Disaat
Imam Bukhari mendapat ujian atau fitnah di Naisabur yang membuat dia dibenci
dan dijauhi oleh banyak orang sehingga dia harus pergi meninggalkan Naisabur
berpindah ke Bukhara. Namun akhirnya setelah semuanya terungkap dan kebenaran atas
beliau, datanglah seorang yang bernama Abdul Majid bin Ibrahim dan berkata
kepada Imam Bukhari:
كيف لا تدعو الله هؤلاء الذين يظلمونك ويتناولونك ويبهتونك؟
“Bagaimana
Anda kok tidak mendoakan keburukan kepada mereka yang telah berbuat dzalim
kepada Anda, mengambil hak Anda dan berdusta atas nama Anda?”
Imam
Bukhari menjawab:
قال النبي صلى الله عليه وسلم: اصبروا حتى تلقوني على الحوض. وقال صلى الله عليه وسلم: من دعا على ظالمه فقد انتصر.
“Nabi
Saw. telah bersabda: “Bersabarlah kalian, sampai kalian
menemui aku di sebuah Telaga.” Dan Nabi Saw. juga pernah bersabda: “Barangsiapa
yang mendoakan keburukan kepada orang yang berbuat dzalim kepadanya, maka ia
pasti akan memperoleh kemenangan.”
Penjelasan:
Maksud
dari “Barangsiapa yang mendoakan keburukan kepada orang yang berbuat dzalim
kepadanya, maka ia pasti akan memperoleh kemenangan,” adalah yang bakal
mendapatkan kemenangan itu yang didzalimi, kalau dia berdoa kepada Allah. Jadi
doanya orang yang teraniaya itu dikabulkan. Kalau dibuat mendoakan “buruk” pada
yang menganiaya maka bakal hancur yang menganiaya tersebut.
Hadits
1, yang disitir oleh Imam Bukhari menunjukkan bahwa beliau sabar dalam
menjalani ujiannya tersebut. Karena dampaknya memang luar biasa, dan yang ia
hadapi adalah orang-orang yang juga pakar hadits.
Kemudian
hadits ke-2, yang beliau sitir menunjukkan bahwa beliau berada di pihak yang
benar. Dan Allah menjadikan badai berlalu.
Jadi
ada yang menafsiri beliau memang berdoa untuk orang-orang yang mendzaliminya. Atau
hadits ke-2 tersebut justru menunjukkan sebaliknya, yaitu maksudnya beliau tidak
(berani) mendoakan “buruk” pada orang-orang yang mendzaliminya.
Dalam
hal ini Imam Bukhari tetap bersikap professional, meski yang dianggap “penebar
fitnah” tersebut adalah seorang pakar hadits sezamannya yang bernama Muhammad bin
Yahya Adzukhliy, beliau tetap meriwayatkan sebagian haditsnya dari beliau. Masya
Allah, bentuk ta’dzim yang luar biasa.
Intinya
jika kita mendapat ujian berupa fitnah, maka pilihannya ada dua; Mendoakan
buruk kepada si penebar fitnah tersebut, atau bersikap sabar hingga mati
(bertemu Nabi di telaganya). Allahu A’lam.
Imam
Besar Jomblowan ikut nimbrung: “Betul sekali, itu merupakan pilihan. Kita
diperkenankan untuk memilih; berdoa buruk atasnya maka kan didapat kemenangan
atas orang dzalim itu, atau justru lebih memilih sabar sehingga balasannya
adalah jumpa dengan Nabi Saw. (kemenangan sejati).”
(Disadur oleh Syaikh Baba Naheel dari kitab Khalq Af’al al-‘Ibad
juz 1 halaman 71 karya Imam al-Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar