi ALLAH melainkan Murka-Nyalah di atas wajah-wajah mereka, sedang cindera mata dalam genggamannya itu adalah lusuh dan berbau busuk dan tiadalah diterima amalan – amalan mereka oleh karena dosa-dosa besar yang terlampau banyak.
Tiadakah engkau sadar wahai akhi lagi ukhti sekalian..bahwa ketika ALLAH hendak meniupkan ruh kejasadmu terdahulu adalah ALLAH memberimu bingkisan menuju duniamu dan akan engkau bawa pula bingkisan itu kehadapan ALLAH ketika engkau kembali pada-Nya. Maka disisa jatah hidup yang tiada akan berlangsung lama ini, janganlah engkau siakan dengan tipu daya dunia yang sifatnya memperdaya.
Pertanyaannya : Sudahkah antum/anti mempersiapkan sebaik-baik bingkisan itu untuk dibawa kepada ALLAH ??
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :
“Perbandingan dunia dan akhirat adalah seperti seseorang yang mencelupkan jari tangannya ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya”. (HR Muslim dan Ibnu majah)
Demikianlah manusia, ia mengira bahwa kehidupannya didunia belumlah cukup sedang ia telah kembali pada Rabbnya. Dan ketika menemui Tuhannya tiadalah ia bersuka cita di muka bumi melainkan sekejap saja dan akan ia dapati hasil daripada apa-apa yang ia upayakan dahulunya didunia. Melupakan ALLAH dan ajaran-Nya semasa manusia hidup didunia menjadikannya hidup dengan sia-sia, sedang bagi yang senantiasa mengingat ALLAH dan mengikuti ajaran-Nya semasa hidup didunia, maka sesungguhnya itulah kemenangan yang besar baginya. Dan suatu penyesalan karena perkara dunia, tiadalah berlangsung lama. Sedang penyesalan karena perkara akhirat itulah yang baka, dan terpenjaralah ia sepenuhnya dalam penyesalannya untuk selama-lamanya. Wallahu Ta’ala A’lam
Jika terdapat suatu perkataan yang tiada berkenan bagimu, maka kepada ALLAH aku memohon ampun sedang kepada kamu sekalian aku memohon maaf.
Jazzakumullahu khairaan katsiron..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh, Ustad yth, singkat saja, kapankah Allah SWT meniupkan ruh ke manusia, bila masih dalam kandungan pada bulan kehmilan keberapakah? Apakah benar setelah ruh ditiupkan bayi bisa merespon sesuatu, seperti didengarkan musik, ayat-ayat Al-Quran, dan sebagainya?
Wassalam, Aditya
Jawaban: Para ulama umumnya mengataka bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika berusia 120 hari, sejak dari terbentuknya. Dalil-dalil yang dikemukakan cukup banyak, di antaranya adalah: Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya setiap kamu dibentuk di perut ibunya selama 40 hari, kemudian berbentuk ‘alaqah seperti itu juga, kemudian menjadi mudhghah seperti itu juga. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menetapkan 4 masalah…. {HR. Bukhari, Ibnu Majah, At-Tirmizy}
Para ulama kemudian menghitung ketiga masa itu menjadi 40 hari tambah 40 hari tambah 40 hari, sehingga masa peniupan ruh itu menjadi 120 hari sejak pertama kali janin terbentuk.
Inilah pendapat yang paling umum dipegang oleh para ulama selama ini. Namun sebagian kecil lainnya melihat ada dalil lain yang tidak sama. Misalnya hadits berikut ini.
Dari Hudzaifah bin Usaid raberkata, Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, Apabila nutfah telah berusia empat puluh dua malam, maka Allah mengutus malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendengarannya, penglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya. Kemudian malaikat bertanya, ra Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?` Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan kehendak-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudian dia bertanya, Ya Rabbi, bagaimana ajalnya?` Lalu Rabb-mu menetapkan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya, `Ya Rabbi, bagaimana rezekinya?` Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang diperintahkan
itu.
Hadits ini menjelaskan diutusnya malaikat dan dibuatnya bentuk bagi nutfah setelah berusia enam minggu , bukan setelah berusia 120 hari sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa peniupan ruh itu dilakukan pada usia janin 42 hari berdasarkan hadits ini.
Namun sebagian ulama lainnya mengkompromikan kedua hadits tersebut dengan mengatakan bahwa malaikat itu diutus beberapa kali, pertama pada waktu nutfah berusia empat puluh hari, dan kali lain pada waktu berusia empat puluh kali tiga hari untuk meniupkan ruh. Secara nalar bila disebutkan bahwa ruh ditiupkan, maka wajar bila janin itu kemudian bisa merespon suara. Akan tetapi apakah respon itu hanya akan terjadi manakala ruh sudah ditiupkan, tentu perlu diselidiki lebih lanjut. Sebab respon itu ada yang berasal dari makhluq bernyawa, tetapi ada juga dari makhluq yang belum bernyawa.
Wallahu a’lam bishshawab
Diriwayatkan daripada Anas r.a, Nabi Muhammad SAW bersabda yang bermaksud,"Sesungguhnya Allah telah menugaskan satu malaikat berhubung peringkat kejadian anak dalam kandungan rahim ibunya dan keadaan akan dilalui, apabila air benih itu jatuh ke dalam rahim, malaikat bertanya:" Ya Tuhanku! Air benih ini akan disempurnakan kejadiannya atau tidak? Ya Tuhanku! Darah seketul ini akan disempurnakan kejadiannya atau tidak? Ya Tuhanku! Daging segumpal ini akan disempurnakan kejadianya atau tidak? Maka apabila Allah hendak menyempurnakan jadinya seorang anak, malaikat bertanya lagi: Ya Tuhanku! Adakah ia seorang (yang bernasib) celaka atau (yang bernasib) bahagia? Lelakikah atau perempuan? Bagaimana pula keadaan rezekinya dan ajalnya? (Selepas malaikat mendapat jawapannya) maka ia menulis seperti yang diperintahkan sedang anak itu dalam perut ibunya."

ROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN DITETAPKANNYA AMALAN HAMBA

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,"Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya". [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim]

TAKHRIJ HADITS
Hadits ini diriwayatkan oleh
1. Imam al Bukhari dalam Shahih-nya, pada kitab Bada-ul Khalq, Bab Dzikrul Mala-ikah (no. 3208), kitab Ahaditsul Anbiya` no. 3332. Lihat juga hadits no. 6594 dan 7454.
2. Imam Muslim dalam Shahih-nya, pada kitab al Qadar no. 2643.
3. Imam Abu Dawud no. 4708.
4. Imam at-Tirmidzi no. 2138.
5. Imam Ibnu Majah no. 76.


عن أبي عبدالرحمن عبد الله بن مسعود قال ؛ حدثنا رسول الله وهو الصادق المصدوق :إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْقَةً ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذلِكَ ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيدٌ، فَوَالَّذِي لاَ إِلهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud ra, ia mengatakan, “Rasulullah saw menceritakan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiq al-Mashduq (yang benar lagi dibenarkan perkataannya), Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk sperma, kemudian menjadi segumpal darah seperti (masa) itu, kemudian menjadi segumpal da-ging seperti itu pula. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan dengan empat kalimat: menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau ba-hagia. Demi Allah yang tiada Ilah selainNya! Sesungguhnya ada salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka lantas ia memasukinya. Dan sesungguhnya ada salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jarak antara diri-nya dengan neraka hanya tinggal satu hasta, tapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga lantas ia memasukinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). (Muttafaq ‘alaih: al-Bukhari, no. 3208; dan Muslim, no. 2643)


شرح الاربعين للنواوي - ابن دقيق

وفي هذا الحديث إثبات القدر كما هو مذهب أهل السنة وأن جميع الواقعات بقضاء الله تعالى وقدره خيرها وشرها نفعها وضرها قال الله تعالى: {لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ} ١. ولا اعتراض عليه في ملكه يفعل في ملكه ما يشاء. قال الإمام السمعاني: سبيل معرفة هذا الباب: التوفيق من الكتابة والسنة دون محض القياس ومجرد العقول فمن عدل عن التوفيق منه ضل وتاه في مجال الحيرة ولم يبلغ شفاء النفس ولا يصل إلى ما يطمئن به القلب لأن القدر سر من أسرار الله تعالى ضربت دونه الأستار واختص سبحانه به وحجبه عن عقول الخلق ومعارفهم، وقد حجب الله تعالى علم القدر عن العالم فلا يعلمه ملك ولا نبي مرسل، وقيل إن سر القدر ينكشف لهم إذا دخلوا الجنة ولا ينكشف قبل ذلك. وقد ثبتت الأحاديث بالنهي عن ترك العمل اتكالاً على ما سبق من القدر بل تجب الأعمال والتكاليف التي ورد بها الشرع وكل ميسر لما خلق له لا يقدر على غيره فمن كان من أهل السعادة يسره الله لعمل أهل السعادة ومن كان من أهل الشقاوة يسره الله لعمل أهل الشقاوة كما في الحديث وقال الله تعالى: {فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى ... فَسَنُيَسِّرُهُ


SYARAH (PENJELASAN) HADITS
Hadits ini mengandung beberapa pelajaran berharga, sebagai berikut:
1. Tahapan Penciptaan Manusia.
Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang awal penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu, yang berawal dari nuthfah (bercampurnya sperma dengan ovum), ‘alaqah (segumpal darah), lalu mudhghah (segumpal daging). Allah Ta’ala berfirman:
"Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur); maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah" [al Hajj/22:5]
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan tentang tahapan penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang ragu tentang dibangkitkannya manusia dari kuburnya dan ragu tentang dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar pada hari Kiamat, maka Allah memerintahkan untuk mengingat dan melihat bagaimana seorang manusia diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Dia mengembalikan manusia (dari mati menjadi hidup kembali) lebih mudah daripada menciptakannya.
Juga firman-Nya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari Kiamat" [al Mu’minun/23:12-16].

Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan bahwa Adam -manusia pertama-diciptakan dari saripati tanah, kemudian manusia-manusia sesudahnya diciptakan-Nya dari setetes air mani.
Adapun tahapan penciptaan manusia di dalam rahim adalah sebagai berikut:
Pertama. Allah menciptakan manusia dari setetes air mani yang hina yang menyatu dengan ovum, Allah Ta’ala berfirman:

ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِن سُلَالَةٍ مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ٣٢:٨

"Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). [as-Sajdah/32:8]

أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّاءٍ مَّهِينٍ ٧٧:٢٠

"Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina". [al Mursalat/77:20].

خُلِقَ مِن مَّاءٍ دَافِقٍ يَخْرُجُ مِن بَيْنِ الصُّلْبِ وَالتَّرَائِبِ

"Dia diciptakan dari air yang terpancar (yaitu mani). Yang keluar dari tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan". [ath-Thariq/86: 6-7].

Bersatunya air mani (sperma) dengan sel telur (ovum) di dalam rahim ini disebut dengan nuthfah.
Kedua : Kemudian setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah.

خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ٩٦:٢

"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". [al ‘Alaq/96:2].
Ketiga : Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 80 hari dari fase nuthfah- fase ‘alaqah beralih ke fase mudhghah, yaitu segumpal daging. Allah Ta’ala berfirman:

ثُمَّ مِن نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِن مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ

"Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna". [al Hajj/22:5].

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ ٢٣:١٤

"Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik". [al Mu’minun/23:14].

Keempat : Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 120 hari dari fase nuthfah- dari segumpal daging (mudhghah) tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan daging yang bertulang, dan Dia memerintahkan malaikat untuk meniupkan ruh padanya serta mencatat empat kalimat, yaitu rizki, ajal, amal dan sengsara atau bahagia. Jadi, ditiupkannya ruh kepada janin setelah ia berumur 120 hari.
2. Peniupan Ruh.
Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari, terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah segala hukum mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa ‘iddah selama empat bulan sepuluh hari, untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil.
Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya, yang artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “ruh itu termasuk urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". [al Isra`/17:85]
3. Wajibnya Beriman Kepada Qadar.
Hadits ini menunjukkan, bahwa Allah Subahanhu wa Ta'ala telah mentakdirkan nasib manusia sejak di alam rahim. Pada hakikatnya, Allah telah mentakdirkan segala sesuatu sejak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

"Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi" [1].
Kemudian di alam rahim, Allah Ta’ala pun memerintahkan malaikat untuk mencatat kembali empat kalimat, yaitu rizki, ajal, amal, sengsara atau bahagia.
- Rizki.
Allah Yang Maha Pemurah telah menetapkan rizki bagi seluruh makhluk-Nya, dan setiap makhluk tidak akan mati apabila rizkinya belum sempurna. Allah Ta’ala berfirman:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)".[Hud/11:6].
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rizkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya juga kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [al Ankabut/29:60].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَوْفِي رِزْقَهَا وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ خُذُوْا مَا حَلَّ وَدَعُوْا مَا حَرُمَ

"Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu) bergerak lamban. Maka, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah, ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram".[2]

Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memberikan penjelasan tentang rizki ini dengan perumpamaan yang sangat mudah dipahami, dan setiap orang hendaknya dapat mengambil pelajaran darinya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ؛ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا

"Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Dia akan memberi kalian rizki sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung, yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang".[3]
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berjalan mencari maisyah (pekerjaan/usaha) untuk mendapatkan rizki. Allah Ta’ala berfirman:
"Dia-lah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan". [al-Mulk/67:15].
Rizki akan mengejar manusia, seperti maut yang mengejarnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam bersabda:

إِنَّ الرِّزْقَ لَيَطْلُبُ الْعَبْدَ كَمَا يَطْلُبُهُ أَجَلُهُ

"Sesungguhnya rizki akan mengejar seorang hamba seperti ajal mengejarnya".[4]
- Ajal.
Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan makhluk, mematikan, dan membangkitkannya kembali. Dan setiap makhluk tidak mengetahui berapa jatah umurnya, juga tidak mengetahui kapan serta dimana akan dimatikan oleh Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur". [ali ‘Imran/3:145]
Ajal makhluk Allah sudah tercatat, tidak dapat dimajukan atau diundurkan. Allah Ta’ala berfirman:
"Tiap-tiap umat mempunyai ajal (batas waktu); maka apabila telah datang waktu (ajal)nya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun, dan tidak dapat (pula) memajukannya". [al A’raf/7: 34].
-Amal.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mencatat amal-amal setiap makhluk-Nya, baik dan buruknya. Akan tetapi setiap makhluk Allah pasti akan beramal, amal baik atau pun amal buruk. Dan Allah dan Rasul-Nya memerintahkan para hamba-Nya untuk beramal baik.
- Celaka atau Bahagia.
Yang dimaksud “celaka” dalam hadits ini ialah, orang yang celaka dengan dimasukkannya ke neraka. Sedangkan yang dimaksud “bahagia”, yaitu orang yang sejahtera dengan dimasukkannya ke dalam surga. Hal ini telah tercatat sejak manusia berusia 120 hari dan masih di dalam rahim, yaitu apakah ia akan menjadi penghuni neraka atau ia akan menjadi penghuni surga. Akan tetapi, “celaka” dan “bahagia” seorang hamba tergantung dari amalnya selama hidupnya.

Tentang keempat hal tersebut, tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya. Oleh karenanya, tidak boleh bagi seseorang pun enggan untuk beramal shalih, dengan alasan bahwa semuanya telah ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Memang benar, bahwa Allah telah mentakdirkan akhir kehidupan setiap hamba, namun Dia Yang Maha Bijaksana juga menjelaskan jalan-jalan untuk mencapai kebahagiaan. Sebagaimana Allah Yang Maha Pemurah telah mentakdirkan rizki bagi setiap hamba-Nya, namun Dia juga memerintahkan hamba-Nya keluar untuk mencarinya.
Apabila ada yang bertanya, untuk apalagi kita beramal jika semuanya telah tercatat (ditakdirkan)?
Maka, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini ketika menjawab pertanyaan Sahabat Suraqah bin Malik bin Ju’syum Radhiyallahu 'anhu. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

اِعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ، أَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَأَمَّا مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاءِ فَيُيَسَّرُ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ.

"Beramallah kalian, karena semuanya telah dimudahkan oleh Allah menurut apa yang Allah ciptakan atasnya. Adapun orang yang termasuk golongan orang-orang yang berbahagia, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan orang-orang yang berbahagia. Dan adapun orang yang termasuk golongan orang-orang yang celaka, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan orang-orang yang celaka".[5]
Orang yang beramal baik, maka Allah akan memudahkan baginya untuk menuju surga. Begitu pun orang yang beramal keburukan, maka Allah akan memudahkan baginya untuk menuju neraka. Hal ini menunjukkan tentang kesempurnaan ilmu Allah, juga sempurnanya kekuasaan, qudrah dan iradah Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Meskipun setiap manusia telah ditentukan menjadi penghuni surga atau menjadi penghuni neraka, namun setiap manusia tidak dapat bergantung kepada ketetapan ini, karena setiap manusia tidak ada yang mengetahui apa-apa yang dicatat di Lauhul Mahfuzh. Kewajiban setiap manusia adalah berusaha dan beramal kebaikan, serta banyak memohon kepada Allah agar dimasukkan ke surga.
Meskipun setiap manusia telah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala demikian, akan tetapi Allah tidak berbuat zhalim terhadap hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

مَّنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيدِ ٤١:٤٦

"Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shalih, maka (pahala-nya) untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba(Nya)". [Fushshilat/41:46].
Setiap manusia diberi oleh Allah berupa keinginan, kehendak, dan kemampuan. Manusia tidak majbur (dipaksa oleh Allah). Allah Ta’ala berfirman:

لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ ٨١:٢٨
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ ٨١:٢٩

"(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam". [at-Takwir/:28-29].
Orang yang ditakdirkan oleh Allah untuk menuju surga, maka dia pun akan dimudahkan oleh Allah untuk melakukan amalan-amalan shalih. Begitu juga orang yang ditakdirkan oleh Allah untuk menuju neraka, maka dia pun dimudahkan oleh Allah untuk melakukan amalan-amalan kejahatan.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XI/1428H/2007M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. HR Muslim no. 2653 (16) dan at-Tirmidzi no. 2156, Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-Thayalisi no. 557, dari Sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al ‘Ash Radhiyallahu 'anhuma. Lafazh ini milik Muslim.
[2]. HR Ibnu Majah no. 2144, Ibnu Hibban no. 1084, 1085-Mawarid, al Hakim (II/4), dan Baihaqi (V/264), dari Sahabat Jabir Radhiyallahu 'anhuma. Dishahihkan oleh al Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah al Ahadits ash-Shahihah no. 2607.
[3]. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad (I/30 dan 52), at-Tirmidzi no.2344, Ibnu Majah no. 4164, Ibnu Hibban no. 730, Ibnul Mubarak di dalam kitab az-Zuhd no. 559, al-Hakim (IV/318), al Baghawi dalam Syarhus-Sunnah no. 4108, Abu Nu’aim dalam kitab al Hilyah (X/69), dan lain-lainnya. Dari Sahabat ‘Umar bin al Khaththab. At-Tirmidzi berkata,"Hasan shahih." Al Hakim juga menilai hadits ini shahih, dan disetujui oleh adz-Dzahabi.
[4]. HR Ibnu Hibban (1087-Mawarid) dan lainnya, dari Sahabat Abud-Darda’. Hadits ini memiliki penguat dari Sahabat Jabir yang diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliya`. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah al-Ahadiits ash-Shahihah no. 952.
[5]. HR al Bukhari no. 4949 dan Muslim no. 2647.

HUKUM MANDI KEMBANG SAAT 7 BULANAN
Soal : Hukum tradisi tujuh bulanan bagi wanita hamil dengan mandi kembang
Jawab : Tergolong bid'ah mubahah dan Haram hukumnya jika didalamnya ada nilai tabdzir(mensia-siakan sesuatu)

وعبارتها :

- (الباجوري عل فتح القريب في باب الحجر) /أحكام الفقهاء ص 96

(والمبذر لماله) من التبذير وهو السرف مترادفان على صرف المال في غير مصارفه كما يقتضيه كلام الغزالي ويوافقه قول غيره ما لا يقتضي محمدة عاجلا ولا أجرا آجلا

- قال الله تبارك وتعالى : {إن المبذرين كانوا إخوان الشياطين}

Semoga bermanfaat