Minggu, 30 April 2017

Sanad Ilmu mbah Hasyim



SANAD ILMU MBAH HASYIM '

KH Hasyim Asy’ari hanya muridnya Kiai Asyari.
Kiai Asyari mengikuti gurunya, namanya Kiai Usman.
Kiai Usman mengikuti gurunya namanya Kiai Khoiron, Purwodadi (Mbah Gareng).
Kiai Khoiron murid Kiai Abdul Halim, Boyolali.
Mbah Abdul Halim murid Kiai Abdul Wahid.
Mbah Abdul Wahid itu murid Mbah Sufyan.
Mbah Sufyan murid Mbah Jabbar, Tuban.
Mbah Jabbar murid Mbah Abdur Rahman, murid Pangeran Sambuh, murid Pangeran Benowo, murid Mbah Tjokrojoyo, Sunan Geseng. Sunan Geseng hanya murid Sunan Kalijaga, murid Sunan Bonang, murid Sunan Ampel, murid Mbah Ibrahim Asmoroqondi, murid Syekh Jumadil Kubro, murid Sayyid Ahmad, murid Sayyid Ahmad Jalaludin, murid Sayyid Abdul Malik, murid Sayyid Alawi Ammil Faqih, murid Syekh Ahmad Shohib Mirbath, murid Sayyid Ali Kholiq Qosam, murid Sayyid Alwi, murid Sayyid Muhammad, murid Sayyid Alwi, murid Sayyid Ahmad Al-Muhajir, murid Sayyid IsaAn-Naquib, murid Sayyid Ubaidillah, murid Sayyid Muhammad, murid Sayyid Ali Uraidi, murid Sayyid Ja’far Shodiq, murid Sayyid Musa Kadzim, murid Sayyid Muhammad Baqir. Sayyid Muhammad Baqir hanya murid Sayyid Zaenal Abidin, murid Sayyidina Hasan – Husain, murid Sayiidina Ali karramallahu wajhah. Nah, ini yang baru muridnya Rasulullah saw.

Semoga bermanfaat.

Ayat dan Hadis sama namun pemahaman bisa berbeda.

Taqlid adalah jalan untuk menyamakan presepsi makna ayat dan Hadis.
Karena kita tidak langsung ketemu dengan rasulullah, kita hanya bisa bertemu dengan para pewaris nabi yaitu para ulama.

Jadi untuk pemahaman makna ayat kita harus mengikuti pemahaman para ulama.
Sebab ketika kita tidak mengikuti pemahaman para ulama, sementara ilmu alat al Qur'an dan Hadis tidak bisa, akibatnya sesat dan menyesatkan. Bahkan akan gampang sekali menuduh orang yg tidak sepaham dengannya. Sehingga akan terjadi perpecahan.
"Orang yang hanya bisa berteriak Syi'ah, Liberal, Sesat, Kafir dan Kata-Kata Kotor lainnya, itu membuktikan bahwa dalam bagian alat fikirnya ada yang kurang dan konslet sehingga tidak bisa berfikir cerdas dan normatif kecuali hanya bisa melontarkan kata-kata kotor dan amoral"
Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.
Saudara dan Saudariku seiman seislam seaqidah ASWAJA sebangsa senegara dan setanah air.
Semoga Allah SWT Senantiasa memberikan kesemangatan dalam belajar ilmu agama Islam dan menghindarkan dari sikap grasah grusuh sesuai nafsu dalam menyikapi sesuatu terlebih yang berhubungan dgn ilmu dan hukum agama seperti Al-Qur'an dan Al-Hadits.

BERHUKUM DAN BERHUJJAH LANGSUNG KEPADA AL-QUR'AN DAN HADITS

Beberapa tahun terakhir sudah mulai berkembang aliran atau faham dgn slogan diatas tetapi hanya bermodalkan terjemahan bukan dgn jalan belajar yg matang dan serius.
Mereka tidak segan-segan untuk menyerangnya dengan berbagai macam cemoohan itu. Bahkan, ulama-ulama atau pakar-pakar keislaman yang puluhan tahun mengkaji dan belajar tentang Islam pun tidak lepas dari segala bentuk cacian tersebut. Terkait hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj atau yang akrab disapa Kiai Said mengajak kepada seluruh umat Islam untuk terus belajar dan memahami Islam dengan pemahaman yang benar. Ia mengkritik siapa saja yang menggunakan dalil Al-Qur’an dan Hadis sesuai dengan kepentingannya sendiri. “Jangan seenaknya sendiri menggunakan Al-Qur’an dan Hadis,” kata Kiai Said di gedung PBNU, Senin (3/4). Kiai kelahiran Cirebon tersebut menilai, memahami kitab suci umat Islam itu tidaklah gampang. Seseorang tidak bisa memahami Al- Qur’an secara utuh kalau hanya mengandalkan terjemahan.
Kiai Said kemudian mencontohkan, orang yang memahami Al-Qur’an dengan modal terjemahan sama dengan orang awam yang membaca buku kedokteran, lalu ia membuka praktik. “Saya baca buku kedokteran, tetapi kemudian membuka praktik. Apakah itu boleh? Jangan ikut campur apa yang enggak kamu tahu!” lanjutnya. Selain itu, alumni Universitas Umm al-Quro Mekkah ini menilai, butuh waktu yang tidak sebentar untuk memahami Al-Qur’an. Ia sangat menyayangkan banyak tokoh-tokoh yang puluhan tahun mempelajari Islam dan Al-Qur’an dicemooh bahkah dikafir-kafirkan hanya karena pemahamannya berbeda dengan mereka yang baru saja belajar tentang Islam.
Dalil nash Ayat dan Hadits berikut sebagai peringatan dan renungan bagi saya pribadi dan anda yang merasa beraqidah Ahlussunnah Wal Jamaah serta bagi mereka yg beraliran Wahhabi_Takfiri_Hawaai
☆☆☆☆

Dalil Al-Qur'an : Al-Isra, ayat 36

{ ﻭَﻻ ﺗَﻘْﻒُ ﻣَﺎ ﻟَﻴْﺲَ ﻟَﻚَ ﺑِﻪِ ﻋِﻠْﻢٌ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﺴَّﻤْﻊَ ﻭَﺍﻟْﺒَﺼَﺮَ ﻭَﺍﻟْﻔُﺆَﺍﺩَ ﻛُﻞُّ ﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻨْﻪُ ﻣَﺴْﺌُﻮﻻ ‏( 36 ) }

Dan janganlah kamu mengikuti (mengatakan) apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabann­ya.
Al-Anbiya, ayat 7

{ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﻗَﺒْﻠَﻚَ ﺇِﻻ ﺭِﺟَﺎﻻ ﻳُﻮﺣَﻰ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﻓَﺎﺳْﺄَﻟُﻮﺍ ﺃَﻫْﻞَ ﺍﻟﺬِّﻛْﺮِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻟَﺎ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ‏( 7 )

Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.

Dalil Hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Imam At-Turmudzi dalam Bab Tafsirul Qur'an :

«3204» ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﺑﻦ ﻏﻴﻼﻥ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﺸﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺴﺮﻱ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : )) ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﻐﻴﺮ ﻋﻠﻢ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ .((

ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻋﻴﺴﻰ : ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ ﺻﺤﻴﺢ .
‏« 3205 ‏» ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻔﻴﺎﻥ ﺑﻦ ﻭﻛﻴﻊ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺳﻮﻳﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺍﻟﻜﻠﺒﻲ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺃﺑﻮ ﻋﻮﺍﻧﺔ ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻷﻋﻠﻰ ﻋﻦ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ : )) ﺍﺗﻘﻮﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﻨﻲ ﺇﻻ ﻣﺎ ﻋﻠﻤﺘﻢ ﻓﻤﻦ ﻛﺬﺏ ﻋﻠﻲ ﻣﺘﻌﻤﺪﺍ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﺑﺮﺃﻳﻪ ﻓﻠﻴﺘﺒﻮﺃ ﻣﻘﻌﺪﻩ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﺎﺭ .((
ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﻋﻴﺴﻰ : ﻫﺬﺍ ﺣﺪﻳﺚ ﺣﺴﻦ .


Diantara nasehat emas dan bahkan mutiara dari Al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah adalah:

ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : “ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺷﺪﻳﺪ ”. ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻼﻝ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺑﺈﺳﻨﺎﺩ ﺻﺤﻴﺢ ١ / ٣٧٣ ، ﺭﻗﻢ : ٥١٣ ” “

Mengeluarkan orang dari Sunnah itu adalah berat”. [Diriwatkan oleh Abu Bakar bin Al-Khallal rahimahullah dengan sanad shahih dalam As-Sunnah 1/373, nomer 513]

Maksudnya, jangan mudah menuduh seseorang telah keluar dari Sunnah dan bahkan menuduhnya sebagai ahli bid’ah jika orang tersebut masih meyakini prinsip-prinsip Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Ingat, menuduh dan bahkan memvonis sesat itu adalah perkara besar dan dahsyat..! Sudah siapkah kita untuk bertanggung jawab di hadapan Allah atas tuduhan tersebut..?!
Berbicara tentang kelompok dalam Islam tidak akan pernah tuntas karena semua merasa paling benar dan menuduh yang lain tersesat.

ﻓَﺘَﻘَﻄَّﻌُﻮﺍ ﺃَﻣْﺮَﻫُﻢ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ ﺯُﺑُﺮًﺍ ﻛُﻞُّ ﺣِﺰْﺏٍ ﺑِﻤَﺎ ﻟَﺪَﻳْﻬِﻢْ ﻓَﺮِﺣُﻮﻥَ

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). [QS 23 Al-Mukminun Ayat 53]

Ada sebuah ayat Al-Qur’an yang perlu selalu kita baca dan renungkan secara rutin dan terus menerus disertai muhasabah, koreksi dan mawas diri, yaitu ayat berikut ini;

ﻓَﻠَﺎ ﺗُﺰَﻛُّﻮﺍ ﺃَﻧﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻫُﻮَ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺑِﻤَﻦِ ﺍﺗَّﻘَﻰٰ “

Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa”. [QS 53 An-Najm Ayat 32]

Hanya Allah Yang Maha Tahu siapa yang terbaik diantara kita di SisiNya. Mari kita fokus mencari keburukan diri sendiri dan kemudian memperbaikinya, bukan fokus mencari keburukan orang lain sehingga lupa dan bahkan tidak menyadari keburukan diri sendiri. Ya Allah, hanya kepadaMu hamba mengadu.

Orang yang keluar dari busur agama
Sabda Rasulullah SAW :

يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ

“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Ciri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).

عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

Jangan mudah menuduh musyrik kepada orang lain.
Nabi Muhammad SAW, di bawah ini..

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ رَجُلٌ قَرَأَ الْقُرْآنَ حَتَّى إِذَا رُئِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ، وَكَانَ رِدْئًا لِلْإِسْلَامِ، انْسَلَخَ مِنْهُ وَنَبَذَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ»، قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ، الْمَرْمِيُّ أَمِ الرَّامِي؟ قَالَ: «بَلِ الرَّامِي»

“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca (menghafal) al-Qur’ân, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’ân dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’ân, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allâh, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Bukhâri dalam at-Târîkh, Abu Ya’la, Ibnu Hibbân dan al-Bazzâr).

Wassalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu.

Semoga Barokah dan Manfaat.
Salam Islam Indah dan Damai.
Salam Indonesia Sejuk Aman Damai Tentram Rukun dan Sejahtera.

Salam ASWAJA - NU

Semoga Bermanfaat.

Bedakan Antara Ilmu, pengetahuan, dan Wawasan

NAMUN ...mengertilah apa-apa yg didapat dari membaca itu bukanlah ILMU, tapi WAWASAN/PENGETAHUAN, maka tidak boleh buat pedoman.

Karena agama itu hubungan persambungan amaliyah dari ulama yang bersand sambung samapai rasulullah.


ILMU hanya bisa didapat & diperoleh dengan satu JALAN yaitu BELAJAR (MENGAJI) dengan seorang Guru (Ulama yang punya sanad ilmu).
BUKU adalah sebuah tulisan yg bernuansa ILMU, BUKU bukanlah Syara'..., Tapi dalam kenyataannya BUKU banyak dijadikan Pusaka, melebihi ilmu apalagi hanya mengandalkan TERJEMAH.
Ilmu itu bukan pada BUKU, tapi ilmu itu apa yg ada dalam Dada (Hati)

العلم في الصدور لا في الستور

"Ilmu itu terletak didada buka di buku"

Jadi apa yg didapat dari Membaca itu adalah sebuah pengetahuan (wawasan) BUKAN keilmuan.
Makanya yg di wajibkan oleh agama adalah MENUNTUT, MENCARI, dan atau MENIMBA ILMU, bukannya MEMBACA ILMU.

طلب العلم فريضة

"Menuntut Ilmu itu Wajib"

@* TIDAK ADA PERINTAH WAJIB MEMBACA :

قرأة العلم فريضة

"Membaca ilmu itu wajib"

Nabi Saw pun perintah اطلب العلم (Tuntutlah ilmu...) BUKAN bacalah ilmu, tami membaca sarana untuk menggapai ilmu yang kemudian ilmu itu disanadkan kepada para 'Alim Ulama' yang sampai sanadnya kepada Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup.
Karena membaca yang tidak disanadkan Kyai, berakibat "Bacaannya sama tapi pemahamannya bisa berbeda".

"Wallohu A'lam Bish Showab"


PEPELING ATAU PERINGAN PENTING :

SILAHKAN membaca !!!
Karena itu memang hal baik, TAPI INGAT jangan tinggal MENGAJI (mengkaji atau memahami)

MEMBACA AL-QUR'AN DAN HADITS tidak sama dan bukan berarti MENGAJI AL QUR'AN DAN HADITS.

MEMBACA AL QUR'AN tidak sama dengan MENGAJI AL QUR'AN.

Banyak yg salah kaprah ... dalam keseharian misalnya, ada seorang anak ditanya :

* Ayah sedang apa?
- Sang anak menjawab; ayah sedang mengaji.
Padahal sebenarnya SEDANG MEMBACA.
Mengaji (mengkaji) itu menyerab atau mengambil ilmu dari yang dibaca

Contoh ayat sama tapi pemahaman berbeda :

1. Saat melakukan aksinya membunuh sayidina 'Ali suami Siti Fatimah, Ibnu Muljam juga tidak berhenti merapal Surat Al Baqarah ayat 207:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”

Pertanyaanya, Masak membunuh sesama muslim kok menggapai ridho Allah? Aneh kan?

2. Pada ayat-ayat musbihat.
3. Surat Al-Baqarah Ayat 22 >> Ada yang memahami bumi itu datar, ada yang memahami bumi itu bulat :

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui".
Memang secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa bumi ini terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al-Qur’an….? Apakah memahamkan al-Qur’an yang agung cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan arti kontekstualnya…?
Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan Al-Qur’an itu. Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang mendudukkan derajat orang-orang berpengetahuan berada beberapa tingkat di atas orang awam. Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman tekstual saja. Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar, memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.

4. (Ad-Dhuha ayat 7) >> Wahabi berani menyesatkan Nabi.

ﻭَﻭَﺟَﺪَﻙَ ﺿَﺎﻟًّﺎ ﻓَﻬَﺪﻯ


NASHIRUDDIN AL-ALBANI: NABI SAW SESAT SEBELUM NUZUL WAHYU
Dalam:
- Kitab: "FATAWA AL-ALBANI".
- Karya: Nashiruddin Al-Albani.
- Halaman: 432.

→ Nashiruddin Al-Albani telah Menghukum Atas Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai Sesat dan Sesat dari Kebenaran.
Mari kita lihat pada teks Fatwa Nasiruddin Al-Albani yang Menghukum Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai Sesat:
” Saya Katakan kepada mereka yang bertawassul dengan Wali dan orang Shalih bahwa,
Saya Tidak Segan sama sekali Menamakan dan Menghukum Mereka sebagai SESAT dari Kebenaran,
Tidak ada Masaalah untuk Menghukum Mereka sebagai Sesat dari Kebenaran,
DAN INI SEJALAN (Sama) DENGAN PENGHUKUMAN ALLAH ATAS NABI MUHAMMAD SEBAGAI SESAT SEBELUM NUZUL WAHYU (sebelum turunnya Wahyu)
(Ad-Dhuha ayat 7)″.
● Dalam Fatwa tsb Al-Albani mencantumkan Surat Ad-Dhuha Ayat 7.
☆ Sedangkan Didalam Tafsir Ibnu Katsir tentang Ayat tsb,
Beliau mengatakan:
"Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

ﻭَﻭَﺟَﺪَﻙَ ﺿَﺎﻟًّﺎ ﻓَﻬَﺪﻯ ﻛَﻘَﻮْﻟِﻪِ : ﻭَﻛَﺬﻟِﻚَ ﺃَﻭْﺣَﻴْﻨﺎ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﺭُﻭﺣﺎً ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِﻧﺎ ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺖَ ﺗَﺪْﺭِﻱ ﻣَﺎ ﺍﻟْﻜِﺘﺎﺏُ ﻭَﻟَﺎ ﺍﻟْﺈِﻳﻤﺎﻥُ ﻭَﻟﻜِﻦْ ﺟَﻌَﻠْﻨﺎﻩُ ﻧُﻮﺭﺍً ﻧَﻬْﺪِﻱ ﺑِﻪِ ﻣَﻦْ ﻧَﺸﺎﺀُ ﻣِﻦْ ﻋِﺒﺎﺩِﻧﺎ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepada wahyu (Al-Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab(Al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu,
Tetapi Kami menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. (Asy-Syura: 52),
Hingga akhir ayat.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa Makna yang dimaksud ialah sesungguhnya Nabi Saw, Pernah tersesat di lereng-lereng pegunungan Mekah saat Beliau Masih Kecil, kemudian ia dapat pulang kembali ke rumahnya.
Menurut pendapat yang lain: Sesungguhnya Beliau pernah tersesat bersama pamannya di tengah jalan menuju ke negeri Syam.
Saat itu Nabi Saw, mengendarai unta di malam yang gelap,
Lalu datanglah iblis yang menyesatkannya dari jalur jalannya. Maka datanglah Malaikat Jibril yang langsung meniup iblis hingga terpental jauh sampai ke negeri Habsyah.
Kemudian Jibril meluruskan kembali kendaraan Nabi Saw, Ke jalur yang dituju.
Keduanya diriwayatkan oleh Al-Bagawi.
◎ Nah..!!, Sekarang bagaimana Al-Albani Ahli Hadas tsb, mempergunakan firman Allah pada Bukan Tempatnya.
◎ Amat jelas dan Gamblang Al-Albani Mengatakan Sesat Kepada Baginda Nabi Saw Dari Kebenaran Sebelum Nuzul Wahyu..!!.


DGN SANAD TANPA MENUKIL KITAB LEBIH UTAMA DARI PADA MENUKIL KITAB TANPA SANAD.
Alkisah seorang ustad wahabi S3 yg memiliki perpustakaan berisi ribuan kitab berdebat dgn santri kampung dgn fasilitas seadanya dan kitab seadanya, tapi ilmu dari guru yg memiliki sanad kepada ulama salaf.
si ustad berkata : "Makna istawa adalah istaqarra (menetap), ini akidah ulama salaf".
kemudian puluhan hujjah dikeluarkan oleh si ustad dari kitab kitab yg ia miliki.

Santri diam sambil berpikir, dia merasa ada yg janggal, krn gurunya didalam menjelaskan masalah akidah tidak pernah sekalipun menyebut lafadz "istaqarra" sebagai makna "istawa", si santri tau betul bahwa gurunya memiliki sanad kepada ulama salaf.
Sontak si santri berkata : "Datangkan satu saja perkataan ulama salaf yg sohih, yg menyebut lafadz istaqarra didalam ucapannya sebagai makna istawa, jika ada, demi allah saya akan mengikuti akidah ustad".

Si ustad mulai mengeluarkan keringat dingin, dia kebingungan, menjawab pertanyaan si santri, dia buka laptopnya, dia cari di google, tidak ketemu juga, si ustad mulai panik dan akhirnya muter muter seperti gangsing....
adakah yg bisa bantu ustad di dalam kisah tersebut....
silahkan...

"Wallohu A'lam Bish Showab"

Semoga bermanfaat.

Kata Wahabi bumi itu datar, Aneh


Kaum wahabi memiliki keyakinan bahwa Tuhan ada di atas Arys sesuai dengan tekstual ayat.
Maka anda kaum wahabi pun harus yakin dengan hadits yg menyatakan bahwa Tuhan turun disetiap sepertiga malam berdasarkan arti tekstual dari hadits nabi
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam sabda beliau:

ينزل ربنا تبارك وتعالى إلى السماء الدنيا كل ليلة حين يبقى ثلث الليل الآخر فيقول: من يدعوني فأستجيب له، من يسألني فأعطيه، من يستغفرني فأغفر له، حتى ينفجر الفجر


“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia setiap sepertiga malam akhir. Ia lalu berkata: ‘Barangsiapa yang berdoa, akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Siapa yang memohon ampun kepada-Ku, akan Aku ampuni. Hingga terbit fajar‘ ”

Pertanyaannya,
1. Kapan Tuhan naik lagi ketempat semulanya?
2. Mungkinkah diwaktu bersamaan Tuhan ada di arys dan turun,karena kita tahu sepanjang waktu selama bumi ini berputar maka siang dan malam tidak pernah berhenti kecuali kiamat.
3.Apakah Tuhan anda ada 2,yaitu Tuhan yg selalu di atas arys,dan Tuhan yg bertugas turun ke langit dunia???

Silahkan bersiskusi dengan baik.


Konsep Tuhan menghamparkan bumi ini diyakini sebagai sebuah pesan bahwa bumi ini datar, seperti karpet yang terhampar. Mukidi mungkin tidak memahami bahasa kiasan bahwa menghampar dalam kalimat itu bisa diartikan juga "dihadirkan" atau "dipaparkan di depan mata manusia sebagai bukti keagungan-Nya".

Dan teori konspirasi pun berputar bahwa kita sejak kecil dibohongi NASA dan scientist barat bahwa bumi itu bulat. Kenapa mereka membohongi kita? Untuk menjauhkan kita dari Alquran. Gundulmu kotak, di...

Selain konsep bumi itu datar, video itu juga memaparkan apa yang mereka bilang kebohongan NASA, bahwa bumi berputar mengelilingi bumi. Kata mereka, matahari-lah yang mengelilingi bumi.
Pandangan paling kuat dari mereka adalah penemu teori heliosenstris adalah Galileo Galilei. Mungkin karena Galileo "kafir" kali ya.. jadinya gak dipercaya.

Kene di, tak bisikno nang kupingmu yang jarang dikoroki..

Galileo itu sebenarnya "pendukung" teori bukan penemu. Yang awal sekali menemukan konsep bahwa bumi itu bulat dan mengelilingi matahari adalah ilmuwan muslim dari Persia yang bernama Al Sizji yang lahir tahun 945 M. Galileo sendiri baru lahir tahun 1564. Al Sizji sendiri waktu mengemukakan teori itu ditentang oleh Ibnu Sina, yang masyhur di bidang kedokteran.

Galileo galilei kenapa matinya digantung oleh dewan gereja?


Galileo galilei mengatakan bumi itu bulat sementara geraja mengatakan bumi itu datar.

Galileo galilei mengatakan matahari sebagai pusat peredaran (heliosentris) tapi gereja mengatakan bumi pusat peredaran (geosentris)

Akibat menentang gereja dan galileo galilei tidak mau mengoreksi penelitian ilimiahnya, lantas ia digantung oleh dewan gereja.

Kalau kristen berkaca dari peristiwa itu harusnya kristen dengan legowo mengakui kalau agama mereka salah. 

BUKAN HANYA GALILEO YANG DIBUNUH OLEH AJARAN KASIH TAPI JUGA INI

tokoh unitarian Kristen dijatuhi hukuman mati, antara lain:
1. IRANAEUS (130-200 M):
Ia meyakini Tuhan Yang Maha Esa dan mendukung doktrin tentang “kemanusiaan” yesus. Dengan sengit ia mengeritik Paulus karena telah bertanggung jawab memasukkan doktrin-doktrin dari agama berhala dan filsafat Plato ke dalam Kristen.
2. TERTULIAN (160-220)
Ia menulis: “Orang-orang kebanyak berpikir tentang Kristus sebagai seorang manusia biasa. Saat itu Paus Callistuslah yang mengenalkan Trinitas ke dalam tulisan-tulisannya “ecclesiastical” latin ketika ia membahas doktrin baru yang aneh tersebut.
3. ORIGEN (185-254 M).
Karena Origen menentang ajaran gereja yang Trinitas, dia menulis tidak kurang 600 brosur dan risalah yang isinya mengenai keesaan Tuhan. Berdarkan hasil Konsili Alexandria, dia lalu ditangkap dan dipenjarakan dengan mengalami penyiksaan hingga menyebabkan kematiannya pada tahun 254 M.
4. LUCIAN (..-312)
Dia percaya bahwa Yesus tidaklah sama dengan Tuhan dan karenanya berada (di bawah) Tuhan. Pandangan inilah yang menulut kebencian Gereja Pauline, dan setelah mengalami berbagai siksaan, Lucian lalu dihukum mati oleh Gereja Tahun 312

FATWA ULAMA SALAFY – WAHABI BUMI DATAR DAN SIAPA YANG TIDAK SEPAHAM MAKA IA KAFIR !!

FATWA ANEH WAHABI, KENAPA KELUAR DARI SALAFY ?

“The earth is flat. Whoever claims it is round is an atheist deserving of punishment.” Yousef M. Ibrahim, “Muslim Edicts take on New Force”, The New York Times, February 12, 1995, p. A-14. Teori Bumi Datar adalah penemuan spektakuler sepanjang abad modern oleh seorang jenius ulama Arab Saudi, Grand Mufti Ibn Baz. ia meraih penghargaan Service to Islam dari Raja Faisal, dan ditunjuk sebagai Grand Mufti pada tahun 1994 oleh Raja Fahd.

Ia menulis sejumlah buku yg berguna bagi umat manusia. Penemuan paling terkenalnya ditulisnya sesuai dengan judul bukunya, “Bukti bahwa Bumi Tidak Bergerak.” Riset sains ini diterbitkan oleh Islamic University of Medina, Saudi, tahun 1974. Pada halaman 23, ia berbicara tentang penemuan brilyannya ini dan merujuk pada ayat-ayat Al-Quran dan Al-hadist. Ia dengan yakin menentang kepercayaan kuno bahwa bumi berputar. Ini kutipannya:

“Kalau bumi berputar (rotasi) seperti yang mereka katakan, maka negara – negara, pegunungan, pohon – pohon, sungai- sungai dan samudera- samudra tidak memiliki dasar dan orang akan melihat negara-negara di timur bergerak ke barat dan negara- negara barat bergerak ke timur.”

Parvez Hoodbhoy dalam bukunya “Islam and Science: Religious Orthodoxy and the Battle for Rationality”. Pada halaman 49, ia menulis:

”.. The Sheikh (Abdul Aziz Ibn Baz) menulis … sebuah buku dlm bahasa Arab berjudul Jiryan Al-Shams Wa Al-Qammar Wa-Sukoon Al-Arz.

Artinya :
Pergerakan Matahari dan Bulan dan Tidak Bergeraknya Bumi … Dlm buku sebelumnya, ia mengancam para penantang dgn fatwa keras atau ‘takfir’ (alias kafir), tetapi tidak mengulanginya dlm versi yg lebih baru.”

Lagi-lagi tahun 1993, otak jenius encer itu mulai lagi bekerja overtime. Suatu pagi hari, sang jenius membuka Qurannya dan menoleh sejumlah mukjizat ilmiah dan sampai pada penemuan baru bahwa “Bentuk Bumi adalah Datar”. Ini direkam oleh Carl Sagan dlm bukunya “The Demon-haunted World: Science as a Candle in the Dark”. Sagan menulis:

“Th 1993, otoritas religius tertinggi Saudi, Sheik Abdel-Aziz ibn Baaz, mengeluarkan fatwa, menyatakan bahwa bumi adalah datar. Siapapun yg menolak dianggap tidak percaya Allah dan harus dihukum. ”

Namun lagi-lagi, sang jenius Ibn Baz berubah pikiran seperti sebelumnya. Ia membantah bahwa ia pernah menyusun teori Bumi Datar. Tidak diketahui mengapa ia meninggalkan kesimpulan ilmiah yang begitu hebat itu. Mungkin inilah karakteristik seorang jenius.

===================================
Masalah: Apakah bumi itu bulat?

Pendapat asy-Syaikh al-Albani:
Kemudian, secara tekstual hadits137 ini menurut saya adalah hadits mungkar. Sebab bumi adalah bulat secara pasti sebagaimana yang dibuktikan fakta ilmiyah. Dan hal ini tidak bertentangan dengan dalil-dalil syar’iyah. Berbeda dengan orang yang berusaha berkilah dalam masalah ini: kalau bumi bulat, maka di mana kanan bumi dan kiri bumi? Keduanya adalah masalah nisbi persis seperti masalah timur dan barat.

ash-Shahihah (IV/158-159) Fatwa Syeikh Albani

Wahabi Koplak [moslem only]
Satu lagi keyakinan nyeleneh kaum wahabiyyun salafiyyun usiliyyun jahiliyyun yaitu meyakini bahwa BUMI ITU DATAR! Jahilnya faham wahabi memang pantang bagi kita untuk diikuti. Sebab apabila kita ikuti maka kita akan ikut-ikutan berpemikiran jumud, jahil, kaku, dan otak mampet.

Akhir-akhir ini ada segelintir umat Islam yang berpegang kepada teks Al-Qur’an yang tertulis secara zahirnya saja (tekstual), dan mengklaim bahwa bumi ini datar. Lebih dari itu, tidak tanggung-tanggung, mereka malah berani mengkafirkan orang-orang yang berkeyakinan bahwa bumi ini bulat adanya. Kata mereka orang yang tidak percaya bahwa bumi ini datar melawan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah menjelaskan dengan nyata bahwa bumi ini datar! Persoalan ini menjadi masalah yang sangat serius, karena menyebabkan terjadinya benturan antara percaya kepada science modern atau percaya kepada Al-Qur’an suci yang agung.

Sebagian orang awam lalu mengambil jalan pintas dengan mengikuti segelintir umat yang berfaham bumi itu datar, karena takut terjatuh ke dalam kemurtadan, alias menjadi kafir. Mereka takut dengan ancaman kelompok ini. Apalagi selama ini, sudah terkenal bahwa kelompok ini sangat rajin dan lantang menyerang orang yang tidak sefaham dengan mereka dengan ancaman kafir, murtad, bid’ah dan lain sebagainya, seraya memakai ayat-ayat Al-Quran segala.

Timbul pertanyaan kemudian, benarkah Al-Qur’an bertentangan dengan ilmu science modern…? Jawabnya tegas, tidak mungkin ada pertentangan antara ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan ilmu science. Jika pun terjadi pertentangan maka itu terjadi karena dua hal saja. Pertama; ilmu sciencenya yang tidak atau belum mampu mendefinisikan secara tepat, atau kedua; ayat Al-Qur’annya yang difahamkan secara keliru,
melenceng, alias tidak tepat!

Selama ini ada beberapa ayat yang oleh para PENGANUT FAHAM BUMI DATAR pakai untuk mendukung argumentasi atas faham mereka, antara lain;

DALIL PERTAMA,
firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr: 19, “Dan Kami (Allah) telah menghamparkan bumi….”. Nah lihatlah, kata mereka, bukankah ayat ini dengan gamblang telah menjelaskan bahwa bumi itu terhampar, dan tidak dikatakan bulat…! Kemudian mereka pun dengan enteng mengkafirkan semua orang yang berseberangan faham dengan mereka.
Surat Al-Hijr Ayat 19

وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ


Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.
DALIL KEDUA,
adalah firman Allah pada surat Al-Baqarah: 22, “Dialah (Allah) yang telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan (firasy) bagimu.”


Surat Al-Baqarah Ayat 22

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ


Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Memang secara tekstual, bunyi ayat-ayat di atas mengatakan bahwa bumi ini terhampar, seumpama firasy, karpet, atau tempat tidur. Namun, apakah sesederhana itu sajakah memahamkan ayat Al-Qur’an….? Apakah memahamkan al-Qur’an yang agung cukup secara tekstual saja, kemudian mengabaikan arti kontekstualnya…? Kalau demikian, yakni Al-Qur’an hanya difahamkan secara tekstual saja, maka pasti akan hilanglah kehebatan dan keagungan Al-Qur’an itu. Padahal ada banyak ayat suci Al-Qur’an dan hadis yang mendudukkan derajat orang-orang berpengetahuan berada beberapa tingkat di atas orang awam. Dalam hal ini, pemahaman kontekstual jelas memerlukan daya nalar yang lebih tinggi dibandingkan sekedar pemahaman tekstual saja. Dengan demikian, pantaslah kiranya jika Allah dalam Al-Qur’an dan Nabi dalam banyak hadis beliau, memuji dan menyatakan bahwa orang yang berilmu pengetahuan, yang memakai akal dan nalar, memiliki derajat yang tinggi jauh berbeda dengan orang awam.

PEMBAHASAN MASALAH

Pada surat Al-Hijr ayat 19 dikatakan bahwa Allah telah menghamparkan bumi. Disitu tidak ada dikatakan bagian yang dihamparkan adalah bagian bumi tertentu, tetapi yang terhampar adalah bumi secara mutlak. Sehingga dengan demikian, jika kita berada di suatu tempat di bagian manapun dari pada bumi itu (selatan, barat, utara, dan timur), maka kita akan melihat bahwa bumi itu datar saja, SEOLAH-OLAH TERHAMPAR di hadapan kita. Kemudian jika kita berjalan dan terus berjalan dengan mengikuti satu arah yang tetap, maka bumi itu akan terus menerus kita dapati terhampar di hadapan kita sampai suatu saat kita kembali ke tempat semula saat awal berjalan. Hal ini telah jelas membuktikan bahwa justru bumi itu bulat adanya. Sebaliknya, jika saja bumi itu berbentuk kubus, misalnya, maka pasti hamparan itu suatu saat akan terpotong, dan kita akan menuruni suatu bagian yang menjurang, menurun, TIDAK LAGI TERHAMPAR…..!

Selanjutnya, jika bumi itu adalah sebuah hamparan seperti karpet atau tikar, maka jika ada orang yang melakukan perjalanan lurus satu arah secara terus menerus, maka orang itu pada akhir perjalanannya akan sampai pada ujung bumi yang terpotong, dan tidak akan pernah kembali ke tempatnya semula, di mana dia memulai perjalanannya yang pertama dulu. Penelitian dan pengalaman manusia telah membuktikan bahwa perjalanan yang dilakukan secara terus menerus ke satu arah tertentu tidak pernah menemukan ujung dunia yang terpotong, melainkan terus menerus yang ditemukan hanyalah hamparan demi hamparan di tanah yang dilalui, untuk kemudian perjalanan itu berakhir pada tempat semula saat perjalanan pertama dimulai. Hal ini tidak mungkin dapat terjadi jika saja bumi itu tidak bulat keberadaannya.

Penjelasan yang lebih gamblang adalah pada surat Al-Baqarah ayat 22: “ Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi itu firasy (hamparan, kapet) BAGIMU ……” Perhatikan kata-kata “bagimu”. Al-Qur’an dalam hal ini, tidak sekedar mengatakan bahwa bumi itu hamparan umpama karpet saja, kemudian berhenti pada kalimat itu, tapi ada kata tambahan lain yaitu “bagimu”. Artinya, bagi kita manusia yang tinggal di atas permukaan bumi ini, bumi terasa datar. Walaupun, bumi itu pada kenyataannya adalah tidak datar. Hanya TERASA DATAR bagi kita manusia. Terasa datar bukan berarti benar-benar datar, bukan….?

Penjelasan kata “karpet (firasy)” bagimu bukankah bisa diartikan sebagai sesuatu yang berfungsi untuk diduduki atau dipakai tidur, dengan aman dan nyaman…?. Kata firasy dalam bahasa Indonesia dapat diartikan karpet, atau ranjang adalah sesuatu yang nyaman dan aman dan dipakai untuk tidur. Nampaknya arti seperti ini dapat dipakai, sebab keberadaan struktur bumi ini memang berlapis-lapis. Bagian intinya sangat panas dengan suhu ribuan derajat celcius yang mematikan. Namun demikian, pada bagian LAPISAN YANG PALING ATAS, ada sebuah lapisan keras setebal 70 kilometer, disebut lapisan kerak bumi yang paling aman dan nyaman, dengan suhu yang aman pula bagi kehidupan. Seolah-olah lapisan bumi bagian atas itu adalah ‘karpet’ atau ‘ranjang’ yang terbentang luas dan melindungi manusia serta seluruh makhluk Allah yang berada di atasnya, aman dari bahaya lapisan bumi bagian dalam yang cair, yang sangat panas lagi mematikan itu. Subhanallah, Maha Suci Allah dengan firman-Nya…..!

Ada satu ayat Al-Qur’an lagi yang patut kita perhatikan sebagai tambahan penjelasan masalah ini, yakni surat Az-Zumar ayat 5: “Dia (Allah) yang telah menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar, Dia juga MEMASUKKAN MALAM KEPADA SIANG (dengan cara menggulungnya-penulis), DAN MEMASUKKAN SIANG ATAS MALAM, dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah, Dia (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Kata “at-takwir” artinya adalah menggulung. Pada ayat di atas dengan jelas Allah berfirman bahwa malam menggulung siang dan siang menggulung malam. Kalau malam dan siang dapat saling menggulung, pastilah karena keduanya berada pada satu TEMPAT YANG BULAT secara bersama-sama. Bagaimana keduanya dapat saling menggulung jika berada pada tempat yang datar….? Kalau saja kejadian itu pada tempat yang datar, mestinya akan lebih tepat jika dipakai kata MENIMPA atau MENINDIH.

Dari keterangan ayat di atas juga dapat diperoleh gambaran bahwa pada permukaan bumi ini setiap saat, separuh permukaannya senantiasa malam, dan separuh lagi permukaannya adalah siang hari. Hal ini dapat digambarkan dari keterangan ayat, dimana seolah-olah bagian kepala dari sang malam itu menggulung bagian ekor dari sang siang, namun pada saat yang sama bagian kepala dari sang siang sedang menggulung pula bagian ekor dari sang malam. Sebanyak bagian siang yang digulung malam, maka pada saat yang bersamaan, sebanyak itu pula bagian malam yang sedang digulung oleh sang siang. Sekali lagi, keterangan ini menggambarkan bahwa terjadinya hal menakjubkan tersebut di atas bumi, hanya jika permukaan BUMI ITU BULAT adanya…!

Lebih jauh lagi, andaikan saja bumi ini datar seumpama sebuah karpet, pastilah jika matahari terbit dan menyinari bumi, maka keseluruhan bagian bumi seketika akan berada dalam keadaan siang. Kemudian saat matahari berlalu meninggalkan bumi, datang pula kegelapan, maka seluruh permukaan bumi akan serentak menjadi malam pula semuanya. Namun, kenyataannya tidak demikian..!

Di zaman modern ini, sudah terbukti disaat Indonesia sedang siang hari, lalu kita menelepon atau chatt dengan teman kita di Amerika, mereka akan mengatakan: “Disini, saat ini, adalah malam hari, teman...!”, seraya dia akan menyapa kita dengan salamnya: “Good evening, my friend…!” Tidak percaya….? Silakan mencoba….!

Ajaibnya, keterangan-keterangan ini ditulis dalam ayat-ayat Al-Qur’an pada 14 abad yang lalu, disaat orang-orang Eropa dan Amerika masih primitif, dan masih menganggap bumi ini datar serta menganggapnya sebagai pusat bagi jagad raya ini.

Maha suci Allah dengan Al-Qur’an-Nya yang Agung………!

Kita biarkan saja wahabi berfatwa bahwa bumi itu datar seperti tikar yang terhampar. Ya siapa tahu di masa yang akan datang, buku-buku yang menyatakan bumi itu datar akan menjadi barang langka yang banyak dicari orang sebagai buku jenaka untuk pengantar tidur anak dan cucu kita, hehehe… ^_^

Wallahu A’lam Bishshowab

Dalil Amaliah Bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

ASWAJA MUDA

Download: Dalil Amaliah Bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Dalil – Dalil Amaliah Bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan:
  1. Dalil Puasa Rajab
  2. Dalil Ziarah Bulan Sya’ban
  3. Dalil Keutamaan Malam Nisfu Sya’ban
  4. Dalil Yasinan Nisfu Sya’ban
  5. Dalil Shalat Tarawih 20 Rakaat
  6. Dalil Taradhi dan Shalawat di Sela-Sela Shalat Tarawih
  7. Doa Shalat Tarawih
  8. Dalil Shalat Witir 2-1
  9. Doa Setelah Shalat Tarawih
  10. Dalil Doa Ghairu al-Ma’tsur
  11. Dalil Tadarus Ramadhan

Download File :

Amaliah Bulan Rajab dan Sya’ban (KLIK)

Amaliah Bulan Ramadhan (KLIK)

Kamis, 27 April 2017

Imam Syafi'i sangat memuji orang tasawuf


MENGUAK FAKTA KEDUSTAAN USTADZ WAHABI
==========================
Benarkah Imam Syafi'i Mencela Ahli Tasawuf atau Malah Sebaliknya Memuji Mereka?
Di kalangan para penganut Faham Wahabi Pemuja Al-Bani, Bin Baz, Utsaimin dengan kesalah fahamannya dan dengan rujukan yang terpotong, selalu bilang di mana-mana, di radio, majalah, dan internet, bahwa menurut mereka, Imam Syafi’i mencela ilmu tasawuf dan para Sufi (pelaku Ilmu tasawuf). Benarkan Imam syafi’i berbuat demikain, atau itu cuma sekedar salah paham akibat belajar ilmu dari sumber yang salah? Atau mungkin bahkan hal itu sengaja dilontarkan untuk memfitnah Imam Syafi'i dan ilmu tasawuf dan para sufinya? Wallohu a’lam.

Di sini akan disajikan fakta-fakta mengenmai permasalahan ini, semoga dengan FAKTA ini, tidak ada lagi yang salah faham dengan maksud Imam Syafi’i yang tercatat dalam kitab Manaqib Al Imam as-Syafi’i karya Imam Baihaqi.

Dari kitab Manaqib Asy-Syafi'i ini jelas-jelas terbukti bahwa beliau mencela itu ditujukan hanya kepada oknum sufi dan bukan semua pengikut tasawuf. Justru di dalam kitab itu Imam Syafi’i terbukti memuji kepada para sufi, begitulah fakta yang sebenarnya.
Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak sampai kepadanya dzuhur kecuali ia menjadi hamqa (kekurangan akal).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207).
Ngustadz Wahabi secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tashawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajaran ilmu tasawwuf tersebut.
Di baris berikutnya Beliau juga menyatakan: ”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia menjadi seorang Muslim yang khawwas ( berwibawa ).” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,” Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain. ” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)

Jelas, dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas, yang dicela Imam As Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan (sufi gadungan) yang tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya.

Lebih lanjut Imam Al Baihaqi menjelaskan
Imam As Syafi’i juga menyatakan: ”Seorang sufi tidak akan menjadi sufi(mencapai derajat sufi) bila ada pada dirinya 4 perkara : malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan, ”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maksudnya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat).

Jelas dalam kitab tersebut, Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan (yang bernada mencela) di atas karena prilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun tidak melaksanakan dengan benar dan Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207-208 )

 

Mereka terhasut dari potongan perkataan ulama yang sholeh


Mereka adalah hasil pengajaran para ulama korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi. Mereka merasa telah mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun kenyataannya mereka tidak lebih dari mengikuti pemahaman ulama-ulama yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun tidak bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh. Mereka terhasut untuk meninggalkan pemahaman Imam Mazhab yang empat. Imam Mazhab yang empat telah disepakati oleh jumhur ulama sejak dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak). Imam Mazhab yang empat bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh. Imam Mazhab yang empat mengetahui dan mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh.Imam Mazhab yang empat melihat sendiri penerapan, perbuatan serta contoh nyata dari Salafush Sholeh.

Salah satu penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf.

Laurens mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis.

Cara ulama-ulama yang anti tasawuf dan anti mazhab menghasut adalah memotong-motong firman Allah, hadits Rasulullah, perkataan Salafush Sholeh maupun perkataan ulama-ulama terdahulu seperti perkataan Imam Mazhab yang empat.

Contoh hasutannya mereka menyampaikan, Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu meriwayatkan dengan sanadnya sampai Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu: “Jika seorang belajar tasawuf di pagi hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu.”

Perkataan Al Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu tersebut bersumber dari Manaqib Al Imam As Syafi’i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi.

Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak tidak sampai kepadanya dhuhur kecuali ia menjadi kekurangan akal.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Beliau juga menyatakan,”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia seorang Muslim yang khawwas.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Beberapa pihak secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam As Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tasawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajarannya tersebut.

Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)

Jelas, dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas, yang dicela Imam As Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan dan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya.

Imam As Syafi’i juga menyatakan,”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut,”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan,”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat).

Jelas, bahwa Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan di atas karena perilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)

Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’I memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan As Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As Shufi. As Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab As Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164)

Walhasil, Imam As Syafi’I disamping mencela sebagian penganut sufi beliau juga memberikan pujian kepada sufi lainnya. Dan Imam Al Baihaqi menilai bahwa celaan itu ditujukan kepada mereka yang menjadi sufi hanya dengan sebutan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya dan Imam As Syafi’i juga berinteraksi dan mengambil manfaat dari kelompok ini.

Bahkan Imam As Syafi’i menasehatkan kita untuk menjalankan perkara syariat sebagaimana yang mereka sampaikan dalam kitab fiqih sekaligus menjalankan tasawuf untuk mencapai muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang Ihsan

Imam Syafi’i ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) ,”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi'i, hal. 47]

Begitupula dengan nasehat Imam Malik ~rahimahullah bahwa menjalankan tasawuf agar manusia tidak rusak dan menjadi manusia berakhlak baik

Imam Malik ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajari fiqih (perkara syariat) rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar” .

Berikut adalah pendapat para ulama terdahulu yang sholeh tentang tasawuf.

Imam Nawawi Rahimahullah berkata :

أصول طريق التصوف خمسة: تقوى الله في السر والعلانية. اتباع السنة في الأقوال والأفعال. الإِعراض عن الخلق في الإِقبال والإِدبار. الرضى عن الله في القليل والكثير.الرجوع إِلى الله في السراء والضراء.


“ Pokok-pokok metode ajaran tasawwuf ada lima : Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun ramai, mengikuti sunnah di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha kepada Allah dari pemberian-Nya baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka “. (Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman : 20, Imam Nawawi)

Al-Allamah al-Hafidz Ibnu Hajar al-Haitami berkata :

إياك أن تنتقد على السادة الصوفية : وينبغي للإنسان حيثُ أمكنه عدم الانتقاد على السادة الصوفية نفعنا الله بمعارفهم، وأفاض علينا بواسطة مَحبتَّنا لهم ما أفاض على خواصِّهم، ونظمنا في سلك أتباعهم، ومَنَّ علينا بسوابغ عوارفهم، أنْ يُسَلِّم لهم أحوالهم ما وجد لهم محملاً صحيحاً يُخْرِجهم عن ارتكاب المحرم، وقد شاهدنا من بالغ في الانتقاد عليهم، مع نوع تصعب فابتلاه الله بالانحطاط عن مرتبته وأزال عنه عوائد لطفه وأسرار حضرته، ثم أذاقه الهوان والذلِّة وردَّه إلى أسفل سافلين وابتلاه بكل علَّة ومحنة، فنعوذ بك اللهم من هذه القواصم المُرْهِقات والبواتر المهلكات، ونسألك أن تنظمنا في سلكهم القوي المتين، وأن تَمنَّ علينا بما مَننتَ عليهم حتى نكون من العارفين والأئمة المجتهدين إنك على كل شيء قدير وبالإجابة جدير.


“ Berhati-hatilah kamu dari menentang para ulama shufi. Dan sebaiknya bagi manusia sebisa mungkin untuk tidak menentang para ulama shufi, semoga Allah member manfaat kpeada kita dengan ma’rifat-ma’rifat mereka dan melimpahkan apa yang Allah limpahkan kepada orang-orang khususnya dengan perantara kecintaan kami pada mereka, menetapkan kita pada jalan pengikut mereka dan mencurahkan kita curahan-curahan ilmu ma’rifat mereka. Hendaknya manusia menyerahkan apa yang mereka lihat dari keadaan para ulama shufi dengan kemungkinan-kemungkinan baik yang dapat mengeluarkan mereka dari melakukan perbuatan haram.

Kami sungguh telah menyaksikan orang yang sangat menentang ulama shufi, mereka para penentang itu mendapatkan ujian dari Allah dengan pencabutan derajatnya, dan Allah menghilangkan curahan kelembutan-Nya dan rahasia-rahasia kehadiran-Nya. Kemudian Allah menimpakan para penentang itu dengan kehinaan dan kerendahan dan mengembalikan mereka pada derajat terendah. Allah telah menguji mereka dengan semua penyakit dan cobaan . Maka kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari hantaman-hantaman yang kami tidak sanggup menahannya dan dari tuduhan-tuduhan yang membinasakan. Dan kami memohon agar Engkau menetapi kami jalan mereka yang kuat, dan Engkau anugerahkan kami apa yang telah Engkau anugerahkan pada mereka sehingga kami menjadi orang yang mengenal Allah dan imam yang mujtahid, sesungguhnya Engkau maha Mampu atas segala sesuatu dan maha layak untuk mengabulkan permohonan “. (Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 113, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami)

Al-Imam Al-Hafidz Abu Nu’aim Al-Ashfihani berkata :

أما بعد أحسن الله توفيقك فقد استعنت بالله عز وجل وأجبتك الى ما ابتغيت من جمع كتاب يتضمن أسامي جماعة وبعض أحاديثهم وكلامهم من أعلام المتحققين من المتصوفة وأئمتهم وترتيب طبقاتهم من النساك من قرن الصحابة والتابعين وتابعيهم ومن بعدهم ممن عرف الأدلة والحقائق وباشر الأحوال والطرائق وساكن الرياض والحدائق وفارق العوارض والعلائق وتبرأ من المتنطعين والمتعمقين ومن أهل الدعاوى من المتسوفين ومن الكسالى والمتثبطين المتشبهين بهم في اللباس والمقال والمخالفين لهم في العقيدة والفعال وذلك لما بلغك من بسط لساننا ولسان أهل الفقه والآثار في كل القطر والأمصار في المنتسبين إليهم من الفسقة الفجار والمباحية والحلولية الكفار وليس ما حل بالكذبة من الوقيعة والإنكار بقادح في منقبة البررة الأخيار وواضع من درجة الصفوة الأبرار بل في إظهار البراءة من الكذابين , والنكير على الخونة الباطلين نزاهة للصادقين ورفعة للمتحققين ولو لم نكشف عن مخازي المبطلين ومساويهم ديانة , للزمنا إبانتها وإشاعتها حمية وصيانة , إذ لأسلافنا في التصوف العلم المنشور والصيت والذكر المشهور


“ Selanjutnya, semoga Allah memperbagus taufiqmu, maka sungguh aku telah memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala dan menjawabmu atas apa yang engkau mau dari pengumpulan kitab yang mengandung nama-nama kelompok dan sebagian hadits dan ucapan mereka dari ulama hakikat dari orang-orang ahli tasawwuf, para imam dari mereka, penertiban tingkatan mereka dari orang-orang ahli ibadah sejak zaman sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in dan setelahnya dari orang yang memahami dalil dan hakikat. Menjalankan hal ihwal serta thariqah, bertempat di taman (ketenangan) dan meninggalkan ketergantungan. Berlepas dari orang-orang yang berlebihan dan orang-orang yang mengaku-ngaku, orang-orang yang berandai-andai dan dari orang-orang yang malas yang menyerupai mereka di dalam pakaian dan ucapan dan bertentangan pada mereka di dalam aqidah dan perbuatan. Demikian itu ketika sampai padamu dari pemaparan lisan kami dan lisan ulama fiqih dan hadits di setiap daerah dan masa tentang orang-orang yang menisabatkan diri pada mereka adalah orang-orang fasiq, fajir, suka mudah berkata mubah dan halal lagi kufur. Bukanlah menghalalkan dengan kedustaan, umpatan dan pengingkaran dengan celaan di dalam manaqib orang-orang baik pilihan dan perendahan dari derajat orang-orang suci lagi baik, akan tetapi di dalam menampakkan pelepasan diri dari orang-orang pendusta dan pengingkaran atas orang-orang pengkhianat, bathil sebagai penyucian bagi orang-orang jujur dan keluhuran bagi orang-orang ahli hakikat. Seandainya kami tidak menyingkap kehinaan dan keburukan orang-orang yang mengingkari tasawwuf itu sebagai bagian dari agama, maka kami pasti akan menjelaskan dan mengupasnya sebagai penjagaan, karena salaf kami di dalam ilmu tasawwuf memiliki ilmu yang sudah tersebar dan nama yang masyhur “. (Muqoddimah Hilyah Al-Awliya, karya imam Al-Ashfihani)

Wassalam
 
Semoga bermanfaatl