Rabu, 30 April 2014

Hadis seputar nikat - kawin





KAWIN KONTRAK MEMANG NIKMAT
Nikmat adalah kebaikan yang datang dari Allah Swt. Niqmat (dengan qaf) artinya: siksa. Maka jangan salah ucap, terutama dalam pembukaan khutbah. Para jahilun terkadang berkhutbah: mari kita syukuri niqmat-niqmat Allah Swt.. Mestinya ni’mat-ni’mat  (dengan ‘ain bukan kaf/qaf).

‘Umar ra. Berkhutbah lantang keras:

وَاللهِ لاَ أَعْلَمُ أَحَدًا يَتَمَتَّعُ وَهُوَ مُحْصَنٌ إِلاَّ رَجَمْتُهُ بِالْحِجَارَةِ، إِلاَّ أَنْ يَأْتِيَنِي بِأَرْبَعَةٍ يَشْهَدُونَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ أَحَلَّهَا بَعْدَ إِذْ حَرَّمَهَا.

“Demi Allah Swt., bila ketahuan olehku seseorang kawin kontrak padahal sudah muhshan  (pernah nikah) niscaya aku rajam ia dengan bebatuan, kecuali jika ia datangkan 4  saksi bahwa Rasulullah saw. telah menghalalkannya lagi setelah mengharamkannya.”  Riwayat Ibnu Majah 3/138.

NIKAH DINI, SETAN MENANGIS MERATAP?
Haditsnya populer bahwa setan menangis hebat jika pemuda nikah dini. Namun ternyata dha’if, maka tidak dapat dijadikan dalil:

أَيُّمَا شَابٍ تَزَوَّجَ فَي حَداَثَةِ سِنِّهِ عَجَّ شَيْطَانُهُ يَا وَيْلَهُ عَصَمَ مِنيِّ دِيْنَهُ  (ع) عَنْ جَابِرٍ (ضَعِيْفٌ)

“Siapapun pemuda menikah di usia dini, niscaya setannya menjerit: Celaka! Dia telah menjaga agamanya dariku.” HR Abu Ya’la, dha’if.

Hadits ini memang dha’if sanadnya namun maknanya kuat. Bahwa setan benci jika ada yang menikah adalah benar, sebab setan senang bila ada yang cerai:

إِنَّ إِبْلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ مَا صَنَعْتَ شَيْئًا قَالَ ثُمَّ يَجِىءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ - قَالَ – فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ نِعْمَ أَنْتَ ». قَالَ الأَعْمَشُ أُرَاهُ قَالَ « فَيَلْتَزِمُهُ.

"Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air lalu mengirim bala tentaranya, (setan) yang kedudukannya paling rendah bagi Iblis adalah yang paling besar godaannya. Salah satu di antara mereka datang lalu berkata: 'Aku telah melakukan ini dan itu.' Iblis menjawab: 'Kau tidak melakukan apapun.' Lalu yang lain datang dan berkata: 'Aku tidak meninggalkannya hingga aku memisahkannya dengan istrinya.' Beliau bersabda: "Iblis mendekatkannya kepada dirinya lalu memuji: 'Bagus kamu." HR Muslim 8/138.

MENDOAKAN ORANG NIKAH
Hadits shahih mengajari muslimin agar:

إِذَا تَزَوَّجَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ لَهُ : بَارَكَ اللهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ

“Jika seseorang nikah, hendaklah didoakan: Semoga Allah memberkahimu dan melimpahkan berkah di atasmu.” HR Thabarani. (SJS: Shahih Jami’ Shaghir 428)

كَانَ إِذَا رَفَأَ اْلإِنْسَانَ إِذَا تَزَوَّجَ قَالَ : بَارَكَ اللهُ لَكَ وَ بَارَكَ عَلَيْكَ وَ جَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

“Nabi saw. jika mendoakan orang menikah bersabda: Semoga Allah memberkahi anda, melimpahkan berkah pada Anda, dan mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan.” HR Imam 4, SJS 4729.

NIKAH PENYEMPURNA AGAMA
Hadits hasan mengajari muslimin bahwa:

إِذَا تَزَوَّجَ الْعَبْدُ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ نِصْفُ الدِّيْنِ فَلْيَتَّقِ اللهَ فِي النِّصْفِ الْبَاقِي

“Jika seorang hamba (Allah Swt.) menikah, berarti telah menyempurnakan separuh agama, maka hendaklah bertaqwa kepada Allah Swt. pada separuh sisanya.” HR Baihaqi, SJS 430.

NIKAH SUNNAH NABI
Hadits hasan mengajari muslimin agar:

النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي، فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Nikah itu termasuk sunnahku. Siapapun yang tidak mengamalkan sunnahku, berarti bukan termasuk dariku.” HR IbnuMajah 3/54.

NIATAN MENIKAH: PUNYA 40 PUTRA
Hadits hasan mengajari muslimin agar:

تَزَوَّجُوا، فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الأُمَمَ

“Nikahlah kalian, sebab aku akan berbangga kepada umat-umat lain dengan jumlah kalian.” HR Ibnu Majah 3/54.

KAPAN NIKAH?
Hadits hasan mengajari muslimin agar:

مَنْ كَانَ ذَا طَوْلٍ فَلْيَنْكِحْ، وَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَعَلَيْهِ بِالصِّيَامِ، فَإِنَّ الصَّوْمَ لَهُ وِجَاءٌ.

“Siapapun yang memiliki kemampuan, hendaklah menikah. Siapapun yang tidak memiliki kemampuan, hendaklah shaum sebab shaum bagaikan kebiri baginya.” HR IbnuMajah 3/54.

WALI MENIKAHKAN KARENA APA
Hadits hasan mengajari muslimin agar:

مَنْ أَعْطَى ِللهِ وَمَنَعَ ِللهِ وَأَحَبَّ ِللهِ وَأَبْغَضَ ِللهِ وَأَنْكَحَ ِللهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ إِيمَانَهُ

“Siapapun memberi karena Allah Swt., mencegah karena Allah Swt., cinta karena Allah Swt., benci karena Allah Swt., dan menikahkan orang juga karena Allah Swt., niscaya dia telah menyempurnakan imannya.” HR Tarmidzi 9/438; hasan.

MEMBURU AKHAWAT NILAI TINGGI
Hadits shahih mengajari muslimin agar:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

“Wanita biasa dinikahi karena 4 hal: hartanya, kedudukannya, cantiknya, atau agamanya. Maka raihlah wanita yang memiliki agama, niscaya beruntung besar Anda.” HR Bukhari 7/9.

RAHASIA MENIKAHI PERAWAN (BUKAN JANDA)
Hadits shahih mengajari muslimin agar:

عَلَيْكُمْ بِشَوَابِ النِّسَاءِ فَإِنَّهُنَّ أَطْيَبُ أَفْوَاهًا وَ أَنْتَقُ أَرْحَامًا وَ أَسْخَنُ أَقْبَالاً

“Hendaklah kalian nikahi wanita muda, sebab mereka lebih harum mulutnya, lebih subur rahimnya, dan lebih hangat kemaluannya.” HR Syirazi dalam Alqab; SJS 4078.

NIKAH DITOLONG ALLAH SWT.
Hadits shahih mengajari muslimin agar:

ثَلاَثَةٌ حَقٌّ عَلَى اللهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللهِ وَالْمُكَاتَبُ الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ

“3 orang, Allah Swt. pasti menolong mereka: mujahid fi sabilillah, budak yang memerdekakan dirinya dengan tebusan, dan orang yang menikah ingin menjaga dirinya (dari dosa).” HR Tarmidzi 6/410; hasan.

MAHAR CINCIN BESI BOLEH
Hadits shahih mengajari muslimin agar:

تَزَوَّجْ وَ لَوْ بِخَاتَمٍ مِنْ حَدِيْدٍ

“Menikahlah walau dengan mahar 1 cincin besi.”HR Bukhari; SJS 2938.

MAHAR SANDAL BOLEH
Hadits shahih mengajari muslimin bahwa:

أَنَّ امْرَأَةً مِنْ فَزَارَةَ تَزَوَّجَتْ عَلَى نَعْلَيْنِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَضِيْتِ مِنْ نَفْسِِكِ وَمَالِكِ بِنَعْلَيْنِ؟ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ فَأَجَازَهُ

Bahwa seorang wanita dari Fazarah menikah dengan mahar sandal. Maka Rasulullah saw. bertanya, “Benarkah Anda rela untuk diri dan hartamu dengan dimahari sandal?” Ya, jawabnya. Maka beliau pun melangsungkan pernikahan itu. HR Tarmidzi 3/420.

Hadits ini dha’if, tetapi memang mahar dalam Islam tidak dibatasi kecil dan besarnya, maka tetap boleh mahar berupa sandal baik jepit maupun bukan, asal akhwatnya mau.

MAHAR 2 DIRHAM BOLEH
Sa’id bin Musayyib, ulama` ternama generasi Tabi’in, menolak lamaran raja terhadap putrid beliau. Lalu saat muridnya yang fakir total kematian istrinya, maka beliau menawarinya untuk menikahi putrid beliau. Muridnya menjawab, “Aku hanya punya 2 dirham.” “Tidak masalah,” jawab beliau. Lalu ia pun menikahinya dengan 2 dirham (sekitar 100.000 hari ini).

MAHAR BAJU BESI PERANG BOLEH
Hadits shahih mengajari muslimin bahwa:

لَمَّا تَزَوَّجَ عَلِيٌّ فَاطِمَةَ قَالَ لَهُ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَعْطِهَا شَيْئًا، قَالَ: مَا عِنْدِ يشَيْءٌ، قَالَ: أَيْنَ دِرْعُكَ الْحُطَمِيَّةُ؟.

Saat ‘Ali menikahi Fathimah (putrid Nabi saw), beliau bersabda kepadanya, “Berikan kepadanya suatu mahar.” “Aku tak punya sesuatu,” jawab ‘Ali. Sabda beliau, “Mana baju besi huthamiyah milikmu itu?” HR Abu Dawud 2/240.

MAHAR 25 JUTA BOLEH
Hadits shahih mengajari muslimin bahwa:

كَانَ صَدَاقُهُ ِلأَزْوَاجِهِ اِثْنَتَىْ عَشْرَةَ أُوقِيَّةً وَنَشًّا. قَالَتْ أَتَدْرِى مَا النَّشُّ قَالَ قُلْتُ لاَ. قَالَتْ نِصْفُ أُوقِيَّةٍ. فَتِلْكَ خَمْسُ مِائَةِ دِرْهَمٍ فَهَذَا صَدَاقُ رَسُولِ اللهِ –صلى الله عليه وسلم- ِلأَزْوَاجِهِ.

Mahar Nabi saw untuk para istri beliau adalah 12 uqiyah plus 1 nasy. Yaitu 0.5 uqiyah. Jadi totalnya 500 dirham. HR Muslim 4/144.

Dirham sekarang sekitar 50.000. maka 500 dirham adalah: 25.000.000 (25 juta). Wallahu A’lam.

وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ وَعِلْمُهُ أَتَمُّ وَالْحَمْدُ ِللهِ عَلَى مَا أَفَاضَ عَلَيْنَا مِنَ الْعِلْمِ وَالنِّعَمِ


Semoga bermanfaat

Kisah taubatnya ibnu taimiyah wahabi

KISAH NYATA TAUBATNYA IBNU TAYMIYAH DI HADAPAN ULAMA ASWAJA
Ibnu taimiyyah BERITA FAKTA SEJARAH:
Kisah Taubatnya Ibnu Taimiyah di Tangan Para Ulama Aswaja, Kemudian Kembali Menyimpang Hingga Wafatnya

Berita Fakta – Sedikit saya akan mengungkap fakta sejarah yang jarang dikupas yaitu tentang kisah taubatnya seorang figur yang menjadi cikal bakal ajaran wahhabiyah yaitu Ibnu Taimiyyah Al-Harrani. Fakta sejarah ini telah ditulis oleh banyak ulama Ahlus sunnah wal jama’ah yang hidup sezaman dengan Ibnu Taimiyyah bahkan di antara mereka adalah mantan murid dari Ibnu Taimiyyah, seperti Adz-Dzahabi dan Ibnu Syakir.

Para ulama yang menulis sejarah Ibnu Taimiyyah adalah orang-orang yang hidup semasa dengan Ibnu Taimiyyah, mereka menyaksikan, bertemu langsung dan bahkan ada yang berguru kepadanya sebelum Ibnu Taimiyyah menyimpang dari ajaran salaf kemudian membebaskan diri setelah mengetahui Ibnu Taimiyyah menyimpang dari ajaran mayoritas umat muslim. Maka mereka para ulama tersebut lebih mengetahui sejarah dan ajaran Ibnu Taimiyyah ketimbang kita dan para wahhabi sekarang ini.
Sebelumnya ada baiknya kita mengetahui sedikit komentar para ulama Ahlus sunnah wal jama’ah tentang ajaran Ibnu Taimiyyah :
قال المحدث الحافظ الفقيه ولي الدين العراقي ابن الشيخ الحفاظ زين الدين العراقي : انه خرق الاجماع في مسائل كثيرة قيل تبلغ ستين مسألة بعضها في الاصول و بعضها في الفروع خالف فيها بعد انعقاد الاجماع عليها. ( الاجوبة المرضية على المسألة المكية)
Seorang Ahli Hadits yang mendapat gelar Al-Hafidz Al-Faqih, Waliyuddin Al-Iraqi bin Syaikh Al-Haffadz Zainuddin Al-Iraqi berkata ” Sesungguhnya Ibnu Taimiyyah telah merusak mayoritas umat muslim di dalam banyak permasalahan, dikatakan mencapai 60 permasalahan sebagian mengenai akidah dan sebagian lainnya mengenai furu’. Ia telah menyalahi permasalahan-permasalahan yang telah disepakati oleh umat Islam “. (Al-Ajwibatul Mardhiyyah ‘alal mas-alatil makkiyyah)
قال الشيخ ابن حجر الهيتمي ناقلا المسائل التي خالف فيها ابن تيميه اجماع المسلمين ما نصه : وان العالم قديم بالنوع ولم يزل مع الله مخلوقا دائما فجعله موجبا بالذات لا فاعلا بالاختيارتعالى الله عن ذالك, وقوله بالجسمبة والجهة والانتقال و انه بقدر العرش لااصغر ولا اكبر , تعالى الله عن هذا الافتراء الشنيع القبيخ والكفر البراح الصريح. (الفتاوى الحديثية ص: ١١٦)
Syaikh Ibnu Hajar Al-Haitamy berkata dengan menukil permasalahan-permasalahan Ibnu Taimiyyah yang menyalahi kesepakaran umat Islam, yaitu : (Ibnu Taimiyyah telah berpendapat) bahwa Alam itu bersifat dahulu dengan satu macam, dan selalu makhluk bersama Allah. Ia telah menyandarkan alam dengan Dzat Allah Swt bukan dengan perbuatan Allah scra ikhtiar, sungguh Maha Luhur Allah dari penyifatan yang demikian itu. Ibnu Taimiyyah juga berkeyakinan adanya jisim pada Allah Swt, arah dan perpindahan. Ia juga berkeyakinan bahwa Allah tidak lebih kecil dan tidak lebih besar dari Arsy. Sungguh Allah maha Suci atas kedustaan keji dan buruk ini serta kekufuran yang nyata “.(Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 116)
وقال ايضا ما نصه : واياك ان تصغي الى ما في كتب ابن تيمية وتلميذه ابن القيم الجوزية وغيرهما ممن اتخذ الهه هواه واضله الله على علم و ختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشاوة فمن يهديه من بعدالله. و كيف تجاوز هؤلاء الملحدون الحدود و تعدواالرسوم وخرقوا سياج الشربعة والحقيقة فظنوا بذالك انهم على هدى من ربهم وليسوا كذالك. (الفتاوى الحديثية ص:۲۰۳)
Beliau Syaikh Ibnu Hajar juga berkata ” Maka berhati-hatilah kamu, jangan kamu dengarkan apa yang ditulis oleh Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah dan selain keduanya dari orang-orang yang telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah telah menyesatkannya dari ilmu serta menutup telinga dan hatinya dan menjdaikan penghalang atas pandangannya. Maka siapakah yang mampu member petunjuk atas orang yang telah Allah jauhkan ?. Bagaimana orang-orang sesat itu telah melampai batasan-batasan syare’at dan aturan, dan mereka pun juga telah merobek pakaian syare’at dan hakikat, mereka masih menyangka bahwa mereka di atas petunjuk dari Tuhan mereka, padahal sungguh tidaklah demikian “.(Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 203)

Seorang ulama besar Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ad-Dimasyqi Rh berkata dari ayahnya bahwasanya belia bercerita ” Ketika kami sedang duduk di majlis Ibnu Taimiyyah, dan ia berceramah hingga sampai pada pembahasan ayat Istiwa, ia berkata ” Allah Swt beristiwa di atas arasy-Nya seperti istiwaku ini “, maka manusia kaget dan segera melompat ke arah Ibnu Taimiyyah dengan satu lompatan dan menurunkanya dari kursi kemudian orang-orang segera menampar dan memukulnya dengan sandal-sandal mereka dan selainnya. Mereka membawa Ibnu Taimiyyah ke salah satu hakim, maka berkumpullah di majlis tersebut para ulama dan mereka mulai mengintrogasinya ” Apa dalil dari yang telah engkau katakan tadi ? “, Ibnu Taimiyyah menjawab ” Firman Allah Swt ; Ar-Rahmaanu ‘alal arsyis tawaa “, maka para ulama tertawa dan tahulah mereka bahwa ibnu taimiyyah adalah orang bodoh. Yang tidak mengetahui kaidah-kaidah ilmu.
Kemudian para ulama bertanya lagi untuk memastikan urusannya ” Apa pendapatmu tentang firman Allah :
فاينما تولوا فثم وجه الله ”
Dimanapun kamu menghadap maka di sanalah wajah Allah ” ?
Maka Ibnu Taimiyyah menjawab dengan jawaban yang meyakinkan bahwa ia termasuk orang bodoh yang sebenarnya, ia tidak mengetahui apa yang ia katakan dan ia telah tertipu oleh pujian orang-orang awam padanya dan beberapa para ulama jumud yang kosong dari ilmu yang berdasarkan dalil-dalil. (Al-Maqoolat As-Sunniyah : 36)

Sangat banyak kritikan para ulama Aswaja (Ahlus sunnah wal jama’ah) kepada Ibnu Taimiyyah mengenai ajaran-ajarannya yang menyimpang dari mayoritas ulama dan umat Islam, bahkan para ulama sempat mengarang kitab-kitab untuk membantaha ajaran-ajarannya dan demi menyelamatkan umat Islam dari kesesatannya.
Di antaranya :
1. Al-Qâdlî al-Mufassir Badruddin Muhammad ibn Ibrahim ibn Jama’ah asy-Syafi’i (w 733 H).
2. Al-Qâdlî Ibn Muhammad al-Hariri al-Anshari al-Hanafi.
3. Al-Qâdlî Muhammad ibn Abi Bakr al-Maliki.
4. Al-Qâdlî Ahmad ibn Umar al-Maqdisi al-Hanbali.
5. Ke empat ulama yang juga menjabat qodhi inilah yang merekomendasikan fatwa untuk memenjarakan Ibnu Taimiyyah. Dan sempat berpindah-pindah penjara.
6. Syekh Shaleh ibn Abdillah al-Batha-ihi, Syekh al-Munaibi’ ar-Rifa’i. salah seorang ulama terkemuka yang telah menetap di Damaskus (w 707 H).
7. Syekh Kamaluddin Muhammad ibn Abi al-Hasan Ali as-Sarraj ar-Rifa’i al-Qurasyi asy-Syafi’i. salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. • Tuffâh al-Arwâh Wa Fattâh al-Arbâh
8. Ahli Fiqih dan ahli teologi serta ahli tasawwuf terkemuka di masanya; Syekh Tajuddin Ahmad ibn ibn Athaillah al-Iskandari asy-Syadzili (w 709 H).
9. Pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât) di seluruh wilayah negara Mesir; Syekh Ahmad ibn Ibrahim as-Suruji al-Hanafi (w 710 H) • I’tirâdlât ‘Alâ Ibn Taimiyah Fi ‘Ilm al-Kalâm.
10. Pimpinan para hakim madzhab Maliki di seluruh wilayah negara Mesir pada masanya; Syekh Ali ibn Makhluf (w 718 H). Di antara pernyataannya sebagai berikut: “Ibn Taimiyah adalah orang yang berkeyakinan tajsîm, dan dalam keyakinan kita barangsiapa berkeyakinan semacam ini maka ia telah menjadi kafir yang wajib dibunuh”.
11. Syekh al-Faqîh Ali ibn Ya’qub al-Bakri (w 724 H). Ketika suatu waktu Ibn Taimiyah masuk wilayah Mesir, Syekh Ali ibn Ya’qub ini adalah salah seorang ulama terkemuka yang menentang dan memerangi berbagai faham sesatnya.
12. Al-Faqîh Syamsuddin Muhammad ibn Adlan asy-Syafi’i (w 749 H). Salah seorang ulama terkemuka yang hidup semasa dengan Ibn Taimiyah yang telah mengutip langsung bahwa di antara kesesatan Ibn Taimiyah mengatakan bahwa Allah berada di atas arsy, dan secara hakekat Dia berada dan bertempat di atasnya, juga mengatakan bahwa sifat Kalam Allah berupa huruf dan suara.
13. Imam al-Hâfizh al-Mujtahid Taqiyuddin Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 756 H). • al-I’tibâr Bi Baqâ’ al-Jannah Wa an-Nâr. • ad-Durrah al-Mudliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah. • Syifâ’ as-Saqâm Fî Ziyârah Khair al-Anâm. • an-Nazhar al-Muhaqqaq Fi al-Halaf Bi ath-Thalâq al-Mu’allaq. • Naqd al-Ijtimâ’ Wa al-Iftirâq Fî Masâ-il al-Aymân Wa ath-Thalâq. • at-Tahqîq Fî Mas-alah at-Ta’lîq. • Raf’u asy-Syiqâq Fî Mas’alah ath-Thalâq.
14. Al-Muhaddits al-Mufassir al-Ushûly al-Faqîh Muhammad ibn Umar ibn Makki yang dikenal dengan sebutan Ibn al-Murahhil asy-Syafi’i (w 716 H). Di masa hidupnya ulama besar ini telah berdebat dan memerangi Ibn Taimiyah.
15. Imam al-Hâfizh Abu Sa’id Shalahuddin al-’Ala-i (w 761 H). Imam terkemuka ini mencela dan telah memerangi Ibn Taimiyah. Lihat kitab Dakhâ-ir al-Qashr Fî Tarâjum Nubalâ’ al-’Ashr karya Ibn Thulun pada halaman 32-33. • Ahâdîts Ziyârah Qabr an-Naby.
16. Pimpinan para hakim (Qâdlî al-Qudlât) kota Madinah Imam Abu Abdillah Muhammad ibn Musallam ibn Malik ash-Shalihi al-Hanbali (w 726 H).
17. Imam Syekh Ahmad ibn Yahya al-Kullabi al-Halabi yang dikenal dengan sebutan Ibn Jahbal (w 733 H), semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri. • Risâlah Fî Nafyi al-Jihah.
18. Al-Qâdlî Kamaluddin ibn az-Zamlakani (w 727 H). Ulama besar yang semasa dengan Ibn Taimiyah ini telah memerangi seluruh kesesatan Ibn Taimiyah, hingga beliau menuliskan dua risalah untuk itu. Pertama dalam masalah talaq, dan kedua dalam masalah ziarah ke makam Rasulullah.
19. Al-Qâdlî Shafiyuddin al-Hindi (w 715 H), semasa dengan Ibn Taimiyah sendiri.
20. Al-Faqîh al-Muhaddits Ali ibn Muhammad al-Baji asy-Syafi’i (w 714 H). Telah memerangi Ibn Taimiyah dalam empat belas keyakinan sesatnya, dan telah mengalahkan serta menundukannya.
21. Sejarawan terkemuka (al-Mu-arrikh) al-Faqîh al-Mutakallim al-Fakhr ibn Mu’allim al-Qurasyi (w 725 H). • Najm al-Muhtadî Wa Rajm al-Mu’tadî
22. Al-Faqîh Muhammad ibn Ali ibn Ali al-Mazini ad-Dahhan ad-Damasyqi (w 721 H). • Risâlah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah Fî Mas-alah ath-Thalâq. • Risâlah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah Fî Mas-alah az-Ziayârah
23. Al-Faqîh Abu al-Qasim Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad asy-Syirazi (w 733 H). • Risâlah Fi ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah
24. Al-Faqîh al-Muhaddits Jalaluddin al-Qazwini asy-Syafi’i (w 739 H).
25. As-Sulthan Ibn Qalawun (w 741 H). Beliau adalah Sultan kaum Muslimin saat itu, telah menuliskan surat resmi prihal kesesatan Ibn Taimiyah.
26. Al-Hâfizh adz-Dzahabi (w 748 H) yang merupakan murid Ibn Taimiyah sendiri. • Bayân Zaghl al-’Ilm Wa ath-Thalab. • an-Nashîhah adz-Dzahabiyyah.
27. Al-Mufassir Abu Hayyan al-Andalusi (745 H). • Tafsîr an-Nahr al-Mâdd Min al-Bahr al-Muhîth
28. Syekh Afifuddin Abdullah ibn As’ad al-Yafi’i al-Yamani al-Makki (w 768 H).
29. Al-Faqîh Syekh Ibn Bathuthah, salah seorang ulama terkemuka yang telah banyak melakukan rihlah (perjalanan).
30. Al-Faqîh Tajuddin Abdul Wahhab ibn Taqiyuddin Ali ibn Abd al-Kafi as-Subki (w 771 H). • Thabaqât asy-Syâfi’iyyah al-Kubrâ
31. Seorang ulama ahli sejarah terkemuka (al-Mu-arrikh) Syekh Ibn Syakir al-Kutubi (w 764 H). • ‘Uyûn at-Tawârikh.
32. Syekh Umar ibn Abi al-Yaman al-Lakhmi al-Fakihi al-Maliki (w 734 H). • at-Tuhfah al-Mukhtârah Fî ar-Radd ‘Alâ Munkir az-Ziyârah
33. Al-Qâdlî Muhammad as-Sa’di al-Mishri al-Akhna’i (w 750 H). • al-Maqâlât al-Mardliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ Man Yunkir az-Ziyârah al-Muhammadiyyah, dicetak satu kitab dengan al-Barâhîn as-Sâthi’ah karya Syekh Salamah al-Azami.
34. Syekh Isa az-Zawawi al-Maliki (w 743 H). • Risâlah Fî Mas-alah ath-Thalâq.
35. Syekh Ahamad ibn Utsman at-Turkimani al-Jauzajani al-Hanafi (w 744 H). • al-Abhâts al-Jaliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ Ibn Taimiyah.
36. Imam al-Hâfizh Abdul Rahman ibn Ahmad yang dikenal dengan Ibn Rajab al-Hanbali (w 795 H). • Bayân Musykil al-Ahâdîts al-Wâridah Fî Anna ath-Thalâq ats-Tsalâts Wâhidah.
37. Imam al-Hâfizh Ibn Hajar al-Asqalani (w 852 H). • ad-Durar al-Kâminah Fî A’yân al-Mi-ah ats-Tsâminah. • Lisân al-Mizân. • Fath al-Bâri Syarh Shahîh al-Bukhâri. • al-Isyârah Bi Thuruq Hadîts az-Ziyârah.
38. Imam al-Hâfizh Waliyuddin al-Iraqi (w 826 H). • al-Ajwibah al-Mardliyyah Fî ar-Radd ‘Alâ al-As-ilah al-Makkiyyah.
39. Al-Faqîh al-Mu-arrikh Imam Ibn Qadli Syubhah asy-Syafi’i (w 851 H). • Târîkh Ibn Qâdlî Syubhah.
40. Al-Faqîh al-Mutakallim Abu Bakar al-Hushni penulis kitab Kifâyah al-Akhyâr (829 H). • Daf’u Syubah Man Syabbah Wa Tamarrad Wa Nasaba Dzâlika Ilâ Imam Ahmad.
41. Salah seorang ulama terkemuka di daratan Afrika pada masanya; Syekh Abu Abdillah ibn Arafah at-Tunisi al-Maliki (w 803 H).
42. Al-’Allâmah Ala’uddin al-Bukhari al-Hanafi (w 841 H). Beliau mengatakn bahwa Ibn Taimiyah adalah seorang yang kafir. Beliau juga mengkafirkan orang yang menyebut Ibn Taimiyah dengan Syekh al-Islâm jika orang tersebut telah mengetahui kekufuran-kekufuran Ibn Taimiyah. Pernyataan al-’Allâmah Ala’uddin al-Bukhari ini dikutip oleh Imam al-Hâfizh as-Sakhawi dalam kitab adl-Dlau’ al-Lâmi’.
43. Dan masih banyak lagi ulama yang lainnya.
Sekarang marilah kita simak penuturan seorang ulama yang sezaman dengan Ibnu Taimiyyah yaitu Ibnu Syakir Al-Kutuby dalam salah satu kitab tarikhnya juz 20 yang telah diabadikan oleh seorang ulama besar dari kalangan Ahlus sunnah yang terkenal di seluruh penjuru dunia yaitu Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Astqolani dalam kitabnya ” Ad-Duroru Al-Kaaminah ” dan beliau juga penyarah kitab Shohih Bukhori yang dinamakan Fathu Al-Bari. Berikut penuturan beliau yang begitu panjang namun saya singkat dengan tanpa menghilangkan maksud tujuannya :

Sidang Pertama :

”Di tahun 705 di hari ke delapan bulan Rajab, Ibnu Taimiyyah disidang dalam satu majlis persidangan yang dihadiri oleh para penguasa dan para ulama ahli fiqih di hadapan wakil sulthon. Maka Ibnu Taimiyyah ditanya tentang aqidahnya, lalu ia mengutarakan sedikit dari aqidahnya. Kemudian dihadirkan kitab aqidahnya Al-Wasithiyyah dan dibacakan dalam persidangan, maka terjadilah pembahasan yang banyak dan masih ada sisa pembahasan yang ditunda untuk sidang berikutnya.
Dan di tahun 707 hari ke-6 bulan Rabi’ul Awwal hari kamis, Ibnu Taimiyyah menyatakan taubatnya dari akidah dan ajaran sesatnya di hadapan para ulama Ahlus sunnah wal jama’ah dari kalangan empat madzhab, bahkan ia membuat perjanjian kepada para ulama dan hakim dengan tertulis dan tanda tangan untuk tidak kembali ke ajaran sesatnya, namun setelah itu ia pun masih sering membuat fatwa-fatwa nyeleneh dan mengkhianati surat perjanjiannya hingga akhirnya ia mondar-mandir masuk penjara dan wafat di penjara sebagaimana nanti akan diutarakan ucapan dari para ulama.

Berikut ini pernyataan Ibnu taimiyyah tentang pertaubatannya :
الحمد الله، الذي أعتقده أن في القرءان معنى قائم بذات الله وهو صفة من صفات ذاته القديمة الأزلية وهو غير مخلوق، وليس بحرف ولا صوت، وليس هو حالا في مخلوق أصلا ولا ورق ولا حبر ولا غير ذلك، والذي أعتقده في قوله: ? الرحمن على آلعرش آستوى ? [سورة طه] أنه على ما قال الجماعة الحاضرون وليس على حقيقته وظاهره، ولا أعلم كنه المراد به، بل لا يعلم ذلك إلا الله، والقول في النزول كالقول في الاستواء أقول فيه ما أقول فيه لا أعرف كنه المراد به بل لا يعلم ذلك إلا الله، وليس على حقيقته وظاهره كما قال الجماعة الحاضرون، وكل ما يخالف هذا الاعتقاد فهو باطل، وكل ما في خطي أو لفظي مما يخالف ذلك فهو باطل، وكل ما في ذلك مما فيه إضلال الخلق أو نسبة ما لا يليق بالله إليه فأنا بريء منه فقد تبرأت منه وتائب إلى الله من كل ما يخالفه وكل ما كتبته وقلته في هذه الورقة فأنا مختار فى ذلك غير مكره.
(كتبه أحمد بن تيمية) وذلك يوم الخميس سادس شهر ربيع الآخر سنة سبع وسبعمائة.
”Segala puji bagi Allah yang aku yakini bahwa di dalam Al-Quran memiliki makna yang berdiri dengan Dzat Allah Swt yaitu sifat dari sifat-sifat Dzat Allah Swt yang maha dahulu lagi maha azali dan al-Quran bukanlah makhluq, bukan berupa huruf dan suara, bukan suatu keadaan bagi makhluk sama sekali dan juga bukan berupa kertas dan tinta dan bukan yang lainnya. Dan aku meyakini bahwa firman Allah Swt “ الرحمن على آلعرش آستوى adalah apa yang telah dikatakan oleh para jama’ah (ulama) yang hadir ini dan bukanlah istawa itu secara hakekat dan dhohirnya, dan aku pun tidak mengetahui arti dan maksud yang sesungguhnya kecuali Allah Swt, bukan istawa secara hakekat dan dhohir seperti yang dinyatakan oleh jama’ah yang hadir ini. Semua yang bertentangan dengan akidah I ni adalah batil. Dan semua apa yang ada dalam tulisanku dan ucapanku yang bertentangan dari semua itu adalah batil. Semua apa yang telah aku gtulis dan ucapkan sebelumnya adalah suatu penyesatan kepada umat atau penisbatan sesuatu yang tidak layak bagi Allah Swt, maka aku berlepas diri dan menjauhkan diri dari semua itu. Aku bertaubat kepada Allah dari ajaran yang menyalahi-Nya. Dan semua yang aku dan aku ucapkan di kertas ini maka aku dengan suka rela tanpa adanya paksaan “
Telah menulisnya : (Ahmad Ibnu Taymiyyah)
Kamis, 6-Rabiul Awwal-707 H.
Di atas surat pernyaan itu telah ditanda tangani di bagian atasnya oleh Ketua hakim, Badruddin bin jama’ah.
Pernyataan ini telah disaksikan, diakui dan ditanda tangani oleh :
- Muhammad bin Ibrahim Asy-Syafi’i, beliau menyatakan :
اعترف عندي بكل ما كتبه بخطه في التاريخ المذكور
(Aku mengakui segala apa yang telah dinyatakan oleh Ibnu Taymiyyah ditanggal tersebut)
- Abdul Ghoni bin Muhammad Al-Hanbali :
اعترف بكل ما كتب بخطه
(Aku mengakui apa yang telah dinyatakannya)
- Ahmad bin Rif’ah
- Abdul Aziz An-Namrowi :
أقر بذلك (Aku mengakuinya)
- Ali bin Miuhammad bin Khoththob Al-Baji Asy-Syafi’I :
أقر بذلك كله بتاريخه (Aku mengakui itu dengan tanggalnya)
- Hasan bin Ahmad bin Muhammad Al-Husaini :
جرى ذلك بحضوري في تاريخه (Ini terjadi di hadapanku dengan tanggalnya)
- Abdullah bin jama’ah (Aku mengakuinya)
- Muhammad bin Utsman Al-Barbajubi :
أقز بذلك وكتبه بحضوري (Aku mengakuinya dan menulisnya dihadapanku)
Mereka semua adalah para ulama besar di masa itu salah satunya adalah syaikh Ibnu Rif’ah yang telah mengarang kitab Al-Matlabu Al-’Aali ” syarah dari kitab Al-Wasith imam Ghozali sebanyak 40 jilid.
Ibnu Taymiyyah Kembali Menyimpang
-------------------------------------------

Namun faktanya Ibnu Taymiyah tidak lama melanggar perjanjian tersebut dan kembali lagi dengan ajaran-ajaran menyimpangnya. Sampai-sampai dikatakan oleh seorang ulama :
لكن لم تمض مدة على ذلك حتى نقض ابن تيمية عهوده ومواثيقه كما هو عادة أئمة الضلال ورجع إلى عادته القديمة في الإضلال. ”
Akan tetapi tidak lama setelah itu Ibnu Taimiyyah melanggar perjanjian dan pernyataannya itu sebegaimana kebiasaan para imam sesat dan ia kembali pada kebiasaan lamanya di dalam menyesatkan umat “

Sidang kedua :

Diadakan hari jum’ah hari ke-12 dari bulan Rajab. Ikut hadir saat itu seorang ulama besar Shofiyuddin Al-Hindiy. Maka mulailah pembahasan, mereka mewakilkan kepada syaikh Kamaluddin Az-Zamalkani dan akhirnya beliau memenangkan diskusi itu, beliau telah membungkam habis Ibnu Taimiyyah dalam persidangan tersebut. Ibnu Taimiyyah merasa khawatir atas dirinya, maka ia memberi kesaksian pada orang-orang yang hadir bahwa ia mengaku bermadzhab Syafi’i dan beraqidah dengan aqidah imam Syafi’i. Maka orang-orang ridho dengannya dan mereka pun pulang.

Sidang ketiga :

Sebelumnya Ibnu Taimiyyah mengaku bermadzhab Syafi’I, namun pada kenyataannya ia masih membuat ulah dengan fatwa-fatwa yang aneh-aneh sehingga banyak mempengaruhi orang lain. Maka pada akhir bulan Rajab, para ulama ahli fiqih dan para qodhi berkumpul di satu persidangan yang dihadiri wakil shulthon saat itu. Maka mereka semua saling membahas tentang permasalahan aqidah dan berjalanlah persidangan sbgaiamana persidangan yang pertama.
Setelah beberapa hari datanglah surat dari sulthon untuk berangkat bersama seorang utusan dari Mesir dengan permintaan ketua qodhi Najmuddin. Di antara isi surat tersebut berbunyi ” Kalian mengetahui apa yang terjadi di tahun 98 tentang aqidah Ibnu Taimiyyah “. Maka mereka bertanya kepada orang-orang tentang apa yang terjadi pada Ibnu Taimiyyah. Maka orang-orang mendatangkan aqidah Ibnu Taimiyyah kepada qodhi Jalaluddin Al-Quzwaini yang pernah dihadapkan kepada ketua qodhi imamuddin. Maka mereka membincangkan masalah ini kepada Raja supaya mengirim surat untuk masalah ini dan raja pun mnyetujuinya.
Kemudian setelah itu Raja memerintahkan syamsuddin Muhammad Al-Muhamadar Ibnuuntuk mendatangi Ibnu Taimiyyah dan ia pun berkata kepada Ibnu Taimiyyah ”Raja telah memerintahkanmu untuk pergi esok hari. Maka Ibnu Taimiyyah berangkat ditemani oleh dua Abdullah dan Abdurrahman serta beberapa jama’ahnya.
Sidang keempat :
Maka pada hari ketujuh bulan Syawwal sampailah Ibnu Taymiyyah ke Mesir dan diadakan satu persidangan berikutnya di benteng Kairo di hadapan para qodhi dan para ulama ahli fiqih dari empat madzhab. Kemudian syaikh Syamsuddin bin Adnan Asy-Syafi’I berbicara dan menyebutkan tentang beberapa fasal dari aqidah Ibnu Taimiyyah. Maka Ibnu Taimiyyah memulai pembicaraan dengan pujian kepada Allah Swt dan berbicara dengan pembicaraan yang mengarah pada nasehat bukan
pengklarifikasian. Maka dijawab ” Wahai syaikh, apa yang kau bicarakan kami telah mengetahuinya dan kami tidak ada hajat atas nasehatmu, kami telah menampilkan pertanyaan padamu maka jawablah ! “. Ibnu Taimiyah hendak mengulangi pujian kepada Allah, tapi para ulama menyetopnya dan berkata ” Jawablah wahai syaikh “. Maka Ibnu Taimiyyah terdiam “.
Dan para ulama mengulangi pertanyaan berulang-ulang kali tapi Ibnu Taimiyyah selalu berbeli-belit dalam berbicara. Maka seorang qodhi yang bermadzhab Maliki memerintahkannya untuk memenjarakan Ibnu Taimiyyah di satu ruangan yang ada di benteng tersebut bersama dua saudaranya yang ikut bersamanya itu.
Begitu lamanya ia menetap di penjara dalam benteng tersebut hingga ia wafat dalam penjara pada malam hari tanggal 22, Dzulqo’dah tahun 728 H.

Sejarah ini telah ditulis oleh para ulama di dalam banyak literaul kitab yang mu’tabar di antaranya kitab Ad-Duraru Al-Kaminah karya Ibnu Hajar, kitab Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab karya As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-Misriyyah dan yang lainnya.
Demikianlah sejarah singkat Ibnu Taymiyah seorag figur inspirator munculnya ajaran wahhabi dan seorang ulama andalan yang dijadikan rujukan oleh para ulama wahhabi.
Semoga hal ini menjadi renungan bagi para pengikut wahhabi… sebab ini semua adalah fakta sejarah.
--------------------------------------------
http://ummatipress.com/kisah-nyata-taubatnya-ibnu-taymiyah-di-hadapan-ulama-aswaja.html

Dalil nama malaikat pencabut nyawa adalah 'izroil

P E R T A N Y A A N :Assalamu'alayikum........ Maaf Poro Rawuh... Saya membaca Majmu' fatwa Al-bani Syamilah 1/10.. Malaikat Pencabut Nyawa Bukanlah Izrail.. Penamaan “Izrail” seperti yang menyebar dikalangan manusia itu tidak ada asalnya, namun hanya dari berita-berita isra’iliyyat (yaitu berita tentang umat terdahulu yang tidak melalui jalur Nabi).
Yang Ditanyakan...Siapa Nama Malaikat Pencabut Nyawa...??? Sebenarnya.. Matur Suwun....

> Abdullah Afif
O ya, maaf , saya tampilkan teks fatwa dari Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz yang dimaksud :

والموت ليس هو عزرائيل بل هو شيء آخر، وإنما عزرائيل ملك موكل بالموت

WAL MAUT LAISA HUWA IZRAAIL BAL HUWA SYAI`UN AAKHAR, WA INNAMAA IZRAA`IL MALAKUN MUWAKKALUN BIL MAUT
adapun maut itu bukan izrail, itu sesuatu yang lain. Izrail adalah malaikat yang ditugasi dengan maut
Sumber link : http://www.binbaz.org.sa/mat/8257 sekali lagi 'afwan......
> Ibnu Toha
ini Fatwa Syekh Al-Baniy yang dimaksud :

وقال الشيخ الألباني في تعليقه على قول الطحاوي:

" ونؤمن بملك الموت الموكل بقبض أرواح العالمين ". قال رحمه الله: قلت: هذا هو اسمه في القرآن، وأما تسميته بـ "عزرائيل" كما هو الشائع بين الناس فلا أصل له، وإنما هو من الإسرائيليات اهـ.

FOKUS :
كما هو الشائع بين الناس فلا أصل له
Fatwa Syekh Utsaimin :
وقال الشيخ ابن عثيمين:
(ملك الموت) : وقد اشتهر أن اسمه (عزرائيل) ، لكنه لم يصح، إنما ورد هذا في آثار إسرائيلية لا توجب أن نؤمن بهذا الاسم، فنسمي من وُكِّل بالموت بـ (ملك الموت) كما سماه الله عز وجل في قوله: (قل يتوفاكم ملك الموت الذي وكل بكم ثم إلى ربكم ترجعون) اهـ. "فتاوى ابن عثيمين" (3/161)
FOKUS :
لا توجب أن نؤمن بهذا الاسم

J A W A B A N :
> Sedot Wc
Wa'alaikumussalam.. DIANTARA PERKARA YANG WAJIB DIYAKINI IALAH SESUNGGUHNYA MALAIKAT PENCABUT NYAWA INI MALAIKAT IZROIL YANG BERTUGAS MENCABUT NYAWA DENGAN SEIZIN ALLAH SWT.WALAU BINATANG PELA PELA(LALAT YG BESAR)
KARENA ADA FIRMAN ALLAH SWT. : Katakanlah:malaikat maut yang diserahi untuk mencbut nyawamu akan memtikan kamu.kemudian hanya kepda ALLAH SWT.lah kami akan di kembalikan(assajadah ayat 11).

Dalil yg diriwayatkan oleh imam Thobroni dan lainya dari malaikat maut : Demi allah, andaikta aku menghendaki mencabut nyawa nyamuk pasti aku tidak mampu mencabutnya, sehingga Allah SWT. Dzat yang telah mengizinkan untuk mencabutnya
WADAKARO BA'DUHUM ANNALLAHA TA'ALA HUWAL LADII YAQBIDHU *(nyabut) RUKHA MALAKIL MAUTI WA ARWAAKHAS SUHADAAI.
Malaikat sama suhada' yg nyabut nyawanya hanya Allah SWT. *^_^* kitab tanwirul qulub *^_^*

> Abdurrahman As-syafi'i
و عزرائيل و هو الموكل بقبض الروح
اسعاد الرفيق ١/٤٤
و عزرائيل مو كل بقبض ارواح الخلائق اى باخراج ارواح كل من له روح من مفرها و لو قمل او بعوضة او برغوثا كما ذهب اليه اهل الحق خلافا للمعتزلة حيث ذهبوا الى انه لا يقبض ارواح غير اهل الثقلين من الملائكة و الطيور و غيرهم و خلافا للمبتدعة حيث ذهبوا الى انه لا يقبض ارواح البهائم بل يقبضها اعوانه شكره الباجورى
نور الظلام ١٧
و اما عزرئيل عليه السلام) فانه موكل بقبض الارواح من بنى ادم و غيرهم و كذلك سائر الطيور و الوحوش و كل ذى روح
بدائع الزهور ٣٥
Jika menilik keterangan-keterangan kitab tersebut di atas sebenarnya tugas Malaikat izroil itu sudah jelas, mencabut nyawa !

> Mbah Godek
فأرسل الله اليها عزرائيل فلما هبط اليها وكزها بحربة كانت معه فاضطربت فمد يده اليها فأقسمت عليه وقالت له مثل ما قالت لأخويه فقال لها أمر الله خير من قسمك وقبض من زواياها الأربع من جميع أديمها من أسودها وابيضها وأحمرها من سهلها وجبلها وأعاليها وأسالفها ثم أتى بتلك القبضة بين يدى الله تعالى فقال الله تعالى له لم لم تجبها وقد أقسمت بى عليك فقال يارب أمرك أوجب وخوفك أرهب فقال له اذن أنت ملك الموت وقابض الأرواح ومنتزعها من الاشباح ولم يكن قبل ذلك ملك الموت
[Imam tsa'labi bercerita dalam kitabnya] : ...Kemudian ALLOH mengutus izroil,ketika izroil turun kebumi dan menancapkan tombak yang ada kantong yang ada padanya,maka bumi jadi guncang,terus izroil mengulurkan tangannya,lalu bumi bersumpah pada izroil sebagaimana sumpah yang disampaikan pada kedua saudaranya,maka izroil menjawab,taat pada perintah ALLOH itu lebih baik daripada menuruti sumpahmu,kemudian izroil mengambil secakupan tanah dari pojokan 4 yang diambil dari inti sari bumi,hitamnya,putihnya,merahnya,dari gunungnya,atasnya dan bawahnya,kemudian secakupan tersebut diserahkan pada ALLOH.lalu ALLOH bertanya,kenapa kamu tidak menuruti sumpahnya?padahal dia bersumpah atas namaku?izroil menjawab,YA TUHANKU,,perintahmu lebih berhak dilakukan,dan takut padamu lebih diutamakan,lalu ALLOH berfirman,,mulai sekarang kamu jadi malaikat maut,dan malaikat pencabut nyawa dan malaikat pengambil nyawa dari jasaddan sebelum kejadian ini belum ada yang namanya malaikat maut.

> Masaji Antoro
Wa'alaikumsalam Beberapa rujukan kitab yang menerangkan bahwa nama malaikat yang ditugasi Allah mencabut nyawa adalah 'IZROIL, dan termasuk hal yang wajib di imani oleh setiap orang mukallaf.
KITAB-KITAB TAFSIIR :
قال عبد الرحمن بن ساباطٍ: تدبير أمر الدنيا إلى أربعة؛ جبريل وميكائيل وملك الموت واسمه عزرائيل وإسرافيل، فأما جبريل فموكل بالرياح والجنود، وأما ميكائيل فموكل بالقَطْر والنبات، وأما ملك الموت فموكل بقبض الأنفس في البر والبحر، وأما إسرافيل فهو يتنزل بالأمر عليهم،
Tafsiir al-Qurthuby 19/190 dan Tafsiir as-Syaukany V/371
و {مَّلَكُ ٱلْمَوْتِ} : اسمه عزرائيل ، ومعناه عبد الله.
Tafsiir Bahr al-Muhiith VII/195
ومن جملة أكابر الملائكة إسرافيل وعزرائيل صلوات الله عليهما وقد ثبت وجودهما بالأخبار وثبت بالخبر أن عزرائيل هو ملك الموت
Tafsiir al-Fakhr ar-Raazi III/383
{فَٱلْمُدَبِّرَٰتِ أَمْرًا} يعني: الملائكة الذين جعل إليهم تدبير الخلق، وهم جبريل وميكائيل، وإسرافيل، وعزرائيل، عليهم السلام. أما جبريل فعلى الوحي، وإنزال الرحمة، والعذاب على الخلائق بأمر الله وأما ميكائيل فعلى الأمطار والنبات، يقسم على البلاد والعباد بإذن الله. وأما عزرائيل / وهو ملك الموت، فعلى قبض الأرواح عند انقضاء أجلهم بإذن الله تعالى. وإما إسرافيل، فعلى النفح في الصور متى أمره الله تعالى،
Tafsiir Samarqandy III/442
وأخرج ابن أبي الدنيا وأبو الشيخ في العظمة عن أشعث بن شعيب رضي الله عنه قال: سأل إبراهيم عليه السلام ملك الموت واسمه عزرائيل وله عينان في وجهه، وعين في قفاه فقال: يا ملك الموت ما تصنع إذا كانت نفس بالمشرق ونفس بالمغرب، ووضع الوباء بأرض، والتقى الزحفان كيف تصنع؟ قال أدعو الارواح بإذن الله فتكون بين أصبعي هاتين.
Ad-Dur al-Mantsuur VI/540
وقال مقاتل والكلبي: بلغنا أنَّ اسم ملك الموت عزرائيل وله أربعة أجنحة: جناح له بالمشرق، وجناح له بالمغرب، وجناح له في أقصى العالم من حيث يجيء ريح الصبا، وجناح من الأفق الآخر. ورجل له بالمشرق، والأخرى بالمغرب، والخلق بين رجليه، ورأسه وجسده كما بين السماء والأرض، وجُعلت له الدنيا مثل راحة اليد، صاحبها يأخذ منها ما أَحبّ في غير مشقة ولا عناء، أي مثل اللّبنة بين يديه فهو يقبض أنْفُس الخلق في مشارق الأرض ومغاربها، وله أعوان من ملائكة الرحمة وملائكة العذاب.
Tafsiir Tsa’laby III/4
فقال: " قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ " يقبض أرواحكم {مَّلَكُ ٱلْمَوْتِ ٱلَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ} أي وكل بقبض أرواحكم وهو عزرائيلُ ,
Al-Lubaab Fi ‘Uluum al-Kitaab 15/470
قال عبدُ الرَّحمنِ بنُ ساباط: تدبير أمر الدنيا إلى أربعة: جِبْرِيلِ, ومِيْكَائِيلِ, وملكِ الموتِ واسمه عِزْرَائِيلُ , وإسْرَافِيْل, فأمَّا جِبْرِيْل, فمُوكِّلٌ بالرياح, والجنود, وأمَّا كِيْكَائِيْل, فموكَّلُ بالقَطْرِ والنَّباتِ, وأمَّا ملكُ الموتِ فمُوكَّلٌ بقبض الأرْواحِ في البرِّ والبَحْرِ, وأما إسْرَافِيلُ, فهو ينزلُ بالأمر عليهم, وليس في الملائكة أقربُ من إسرافيلـ وبينه وبين العرش خَمْسمائةِ عامٍ.
Al-Lubaab Fi ‘Uluum al-Kitaab 20/121
قل} أي: يا أفضل الخلق لهم {يَتَوَفَّـﯩـٰكُم} أي: يقبض أرواحكم {مَّلَكُ ٱلْمَوْتِ ٱلَّذِى وُكِّلَ بِكُمْ} أي: بقبض أرواحكم وهو عزرائيل عليه السلام
Tafsiir Siraaj al-Muniir III/261

DARI KITAB-KITAB HADITS DAN LAINNYA
ومن أكابر الملائكة إسرافيل وعزرائيل عليهما السلام والأخبار كثيرة دلت عليهما وثبت أن عزرائيل عليه السلام ملك الموت ويجب أن يكون له شعب وأما إسرافيل عليه السلام فدلت الأخبار أنه صاحب الصور، الرابعة ملائكة الجنة والنار، الخامسة الموكلون ببني آدم، السادسة الموكلون بأطراف العالم. إلى هنا كلامه. وذكر في تفسيره الكبير أن أشرف الملائكة جبريل وميكائيل عليهما السلام لتخصيصهما بالذكر في قوله {مَن كَانَ عَدُوًّا لِّلَّهِ وَمَلـٰۤـﯩـِٕكَتِهِۦ وَرُسُلِهِۦ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَـٰلَ} وأن جبريل أفضل من ميكائيل واحتج عليه بما تقدم وظاهر كلام الزمخشري أن جبريل عليه السلام أفضل مطلقاً
Faidh al-Qadiir III/138
والقابض من جميع الأرض هو عزرائيل عليه الصلاة والسلام فنسب الفعل إليه تعالى لأنه بأمره وإرادته،
Marqah al-Mafaatih I/289
(وَ) مما يجب اعتقاده (أَنَّ مَلَكَ الْموت) اسمه عزرائيل وقيل عبد الجبار (يَقْبُض أَلارْوَاحَ) كلها أرواح الإنس والجن والملائكة (بإذْن رَبَّه) قال تعالى {قل يتوفاكم ملك الموت الذي وكل بكم}
Kifaayah at-Thoolib ar-Robbany I/56
أن الله وَكّلَ ملكاً يسمى عزرائيل بقبض أرواح المخلوقات من إنس وجن وغيرهم من كل ذي روح من الطيور والبهائم
Ats-Tsamar ad-Daany I/5
(وَ) يَجِبُ عَلَى كُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَعْتَقِدَ (أَنَّ مَلَكَ الْمَوْتِ) وَهُوَ عِزْرَائِيلُ وَقِيلَ اسْمُهُ عَبْدُ الْجَبَّارِ (يَقْبِضُ) جَمِيعَ (الْأَرْوَاحِ) مِنْ مَقَرِّهَا أَوْ مِنْ يَدِ أَعْوَانِهِ الْمُعَالِجِينَ لِنَزْعِهَا مِنْهُ لَكِنْ (بِإِذْنِ رَبِّهِ) لِمَا فِي الْخَبَرِ: «وَاَللَّهِ لَوْ أَرَدْت قَبْضَ رُوحِ بَعُوضَةٍ مَا قَدَرْت عَلَى ذَلِكَ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ أَذِنَ بِقَبْضِهَا»
Al-Fawaakih ad-Daany I/59
قال أشعث بن أسلم: سأل إبراهيم عليه السلام ملك الموت ـ واسمه عزرائيل وله عينان: عين في وجهه وعين في قفاه ـ فقال: يا ملك الموت ما تصنع إذا كان نفس بالمشرق ونفس بالمغرب ووقع الوباء بأرض والتقى الزحفان كيف تصنع؟ قال: أدعوا الأرواح بإذن الله فتكون بـين أصبعي هاتين،
Ihyaa ‘Uluum ad-Diin IV/396
Wallaahu A'lamu Bis Showaab

> Abdullah Afif
Diantara riwayat bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam menyebutkan nama Izarail adalah :

Pertama:
Dalam Kitab Jaami'ul Ahaadiits 29/305-306 :
أنبأنا يوسف بن المبارك بن كامل الخفاف قال أشهد بالله وأشهد لله لقد أخبرنى محمد بن عبد الباقى الأنصارى قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى أبو بكر أحمد بن ثابت الخطيب قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنا القاضى أبو العلاء محمد بن على الواسطى قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى أبو محمد عبد الله بن أحمد بن عبد الله بن المليح السجزى وقال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى على بن محمد الهروى قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى عبد السلام بن صالح قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى على بن موسى الرضى وقال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى أبى موسى بن جعفر قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى أبى جعفر بن محمد قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى أبى محمد بن على قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى على بن الحسين قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى أبى الحسين بن على قال أشهد بالله وأشهد لله
لقد حدثنى أبى على بن أبى طالب قال : أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى رسول الله - صلى الله عليه وسلم - قال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى جبريل فقال أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى ميكائيل وقال أشهد بالله وأشهد لله
لقد حدثنى عزرائيل وقال أشهد بالله وأشهد لله أن الله قال مدمن خمر كعابد وثن
...sungguh telah menceritakan aku, Izrail, dan dia berkata: Aku bersaksi dengan Allah, aku bersaksi untuk Allah, sesungguhnya pencandsu khamr seperti penyembah berhala
Sumber link : http://islamport.com/d/1/mtn/1/37/1067.html

Kedua:
Dalam Kitab al Haawi lil Fataawi 3/64
وعن جابر بن عبد الله عن النبي عليه السلام لما أسرى بي مررت بملك جالس على سرير من نور إحدى رجليه في المشرق والأخرى في المغرب والدنيا كلها بين عينيه وبين يديه لوح فقلت يا جبريل من هذا قال عزرائيل تقدم فسلم عليه فسلمت عليه
dan dari Jabir bin Abdullah, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam:
Ketika aku di isra`kan, aku melewati malaikat yang duduk diatas singgasana dari nur........
Aku berkata: Wahai Jibril siapakah ini ?
Jibril berkata: (Dia) Izrail. Majulah ucapkan salam untuknya. Maka aku mengucapkan salam untuknya.........
Sumber Link:
http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?bk_no=130&ID=208&idfrom=370&idto=470&bookid=130&startno=85

Adapun ATSAR yang menerangkan adanya Izrail, diatas sudah dikutip oleh yai Masaji Antoro......
Adapun Ulama yang mengatakan adanya Izrail adalah:

Pertama:
Imam Qadhi 'Iyaadh dalam kitab Asysyifaa bita'riifl huquuqil Mushthafaa juz III halaman 596
أو حققنا علمه بالخبر المتواتر والمشتهر المتفق عليه بالإجماع القاطع ، كجبريل وميكائيل ، ومالك ، وخزنة الجنة وجهنم والزبانية ، وحملة العرش المذكورين في القرآن من الملائكة ، ومن سمي فيه من الأنبياء ، وكعزرائيل
atau telah kita tahqiq diketahuinya dengan khabar mutawatir dan yang masyhur yang telah muttafaq 'alaih dengan ijma' yang pasti seperti Jibril............dan seperti Izrail......
sumber link : http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=163&idto=163&bk_no=118&ID=181

Syeikh Ibnu Taimiyyah dalam kitab Majmuu' Fataawaa juz II halaman 259

وسئل : - هل جميع الخلق حتى - الملائكة - يموتون ؟ فأجاب : - الذي عليه أكثر الناس : أن جميع الخلق يموتون حتى الملائكة وحتى عزرائيل ملك الموت

Ibnu taimiyyah ditanya: Apakah semua makhluq hingga malaikat mati ? Beliau menjawab: Pendapat mayoritas bahwa semua makhluq mati, bahkan malaikat, bahkan Izrail malaikat maut
sumber link: http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=22&ID=372
Sementara al Hafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya juz VI halaman 360 menjelaskan :

وقد سمي في بعض الآثار بعزرائيل وهو المشهور

WA QAD SUMMIYA FII BA'DHIL AATSAARI BI IZRAA`IILA WAHUWA ALMASYHUUR dan malakul maut didalam sebagian atsar dinamakan Izrail, dan yang masyhur.
Sementara beliau dalam al Bidaayah wannihaayah juz I halaman 49 :
وأما ملك الموت فليس بمصرح باسمه في القرآن ولا في الاحاديث الصحاح. وقد جاء تسميته في بعض الآثار بعزرائيل والله أعلم.
Adapun malakul maut, maka tidak dijelaskan namanya didalam al Quran dan hadits shahih.
Penyebutan namanya ada dalam sebagian atsar dengan Izrail.

Catatan : Riwayat yang termaktub dalam kitab Jaami'ul Ahaadiits, dijelaskan oleh Imam Suyuthi dalam kitab al Habaa`ik fii akhbaaril Malaa`ik bahwa hadits tsb diriwayatkan oleh Imam Ibnunnajjaar dalam Taarikhnya:
Berikut sanad dan matannya:
وأخرج ابن النجار في تاريخه أخبرنا يوسف بن المبارك بن الكامل الخفاف قال: أشهد بالله وأشهد لله لقد أخبرنى محمد بن عبد الباقي الأنصارى قال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى القاضي أبو العلاء محمد بن علي الواسطى وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثني عبد السلام بن صالح وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثني علي بن موسى الرضى وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثني علي بن موسى الرضى وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثني أبى موسى بن جعفر وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثني أبى على بن أبى طالب وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى جبريل وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى ميكائيل وقال: أشهد بالله وأشهد لله لقد حدثنى عزرائيل وقال: أشهد بالله وأشهد لله إن الله تعالى قال: مدمن خمر كعابد وثن.
Sumber link : http://sh.rewayat2.com/akida/Web/21944/001.htm (1/53)
Wallaahu A'lam

> Najwa Asnawi
Tambahan 'Ibaroh :
( أرسل ملك الموت ) لم يرد تسميته في حديث مرفوع , وورد عن وهب بن منبه أن اسمه عزرائيل , رواه أبو الشيخ في العظمة ( إلى موسى , فلما جاءه صكه ففقأ عينه ) قال ابن خزيمة أنكر بعض المبتدعة هذا الحديث , وقالوا : إن كان موسى [ ص: 119 ] عرفه , فقد استخف به , وإن كان لم يعرفه فكيف يقتص له من فقء عينه ؟ والجواب : إن موسى عليه السلام إنما لطمه ؛ لأنه رأى آدميا دخل داره بغير إذنه , ولم يعلم أنه ملك الموت , وقد أباح الشارع فقء عين الناظر في دار المسلم بغير إذن , وقد جاءت الملائكة إلى إبراهيم , وإلى لوط عليهما السلام في صورة آدميين فلم يعرفاهم ابتداء , وعلى تقدير أن يكون عرفه فمن أين لهذا المبتدع مشروعية القصاص بين الملائكة , والبشر ؟ ثم من أين له أن ملك الموت طلب القصاص من موسى فلم يقتص له ؟ ولخص الخطابي كلام ابن خزيمة وزاد فيه أن موسى دفعه عن نفسه لما ركب فيه من الحدة , وأن الله تعالى رد عين ملك الموت ليعلم موسى أنه جاءه من عند الله , فلهذا استسلم حينئذ , وقال ابن قتيبة : إنما فقأ موسى العين التي هي تخييل وتمثيل , وليست عينا حقيقة , ومعنى رد الله عينه أي : أعاده إلى خلقته , وقيل : هو على ظاهره , ورد الله إلى ملك الموت عينه البشرية ليرجع إلى موسى على كمال الصورة , فيكون ذلك أقوى في اعتباره , وقال غيره : إنما لطمه ؛ لأنه جاء لقبض روحه من قبل أن يخيره لما ثبت أنه لم يقبض نبي حتى يخير , فلهذا لما خيره في المرة الثانية أذعن ( على متن ثور ) بفتح وسكون المثناة هو الظهر , وقيل : هو مكتنف الصلب بين العصب واللحم ( ثم مه ) هي ما الاستفهامية حذفت ألفها , وألحق بها هاء السكت ( فلو كنت ثم ) بفتح المثلثة أي : هناك ( تحت الكثيب الأحمر ) بالمثلثة وآخره موحدة بوزن عظيم : الرمل المجتمع , ويقال : [ ص: 120 ] إن ملك الموت أتاه بتفاحة من الجنة فشمها فمات , وعن وهب بن منبه أن الملائكة تولوا دفنه , والصلاة عليه , وأنه عاش مائة وعشرين سنة .
شرح السيوطي لسنن النسائي
Sumber : http://www.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=2594&idto=2595&bk_no=57&ID=1167
Fokus :
( أرسل ملك الموت ) لم يرد تسميته في حديث مرفوع , وورد عن وهب بن منبه أن اسمه عزرائيل

LINK ASAL :
http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/489841891038624/

Orang awam bebas memilih mazdhab

Para ulama berdebat mengenai apakah kebenaran dalam Islam itu tunggal atau plural. Mereka yang berpendapat bahwa kebenaran itu tunggal disebut dengan kelompok mukhatti'ah. Bagi kelompok ini, hanya ada satu pendapat yang benar, dan itu hanya Allah yang tahu. Yang lain dianggap keliru.

Namun ada kelompok lain yang berpandangan berbeda: semua pendapat dalam fiqh itu benar, namun pendapat mana yang paling benar menurut Allah, kita tidak mengetahuinya. Kelompok ini disebut mushawwibah.

Imam Sya'rani dalam kitabnya al-Mizan al-Kubra menjelaskan bahwa keempat mazhab dalam fiqh itu semuanya benar, memiliki silsilah sampai ke Rasul, dan para pengikutnya akan melewati shiratal mustaqim dengan mulus dan memasuki surga sesuai dengan kubah mazhabnya masing-masing bersanding dengan kubah Nabi Muhammad.

Bagi kelompok mukhatti'ah, meskipun mereka menganggap kebenaran itu tunggal, namun mereka mengakui Hadis Nabi yang mengisyaratkan para mujtahid yang salah ber-ijtihad akan mendapat satu pahala, sedangkan yang ijtihadnya benar akan mendapat dua pahala. Ini artinya, yang dimata Allah keliru pun akan mendapat pahala. Allah menghargai usaha keras dan sungguh-sungguh yang dilakukan mereka yang menggali hukumNya.

Kalau begitu, mazhab mana yang sebaiknya kita ikuti? Imam Sya'rani menyampaikan bahwa 'amiy la mazhaba lahu (orang awam itu tidak punya mazhab). Artinya orang awam itu tidak punya pendapat. Namanya juga orang awam, tidak mungkin memiliki pendapat sendiri dalam memahami al-Quran dan Hadis. Kita tidak punya kapasitas utk berijtihad. Maka orang awam itu tidak terikat pada mazhab manapun; mereka bebas memilih mazhab mana yang mereka kehendaki, yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang mereka hadapi. Islam itu mudah, jangan dibikin susah...
 

Para ulama berdebat mengenai apakah kebenaran dalam Islam itu tunggal atau plural. Mereka yang berpendapat bahwa kebenaran itu tunggal disebut dengan kelompok mukhatti'ah. Bagi kelompok ini, hanya ada satu pendapat yang benar, dan itu hanya Allah yang tahu. Yang lain dianggap keliru. Namun ada kelompok lain yang berpandangan berbeda: semua pendapat dalam fiqh itu benar, namun pendapat mana yang paling benar menurut Allah, kita tidak mengetahuinya. Kelompok ini disebut mushawwibah. Imam Sya'rani dalam kitabnya al-Mizan al-Kubra menjelaskan bahwa keempat mazhab dalam fiqh itu semuanya benar, memiliki silsilah sampai ke Rasul, dan para pengikutnya akan melewati shiratal mustaqim dengan mulus dan memasuki surga sesuai dengan kubah mazhabnya masing-masing bersanding dengan kubah Nabi Muhammad. Bagi kelompok mukhatti'ah, meskipun mereka menganggap kebenaran itu tunggal, namun mereka mengakui Hadis Nabi yang mengisyaratkan para mujtahid yang salah ber-ijtihad akan mendapat satu pahala, sedangkan yang ijtihadnya benar akan mendapat dua pahala. Ini artinya, yang dimata Allah keliru pun akan mendapat pahala. Allah menghargai usaha keras dan sungguh-sungguh yang dilakukan mereka yang menggali hukumNya. Kalau begitu, mazhab mana yang sebaiknya kita ikuti? Imam Sya'rani menyampaikan bahwa 'amiy la mazhaba lahu (orang awam itu tidak punya mazhab). Artinya orang awam itu tidak punya pendapat. Namanya juga orang awam, tidak mungkin memiliki pendapat sendiri dalam memahami al-Quran dan Hadis. Kita tidak punya kapasitas utk berijtihad. Maka orang awam itu tidak terikat pada mazhab manapun; mereka bebas memilih mazhab mana yang mereka kehendaki, yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang mereka hadapi. Islam itu mudah, jangan dibikin susah...

= Prof. Nadirsyah Hosen =

Puasa Rajab Dalam Pandangan 4 Madzhab Aswaja




Syaikh Abdurrahman al-Jaziri menjelaskan dalam kitabnya yang menghimpun 4 madzhab Ahlisunnah wal Jamaah, pendapat para ulama mengenai puasa bulan Rajab, beliau berkata:

يُنْدَبُ صَوْمُ شَهْرِ رَجَبَ وَشَعْبَانَ بِاتِّفَاقِ ثَلَاثَةٍ مِنَ الْأَئِمَّةِ وَخَالَفَ الْحَنَابِلَةُ ( الْحَنَابِلَةُ قَالُوْا : إِفْرَادُ رَجَبَ بِالصَّوْمِ مَكْرُوْهٌ إِلَّا إِذَا أَفْطَرَ فِي أَثْنَائِهِ فَلَا يُكْرَهُ ) (الفقه على المذاهب الأربعة – ج 1 / ص 895)
“Dianjurkan puasa bulan Rajab dan Sya’ban, berdasarkan kesepakatan 3 madzhab (Hanafi, Maliki dan Syafii). Sedangkan madzhab Hanbali berbeda. Mereka berkata: Mengkhususkan bulan Rajab dengan berpuasa adalah makruh, kecuali tidak melakukan puasa di bulan Rajab secara penuh selama 1 bulan” (al-Fiqh ala Madzahib al-Arba’ah 1/895)

Mengenai bulan-bulan 4 yang mulia diatas, Syaikh Abdurrahman al-Jaziri kembali menjelaskan pandangan ulama 4 madzhab sebagai berikut:

أَمَّا الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ وَهِيَ أَرْبَعٌ : ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَةٌ وَهِيَ ذُوْ الْقَعْدَةِ وَذُوْ الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَوَاحِدٌ مُنْفَرِدٌ وَهُوَ رَجَبُ فَإِنَّ صِيَامَهَا مَنْدُوْبٌ عِنْدَ ثَلَاثَةٍ مِنَ الْأَئِمَّةِ وَخَالَفَ الْحَنَفِيَّةُ ( الْحَنَفِيَّةُ قَالُوْا : الْمَنْدُوْبُ فِي الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ أَنْ يَصُوْمَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلٍّ مِنْهَا وَهِيَ : الْخَمِيْسُ وَالْجُمْعَةُ وَالسَّبْتُ ) (الفقه على المذاهب الأربعة – ج 1 / ص 895)
“Adapun bulan-bulan mulia, yaitu 4 bulan, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab, maka melakukan puasa di bulan-bulan tersebut adalah sunah menurut 3 madzhab, yakni Maliki, Syafii dan Hanbali. Adapun madzhab Hanafi berkata: Yang sunah dalam berpuasa di bulan-bulan mulia tersebut adalah berpuasa sebanyak 3 hari, yaitu hari Kamis, Jumat dan Sabtu” (al-Fiqh ala Madzahib al-Arba’ah 1/895)
Secara terperinci berikut adalah pendapat para ulama madzhab Ahlissunnah:

A. Madzhab Hanafi
لِأَنَّ صَوْمَ رَجَبَ كَانَ مَشْرُوعًا (المبسوط ابو بكر السرخسي- ج 4 / ص 72)
“Puasa Rajab adalah disyariatkan” (Abu Bakar as-Sarakhsi dalam al-Mabsut, 4/72)

Related Articles


7 malaikat sebelum diciptakan langit dan bumi

Diriwayatkan oleh Abdullah ibnul Mubarok dari Khalid bin Ma’dan, ia pada sahabat Mu’adz bin Jabal, Rasulullah SAW bersabda :
"Sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan 7 malaikat sebelum menciptakan langit dan bumi, Allah jadikan setiap langit dari ketujuh langit seorang malaikat sebagai penjaga pintunya.
Para malaikat Hafatzoh naik dengan membawa sejumlah amal seseorang sejak pagi sampai sore, pada amal itu ada cahaya seperti cahaya matahari, dan Malaikat Hafadzoh dihentikan oleh malaikat penjaga langit

LANGIT PERTAMA
Penjaga langit PERTAMA berkata, “Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya! Akulah ‘Shaahibul Ghiibah’ karena orang tersebut suka GHIBAH (menggunjing).
LANGIT KEDUA
Penjaga langit KEDUA berkata, “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya, karena ia dengan amalannya ini hanyalah menghendaki kemanfaatan duniawi belaka ! Akulah ‘Malakal Fakhr’ karena orang tersebut suka BERMEGAH-MEGAHAN DALAM DUNIA.
LANGIT KETIGA
Penjaga langit KETIGA berkata, "Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal ini ke wajah pemiliknya! Akulah ‘Shaahibil Kibr’, karena orang tersebut suka TAKABBUR di dalam majelisnya.
LANGIT KEEMPAT
Penjaga langit KEEMPAT berkata, “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal ini ke wajah, punggung, dan perut dari si pemiliknya! Akulah ‘Shaahibul Ujbi’, karena orang tersebut suka UJUB (membanggakan diri).
LANGIT KELIMA
Penjaga langit KELIMA berkata, “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya dan pikulkanlah pada pundaknya! Akulah ‘Shaahibul Hasad’, karena orang tersebut suka HASAD (dengki).
LANGIT KEENAM
Penjaga langit KEENAM berkata, “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amal perbuatan ini ke wajah pemiliknya dan pikulkanlah pada pundaknya! Akulah ‘Shaahibur-Rahmah’, karena orang tersebut TIDAK PUNYA RASA KASIH SAYANG kepada sesama.
LANGIT KETUJUH
Penjaga langit KETUJUH berkata, “Berhentilah kalian! Pukulkanlah amalan ini ke wajah pemiliknya, pukullah anggota badannya dan siksalah hatinya dengan amal perbuatannya ini! Akulah ‘Shaahibudz-Dzikr’, karena orang tersebut suka RIYA yaitu MELAKUKAN AMAL BUKAN KARENA ALLAH MELAINKAN AGAR MENDAPAT PUJIAN ORANG LAIN.
Kemudian naiklah Malaikat Hafadzoh dengan membawa amal perbuatan seorang hamba berupa shalat, zakat, shaum, haji, umrah, berakhlak baik, diam, dan dzikrullah Ta’ala. Seluruh malaikat langit yang tujuh mengumandang-kumandangkan pujian atas amal perbuatan tersebut, dan diangkatlah amalan tersebut dengan melampaui seluruh hijab menuju ke hadhirat Allah Ta’ala. Hingga sampailah dihadhirat-Nya, dan para malaikat memberi kesaksian kepada-Nya bahwa ini merupakan amal shalih yang dikerjakan secara ikhlash karena Allah Ta’ala.
Maka berkatalah Allah Ta’ala kepada Malaikat Hafadzoh, “Kalian adalah para penjaga atas segala amal perbuatan hamba-Ku, sedangkan Aku adalah Ar-Raqiib, Yang Maha Mengawasi atas segenap lapisan hati sanubarinya! Sesungguhnya ia dengan amalannya ini tidaklah menginginkan Aku dan tidaklah mengikhlashkannya untuk-Ku! Amal perbuatan ini ia kerjakan semata-mata demi mengharap sesuatu yang selain Aku! Aku yang lebih mengetahui ihwal apa yang diharapkan dengan amalannya ini! Maka baginya laknat-Ku, karena ini telah menipu orang lain dan telah menipu kalian, tapi tidakklah ini dapat menipu Aku! Akulah Yang Maha Mengetahui perkara-perkara yang ghaib, Maha Melihat segala apa yang ada di dalam hati, tidak akan samar bagi-Ku setiap apa pun yang tersamar, tidak akan tersembunyi bagi-Ku setiap apa pun yang bersembunyi! Pengetahuan-Ku atas segala apa yang akan terjadi adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas segala yang baqa (kekal), Pengetahuan-Ku tentang yang awal adalah sama dengan Pengetahuan-Ku tentang yang akhir! Aku lebih mengetahui perkara-perkara yang rahasia dan lebih halus, maka bagaimana Aku dapat tertipu oleh hamba-Ku dengan ilmunya? Bisa saja ia menipu segenap makhluk-Ku yang tidak mengetahui, tetapi Aku Maha Mengetahui Yang Ghaib, maka baginya laknat-Ku!”
Maka berkatalah malaikat yang tujuh dan 3000 malaikat yang mengiringi, “Yaa Rabbana, tetaplah laknat-Mu baginya dan laknat kami semua atasnya!”, maka langit yang tujuh beserta seluruh penghuninya menjatuhkan la’nat kepadanya."

Dikutip dari Kitab Bidayatul Hidayah Lil Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al Ghazali At Thusii As Syafi'i radhiyallohu'anhu

Hati - hati memahami arti Iman




Diantara i'tiqad kaum Khawarij (aliran menyimpang) yang bertentangan dengan Ahlussunnah wal Jama'ah adalah berkaitan dengan makna Iman. Kaum Khawarij memiliki pendapat bahwa yang dimaksud dengan iman bukanlah pengakuan dalam hati dan mengucapkan dengan lisan saja, tetapi amal ibadah juga menjadi bagian dari rukun iman.

Berpijak dari hal itu, orang-orang (muslim) yang tidak mengerjakan shalat, puasa, zakat dan sebagainya maka dikatakan kafir oleh kaum Khawarij. Singkatnya, bagi kaum Khawarij, orang mukmin yang berbuat dosa, kecil maupun besar, maka orang itu kafir, wajib diperangi, boleh dibunuh, dan dirampas hartanya.

Oleh karena itulah, sahabat Mu'awiyah bin Abi Sufyan yangn dianggap telah berbuat dosa dengan melawan Khalifah yang sah, yaitu Sayyidina Ali, dicap kafir dan wajib diperangi. Termasuk juga pengikut Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Perlawanan Sayyidah 'Aisyah terhadap Sayyidina Ali bin Abi Thalib pun, dianggap kafir. Demikianlah pendirian kaum Khawarij.

Sedangkan kaum Ahlussunnah wal Jama'ah, memiliki pendirian bahwa rukun iman (pengertian iman) itu hanyalah dua, yaitu membenarkan dengan hati dan mengikrarkan dengan lisan.

Seorang muslim yang sudah membenarkan dalam hatinya bahwa Allah itu Ada dan Esa, Nabi Muhammad adalah Rasul Allah, lalu di ucapkannya dengan lisan, maka orang itu sudah muslim dan mukmin, serta berlaku baginya semua hukum yang berkaitan dengan orang mukmin.

Mereka hanya diminta mengucapkan syahadat:

اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمد رسول الله
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah Utusan Allah"
Adapun amal ibadah, seperti shalat, puasa, zakat dan lain sebagainya, maka itu untuk kesempurnaan Iman. Orang yang shalat dan mengerjakan amal ibadah dengan sebaik-baiknya, maka orang itu mukmin yang sempurna.

Yang kafir menurut Ahlussunnah wal Jama'ah, adalah orang yang MENG-I'TIQAD-KAN (berkeyakinan) bahwa shalat itu tidak wajib baginya, bahwa puasa itu tidak wajib baginya, bahwa mencuri itu boleh baginya, bahwa berzina itu halal baginya. Orang semacam ini dihukumi kafir karena ia menghalalkan yang sudah diharamkan oleh Allah.
 
 
Red. Ibnu Manshur
Dikutip dari buku "I'tiqad Ahlussunnah wal Jama'ah" karya KH. Sirajuddin Abbas, hal. 179 - 177. Cet. 8 Januari 2008, penerbit : Pustaka Tarbiyah Baru

Do'a malam pertama bulan rajab

Doa sebagian ulama ketika memasuki bulan Rajab:


“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”


 Foto: Doa sebagian ulama ketika memasuki bulan Rajab:

“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”

Macam - macam Do'a malam pertama bulan rajab



1. Doa Syeikh Abdul Qodir Al-Jilani radhiyallaahu 'anhu

إِلَهِيْ تَعَرَّضَ لَكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُتَعَرِّضُوْنَ، وَقَصَدَكَ الْقَاصِدُوْنَ، وَأَمَّلَ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ الطَّالِبُوْنَ؛ وَلَكَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ نَفَحَاتٌ وَجَوَائِزُ، وَعَطَايَا وَمَوَاهِبُ، تَمُنُّ بِهَا عَلَى مَنْ تَشَاءُ مِنْ عِبَادِكَ، وَتَمْنَعُهَا مِمَّنْ لَمْ تَسْبِقْ لَهُ الْعِنَايَةُ مِنْكَ
وَهَأَنَذَا عَبْدُكَ الْفَقِيْرُ إلَيْكَ، الْمُؤَمِّلُ فَضْلَكَ وَمَعْرُوْفَكَ، فَإِنْ كُنْتَ يَا مَوْلَايَ تَفَضَّلْتَ فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ، وَجُدْتَ عَلَيْهِ بِعَائِدَةٍ مِنْ عَطْفِكَ، فَصَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ، وَجُدْ عَلَيَّ بِطَوْلِكَ وَمَعْرُوْفِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

2. Doa Sayyidina Ali bin Abu Thalib karramallaahu wajhahu

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَآلِهِ مَصَابِيْحِ الْحِكْمَةِ، وَمَوَالِي النِّعْمَةِ، وَمَعَادِنِ الْعِصْمَةِ، وَاعْصِمْنِيْ بِهِمْ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ، وَلَا تَأْخُذْنِيْ عَلَى غِرَّةٍ، وَلَا عَلَى غَفْلَةٍ، وَلَا تَجْعَلْ عَوَاقِبَ أَمْرِيْ حَسْرَةً وَنَدَامَةً، وَارْضَ عَنِّيْ؛ فَإِنَّ مَغْفِرَتَكَ لِلظَّالِمِيْنَ، وَأَنَا مِنَ الظَّالِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَضُرُّكَ، وَأَعْطِنِيْ مَا لَا يَنْفَعُكَ، فَإِنَّكَ الْوَاسِعَةُ رَحْمَتُهُ، الْبَدِيْعَةُ حِكْمَتُهُ، فَأَعْطِنِيَ السَّعَةَ وَالدَّعَةَ، وَالْأَمْنَ وَالصِّحَّةَ، وَالشُّكْرَ وَالْمُعَافَةَ وَالتَّقْوَى، وَأَفْرِغِ الصَّبْرَ وَالصِّدْقَ عَلَيَّ وَعَلَى أَوْلِيَائِكَ، وَأَعْطِنِيْ الْيُسْرَ، وَلَا تَجْعَلْ مَعَهُ الْعُسْرَ، وَاعْمُمْ بِذَلِكَ أَهْلِيْ وَوَلَدِيْ وَإِخْوَانِيْ فِيْكَ، وَمَنْ وَلَدَنِيْ، مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

3. Doa Sayyid Hasan bin Abdullah Ba'alawi al Haddad radhiyallaahu 'anhumaa

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ، أَسْتَغْفِرُ اللهَ (ثلاثا)، وَأَتُوْبُ إِلَى اللهِ مِمَّا يُكَرِّهُ اللهَ قَوْلًا وَفِعْلًا، وَخَاطِرًا، وَبَاطِنًا وَظَاهِرًا، أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَغْفِرُكَ لِمَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ مِنْ جَمِيْعِ الذُّنُوْبِ وَالْآثَامِ. أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِذُنُوْبِيْ كُلِّهَا، سِرِّهَا وَجَهْرِهَا، وَصَغْيْرِهَا وَكَبِيْرِهَا، وَقَدِيْمِهَا وَجَدِيْدِهَا، وَأَوَّلِهَا وَآخِرِهَا، وَظَاهِرِهَا وَبَاطِنِهَا، وَأُتْوْبُ إِلَيْهِ. اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَغْفِرُكَ مِنْ ذَنْبٍ تُبْتُ إِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيْهِ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَرَدْتُ بِهِ وَجْهَكَ الْكَرِيْمَ فَخَالَطَهُ مَا لَيْسَ لَكَ فِيْهِ رِضًا، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا وَعَدْتُكَ بِهِ مِنْ نَفْسِيْ ثُمَّ أَخْلَفْتُكَ فِيْهِ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا دَعَانِيْ إِلَيْهِ الْهَوَي مِنْ قِبَلِ الرُّخَصِ مِمَّا اشْتَبَهَ عَلَيَّ وَهُوَ عِنْدَكَ حَرَامٌ،
وَأَسْتَغْفِرُكَ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، يَا عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ مِنْ كُلِّ سَيِّئَةٍ عَمِلْتُهَا، فِيْ بَيَاضِ النَّهَارِ وَسَوَادِ اللَّيْلٍ، فِيْ مَلَاءٍ وَخَلَاءٍ، وَسِرٍّ وَعَلَانِيَةٍ وأَنْتَ نَاظِرٌ إِلَيَّ إِذَا ارْتَكَبْتُهَا، وَأَتَيْتُ بِهَا مِنَ الْعِصْيَانِ، فَأَتُوْبُ إِلَيْكَ يَا حَلِيْمُ يَا كَرِيْمُ يَا رَحِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنَ النِّعَمِ الَّتِيْ أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ فَتَقَوَّيْتُ بِهَا عَلَى مَعْصِيَتِكَ وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذُّنُوْبِ الَّتِيْ لَا يَعْرِفُهَا أَحَدٌ غَيْرُكَ، وَلَا يَطَّلِعُ عَلَيْهَا أَحَدٌ سِوَاكَ وَلَا سَيَّعَهَا إِلَّا حِلْمُكَ، وَلَا يُنْجِيْنِيْ مِنْهَا إِلَّا عَفْوُكَ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِكُلِّ يَمِيْنٍ سَلَفَتْ مِنِّيْ فَحَنِثْتُ فِيْهَا وَأَنَا عِنْدَكَ مُؤَاخَذٌ بِهَا. وَأَسْتَغْفِرُكَ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ. وَزَكَرِيَّا إِذْ نَادَى رَبَّهُ رَبِّ لَا تَذَرْنِيْ فَرْدًا وَأَنْتَ خَيْرُ الْوَارِثِيْنَ. رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ فَرِيْضَةٍ أَوْجَبْتَهَا عَلَيَّ فِيْ آنَاءِ اللَّيْلِ وَأَطْرَافِ النَّهَارِ فَتَرَكْتُهَا خَطَأً أَوْ عَمْدًا أَوْ نِسْيَانًا أَوْ تَهَاوُنًا أَوْ جَهْلًا وَأَنَا مُعَاقَبٌ بِهَا. وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنْ كُلِّ سُنَّةٍ مِنْ سُنَنِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ نَبِيِّكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَرَكْتُهَا غَفْلَةً أَوْ سَهْوًا أَوْ نِسْيَانًا أَوْ تَهَاوُنًا أَوْ جَهْلًا أَوْ قِلَّةَ مُبَالَاةٍ بِهَا. وَأَسْتَغْفِرُكَ يَا مَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ، سُبْحَانَكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، لَكَ الْمُلْكُ وَلَكَ الْحَمْدُ، وَأَنْتَ حَسْبَنَا وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ، وَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. يَا جَابِرَ كُلِّ كَسِيْرٍ، وَيَا مُؤْنِسَ كُلِّ وَحِيْدٍ، وَيَا صَاحِبَ كُلِّ غَرِيْبٍ، وَيَا مُيَسِّرَ كُلِّ عَسِيْرٍ، يَا مَنْ لَا يَحْتَاجُ إِلَى الْبَيَانِ وَالتَّفْسِيْرِ، وَأَنْتَ عَلَى مَا تَشَاءُ قَدِيْرٌ، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ، وَبِعَدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى رُوْحِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْأَرْوَاحِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى تُرْبَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي التُّرَابِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى قَبْرِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْقُبُوْرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى صُوْرَةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الصُّوَرِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى اسْمِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْأَسْمَاءِ، {لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ، فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ عَلَيْهُ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ}، وَصَلَّى اللهُ تَعَالَى عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

Sumber: Kanzun Najah wa al-Surur / (كنْز النجاح والسرور في الأدعية التي تشرح الصدور ص 39-43)
تأليف الشيخ عبد الحميد بن محمد علي قدس

Wallaahu A'lam
Semoga bermanfat


Oleh : Abdullah Afif (Pustaka Ilmu Sunni)

Related Articles

Kemana perginya ruh - arwah setelah dicabut?

PERTANYAAN :
Assalamu'alaikum wr wb, apakah bayi yg meninggal juga mendapatkan nikmat kubur ?

JAWABAN :
Lihat durrotun nasihin hal 179-180 cetakan darul fikr :

وسئل ابو بكر رضى الله تعالى عنه عن الارواح حين تخرج من الاجساد اين تذهب؟

قال فى سبعة مواضع اما ارواح الانبياء والمرسلين فمقرها جنات عدن واما ارواح العلماء فمقرها جنات الفردوس واما ارواح السعداء فمقرها جنات عليين واما ارواح الشهداء فتطير مثل الطيور فى الجنة حيث شاءت واما ارواح المؤمنين المذنبين فتكون معلقة فى الهواء لا فى الارض ولا فى السماء الى يوم القيامة واما ارواح اولاد المؤمنين فتكون فى جبل من المسك واما ارواح الكافرين فى سجين يعذبون مع اجسادهم الى يوم القيامة

Abu bakar RA ditanya tentang arwah-arwah ketika keluar dari jasadnya, ke manakah perginya ?? beliau menjawab, ada 7 tempat
1.adapun arwah para nabi dan rosul tempatnya adalah surga adnin
2.adapun arwah para ulama' tempatnya adalah surga firdaus
3.adapun arwah para su'ada' (khusnul khotimah) tempatnya adalah surga illiyyin
4.adapun arwahnya orang-orang mati syahid maka arwahnya berterbangan sebagaimana burung dan menuju dalam surga kapan ia mau
5.adapun arwahnya orang-orang mukmin yang berdosa maka bergelantungan diudara,tidak dibumi dan tidak dilangit sampai hari kiamat
6.adapun arwah para anak-anak orang mukmin tempatnya digunung yang terbuat dari misik
7.adapun arwahnya orang-orang kafir itu dineraka sijjin dan disiksa beserta jasad-jasad nya sampai hari kiamat

Wa'alaikumsalam. Arwah anak-anak orang muslim menurut banyak keterangan termasuk yang dinyatakan oleh Imam Syafi’i berada di surga menempat di perut burung pipit yang berdiam diri di lentera-lentera dan digantungkan di ‘Arsy, ada juga keterangan bahwa mereka berada di bawah gunung MISIK di surga....

الجنة و النار و فقد الاولاد 4 للإمام جلال الدين السيوطي

و سئل بعض العلماء عن الأرواح بعد الموت ، فقال إن روح الأنبياء في جنة عدن و أرواح الشهداء في الفردوس وسط الجنة في حواصل طيور خضر يطيفون في الجنة حيث شاءوا و أرواح أولاد المؤمنين في حواصل عصافير الجنة عند جبال المسك و أرواح أولاد المشركين يترددون في الجنة ليس لهم مكان مخصوص و ارواح الذين عليهم دين و يأكلون أموال الناس بالباطل معلقة في الهواء لا تصل إلى الجنة و لا إلى السماء ، و أرواح فساق الكفار تعذب في القبر مع الجسد ، و أرواح المنافقين في نار جهنم .

Sebagian Ulama ditanya tentang keberadaan arwah setelah meninggal, beliau menjawab : “Sesungguhnya arwah para nabi berada di surga Adn, arwah para syuhada disurga firdaus menempat pada perut burung hijau yang berlalu lalang mengelilingi surga, arwah para anak-anak orang muslim dalam perut burung pipit surga berada di bawah gunung MISIK, arwah para anak-anak orang musrik berputar-putar di surga namun tiada punya tempat khusus untuk menetap, arwah orang-orang yang memiliki tanggungan hutang, memakan harta orang lain dengan bathil digantungkan diangkasa dan tiada pernah sampai ke surga dan langit, arwah orang-orang fasik yang kafir disiksa dalam kubur mereka dan arwah-arwah orang munafik berada di neraka jahannam”.

ولابن منده عن ابن شهاب قال: بلغني أن أرواح الشهداء في أجواف طير خضر معلقة بالعرش، تغدو ثم تروح إلى رياض الجنة، تأتي ربها ولابن أبي حاتم عن ابن مسعود قال: إن أرواح الشهداء في أجواف طير خضر في قناديل تحت العرش، تسرح في الجنة حيث شاءت، ثم ترجع إلى قناديلها، وإن أرواح ولدان المؤمنين في أجواف عصافير، تسرح في الجنة حيث شاءت .

Dari Ibn mandah dari Ibn Syihab, beliau berkata : “Arwah para syuhada berada dalam perut burung hijau yang digantungkan di ‘Arsy, sembari menikamati makanan dan istirahat damai di taman surga dan mendatangi Tuhannya”. Sedang Ibn Hatim meriwayatkan dari Ibn Mas’ud ra, ia berkata : “Arwah para syuhada berada dalam perut burung hijau yang digantungkan dalam lentera-lentera ‘Arsy, mereka dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati, sedang arwah para anak-anak orang mukmin berada pada perut burung-burung pipit, mereka juga dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati”.
Dalam keterangan kitab lain terdapat tambahan keterangan bahwa arwah mereka dibawah naungan Nabi Ibrahim As dan Sarah yang kelak dihari kiamat dikembalikan pada orang tua mereka masing-masing.

ملخص لكتاب شرح الصدورفي شرح حال الموتى والقبور للسيوطي -وأما عن مقر الأرواح......و أولاد المؤمنين ففي جبل في الجنة يكفلهم إبراهيم وسارة حتى يردهم لآبائهم يوم القيامة.

Sedang tempat keberadaan arwah... Arwah anak-anak orang mukmin berada dibawah gunung yang ada disurga, diasuh oleh Nabi Ibrahim dan Sarah hingga dikemudian datangnya hari kiamat dikembalikan pada orang tua mereka masing-masing, mereka juga dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati”.

أرواح ذراري المسلمين في أجواف طير خضر تسرح في الجنة يكلفهم أبوهم إبراهيم فيدل هذا أنهما خلقنا

وكذلك نص الشافعي عن السلف على أن أطفال المسليمن في الجنة

وجاء صريحا عن السلف على أن أرواحهم في الجنة كما روى الليث عن أبي قيس عن هذيل عن ابن مسعود قال : إن أرواح الشهداء في أجواف طير خضر تسرح في الجنة حيث شاؤوا وإن أرواح أولاد المسلمين في أجواف عصافير تسرح بهم في الجنة حيث شاءت فتأوي إلى قناديل معلقة في العرش خرجه ابن أبي حاتم

Arwah para anak-anak orang mukmin berada pada perut burung-burung hijau di surga, mereka keluar masuk disurga berada dibawah asuhan Nabi Ibrahim AS, demikian juga pernyataan Imam Syafi’i dari sumber Ulama Salaf menyatakan sesungguhnya arwah anak-anak orang muslim berada di surga sebagaimana riwayat al-Layts dari Abu Qais dari Hudzail dari Ibn Mas’ud ra yang menyatakan : “Arwah para syuhada berada dalam perut burung hijau yang digantungkan dalam lentera-lentera ‘Arsy, mereka dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati, sedang arwah para anak-anak orang mukmin berada pada perut burung-burung pipit, mereka juga dapat keluar masuk dari tempat kediamannya sesuka hati, mereka menempat pada lentera-lentera yang digantungkan di Arsy”. [ Ahwaal al-Qubuur I/70 ].

Wallaahu A'lamu Bis Showaab.

Kyai dan Politk

KEPUTUSAN KOFERENSI BESAR PENGURUS BESAR 
SYURIAH NAHDLATUL ULAMA KE 1
Di Jakarta Pada Tanggal 21 - 25 Syawal 1379 H./18 - 22 April 1960 M.

294. Ulama di Pemerintahan

Soal: Bagaimana ulama-ulama kita yang menjabat dalam pemerintahan? Apakah tidak termasuk dalam sabda Nabi Muhammad Saw:


الْعُلَمَاءُ أَمَنَاءُ الرُّسُلِ مَا لَمْ يُخَالِطُوْا السَّلاَطِيْنَ. فَاِنْ خَالَطُوْهُمْ وَفَعَلُوْا ذَلِكَ فَقَدْ خَانُوْا الرُّسُلَ وَخَنُوْهُمْ فَاحْذَرْهُمْ وَاعْتَزِلُوْهُمْ

Artinya: "Para ulama adalah kepercayaan para Rasul atas para hamba Allah selama mereka tidak bergaul dengan penguasa. Akan tetapi kalau mereka bergaul dan berbuat demikian, maka sungguh mereka telah berkhianat kepada para rasul dan para hamba Allah, maka takut dan hindarilah mereka."
Dalam kitab AlMajmu' bahwasa jawa karya K. Sholeh Darat Semarang ditegaskan bahwa: "Ulama pejabat pemerintahan adalah orang-orang yang terhina dan tertipu", ataukah tidak termasuk dalam hadits tersebut? (NU Cab. Kudus)
Jawaban: Para ulama pejabat pemerintah itu tidak termasuk dalam hadits dan pendapat K. Sholeh seperti tersebut diatas, jika menjabatnya karena ada hajat/darurat/kemaslahatan agama, dan dengan niat yang baik.
Keterangan, dari kitab:
1. Is'ad al-Rafiq 'ala Sullam al-Taufiq, juz 2 hal. 31

وأن لا يكون مترددا على السلاطين وغيرهم من أرباب الرياسة في الدنيا إلا لحاجة وضرورة أو مصلحة دينية راجحة على المفسدة إذا كانت بنية حسنة. وعلى هذا يحمل ما جاء لبعضهم من المشي والتردد إليهم كالزهري والشافعي وغيرهما لا على أنهم قصدوا بذلك فضول الأعراض الدنيوية, قاله السمهودي

Dan hendaknya tidak bolak-balik pergi ke sultan dan para penguasa dunia lainnya kecuali karena hajah (ada kebutuhan), dharurah (terpaksa), atau terdapat kemaslahatan agama yang lebih besar dari pada mafsadahnya, dan dengan disertai niat baik.

Pada konteks seperti inilah pergaulan para ulama seperti imam Zuhri, Imamam Syafi'i dan ulama-ulama lainnya dengan para penguasa dipahami, bukan dalam konteks mereka mencari kepentingan-kepentingan duniawi. Demikian penjelasan Imam Samhudi.

Sumber :
 http://www.fikihkontemporer.com/2014/01/hukum-ulama-yang-berpolitik-dan-menjadi.html

KAJIAN FIQIH

ARSIP ARTIKEL

ARTIKEL TERPOPULER

Keutamaan memakai siwak atau sikat gigi

SIWAK

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ - رضي الله عنه - عَنْ النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ: لَوْلا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِي لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاةٍ

1 - “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sekiranya tidak menyusahkan atas umatku, niscaya akan aku suruh mereka untuk bersiwak pada setiap (akan) shalat.” (Shahih Bukhari, no.216 dan Shahih Muslim, no.292)

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ رضي الله عنهما قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ


2 - “Dari Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila bangun pada malam hari (untuk bertahajjud), maka beliau menggosok mulutnya dengan siwak.” (Shahih Bukhari, no.889, 1136 dan Shahih Muslim, no.255)

عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: دَخَلَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ - رضي الله عنه - عَلَى النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - وَأَنَا مُسْنِدَتُهُ إلَى صَدْرِي , وَمَعَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سِوَاكٌ رَطْبٌ يَسْتَنُّ بِهِ فَأَبَدَّهُ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - بَصَرَهُ. فَأَخَذْتُ السِّوَاكَ فَقَضَمْتُهُ , فَطَيَّبْتُهُ , ثُمَّ دَفَعْتُهُ إلَى النَّبِيِّ - صلى الله عليه وسلم - فَاسْتَنَّ بِهِ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - اسْتَنَّ اسْتِنَانًا أَحْسَنَ مِنْهُ , فَمَا عَدَا أَنْ فَرَغَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم -: رَفَعَ يَدَهُ - أَوْ إصْبَعَهُ - ثُمَّ قَالَ: فِي الرَّفِيقِ الأَعْلَى - ثَلاثاً - ثُمَّ قَضَى. وَكَانَتْ تَقُولُ: مَاتَ بَيْنَ حَاقِنَتِي وَذَاقِنَتِي


وَفِي لَفْظٍ: فَرَأَيْتُهُ يَنْظُرُ إلَيْهِ , وَعَرَفْتُ: أَنَّهُ يُحِبُّ السِّوَاكَ فَقُلْتُ: آخُذُهُ لَكَ؟ فَأَشَارَ بِرَأْسِهِ: أَنْ نَعَمْ. هَذَا لَفْظُ الْبُخَارِيِّ وَلِمُسْلِمٍ نَحْوُهُ


3 - “Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata; Abdurrahman bin Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallalahu ‘anhuma datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam saat beliau  bersandar di dadaku, ia datang sambil membawa kayu siwak basah yang biasa dia pakai. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun melihat kepadanya. Kemudian aku mengambil siwak tersebut, aku kunyah (digigit agar menjadi lunak saat dipakai) dan aku bersihkan.Lalu aku memberikannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau pun bersiwak dengannya. Aku tidak pernah melihat sebelumnya beliau bersiwak sebaik itu. Setelah selesai, beliau mengangkat tangannya, atau jarinya seraya berkata; Fi Arrafiiqul A'laa (Ya Allah, sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi sekarang aku memilih kekasihku yang tertinggi) sebanyak tiga kali. Lalu beliau wafat. Aisyah berkata; 'Beliau wafat di antara dagu dan tenggorokanku.”

Dan dalam satu redaksi; “Kemudian aku melihat beliau melihat kepadanya. Aku tahu kalau beliau menyukai siwak. Maka aku katakan kepada beliau; 'Aku ambilkan untukmu. Beliau memberi isyarat dengan kepalanya, yang berarti “Iya”. (Shahih Bukhari, no.890, 4438, 4449)

Ini adalah redaksi Imam Bukhari, dan redaksi Imam Muslim juga seperti itu.

عَنْ أَبِي مُوسَى الأَشْعَرِيِّ - رضي الله عنه - قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ - صلى الله عليه وسلم - وَهُوَ يَسْتَاكُ بِسِوَاكٍ رَطْبٍ , قَالَ: وَطَرَفُ السِّوَاكِ عَلَى لِسَانِهِ , وَهُوَ يَقُولُ: أُعْ , أُعْ , وَالسِّوَاكُ فِي فِيهِ , كَأَنَّهُ يَتَهَوَّعُ


4 - “Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata; "Aku datang menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada saat beliau sedang menggosok gigi dengan siwak yang basah, dan ujung siwak berada dilisannya. Beliau mengeluarkan suara, "u' u'." sementara kayu siwak berada di mulutnya seolah ingin muntah.” (Shahih Bukhari, no.244 dan Shahih Muslim, no.254)