Selasa, 27 Juni 2017

Hukum memakai kerudung


Hukum Memakai Jilbab
(untuk teman-teman yang antipati terhadap Habib Quraisy Syihab)

Mohon maaf sebelumnya, supaya tidak terjadi salah faham dan faham yang salah. Perlu kami sampaikan kepada teman-teman yang antipati terhadap Pak Quraisy Syihab secara total karena menganggap bahwa Pak Quraisy sudah secara terang-terangan berfatwa tentang hukum memakai hijab yang sudah ijma' ulama dengan memakai referensi kitab "Ahkam al Fuqaha hlm 123" di mana dalam kitab itu dikutip tulisan Syech Hasan bin Ammar Al Hanafi dalam kitab Maraqi Al Falah Bi Imdadi Al Fattah, maka berikut kami kutip langsung dari kitab sumber sebagaimana yang ada di gambar.
Di sana tertulis

فشعر الحرة حتى المسترسل عورة فى الاصح وعليه الفتوى (ص 89)

"Rambut wanita merdeka hingga yang terurai adalah aurat menurut pendapat al ashah. Dan demikianlah yang telah difatwakan.

Oleh teman-teman dikatakan bahwa rambut itu aurat menurut ijma' ulama'.
Pemahaman bahwa itu ijma' jika mengacu dalam kitab tersebut jelas tidak tepat. Di sana secara nyata dikatakan dengan kalimat 'فى الاصح" di belakangnya, bukan اتفق di depannya atau على الاتفاق di belakangnya.
Dalam literasi fiqh, ada istilah "wajah/awjuh" yang bermacam-macam, ada adzhar, dzahir, masyhur, madzhab, ashah, shahih, dlaif dsb.

Adapun definisi "ashah" sebagaimana yang terkutip di atas adalah Pendapat yang diambil dari dua atau tiga lebih wajah (wajah adalah perbedaan pendapat antar pengikut Imam Syafii) yang perbedaanya kuat. Adapun lawan kata ashah adalah sahih (صحيح).

Dalam muqoddimah kitab Al Bayan Juz 1 hal 57 Imam Ibnu hajar mengistilahkan Al Ashah dengan kata- kata Al Aujuh (على الاوجه)
Artinya pendapat antara ashah dan shahih itu masing-masing dikemukakan oleh ulama Syafi’iyyah yang berlandaskan kaidah dan metode ushul fiqh Imam Syafi’i.
Antara ashah dan shahih SEMUA SAH DAN BOLEH DIAMALKAN. Hanya saja lebih kuat ashah namun bukan berarti mengikuti pendapat yang berlawanan itu tidak diperbolehkan, masih boleh.
Yang tidak boleh adalah menggunakan lawan kata shahih. Sebab lawan katanya adalah dlaif. Misal, ada satu keterangan menyatakan "على الصحيح" maka pendapat kesebalikannya adalah dlaif yang berarti lemah dan tidak boleh digunakan.

Jadi, kesimpulannya, jika kita melihat ibu nyai - ibu nyai dari para kiai alim dahulu seperti istri Mbah Kiai Ali Maksum, Mbah Wahid Hasyim, Mbah Bisyri dsb yang memakai kerudung dengan rambut terlihat adalah tidak masalah jika mengacu kaidah-kaidah tersebut.

Saya kira orang-orang alim dahulu itu lebih memahami fiqh secara detail dan mendalam.
Sekali lagi, tulisan ini saya tulis hanya dalam rangka supaya teman-teman tidak mudah antipati terhadap ulama' yang sudah diakui kredibilitasnya. Jangan-jangan kita saja yang belum sampai ilmunya. Apalagi hanya masalah satu fatwa lalu menganggap Habib Quraisy liberal, syiah dan macam-macam. Naudzu billah..
Dan jika niat kita amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana dikatakan oleh Pak Quraisy dalam mata najwa kemarin, sesuatu yang masuk kategori harus di'amar-ma'ruf nahi munkarkan' adalah ada beberapa syarat, di antaranya adalah mujma' alayh (telah disepakati ulama'). Dalam tataran sini, kita mungkin perlu meneliti dan menelaah kembali. Maksud saya, kita jangan sampai melihat perbedaan pendapat ini merupakan kemungkaran yang disepakati ulama, jangan! itu kurang tepat.
Mohon koreksi teman-teman. Silahkan ditulis di kolom komentar ya.

Brabo, 2 Syawal 1438 H / 26 Juni 2017 M

Semoga bermanfaat.

Orang Yang Punya Sanad Keilmuan Hingga Rasulullah Tidak Akan Liberal Dan Radikal


Orang Yang Memiliki Sanad Keilmuan Hingga Rasulullah Tidak Akan Liberal Dan Radikal
Penduduk dunia, misalnya di tanah air, tidaklah serta merta menjadi Islam seketika. Tidak tiba-tiba ada al-Quran lalu mereka memeluk Islam. Tidak dengan datangnya kitab hadis-hadis lalu berubah menjadi Muslim. Akan tetapi ada para pembawa syariat yang mulia ini tanpa terputus dari Rasulullah, sebagaimana yang beliau sabdakan:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتأويل الجاهلين


"Islam ini dibawa oleh orang-orang terpercaya dalam setiap generasinya. Mereka ini akan menghilangkan distorsi orang orang ekstrimis, menghilangkan penisbatan agama oleh orang orientalis dan penakwilan orang orang bodoh" (HR al Al Baihaqi, dinilai sahih oleh Imam Ahmad)

Hadis ini memberi kesimpulan bahwa orang yang memiliki sanad keilmuan hingga Rasulullah, maka tidak akan ekstrim dan tidak liberal.

Alhamdulillah Lembaga Takmis Masjid PBNU telah memberi edaran silsilah sanad ilmu sejak masa Rasulullah hingga ulama kami KH Hasyim Asy'ari.

Semoga bermanfaat.

Senin, 26 Juni 2017

Ibadahmu tidak diterima jika aqidahmu yahudi


BIAR IBADAHMU LURUS ( SHOLAT PUASA HAJI ZAKAT ) TETAPI AQIDAHMU YAHUDI " MENJISIMKAN DAN MENYERUPAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK " ADALAH SUNGGUH SYIRIK YANG NYATA....!!!!
SIA2 GAK ADA GUNANYA...!
SYAIKH ALBANI BERTAUBAT DARI AQIDAH TAJSIM DAN TASYBIH
== >>>>> GILIRAN KECEBONG / WAHABI MUALLAF KAPAN KAMU TOBAT BI,WAHABI...??)
Seperti yang telah masyhur di kalangan Wahhabi Salafy, bahwa Keberadaan Allah itu “Bersemayam diatas ‘Arasy” dalam arti Allah menempati ‘ArasyNya atau menetap, atau duduk, atau tinggal diatas ‘Arasy.
Dan Bahkan dalam kesempatan lain sering mereka meManipulasi Fatwa-fatwa ‘Ulama untuk menyokong akidah rusaknya, bahwa yang di maksud atas itu adalah sebagaimana arah atas yang bisa ditunjuk dengan jari, mereka sangat terkenal mengabaikan Penjelasan Para Mufassir Mengenahi Al ‘Aliyyu .
Namun ketika anda membaca dan mempelajari lebih lanjut di salah satu KITAB KARYA TOKOH WAHABI atau ‘Ulama faforitnya, ada saja sebuah pernyataan yang jauh bertolak belakang dengan apa yang umum beredar di kalangan mereka.

Kali ini Anda akan kami bawa untuk menelusuri sikap dan pernyataan kesesatan al albani yang menyatakan Allah wujud tanpa arah dan tempat, yang mana kepercayaan seperti ini menurut para salafi adalah sebuah kesesatan yang nyata, sebab menurut mereka orang yang menyatakan Allah wujud tanpa tempat adalah orang yang menyalahi teks teks suci yaitu Al Quran dan Hadits yang sahih, klaim mereka “Allah bersemayam di atas ‘Arasy” adalah sebuah tolak ukur keimanan seorang Muslim.
Mari kita simak Kesesatan MUHADDITS HANDAL IMAM NASHIRUDDIN AL ALBANI sebab menyatakan Allah Wujud tanpa tempat dan arah, dalam karya monumental seorang ‘Ulama yang Beliau Tahqiq sendiri yaitu Kitab “Muhtashor Al ‘Uluwwu”

إذا أحطت علما بكل ما سبق استطعت بإذن الله تعالى أن تفهم بيسر من الآيات القرآنية والأحاديث النبوية والآثار السلفية التي ساقها المؤلف رحمه الله في هذا الكتاب الذي بين يديك (مختصره) أن المراد منها إنما هو معنى معروف ثابت لائق به تعالى ألا وهو علوه سبحانه على خلقه واستواؤه على عرشه على ما يليق بعظمته وأنه مع ذلك ليس في جهة ولا مكان.

“Jika (penjelasan) yang lewat telah kamu ketahui, maka dengan izin Allah, dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi serta atsar-atsar kalangan salaf yang telah dicantumkan oleh pengarang (al-Dzahabi) -rahimahullah- di dalam kitab ini yang di depanmu ini, maka kamu akan dengan mudah memahami bahwa yang dimaksud dari (teks-teks) itu adalah sebuah makna yang tsâbit dan dapat diketahui, serta yang layak bagi Allah ta‘âlâ. -Makna itu adalah- bahwa tinggi dan istiwâ’-Nya atas ‘arasy adalah berdasarkan yang layak untuk keagungan-Nya. Sementara dengan hal itu, Dia tiada berjihat (arah) dan tiada bertempat”.
Nah beranikah Para Laskar Wahabi menuduh sesat Muhaddits pujaannya sebab pernyataan Beliau “Allah wujud tanpa tempat dan arah” ???
Allahu A‘lam…

Semoga bermanfaat.

Minggu, 25 Juni 2017

Jima' dengan istri sunah teriak takbir

Kitab Quutul Qulub menerangkan :
Sebagian Ulama ahli hadis ketika ingin jima' dengan istrinya mereka teriak bertahlil dan takbir hingga didengar penduduk sekitar.

Malam hari raya di sini sepi, gak boleh takbiran di Masjid pakai toa, katanya bidngah,

Padahal dulu Ahli hadits zaman salaf aja kalau mau "nganu" atau "Jimak dengan istrinya"  mereka pada takbiran kenceng, sampai kedengaran para penduduk sekitar, masak takbiran di masjid pake toa gak boleh? masak hari raya kalah sama hari "nganu"? Klo bgitu namanya bukan hari raya, tapi hari berkabung.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 24 Juni 2017

Kesunnahan di Hari Raya Idul Fitri


Amalan Sunnah di Hari Raya Idul Fitri
Penjelasan:

1. Bangun pagi

Bangun pagi supaya bisa mempersiapkan segala sesuatunya lebih awal.

2. Mandi pagi

عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى


“Dari Malik dari Nafi’, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan).” (Shahih, HR. Malik dalam Al-Muwaththa` dan Al-Imam Asy-Syafi’i dari jalannya dalam Al-Umm)

Dalam atsar lain dari Zadzan, seseorang bertanya kepada ‘Ali radhiallahu ‘anhu tentang mandi, maka ‘Ali berkata: “Mandilah setiap hari jika kamu mau.” Ia menjawab: “Tidak, mandi yang itu benar-benar mandi.” Ali radhiallahu ‘anhu berkata: “Hari Jum’at, hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Idul Fitri.” (HR. Al-Baihaqi, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa`, 1-176-177))

3. Berpakaian rapih sesuai sunnah

Ummu Athiyyah berkata:

أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِيْ الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَ ذَوَاتِ الْخُدُوْرِ . فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلَاةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ إِحْدَانَا لَا يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا


“Rasulullah shollallohu alaihi wa sallam memerintahkan kami mengeluarkan para wanita gadis, haidh, dan pingitan. Adapun yang haidh , maka mereka menjauhi sholat, dan menyaksikan kebaikan dan dakwah/doanya kaum muslimin.Aku berkata: ” Ya Rasulullah, seorang di antara kami ada yang tak punya jilbab”. Beliau menjawab: “Hendaknya saudaranya memakaikan (meminjamkan) jilbabnya kepada saudaranya”. [Al-Bukhory dalam Ash-Shohih (971) dan Muslim dalam Ash-Shohih (890)]

Namun berpakaian rapih disini bagi wanita bukan berarti berdandan dan memakai wewangian, karena hal tersebut tidak diperbolehkan bagi kaum muslimah.

4. Makan sebelum sholat

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ. وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ: حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللهِ قَالَ: حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا


Dari Anas bin Malik ia berkata: Adalah Rasulullah tidak keluar di hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja‘ bin Raja‘ berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya: “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (Shahih, HR Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Akl Yaumal ‘Idain Qablal Khuruj)

5. Jalan kaki ke musholla (tempat sholat) Ied

Ali bin Abi Tholib-Radhiyallahu anhu- berkata:

مِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَخْرُجَ إِلَى الْعِيْدِ مَاشِيًا


“Termasuk perbuatan sunnah, kamu keluar mendatangi sholat ied dengan berjalan kaki”. [HR.At-Tirmidzy dalam As-Sunan (2/410); di-hasan-kan Al-Albany dalam Shohih Sunan At-Tirmidzy (530)]

Abu ‘Isa At-Tirmidzy- rahimahullah-berkata dalam Sunan At-Tirmidzy (2/410), “Hadits ini di amalkan di sisi para ahli ilmu. Mereka menganjurkan seseorang keluar menuju ied dengan berjalan kaki”.

6. Takbir ketika menuju musholla

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ فَيُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ، فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْرَ


“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar di Hari Raya Idul Fitri lalu beliau bertakbir sampai datang ke tempat shalat dan sampai selesai shalat. Apabila telah selesai shalat beliau memutus takbir.” (Shahih, Mursal Az-Zuhri, diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahidnya dalam Ash-Shahihah no. 171)

Asy-Syaikh Al-Albani berkata: Telah shahih mengucapkan 2 kali takbir dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu:

أَنَّهُ كَانَ يُكَبِرُ أَيَّامَ التَّشْرِيْقِ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ


Bahwa beliau bertakbir di hari-hari tasyriq:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهٌ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ


(HR. Ibnu Abi Syaibah, 2/2/2 dan sanadnya shahih)

Namun Ibnu Abi Syaibah menyebutkan juga di tempat yang lain dengan sanad yang sama dengan takbir tiga kali. Demikian pula diriwayatkan Al-Baihaqi (3/315) dan Yahya bin Sa’id dari Al-Hakam dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dengan tiga kali takbir.

Dalam salah satu riwayat Ibnu ‘Abbas disebutkan:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا اللهُ أَكْبَرُ وَأَجَلَّ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ


(Lihat Irwa`ul Ghalil, 3/125)

7. Sholat ‘Ied berjama’ah

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُوْمُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوْسٌ عَلَى صُفُوْفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوْصِيْهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ كَانَ يُرِيْدُ أَنْ يَقْطَعَ بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ


“Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia mengatakan: Bahwa Rasulullah dahulu keluar di hari Idul Fitri dan Idhul Adha ke mushalla, yang pertama kali beliau lakukan adalah shalat, lalu berpaling dan kemudian berdiri di hadapan manusia sedang mereka duduk di shaf-shaf mereka. Kemudian beliau menasehati dan memberi wasiat kepada mereka serta memberi perintah kepada mereka. Bila beliau ingin mengutus suatu utusan maka beliau utus, atau ingin memerintahkan sesuatu maka beliau perintahkan, lalu beliau pergi.” (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain Bab Al-Khuruj Ilal Mushalla bi Ghairil Mimbar dan Muslim)

8. Mendengarkan Khutbah

Jamaah Id dipersilahkan memilih duduk mendengarkan atau tidak, berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَالَ: شَهِدْتُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعِيْدَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَالَ: إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ


Dari ‘Abdullah bin Saib ia berkata: Aku menyaksikan bersama Rasulullah Shalat Id, maka ketika beliau selesai shalat, beliau berkata: “Kami berkhutbah, barangsiapa yang ingin duduk untuk mendengarkan khutbah duduklah dan barangsiapa yang ingin pergi maka silahkan.” (Shahih, HR. Abu Dawud dan An-Nasa`i. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, no. 1155)

9. Mengucapkan Tahni’ah “Taqobbalallohu minna wa minkum”

Ibnu Hajar mengatakan: “Kami meriwayatkan dalam Al-Muhamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair bahwa ia berkata: ‘Para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu di hari Id, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain:

تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكَ


“Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu.” (Lihat pula masalah ini dalam Ahkamul ‘Idain karya Ali Hasan hal. 61, Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168)

10. Pulang dengan rute yang berbeda

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدٍ خَالَفَ الطَّرِيْقَ


Dari Jabir, ia berkata:” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda. (Shahih, HR. Al-Bukhari Kitab Al-’Idain, Fathul Bari karya Ibnu Hajar, 2/472986, karya Ibnu Rajab, 6/163 no. 986)
:
11. Mandi Sebelum Melakukan Shalat Ied,
Dari Malik dari Nafi’, ia berkata bahwa Abdullah bin Umar dahulu mandi pada hari Idul Fitri sebelum pergi ke mushalla (lapangan).” (Shahih, HR. Malik dan Asy-Syafi’i)

12. Memakai Wewangian,
Dari Musa bin ‘Uqbah, dari Nafi’ bahwa Ibnu ‘Umar mandi dan memakai wewangian di hari Idul fitri.” (HR. Al-Firyabi & Abdurrazzaq)

13. Memakai Pakaian Bagus/ Baru/Baik,
Dari Abdullah bin Umar bahwa Umar mengambil sebuah jubah dari sutera yang dijual di pasar maka dia bawa kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Umar radhiallahu ‘anhu berkata: “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata: “Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat)….” (HR. Bukhari)
ARTI HADIST Nabi menganjurkan memakai pakaian baru atau yang baik. Namun bagi pria di HARAMKAN memakai SUTERA.

14. Makan Sebelum Berangkat Shalat Ied,
Rasulullah tidak keluar di hari fitri sebelum beliau makan beberapa kurma. Murajja‘ bin Raja‘ berkata: Abdullah berkata kepadaku, ia mengatakan bahwa Anas berkata kepadanya: “Nabi memakannya dalam jumlah ganjil.” (HR.Bukhari)

15. Pulang dari Shalat berbeda Jalan,
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila di hari Id, beliau mengambil jalan yang berbeda. (HR. Bukhari)

16. Ucapan Selamat Saat Hari Raya Ibnu Hajar mengatakan :
Para shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bila bertemu di hari Ied, sebagian mereka mengatakan kepada sebagian yang lain :
TAQQABALLAHU MINNA WA MINKA
Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kamu. (Majmu’ Fatawa, 24/253, Fathul Bari karya Ibnu Rajab, 6/167-168)

تقبل الله منا ومنكم صيامنا و صيامكم . جعلنا الله و إياكم من العائدين الفائزين والمقبولين . كل عام وأنتم بخير ....

Selamat Hari Raya i'dul Fitri 1438 H
Mohon Maaf Lahir & Bathin

Semoga bermanfaat.

Makmum Yang Tertinggal Takbir Sunah pada Shalat Id

Bagaimana Makmum Yang Tertinggal Takbir Sunah pada Shalat Id?
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Pengasuh rubrik Bahtsul Masail NU Online, saya mau bertanya. Pada sembahyang Id, ada saja masyarakat yang tertinggal jamaah. Ia menjadi makmum. Ia ketinggalan beberapa takbir sunah pada sembahyang Id pada rakaat pertama. Apakah ia harus melengkapi takbir sunah sebanyak tujuh kali atau mengikuti sedapatnya takbir si imam? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

Jawaban
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Shalat Id merupakan shalat sunah yang paling dianjurkan untuk dihadiri setiap Muslim. Bahkan, perempuan yang berhalangan sekalipun dianjurkan untuk menghadiri upacara shalat Id dan khutbahnya hingga selesai. Bahkan sebagian ulama menyatakan bahwa hukum shalat Id adalah wajib.

Shalat sunah Id ini memiliki keistimewaan. Setelah takbiratul ihram dan doa iftitah, kita disunahkan untuk bertakbir sebanyak tujuh kali pada rakaat pertama. Sedangkan pada rakaat kedua, kita disunahkan untuk bertakbir sebanyak lima kali. Takbir pada shalat Id ini sunah. Kalau ditinggalkan, tidak membatalkan shalat, tetapi membuat makruh.

ويكبر في الركعة الأولى قبل القراءة سبعا يقينا مع رفع اليدين بين الاستفتاح والتعوذ وفي الثانية خمسا


Artinya, “Sebelum membaca Surat Al-Fatihah, ia bertakbir sebanyak tujuh kali dengan hitungan yakin yang berbarengan dengan mengangkat kedua tangan; (7 takbir ini)tepatnya (dilakukan) di antara doa iftitah dan ta‘wudz Al-Fatihah. Di rakaat kedua, ia cukup bertakbir sebanyak lima kali,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr, 1433-1434 H/2012 M, juz II, halaman 355).

Shalat Id sunahnya dikerjakan secara berjamaah. Kalau ada anggota masyarakat yang ikut berjamaah shalat Id saat imam telah melangsungkan takbir yang disunahkan, maka ia cukup mengikuti seberapa banyak imam bertakbir. Ia tidak perlu menggenapi kekurangannya hingga tujuh takbir bila tertinggal pada rakaat pertama, atau lima takbir bila tertinggal pada rakaat kedua.

ولا يكبر المسبوق إلا ما أدرك من التكبيرات مع إمامه. قال في الشرح: فلو اقتدي به في الأولى مثلا، وأدرك منها تكبيرة كبرها فقط، أو في أول الثانية كبر معه خمسا فقط، وأتى في ثانيته بخمس فقط لأن في قضاء ذلك ترك سنة أخري. ا هـ


Artinya, “Sedangkan masbuq (makmum yang tertinggal beberapa saat) hanya bertakbir sedapatnya mengikut sisa takbir imamnya. Di dalam Syarah dikatakan, kalau masbuq mengikuti imam di rakaat pertama misalkan, dan ia mendapati sisa sekali takbir imam, maka ia cukup sekali bertakbir. Atau kalau masbuq mengikuti imam pada rakaat kedua, ia cukup bertakbir sebanyak lima kali. Sedangkan di rakaat keduanya (setelah imam salam), ia cukup bertakbir sebanyak lima kali karena kalau mengqadha takbir yang luput, ia justru meninggalkan sunah lainnya,” (Lihat Syekh Sa‘id bin Muhammad Ba‘asyin, Busyral Karim, Beirut, Darul Fikr, 1433-1434 H/2012 M, juz II, halaman 355).

Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa makmum shalat Id yang mendapati imamnya telah membaca surat Al-Fatihah atau surat yang disunahkan, tidak perlu lagi mengerjakan takbir sunah. Ia cukup mengerjakan takbiratul ihram, lalu mendengarkan bacaan imamnya.

Saran kami, kita sebaiknya menghadiri upacara shalat Id meskipun kita tertinggal beberapa takbir atau tertinggal satu rakaat. Karena shalat Id memiliki keutamaan luar biasa bahkan perempuan yang berhalangan sekalipun sangat dianjurkan untuk menghadiri shalat Id beserta khutbahnya hingga selesai. Bagi mereka yang tidak sempat ikut berjamaah, sebaiknya sebelum Zuhur ia mengerjakan shalat Id sendiri tanpa khutbah

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.

Selasa, 13 Juni 2017

Do'a Shalat Tarawih(Do'a Kamilin)

Doa Kamilin, Dibaca Sesudah Shalat Tarawih
Doa adalah intisari ibadah (mukhhul ‘ibâdah). Manusia diwajibkan untuk berdoa bukan hanya karena ia pasti membutuhkan, tapi juga karena merupakan bagian dari perintah. Selain merupakan wahana menumpahkan permohonan kepada Sang Khalik, doa mencerminkan pula sebuah ekspresi ketundukan, kepasrahan, dan kerendahan hati di hadapan-Nya. Doa bisa diungkapkan dengan bahasa apa saja, oleh siapa saja, dan dilakukan kapan saja, termasuk usai shalat tarawih pada Ramadhan kali ini.

Berikut ini adalah doa yang lazim dibaca para ulama setiap selepas sembahyang tarawih. Doa ini popular dengan sebutan “doa kamilin”.

اَللهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ. وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ. وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ. وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ. وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ. وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ. وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ. وَعَنِ الَّلغْوِ مُعْرِضِيْنَ. وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ. وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ. وَبَالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ. وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ. وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ. وَتَحْتَ لَوَاءِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ. وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ. وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ. وَعَلى سَرِيْرِالْكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ. وَمِنْ حُوْرٍعِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ. وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ. وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ. وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ. بِأَكْوَابٍ وَّأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِّنْ مَعِيْن. مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُولئِكَ رَفِيْقًا. ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ عَلِيْمًا. اَللهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِالشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ الْمَقْبُوْلِيْنَ. وَلاَتَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِه وَصَحْبِه أَجْمَعِيْنَ. بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ


Allâhummaj‘alnâ bil îmâni kâmilîn. Wa lil farâidli muaddîn. Wa lish-shlâti hâfidhîn. Wa liz-zakâti fâ‘ilîn. Wa lima ‘indaka thâlibîn. Wa li ‘afwika râjîn. Wa bil-hudâ mutamassikîn. Wa ‘anil laghwi mu‘ridlîn. Wa fid-dunyâ zâhdîn. Wa fil ‘âkhirati râghibîn. Wa bil-qadlâ’I râdlîn. Wa lin na‘mâ’I syâkirîn. Wa ‘alal balâ’i shâbirîn. Wa tahta lawâ’i muhammadin shallallâhu ‘alaihi wasallam yaumal qiyâmati sâ’irîna wa ilal haudli wâridîn. Wa ilal jannati dâkhilîn. Wa min sundusin wa istabraqîn wadîbâjin mutalabbisîn. Wa min tha‘âmil jannati âkilîn. Wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn. Bi akwâbin wa abârîqa wa ka‘sin min ma‘în. Ma‘al ladzîna an‘amta ‘alaihim minan nabiyyîna wash shiddîqîna wasy syuhadâ’i wash shâlihîna wa hasuna ulâ’ika rafîqan. Dâlikal fadl-lu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîman. Allâhummaj‘alnâ fî hâdzihil lailatisy syahrisy syarîfail mubârakah minas su‘adâ’il maqbûlîn. Wa lâ taj‘alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn. Wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma‘în. Birahmatika yâ arhamar râhimîn wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

Artinya, “Yaa Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang memenuhi kewajiban- kewajiban, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akhirat , yang ridha dengan qadla-Mu (ketentuan-Mu), yang mensyukuri nikmat, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, yang mengunjungi telaga (Nabi Muhammad), yang masuk ke dalam surga, yang selamat dari api neraka, yang duduk di atas ranjang kemuliaan, yang menikah dengan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui. Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini termasuk orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya atas junjungan kami Muhammad, serta seluruh keluarga dan shahabat beliau. Berkat rahmat-Mu, wahai Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.”

Do'a sholat Tarawih

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ اْلحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ اْلكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلآنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَاْلجَنَّةَ وَنَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ اَللَّهُمَّ اِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ حَلِيْمٌ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا وَعَنْ وَآلِدِيْنَا وَعَنْ جَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِاْلاِيْمَانِ كَامِلِيْنَ وَلِلْفَراَئِضِ مُئَدِّيْنَ وَعَلَى صَلاَةِ حَافِظِيْنَ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ وَبِاْلهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِى مُعْرِضِيْنَ وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِى اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِاْلقَضَاءِ رَاضِيْنَ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ وَعَلَى اْلبَلاَءِ صَابِرِيْنَ وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ وَاِلَى اْلحَوْضِ وَارِدِيْنَ وَاِلَى اْلجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ وَعَلَى سَرِيْرَةِ اْلكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ وَمِنْ طَعَامِ اْلجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُسَفًّى شَارِبِيْنَ بِأَكْوَابٍ وَاَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّآلِحِيْنَ وَحَسُنَ اُلآئِكَ رَفِيْقًا ذَلِكَ اْلفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللهِ حَسِيْبًا حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ اْلوَكِيْلُ نِعْمَ اْلمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِى هَذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ اْلمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ اْلمَقْبُوْلِيْنَ وَلاَ تَجْعَلْنَا اَللَّهُمَّ مِنَ اْلاَشْقِيَاءِ اْلمَرْدُوْدِيْنَ * اِلَهَنَا وَعاَفِيْنَا وَاعْفُ عَنَّا ×۳ * وَاغْفِرِ اللَّهُمَّ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِجَدِّنَا وَلِجَدَّاتِنَا وَلِمَشاَيِخِنَا وِلِمُعَلِّمِيْنَا وَِلأُسْتَاذِنَا وَلِمَنْ عَلَّمْنَهُمْ وَلِسُلْطَانِنَا وَلِسُلْطَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَلِذَوِى اْلحُقُوْقِ عَلَيْنَا وَلِمَنْ اَحَبَّ وَاَحْسَنَ اِلَيْنَا وَلِمَنْ هَدَانَا وَهَدَيْنَاهُ اِلَى اْلخَيْرِ وَلِمَنْ وَصَانَا وَوَصَيْنَاهُ بِالدُّعَاءِ وَ لِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَاكْتُبِ اللَّهُمَّ السَّلاَمَةَ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ وَعَلَى عَبِيْدِكَ اْلحُجَّاجِ وَاْلغُزَّاةِ وَالزُّوَّارِ وَاْلمُسَافِرِيْنَ وَاْلمُقِيْمِيْنَ فِى اْلبَرِّ وَ اْلبَحْرِ مِنَ اْلمُسْلِمِيْنَ * وَقِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ ×۳ * وَاخْتِمْ لَنَا يَا اللهُ مِنْكَ بِخَيْرٍ يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَوَّابُ الرَّحِيْمُ وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلَعَالَمِيْنَ .

 
Demikian do'a shalat tarawih yang masyhur seperti doa di atas, dan disempurnakan dengan doa-doa lain, yang biasa dibaca selesai shalat. 
 
Dan pada 15 malam terakhir dari bulan ramadhan juga disunatkan untuk membaca doa qunut, sebagaimana membaca qunut subuh, yaitu pada rakat yang ke 3 shalat witir atau pada rakaat terakhir dari 23 rakaat keseluruhan shalat tarawih dan witir. 
 
Demikianlah sedikit tata cara shalat tarawih, sebagaimana yang kami kutip dari beberapa kitab fiqh. Semoga bermanfaat. Wallahua’lam.

Semoga bermanfaat.

Minggu, 11 Juni 2017

Ketika kedua cucu Nabi meminta baju baru


Hasan dan Husein tidak memiliki pakaian baru untuk lebaran, sedangkan hari raya sebentar lagi datang.
Riwayat yang memilukan ini dinarasikan oleh Ibn Syahr Asyub dari Al-Ridha dan dinukil oleh An-Naisaburi dalam kitabnya Al-Amali.
Mereka bertanya kepada ibunya,
“Wahai Ibu, anak-anak di Madinah telah dihiasi dengan pakaian lebaran kecuali kami. Mengapa Ibu tidak menghiasi kami?”
Sayyidah Fathimah menjawab,
“Baju kalian masih di tukang jahit.”
Malam hari raya tiba, sementara pakaian baru belum juga terlihat sehingga dua pemuka pemuda surga itu bertanya lagi kepada ibunya. Sayyidah Fathimah menangis karena tidak memiliki uang untuk membeli baju buat kedua buah hatinya itu.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Sayyidah Fathimah menghampiri seraya bertanya, “Siapa?”
“Wahai putri Rasulullah, saya adalah tukang jahit. Saya datang membawa hadiah pakaian untuk kedua putramu.”
Pintu dibuka dan tampaklah seorang membawa bingkisan lalu diberikan kepada Sayyidah Fathimah.
Beliau membuka bingkisan tersebut dan di dalamnya terdapat 2 gamis, 2 celana, 2 mantel, 2 sorban dan 2 pasang sepatu hitam yang semuanya terlihat indah.
Lalu Sayyidah Fathimah memanggil kedua putra kesayangannya dan memakaikan mereka busana indah hadiah tersebut

Kemudian Rasulullah Saw datang dan melihat kedua cucunya sudah rapi mengenakan pakaian baru yang indah.
Dengan senang Rasulullah Saw menggendong keduanya dan menciumi mereka dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Sayyidah Fathimah, “Apakah engkau melihat sang tukang jahit tersebut?”
Sayyidah Fathimah menjawab,
“Iya, aku melihatnya.”
Lalu Rasulullah menjelaskan, “Duhai putriku, dia bukanlah tukang jahit, melainkan Malaikat Ridwan sang penjaga surga.”
Bahkan para penghuni langit dan bumi pun berbahagia jika kedua cucu Rasulullah berbahagia dan Akan bersedih jika mereka bersedih….

Semoga kita dikumpulkan bersama mereka di telaga Baginda Nabi SAW.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 10 Juni 2017

Malam Lailatul Qodar mengapa dirahasiakan?

Apa Makna Lailatul Qodar, Kapan Waktu Lailatul Qodar, Do'a Lailatul Qodar
Imam Fahrudin Al Rozi berkata,

بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله سيدنا محمد بن عبد الله وعلى اله وصحبه ومن تبعه ووالاه


لماذا اخفى الله ليلة القدر؟

Karena apa Alloh swt menyembunyikan lailatul qodar?

قال الفخر الرازي : " اخفاها سبحانه كما اخفى الاشياء

Imam Fakhruddin Arròziy berkata : " Allòh swt menyembunyikannya sebagaimana disembunyikan banyak sekali perkara...

فانه اخفى رضاه فى الطاعات حتى يرغبوا فى الكل

Karena sungguh Allòh menyembunyikan keridhoan-Nya dalam beragam ketaatan sehingga hal itu membuat kaum beriman gemar melakukan banyak ketaatan.

واخفى غضبه فى المعاصى ليحترزوا عن الكل

Dan disembunyikan murka-Nya didalam bermacam kemaksiatan agar supaya kaum beriman pandai menjaga diri hingga menjauhi keseluruhan kemaksiatan.

واخفى وليه فيما بين الناس حتى يعظموا الكل

Dan disembunyikan wali-Nya diantara kerumunan manusia biasa sehingga kaum beriman hendaklah memuliakan keseluruhan orang-orang sholih.

واخفى الاجابة فى الدعاء ليبالغوا فى كل الدعوات

Dan Allòh menyembunyikan ijabah di dalam segenap doa yang dipanjatkan agar kaum beriman memaksimalkan keikhlasan dan pengharapan didalam seluruh doa doa mereka.

واخفى الاسم الاعظم ليعظموا كل الاسماء

Dan Alloh swt menyembunyikan Suatu Nama Teragung agar haruslah kaum beriman mengagungkan keseluruhan Nama Nama Alloh yang luhur tanpa cacat dan kurang itu.

واخفى الصلاة الوسطى ليحافظوا على الكل

Dan Alloh menyembunyikan "Sholat Wusthò" agar dijaga oleh kaum beriman atas kesemua sholat fardhu mereka.

واخفى قبول التوبة ليواظب المكلف على جميع اقسام التوبة

Dan Alloh menyembunyikan penerimaan pertaubatan agar kaum beriman yang sudah mukallaf aqil baligh terus merutinkan melakukan bagian bagian dari prosesi pertaubatan.

واخفى وقت الموت ليخاف المكلف.

Dan Allòh merahasiakan waktu kematian tepat di batas akhir ajal seseorang agar supaya kaum beriman yang sudah mukallaf memaksimalkan rasa takut meski diimbangi pengharapan rahmah-Nya dalam meniti kehidupannya.
 

فكذا اخفى هذه الليلة ليعظموا جميع ليالى رمضان".

Maka begitupun halnya lailatul qodar senantiasa dirahasiakan Alloh setiap ramadhan dianugerahkan pada para hamba-Nya agar supaya mereka mengagungkan seluruh malam malam di sepanjang bulan ramadhan".

او كما قال الامام فخر الدين الرازي

Seperti yang dikatakan Imam Fahrudin Al Rozi

(Kitab syeh Waliyudin ahmad bin abdurohim ibn husen al 'iroqi)
 
Semoga bermanfaat.

Jumat, 09 Juni 2017

Niat membaca Al Qur'an

Salah satu ibadah paling agung adalah membaca Al Quran

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضى الله عنهما : ضَمِنَ اللَّهُ لِمَنَ اتَّبَعَ الْقُرْآنَ أَنْ لاَ يَضِلَّ فِي الدُّنْيَا ، وَلاَ يَشْقَى فِي الآخِرَةِ ، ثُمَّ تَلاَ {فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى}.


“Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Allah telah menjamin bagi siapa yang mengikuti Al Quran, tidak akan sesat di dunia dan tidak akan merugi di akhirat”, kemudian beliau membaca ayat:

{فَمَنَ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى}


“Lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka”. (QS. Thaha: 123) (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Mushannaf Ibnu Abi Syaibah).

عَنْ خَبَّابِ بْنِ الْأَرَتِّ رضى الله عنه أَنَّهُ قَالَ: ” تَقَرَّبْ مَا اسْتَطَعْتَ، وَاعْلَمْ أَنَّكَ لَنْ تَتَقَرَّبَ إِلَى اللهِ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ كَلَامِهِ “.


“Khabbab bin Al Arat radhiyallahu ‘anhu berkata: “Beribadah kepada Allah semampumu dan ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).

عَنْ عَبْدِ اللهِ بن مسعود رضى الله عنه ، أنه قَالَ: ” مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَعْلَمَ أَنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ فَلْيَنْظُرْ، فَإِنْ كَانَ يُحِبُّ الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يُحِبُّ اللهَ وَرَسُولَهُ “.


“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Siapa yang ingin mengetahui bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia mencintai Al Quran maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan rasul-Nya.” (Atsar shahih diriwayatkan di dalam kitab Syu’ab Al Iman, karya Al Baihaqi).

وقال وهيب رحمه الله: “نظرنا في هذه الأحاديث والمواعظ فلم نجد شيئًا أرق للقلوب ولا أشد استجلابًا للحزن من قراءة القرآن وتفهمه وتدبره”.


“Berkata Wuhaib rahimahullah: “Kami telah memperhatikan di dalam hadits-hadits dan nasehat ini, maka kami tidak mendapati ada sesuatu yang paling melembutkan hati dan mendatangkan kesedihan dibandingkan bacaan Al Quran, memahami dan mentadabburinya”.



Dari Guru Mulia Syarifah Al-Atthos

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ

كثير من إخواننا المسلمين لا يقرأ القرءان إلا بقصد الثواب والأجر وقصر علمه عن عظيم نفع القرءان وأنه كلما قرأ القرءان بنية نال فضلها كما قال النبي ﷺ إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل أمريء ما نوى..الحديث

Ramai dari kalangan saudara muslim kita ketika membaca Al-Qur'an berniat semata-mata untuk pahala dan masing-masing kurang mengetahui tentang kelebihan besar Al-Qur'an, yaitu seseorang akan mendapat apa saja yang dia niatkan ketika dia membaca Al-Qur'an. Ini sebagaimana yang disabdakan oleh Sayyidina Rasulullah SAW :
"Sesungguhnya setiap amal yang dilakukan itu diukur atas niatnya dan seseorang akan mendapat (hasil amalnya) apa yang dia niatkan."

فالقرءان منهج حياة والنية تجارة العلماء فمن هذا المبدأ والمنطلق أردت أن أذكر نفسي وإخواني ببعض النوايا عند القراءة ومنها:

Al-Qur'an itu adalah panduan cara hidup, sehingga niatnya itu adalah perniagaan para ulama untuk mendapatkan keuntungan.
Dari dua prinsip ini, saya ingin mengingatkan diri saya dan saudara sekalian dengan beberapa dari niat-niat ketika membaca Al-Qur'an, antaranya :

١- اقرأ القرآن لأجل العلم والعمل به

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan belajar dan beramal dengannya.

٢- اقرأ القرآن بقصد الهداية من الله

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan memohon hidayah dari ALLAH SWT.

٣- اقرأ القرآن بقصد مناجاة الله تعالى

Saya niat membaca Al-Quran ini dengan tujuan untuk bermunajat kepada ALLAH.

٤- اقرأ القرآن بقصد الإستشفاء به من الأمراض الظاهرة والباطنة

Saya niat membaca Al-Quran ini dengan tujuan menyembuhkan penyakit zhohir dan batin.

٥- اقرأ القرآن بقصد أن يخرجنى الله من الظلمات إلي النور

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan meminta kepada ALLAH SWT untuk mengeluarkan saya dari kegelapan (maksiat) kepada cahaya (iman).

٦- اقرأ القرآن لأنه علاج لقسوة القلب فيه طمأنينة القلب وحياة القلب وعمارة القلب

Saya niat membaca Al-Qur'an ini karena ia merupakan obat bagi hati yang keras, dengan Al-Quran ini hati menjadi tenang, hidup dan ma'mur (dengan iman).

٧- اقرأ القرآن بقصد أن القرآن مأدبة الله تعالى

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan (untuk menikmati) jamuan/hidangan dari ALLAH Taala.

٨- اقرأ القرآن حتى لا أكتب من الغافلين وأكون من الذاكرين

Saya niat membaca Al-Qur'an ini supaya saya tidak ditulis termasuk dari golongan orang yang lalai; bahkan saya ingin ditulis sebagai golongan orang yang mengingat ALLAH.

٩- اقرأ القرآن بقصد زيادة اليقين والإيمان بالله

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan untuk menambahkan keyakinan dan keimanan kepada ALLAH.

١٠- اقرأ القرآن بقصد الإمتثال لأمر الله تعالي بالترتيل

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan mentaati perintah ALLAH SWT yang memerintahkan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil.

١١- اقرأ القرآن للثواب حتى يكون لى بكل حرف ١٠ حسنات والله يضاعف لمن يشاء

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan mendapat pahala sehingga dituliskan 10 ganjaran kebaikan bagi saya atas setiap satu huruf yang saya baca, sesungguhnya ALLAH melipatgandakan ganjaran bagi orang yang Dia kehendaki.

١٢- اقرأ القرآن حتى أن أنال شفاعة القرآن الكريم يوم القيامة

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan untuk mendapat syafaat Al-Qur'an pada hari kiamat kelak.

١٣- اقرأ القرآن بقصد إتباع وصية النبى ﷺ

Saya niat membaca Al-Quran ini dengan tujuan mengikuti wasiat Nabi SAW.

١٤- اقرأ القرآن حتى يرفعنى الله به ويرفع به الأمة

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan semoga ALLAH SWT mengangkat derajat saya dengan Al-Qur'an dan mengangkat darjat umat ini dengan Al-Qur'an.

١٥- اقرأ القرآن حتى أرتقي في درجات الجنة وألبس تاج الوقار ويكسي والداى بحلتين لا يقوم لهما الدنيا

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan untuk dinaikkan kedudukan saya di syurga dan dapat dipakaikan mahkota kemuliaan, dan untuk ibu bapak saya semoga dipakaikan juga dengan perhiasan yang tidak diberikan ketika di dunia.

١٦- اقرأ القرآن بقصد التقرب إلي الله بكلامه

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan untuk dekatkan diri kepada ALLAH SWT melalui kalamNya.

١٧- اقرأ القرآن حتى أكون من أهل الله وخاصته

Saya niat membaca Al-Quran ini dengan tujuan agar dimasukkan daripada golongan ahlillah dan daripada golongan orang-orang yang khusus.

١٨- اقرأ القرآن بقصد أن الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan (agar termaauk dari golongan) orang yang mahir membaca Al-Qur'an akan bersama para Malaikat yang mulia lagi taat.

١٩- اقرأ القرآن بقصد النجاة من النار ومن عذاب الله

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar diselamatkan daripada neraka dan azab ALLAH.

٢٠- اقرأ القرآن حتى أكون في معية الله تعالي

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar hati saya dapat merasakan kebersamaan dengan ALLAH SWT.

٢١- اقرأ القرآن حتى لا أرد إل أرذل العمر

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar tidak menghinakan/mensia-siakan umur.

٢٢- اقرأ القرآن حتى يكون حجة لى لا علىّ

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar ia menjadi saksi kebaikan bagi saya dan tidak pula menjadi saksi keburukan ke atas saya.

٢٣- اقرأ القرآن بقصد أن النظر في المصحف عبادة

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan untuk melihat kepada mushaf yang mana perbuatan itu adalah satu ibadah.

٢٤- اقرأ القرآن حتى تنزل علىّ السكينة وتغشانى الرحمة ويذكرنى الله فيمن عنده

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar diturunkan sakinah ke atas saya, dan diliputi rahmat buat diri saya, dan disebut nama saya oleh ALLAH SWT kepada makhluk di sisiNya.

٢٥- اقرأ القرآن بقصد الحصول على الخيرية والفضل عند الله

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan mendapat kebaikan dan kelebihan di sisi ALLAH.

٢٦- اقرأ القرآن حتى يكون ريحي طيب

Saya niat membaca Al-Qur'an agar aroma (bau mulut) saya menjadi harum (dengan lantunan Quran).

٢٧- اقرأ القرآن حتى لا أضل في الدنيا ولا أشقي في الآخرة

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar saya tidak tersesat di dunia dan tidak ditimpa celaka di akhirat.

٢٨- اقرأ القرآن لأن الله يجلى به الأحزان ويذهب به الهموم والغموم

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar ALLAH menghindarkan diri saya dengan sebab membaca Al-Qur'an dari segala kesedihan, serta menghilangkan kerisauan dan kegusaran.

٢٩- اقرأ القرآن ليكون أنيسي في قبري ونور لي علي الصراط وهادياً لي في الدنيا وسائقاً لي إلى الجنة

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar ia menjadi teman saya di dalam kubur dan cahaya bagi saya ketika melintasi titian Sirath, dan petunjuk saya ketika di dunia, dan pemandu saya untuk ke syurga.

٣٠- اقرأ القرآن ليربينى الله ويؤدبنى بالأخلاق التي تحلى بها الرسول ﷺ.

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan agar ALLAH mentarbiah saya, dan mengajar adab kepada saya dengan akhlak yang dihiaskan akannya kepada Rasulullah SAW

٣١- اقرأ القرآن لأشغل نفسي بالحق حتى لا تشغلني بالباطل

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan menyibukkan diri saya dengan Al-Haq, sehingga tidak mampu kebatilan yang menyibukkan saya.

٣٢- اقرأ القرآن لمجاهدة النفس والشيطان والهوى

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan untuk mujahadah melawan nafsu, syaitan dan keinginan kepada selain ALLAH.

٣٣- اقرأ القرآن ليجعل الله بينى وبين الكافرين حجاباً مستوراً يوم القيامة

Saya niat membaca Al-Qur'an ini dengan tujuan memohon agar ALLAH memisahkan saya dengan para kafirin di akhirat kelak.

فهيا لنكون من أهل القرآن، وهذه هي التجارة مع الله المضمونة الرابحة والتي يعطى الله عليها من فضله الكريم وعطائه الذي لا ينفد.

Maka marilah kita menjadi ahlil Qur'an, yang telah dijamin keuntungannya, yang mana keuntungan itu ALLAH SWT kurniakan atas sifat pemurahNya dan sesungguhnya segala pemberianNya itu tidak akan habis.

علي هذه النيات وعلي نية صالحة لنا ولهم الفاتحة...


Sumber : Qissoh Ustadzy

Semoga bermanfaat.

Sukses, Banyak Harta dan Anak, Kaya Raya Dari Syaikhona Khalil Bangkalan


Suatu hari Kyai Kholil kedatangan tiga tamu yang menghadap secara bersamaan. Sang kyai bertanya kepada tamu yang pertama:
“Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya pedagang, Kyai. Tetapi hasil tidak didapat, malah rugi terus-menerus,” ucap tamu pertama.
Beberapa saat Kyai Kholil menjawab, “Jika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar,” pesan kyai mantap.
Kemudian kyai bertanya kepada tamu kedua:
“Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya sudah berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan,” kata tamu kedua.
Setelah memandang kepada tamunya itu, Kyai Kholil menjawab, “Jika kamu ingin punya keturunan, perbanyak baca istighfar,” tandas kyai.
Kini, tiba giliran pada tamu yang ketiga. Kyai juga bertanya, “Sampeyan ada keperluan apa?”
“Saya usaha tani, Kyai. Namun, makin hari hutang saya makin banyak, sehingga tak mampu membayarnya, ” ucap tamu yang ketiga, dengan raut muka serius.
“Jika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar,” pesan kyai kepada tamu yang terakhir.
Berapa murid Kyai Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi dengan jawaban yang sama, resep yang sama, yaitu menyuruh memperbanyak membaca istighfar.

Kyai Kholil mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang, maka dipanggillah para santri yang penuh tanda tanya itu. Lalu, Kyai Kholil membacakan al-Qur’an :

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا {10

يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا {11

وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا {12

Surat Nuh ayat 10-12 yang artinya: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Mendengar jawaban kyai ini, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama setelah kejadian itu, ketiga tamunya semuanya berhasil apa yang dihajatkan.
 
Semoga bermanfaat.