Rabu, 26 Juli 2017

Filosofi Hitungan Jawa


Orang islam mana yg menyatakan ILMU JAWA itu sesat..!!!!


Ngeluruk tanpo bolo. Sakti tanpo aji2. Menang tanpo ngasorake. Itu semua jg ajaran Kanjeng Nabi SAW dan pernah dipraktekan Gus Dur.


ORANG WAHABI ITU SAMA DGN NASRANI YAITU BUTA HAKEKAT
Ziarah menghadap kubur di sangka menyembah kubur
Mencium kaki ortu di sangka menyembah ortu
Solat menghadap ka'bah di sangka menyembah ka'bah
Mencium hajar aswad di sangka menyembah batu



"Akeh wong kang biso ngaji, tapi sitik wong kang biso ngajeni".
 


#I_LOVE_NU

FILOSOFI JAWA

Filosofi bilangan dalam jawa. Dalam bahasa Indonesia :

21 Dua Puluh Satu,
22 Dua Puluh Dua,...s/d
29 Dua Puluh Sembilan.
Dalam bhs Jawa tidak diberi nama Rongpuluh Siji,
Rongpuluh Loro, dst; melainkan  Selikur, Rolikur,...s/d Songo Likur.

Di sini terdapat satuan LIKUR
Yang merupakan kependekan dari (LIngguh KURsi), artinya duduk di kursi.

Pada usia 21-29 itulah pada umumnya manusia mendapatkan “TEMPAT DUDUKNYA”, pekerjaannya, profesi yang akan ditekuni dalam kehidupannya;

Ada penyimpangan pada bilangan 25, tidak disebut sebagai LIMANG LIKUR, melainkan SELAWE.
SELAWE = (SEneng-senenge LAnang lan WEdok).

Pada usia tersebut merupakan Puncak asmaranya laki-laki dan perempuan, yang ditandai oleh pernikahan.
Maka pada usia tersebut pada umumnya orang menikah (dadi manten). Mengarungi bahtera kehidupan rumahtanga dengan bekerja, mendidik anak, dll.

Kemudian hitungan berlanjut Ada penyimpangan lagi nanti pada bilangan 50.
Setelah Sepuluh, Rongpuluh,
Telung Puluh, Patang puluh,
mestinya Limang Puluh.

Tapi 50 diucapkan menjadi SEKET.
SEKET (SEneng KEthunan : suka memakai Kethu/tutup kepala topi/kopiah).

Tanda Usia semakin lanjut, tutup kepala bisa utk menutup botak atau rambut yg memutih karena semirnya habis...
Di sisi lain bisa juga Kopiah atau tutup kepala melambangkan orang yang seharusnya sdh lebih taat beribadah...!

Pada usia 50 th mestinya seseorang seharusnya lebih memperbanyak ibadahnya dan lebih berbagi untuk bekal memasuki kehidupan akherat yg kekal dan abadi...!.

Dan kemudian masih ada satu bilangan lagi, yaitu 60, yang namanya menyimpang dari pola, bukan Enem
Puluh melainkan SEWIDAK atau SUWIDAK.

SEWIDAK (SEjatine WIs wayahe tinDAK).
Artinya : sesungguhnya sudah saatnya pergi. Sudah matang... Hrs sdh siap dipanggil menghadap Tuhan..

Semoga bermanfaat smoga tetap sehat semangat walau meh SEWIDAK

*Yg merasa sewidak punjuL tidak boleh complain.... sambiL nutup kamus bahasa jawa.....yang gak bs bahasa jawa jangan nangis....

#--ELING lan WASPODO--#

Catatan :

Boleh berdo'a mohon panjang umur

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wassallam berkata: “Umur umatku antara 60 dan 70 tahun, sedikit dari mereka yang melampauinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Kebanyakan artikel mengenai Panjang Umur ini menuliskannya masih samar-samar tidak ada ketegasan pelarangannya, dan bahkan ada pula yang membolehkannya.

وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

"Dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan".(Al-Baqarah:096)

وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ أَفَلَا يَعْقِلُونَ

"Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian(nya) . Maka apakah mereka tidak memikirkan?"(Yassiin:068)

Meminta panjang umur selama dalam ketaatan itu diperbolehkan,sebaik baik kamu adalah yang panjang umurnya dan banyak pahalanya.(hadits riwayat bukhari muslim).dan ayat tersebut harus ditafsirkan secara luas karena sudah dinasikh dengan ayat Allah menghapus dan menetapkan apa yang dia kehendaki...

Dari Anas bin Malik radiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berdo'a untuknya:

اللَّهُمَّ أَكْثِرْ مَالَهُ وَوَلَدَهُ ، وَأَطِلْ حَيَاتَهُ – وفي رواية: وَأَطِلْ عُمُرَهُ -، وَاغْفِرْ لَهُ [الأدب المفرد للبخاري: صححه الألباني]

"Ya Allah .. perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkanlah kehidupannya (umurnya), dan ampuni dosanya!". [Al-Adab Al-Mufrad: Sahih]

Ada yang mengatakan umurnya sampai 103 tahun, ada juga yang mengatakan 107 tahun. [Siyar A'lam An-Nubala' 3/406]

Abdullah bin Busr radiyallahu 'anhu berkata: Seorang A'rabiy bertanya: Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling baik?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«مَنْ طَالَ عُمُرُهُ، وَحَسُنَ عَمَلُهُ» [سنن الترمذي: صححه الألباني]

"Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya". [Sunan Tirmidzi: Sahih]

Dalam riwayat lain; Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

«طُوبَى لِمَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ» [حلية الأولياء: صححه الألباني]

"Surga Thuba bagi orang yang panjang umurnya dan baik amalannya". [Hilyatul Auliya': Sahih]

Allah sudah menetapkan umur manusia, jadi hanya golongan iblis yang meminta umur panjan dan di panjangkan karena untuk berbuat jahat menggoda menusia, kita boleh berdo[a dan mendoakan seseorang panjang umur untuk berberbuat baik, tapi semua dikembalikan kepada Allah SWT, karna Allah telah menetapkan umur ciptaannya saat akan di ciptakan....
Namun dengan do'a Allah pun kuasa merubah ketetapanya.

Dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an, Allah berfirman bahwa Iblis, termasuk yang diberi tangguh atas permintaan panjang umur yang dikabulkan oleh Allah sampai hari kebangkitan, dalam QS Al A’raaf 7:14-15, Iblis yang memintakan pertangguhan umur sampai hari kiamat, dan Allah mengabulkan permintaan Iblis la’natullah,

14. Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya[ ] sampai waktu mereka dibangkitkan".
15. Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu Termasuk mereka yang diberi tangguh."
QS Al Hijr 15:36.
 
DO'A Itu Senjata Mukmin(Ado'a silahul mukminin)

1. Do'a merupan ibadah
2. Do'a sebangai senjata

Dalam sebuah hadits Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wa sallam menjelaskan bahwa taqdir yang Allah Ta’aala telah tentukan boleh berubah. Dan faktor yang dapat mengubah taqdir ialah doa seseorang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي)

Bersabda Rasulullah Shalallahu ’Alaihi Wa sallam:
“Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah Ta’ala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.”
(HR Tirmidzi 2065)
 
Berdo'a manusia wajib ihtiyar dan berusaha 

"Usaha tanpa do'a adalah sombong, Do'a tanpa usaha adalah omong kosong"
 
Semoga bermanfaat.

Senin, 24 Juli 2017

Hukum menutup kapas pada lubang 9 mayit


Pertanyaan :
Asskm
Mau tanya tentang penggunaan kapas pada luka /lubang 9 pada mayat.
Apakah
sunah atau mubah kah?
Tolong dalilnya.

Jawab :
Wa'alaikum salam, hukumnya sunnah

والسنة ان يوضع على منافذ الميت كعينيه واذنيه ومنخريه وغيرها من المنافذ الاصلية والطارئة واعضاء سجوده السبعة قطن اكراما لها


Kesunahannya, meletakkan kapas pada lubang lubang yang terdapat pada mayit, seperti dua mata, dua telinga, dua hidung dan lubang lubang lainnya baik lubang asal atau lubang baru, kemudian anggota sujudnya dengan kapas, ilatnya karena memuliakan mayit.
(Referensi Kitab al Riyadhul Badi'ah halaman 40)

wallahu a'lam


Download Kitab Riyadhul Badi’ah (Dengan makna ala Pesantren)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

اللهُم َّصلِّ علٰى سَيِّدنا مُحَمّدٍ عبدِكَ وَنبيِّكَ ورسولِكَ النَّبيِّ الاُمِيّ وَعلٰى اٰلهِ وَصَحْبِهِ وسَلِّم تسليماً بقدرِ عظمةِ ذاَتِكَ في كـُلِّ وَقتٍ وَحيـنٍ

اللهمٌ انفعنا بما علٌمتنا وعلٌمنا ما ينفعنا واجعلنا من عبادك الصالحين آميــــن يا ربٌ العلمين


Kitab Syarah

Riyadhul Badi’ah

(Dengan makna ala Pesantren)
Karya: Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani
Kitab ini adalah sebuah karya dari seorang tokoh ulama dan guru besar dalam Islam, seorang wara’ yang arif dan bijaksana dalam menuntun kita dalam menghadapi segala permasalahan dalam hidup yang sesuai dengan syariat Allah Swt dari ajaran RasulNya Muhammad Saw. Kitab ini dapat menjadi pedoman dalam menjawab tantangan hidup ini bagi siapa yang membacanya.
Oleh Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani kita diajak berfikir tentang berbagai hal yang berkaitan erat dengan kehidupan kita, yaitu tentang ilmu fiqih dan tasawuf yang merupakan pembersihan diri yang sesuai dengan al-Qur’an dan as-Sunnah Baginda Nabi Muhammad Saw, hingga membntuk sosok hamba Allah Swt yang berbudi pekerti luhur.
Untuk lebih jelasnya silahkan download kitabnya yang sudah dilengkkapi makna ala pesantren.  Klik gambar dibawah ini
 
 
https://sites.google.com/site/ashakimppablogspotcom/ashakim/At%20Thowasin%20Al%20Azal%20Al-Hallaj%20%28PPa%29.pdf?attredirects=0&d=1
 
Klik Link ini :

 
Semoga bermanfaat.

Minggu, 23 Juli 2017

Kisah ajaib Imam Ghozali


KISAH AJAIB IMAM AL-GHOZALI
Dalam sebuah majlis ilmu, Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghazali (1058-1111 M) ‘disidang’ para ulama Baghdad. Pasalnya, Al-Ghazali seringkali mengutip sejumlah hadits yang dinilai dla’if (lemah). Bahkan memasukkan hadits-hadits maudhu’ (palsu) dalam beberapa karyanya.
“Kenapa anda berbuat demikian?” tanya seorang ulama menghakimi.

Al-Ghazali yang dijuluki Hujjatul Islam itu menjawab dengan tenang. “Para ulama yang mulia, saya menyeleksi hadits menggunakan cara yang berbeda dengan Anda semua. Cara saya hanya dengan mencium hadits tersebut. Jika tercium semerbak wangi, maka hadits itu shahih. Sebaliknya, jika tidak tercium harum, maka hadits itu dla’if atau maudhu’, Inilah yang disebut dengan thariqah al-mukasyafah (metode penyingkapan metafisika atau Ilmu terbukanya matahati-punya indar keenam).” Para ulama yang ada di majelis itu pun terkagum.

Kisah tersebut termaktub dalam buku berjudul Kisah-Kisah Ajaib Imam Al-Ghazali yang ditulis Mukti Ali. Dalam buku setebal 404 halaman ini, penulis menghimpun 39 kisah ajaib yang dirujuk dari sejumlah kitab-kitab klasik, baik yang ditulis oleh Al-Ghazali sendiri ataupun dari literatur klasik lainnya seperti kitab Nashaaihul ‘ibad karya Imam Nawawi Al-Bantani.

Di antara kisah ajaib lainnya adalah mengenai kesaksian seorang sufi bernama ‘Arif al-Kabir al-Yamani Ahmad Ash Shayyad yang melihat Imam Al-Ghazali dibawa Nabi Khidir dan para malaikat menuju langit ke tujuh. Ada pula kisah mengenai kemampuan Al-Ghazali yang mengundang para sufi melalui mimpi.
Sejumlah ulama percaya, Al-Ghazali merupakan seorang sufi yang mencapai derajat wali. Misalnya seperti yang dikisahkan Syaikh Al-‘Arif Abi Hasan Al-Syadzili. Mursyid sekaligus pendiri Thariqat Syadziliyah itu bermimpi melihat Nabi Muhammad Saw berbincang dengan Nabi Musa AS dan Isa AS.
“Apakah ada di antara umat kalian berdua seorang alim seperti Imam Al-Ghazali ini?” tanya Rasulullah.
Keduanya menjawab serentak, “Tidak ada dari umat kami seorang alim seperti Imam Al-Ghazali.”
Mimpi yang diceritakan As-Syadzili kepada Ibnu as-Subuki itu menunjukkan bahwa kewalian Al-Ghazali diakui para Nabi.

Sebagai ulama besar, kehidupan Imam Al-Ghazali banyak ditulis oleh sejumlah akademisi dari Timur dan Barat. Sejumlah karya tulis itu umumnya membahas mengenai biografi Al-Ghazali serta pemikiran-pemikirannya dalam berbagai aspek. Sebagai contoh adalah buku berjudul Konsep Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan yang ditulis oleh Abu Muhammad Iqbal. Namun baru buku berjudul Kisah-Kisah Ajaib Imam Al-Ghazali ini yang memberikan sudut pandang lain dan unik mengenai sosok yang bergelar Hujjatul Islam.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 22 Juli 2017

Apa Benar di Surga Ada Pesta Seks?

Pemahama ngawur orang wahabi katanya, "Di Syurga ada pesta sex"
Apa Benar di Surga Ada Pesta Seks?
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Pak ustadz belakangan ini masalah pesta seks di surga ramai diperbincangkan masyarakat. Pertanyaan saya, sebebas apa hubungan seksual di surga? Apakah ada keterangan agama perihal ini. Mohon penjelasannya. Terima kasih. Wassalamu ‘alaikum wr. wb. (Hj Indah Nurkholifah/Ciamis).

Jawaban
Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya untuk kita semua. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kami hanya menemukan entri “pesta kawin” dan “pesta nikah” yang pengertiannya merujuk pada pesta perayaan perkawinan. Sedangkan pesta seks tidak ditemukan di KBBI.

Meskipun begitu, kami mencoba memaknai pesta seks dari pengertian “pesta” yang secara harfiah merujuk pada perjamuan makan dan minum (bersuka ria dan sebagainya); perayaan (keramaian dan sebagainya).

Kami mengandaikan istilah pesta seks itu sebagai sebuah perayaan yang melibatkan banyak orang dalam beraktivitas seksual dengan suka ria sebebas-bebasnya. Kalau ini yang dimaksud dengan pesta seks sebagai sebuah kenikmatan di surga, maka hal ini jelas keliru. Sepanjang informasi agama yang kami ketahui, salah satu nikmat Allah di surga itu adalah kenikmatan berhubungan seksual, bukan pesta seks. Itu pun tetap diatur melalui perkawinan seperti keterangan Hasyiyatul Baijuri dan Hasyiyah I’anatut Thalibin dengan redaksi sedikit berbeda.

والنكاح من الشرائع القديمة فإنه شرع من لدن أبينا آدم عليه السلام واستمر حتى في الجنة فإنه يجوز للإنسان النكاح في الجنة ولو لمحارمه ما عدا الأصول والفروع فلا ينكح أمه ولا بنته فيها وفائدته في الدنيا حفظ النسل وتفريغ ما يضر حبسه من المني واستيفاء اللذة والتمتع، وهذه هي التي تبقى في الجنة


Artinya, “Nikah merupakan syariat terdahulu. Ia disyariatkan sejak Nabi Adam AS dan berlangsung hingga di surga kelak. Seseorang boleh menikahi sekalipun mahrahmnya selain pokok dan cabangnya di surga. Dari sini, seseorang tidak boleh menikahi ibunya (serta nenek ke atas) dan anak perempuannya (serta cucu perempuan ke bawah). Tujuan perkawinan di dunia (menurut kalangan medis) adalah menjaga keturunan, mengeluarkan cairan mani yang memudharatkan jika tertahan di dalam badan, dan merasakan kenikmatan. Tujuan (ketiga) ini yang tersisa di surga,” (Lihat Syekh M Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri, cetakan kedua, 1999 M/1420 H, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, juz II, halaman 169).

Kenapa tujuan ketiga perkawinan ini tetap berlangsung di surga? Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Dimyathi dalam I‘anatut Thalibin menjawab, di surga sudah tidak ada lagi beranak pinak dan tidak ada pula penahanan dorongan seksual yang menyebabkan badan menjadi mudharat.

إذ لا تناسل هناك ولا احتباس


Artinya, “(Hanya tujuan ketiga yang tersisa di surga, yaitu merasakan kenikmatan) Karena di sana tidak ada lagi keturunan (baru) dan tidak (perlu) lagi menahan (dorongan seksual) yang memudharatkan badan,” (Lihat Sayyid Bakri bin Sayyid M Syatha Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Daru Ihya’il Kutubil Arabiyah, Isa Al-Babi Al-Halabi, juz IV, halaman 253).

Dari keterangan ini, kita menyimpulkan bahwa kenikmatan seksual di surga adalah benar adanya. Meski begitu, hubungan seksual tetap diatur, bukan sebebas-bebasnya seperti pengertian yang tercakup dalam istilah pesta seks.

Hubungan seksual di surga diatur melalui perkawinan dan orang-orang yang bisa dinikahi. Salah satu peraturan perkawinan di surga adalah larangan untuk menikahi istri orang lain, ibu (dan juga nenek ke atas [ushul]), anak perempuan (dan juga cucu ke bawah [furu']), istri para nabi dan rasul termasuk para istri Nabi Muhammad SAW sebagaimana disinggung Ibnu Katsir dalam karyanya, kitab Qashashul Anbiya.

Adapun mahram selain ibu dan anak perempuan boleh dinikahi, tentu yang bukan istri orang lain. Sedangkan seorang perempuan yang menikah lebih dari sekali akan menjadi istri dari suami terakhir dalam hidupnya. Sementara sebagian ulama mengatakan, perempuan itu ditawarkan untuk memilih suami yang dikehendaki.

Simpulan kami, tidak benar kalau di surga ada pesta seks. Saran kami, para dai hendaknya berhati-hati sekali dalam menjelaskan nikmat surga agar tidak membuat kekeliruan persepsi masyarakat.

Demikian jawaban singkat kami. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwathih thariq,
Wassalamu ’alaikum wr. wb.
 
Download Kitab Hasyiyah Al Baijuri Ala Fathul Qorib


Nama kitab : Hasyiyah Al Baijuri Ala Syarhi Ibnu Qosim Al Ghuzi

Penulis : Syeh Ibrohim Al Baijuri

Muhaqqiq : Muhammad Abdus Salam Syahin

Penerbit : Darul Kutub Al Ilmiyah, Beirut - Lebanon

Cetakan : Kedua

Tahun terbit : 1999
Link download : Jilid 1  Jilid 2
 
Semoga bermanfaat.

Nama-nama beberapa Suku di Indonesia dan Tempat Asalnya

                                                                            Arjuna
Indonesia memiliki 714 suku
Berikut Nama-nama beberapa Suku di Indonesia dan Tempat Asalnya
A
Suku Aceh di NAD : Banda Aceh, Aceh Besar
Suku Alas di NAD : Aceh Tenggara
Suku Alordi NTT : Kabupaten Alor
Suku Ambon di Maluku : Kota Ambon
Suku Ampana, Sulawesi Tengah
Suku Anak Dalam (Anak Rimbo) di Jambi
Suku Aneuk Jamee di NAD : Aceh Selatan, Aceh Barat Daya
Suku Arab-Indonesia
Suku Aru di Maluku : Kepulauan Aru
Suku Asmat di Papua
B
Suku Bali di Bali terdiri :
Suku Bali Majapahit di sebagian besar Pulau Bali
Suku Bali Aga di Karangasem dan Kintamani
Suku Balantak di di Sulawesi Tengah
Suku Banggai di Sulawesi Tengah : Kabupaten Banggai Kepulauan
Suku Baduy di Banten
Suku Bajau di Kalimantan Timur
Suku Bangka di Bangka Belitung
Suku Banjar di Kalimantan Selatan
Suku Batak di Sumatera Utara terdiri :
Suku Karo Kabupaten Karo
Suku Mandailing di Mandailing Natal
Suku Angkola di Tapanuli Selatan
Suku Toba di Toba Samosir
Suku Pakpak di Pakpak Bharat
Suku Simalungun di Kabupaten Simalungun
Suku Batin di Jambi
Suku Bawean di Jawa Timur : Gresik
Suku Belitung di Bangka Belitung
Suku Bentong, Sulawesi Selatan
Suku Berau di Kalimantan Timur : Kabupaten Berau
Suku Betawi di Jakarta
Suku Bima NTB : Kota Bima
Suku Boti, Timor Tengah Selatan
Suku Bolang Mongondow di Sulawesi Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow
Suku Bugis di Sulawesi Selatan
Orang Bugis Pagatan, di Kusan Hilir, Tanah Bumbu, Kalsel
Suku Bungku di Sulawesi Tengah : Kabupaten Morowali
Suku Buru di Maluku : Kabupaten Buru
Suku Buol di Sulawesi Tengah : Kabupaten Buol
Suku Buton di Sulawesi Tenggara : Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau
Suku Bonai di Riau : Kabupaten Rokan Hilir
D
Suku Damal di Mimika
Suku Dampeles, Sulawesi Tengah
Suku Dani, Lembah Baliem, Papua
Suku Dayak terdiri :
Suku Punan, Kalimantan Tengah
Suku Kanayatn di Kalimantan Barat
Suku Ibandi Kalimantan Barat
Suku Mualang di Kalimantan Barat : Sekadau, Sintang
Suku Bidayuh di Kalimantan Barat : Sanggau
Suku Mali di Kalimantan Barat
Suku Seberuang di Kalimantan Barat : Sintang
Suku Sekujam di Kalimantan Barat : Sintang
Suku Sekubang di Kalimantan Barat : Sintang
Suku Ketungau di Kalimantan Barat
Suku Desa di Kalimantan Barat
Suku Kantuk di Kalimantan Barat
Suku Ot Danum atau Dohoi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
Suku Limbai di Kalimantan Barat
Suku Kebahan di Kalimantan Barat
Suku Pawan di Kalimantan Barat
Suku Tebidah di Kalimantan Barat
Suku Bakumpai di Kalimantan Selatan Barito Kuala
Orang Barangas di Kalimantan Selatan Barito Kuala
Suku Bukit di Kalimantan Selatan
Orang Dayak Pitap di Awayan, Balangan, Kalsel
Suku Dayak Hulu Banyu di Kalimantan Selatan
Suku Dayak Balangan di Kalimantan Selatan
Suku Dusun Deyah di Kalimantan Selatan : Tabalong
Suku Ngaju di Kalimantan Tengah : Kabupaten Kapuas
Suku Siang Murung di Kalimantan Tengah : Murung Raya
Suku Bara Dia di Kalimantan Tengah : Barito Selatan
Suku Ot Danum di Kalimantan Tengah
Suku Lawangan di Kalimantan Tengah
Suku Dayak Bawo di Kalimantan Tengah : Barito Selatan
Suku Tunjung, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Benuaq, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Bentian, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Bukat, Kutai Barat
Suku Busang, Kutai Barat
Suku Ohong, Kutai Barat
Suku Kayan, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
Suku Bahau, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
Suku Penihing, Kutai Barat, rumpun Punan
Suku Punan, Kutai Barat, rumpun Punan
Suku Modang, Kutai Timur, rumpun Punan
Suku Basap, Bontang-Kutai Timur
Suku Ahe, Kabupaten Berau
Suku Tagol, Malinau, rumpun Murut
Suku Brusu, Malinau, rumpun Murut
Suku Kenyah, Malinau, rumpun Apo Kayan
Suku Lundayeh, Malinau
Suku Pasir di Kalimantan Timur : Kabupaten Pasir
Suku Dusun di Kalimantan Tengah
Suku Maanyan di Kalimantan Tengah : Barito Timur
Orang Maanyan Paju Sapuluh
Orang Maanyan Paju Epat
Orang Maanyan Dayu
Orang Maanyan Paku
Orang Maanyan Benua Lima Maanyan Paju Lima
Orang Dayak Warukin di Tanta, Tabalong, Kalsel
Suku Samihim, Pamukan Utara, Kotabaru, Kalsel
Suku Dompu NTB : Kabupaten Dompu
Suku Donggo, Bima
Suku Duri di Sulawesi Selatan
E
Suku Eropa-Indonesia (orang Indo atau peranakan Eropa-Indonesia)
F
Suku Flores di NTT : Flores Timur
G
Suku Gayo di NAD : Gayo Lues Aceh Tengah Bener Meriah
Suku Gorontalo di Gorontalo : Kota Gorontalo
Suku Gumai di Sumatera Selatan : Lahat
Suku Komering di Sumatera Selatan : Baturaja
Suku Semendo di Sumatera Selatan : Muara Enim
Suku Lintang di Sumatera Selatan : Lahat
I
Suku India-Indonesia
J
Suku Banten di Banten
Suku Cirebon di Jawa Barat : Kota Cirebon
Suku Jawa di Jawa Tengah, Jawa Timur
Suku Tengger di Jawa Timur
Suku Osing di Jawa Timur : Banyuwangi
Orang Samin di Jawa Tengah : Purwodadi
Suku Melayu Jambi di Jambi : Kota Jambi
K
Suku Kaili di Sulawesi Tengah : Kota Palu
Suku Kaur di Bengkulu : Kabupaten Kaur
Suku Kayu Agung di Sumatera Selatan
Suku Kerinci di Jambi : Kabupaten Kerinci
Suku Komering di Sumatera Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir
Suku Konjo Pegunungan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Suku Konjo Pesisir, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Suku Kubu di Jambi dan Sumatera Selatan
Suku Kulawi di Sulawesi Tengah
Suku Kutai di Kalimantan Timur : Kutai Kartanegara
Suku Kluet di NAD : Aceh Selatan
Suku Krui di Lampung
L
Suku Laut, Kepulauan Riau
Suku Lampung di Lampung
Suku Lematang di Sumatera Selatan
Suku Lembak, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
Suku Lintang, Sumatera Selatan
Suku Lom, Bangka Belitung
Suku Lore, Sulawesi Tengah
Suku Lubu, daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat
Suku Karo Sumatera Utara
M
Suku Madura di Jawa Timur
Suku Makassar di Sulawesi Selatan : Kota Makassar
Suku Mamasa (Toraja Barat) di Sulawesi Barat : Kabupaten Mamasa
Suku Mandar Sulawesi Barat : Polewali Mandar
Suku Melayu
Suku Melayu Riau di Riau
Suku Melayu Tamiang di NAD : Aceh Tamiang
Suku Mentawai di Sumatera Barat : Kabupaten Kepulauan Mentawai
Suku Minahasa di Sulawesi Utara : Kabupaten Minahasa terdiri 9 subetnik :
Suku Babontehu
Suku Bantik
Suku Pasan Ratahan
Suku Ponosakan
Suku Tonsea
Suku Tontemboan
Suku Toulour
Suku Tonsawang
Suku Tombulu
Suku Minangkabau, Sumatera Barat
Suku Mori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
Suku Muko-Muko di Bengkulu : Kabupaten Mukomuko
Suku Muna di Sulawesi Tenggara : Kabupaten Muna
N
Suku Nias di Sumatera Utara : Kabupaten Nias, Nias Selatan
O
Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur
Suku Ogan di Sumatera Selatan
P
Suku Papua/Irian
Suku Asmat di Kabupaten Asmat
Suku Biak di Kabupaten Biak Numfor
Suku Dani, Lembah Baliem, Papua
Suku Ekagi, daerah Paniai, Abepura, Papua
Suku Amungme di Mimika
Suku Bauzi, Mamberamo hilir, Papua utara
Suku Arfak di Manokwari
Suku Kamoro di Mimika
Suku Palembang di Sumatera Selatan : Kota Palembang
Suku Pamona di Sulawesi Tengah : Kabupaten Poso
Suku Pasemah di Sumatera Selatan
Suku Pesisi di Sumatera Utara : Tapanuli Tengah
Suku Pasir di Kalimantan Timur : Kabupaten Pasir
R
Suku Rawa, Rokan Hilir, Riau
Suku Rejang di Bengkulu : Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Rejang Lebong
Suku Rote di NTT : Kabupaten Rote Ndao
S
Suku Saluan di Sulawesi Tengah
Suku Sambas (Melayu Sambas) di Kalimantan Barat : Kabupaten Sambas
Suku Sangir di Sulawesi Utara : Kepulauan Sangihe
Suku Sasak di NTB, Lombok
Suku Sekak Bangka
Suku Sekayu di Sumatera Selatan
Suku Semendo di Bengkulu
Suku Serawai di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma
Suku Simeulue di NAD : Kabupaten Simeulue
Suku Sigulai di NAD : Kabupaten Simeulue bagian utara
Suku Sumbawa Di NTB : Kabupaten Sumbawa
Suku Sumba di NTT : Sumba Barat, Sumba Timur
Suku Sunda di Jawa Barat
T
Suku Talaud di Sulawesi Utara : Kepulauan Talaud
Suku Talang Mamak di Riau : Indragiri Hulu
Suku Tamiang di Aceh : Kabupaten Aceh Tamiang
Suku Tengger di Jawa Timur Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo lereng G. Bromo
Suku Ternate di Maluku Utara : Kota Ternate
Suku Tidore di Maluku Utara : Kota Tidore
Suku Timor di NTT, Kota Kupang
Suku Tionghoa-Indonesia
Orang Cina Parit di Pelaihari, Tanah Laut, Kalsel
Suku Tojo di Sulawesi Tengah Kabupaten Tojo Una-Una
Suku Toraja di Sulawesi Selatan : Tana Toraja
Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara : Kendari
Suku Toli Toli di Sulawesi Tengah : Kabupaten Toli-Toli
Suku Tomini di Sulawesi Tengah : Kabupaten Parigi Moutong
U
Suku Una-una di Sulawesi Tengah : Kabupaten Tojo Una-Una
W
Suku Wolio di Sulawesi Tenggara: Buton

Semoga bermanfaat.

Kamis, 20 Juli 2017

SAYA ORANG NU SAYA CINTA NU



"SAYA ORANG NU SAYA CINTA NU KARENA SANAD KEILMUAN DAN AQIDAH SERTA AMALIAHNYA JELAS DAN TERARAH "

Ada 5 ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah atau kita sebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang kalau di Indonesia dibawah naungan NU (Nahdhotul Ulama artinya Bangkitnya para Ulama) :

Pertama, 
at-Tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman Allah SWT:


ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎﻛُﻢْ ﺃُﻣَّﺔً ﻭَﺳَﻄﺎً ﻟِّﺘَﻜُﻮﻧُﻮﺍْ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻳَﻜُﻮﻥَ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺷَﻬِﻴﺪﺍً

Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam) umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-Baqarah: 143).
 

Kedua, 
at-Tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:


ﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﺭُﺳُﻠَﻨَﺎ ﺑِﺎﻟْﺒَﻴِّﻨَﺎﺕِ ﻭَﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎ ﻣَﻌَﻬُﻢُ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻭَﺍﻟْﻤِﻴﺰَﺍﻥَ ﻟِﻴَﻘُﻮﻡَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂِ

Sunguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. (QS al-Hadid: 25)

Ketiga, 

al-I'tidal (adil) atau tegak lurus. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman :


ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍْ ﻛُﻮﻧُﻮﺍْ ﻗَﻮَّﺍﻣِﻴﻦَ ﻟِﻠّﻪِ ﺷُﻬَﺪَﺍﺀ ﺑِﺎﻟْﻘِﺴْﻂِ ﻭَﻻَ ﻳَﺠْﺮِﻣَﻨَّﻜُﻢْ ﺷَﻨَﺂﻥُ ﻗَﻮْﻡٍ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻻَّ ﺗَﻌْﺪِﻟُﻮﺍْ ﺍﻋْﺪِﻟُﻮﺍْ ﻫُﻮَ ﺃَﻗْﺮَﺏُ ﻟِﻠﺘَّﻘْﻮَﻯ ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍْ ﺍﻟﻠّﻪَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠّﻪَ ﺧَﺒِﻴﺮٌ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ

Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)
 

Ke Empat,
Tasamuh atau toleransi
Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahlussunnah wal Jama'ah juga mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT :


Surat Al-Hujurat Ayat 13

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
Surat Al-Ma'idah Ayat 8

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan".
Berkata dengan lembut(sopan) meskipun dengan orang yang beda agama : 

ﻓَﻘُﻮﻟَﺎ ﻟَﻪُ ﻗَﻮْﻻً ﻟَّﻴِّﻨﺎً ﻟَّﻌَﻠَّﻪُ ﻳَﺘَﺬَﻛَّﺮُ ﺃَﻭْ ﻳَﺨْﺸَﻰ

"Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-mudahan ia ingat dan takut" . (QS. Thaha: 44)

Ayat ini berbicara tentang perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS agar berkata dan bersikap baik kepada Fir'aun. Al-Hafizh Ibnu Katsir (701-774 H/1302-1373 M) ketika menjabarkan ayat ini mengatakan, "Sesungguhnya dakwah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS kepada Fir'aun adalah menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan supaya lebih menyentuh hati, lebih dapat diterima dan lebih berfaedah". (Tafsir al-Qur'anil 'Azhim , juz III hal 206).

Hikmah Sikap Tasamuh

1. Dapat menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam pergaulan.
2. Memperluas pergaulan.
3. Menunjukkan sikap jiwa besar.
4. Menghilangkan kesulitan diri sendiri maupun orang lain.
5. Menjaga keamanan lingkungan masyarakat.

Firman Allah:

Artinya: ” Allahlah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amal-amal kami, dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu . Allah mengumpulkan antara kita, dan kepada Allahlah kita kembali ” (QS. Asyura: 15)

Surat Asy-Syura Ayat 15

فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)".

Dengan Toleransi umat muslim bisa berdampingan dengan siapa saja dalam bermasyarakat dan bernegara di negara manapun dia berada.

Ke Lima,
Amar ma’ruf nahi mungkar bil Hikmah Wa Rohmatalil Alamin.
Amar ma’ruf nahi mungkar merupakan kekhususan dan keistimewaan umat Islam yang akan mempengaruhi kemulian umat Islam. Sehingga Allah kedepankan penyebutannya dari iman dalam firman-Nya,

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَلَوْءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرَهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. [Ali Imron :110]

Muslim sejati selalu mengerjakan spt ayat dibawah ini, maka akan mendapat kasih sayang dari Allah SWT, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ أُوْلاَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللهُ إِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمُُ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.[At-Taubah:71]

Dalam tataran praktis, sebagaimana dijelaskan KH Ahmad Shiddiq bahwa prinsip-prinsip ini dapat terwujudkan dalam beberapa hal sebagai berikut: (Lihat Khitthah Nahdliyah, hal 40-44)
 

1. Akidah.
a. Keseimbangan dalam penggunaan dalil 'aqli dan dalil naqli .
b. Memurnikan akidah dari pengaruh luar Islam.
c. Tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik, bid'ah apalagi kafir.
 

2. Syari'ah
a. Berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits, Ijma' serta Qiyas(dengan pemahaman para ulama muktabar) dengan menggunanakan metode yang dapat dipertanggung­jawabkan secara ilmiah.
b. Akal baru dapat digunakan pada masalah yang yang tidak ada nash yang je1as (sharih / qotht'i ).
c. Dapat menerima perbedaan pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif (zhanni).
 

3. Tashawwuf/ Akhlak
a. Tidak mencegah, bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum Islam.
b. Mencegah sikap berlebihan (ghuluw ) dalam menilai sesuatu.
c. Berpedoman kepada Akhlak yang luhur. Misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu'
(antara sombong dan rendah diri) dan sikap dermawan (antara kikir dan boros).
 

4. Pergaulan antar golongan
a. Mengakui watak manusia yang senang berkumpul dan berkelompok berdasarkan unsur pengikatnya masing-masing.
b. Mengembangkan toleransi kepada kelompok yang berbeda.
c. Pergaulan antar golongan harus atas dasar saling menghormati dan menghargai.
d. Bersikap tegas kepada pihak yang nyata-nyata memusuhi agama Islam.
 

5. Kehidupan bernegara
a. NKRI (Negara Kesatuan Republik Indanesia) harus tetap dipertahankan karena merupakan kesepakatan seluruh komponen bangsa(Isalam menghormati kesepakatan).

b. Selalu taat dan patuh kepada pemerintah dengan semua aturan yang dibuat, selama tidak bertentangan dengan ajaran agama.
c. Tidak melakukan pemberontakan atau kudeta kepada pemerintah yang sah.

Al-Qur’ an surah An-nisa ayat 59

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulny dan ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan rasulnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya.

Taat Kepada Pemimpin = Taat Kepada Rasul = Taat kepada Allah

عن أَبي هريرة - رضي الله عنه - قَالَ : قَالَ رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : (( مَنْ أطَاعَنِي فَقَدْ أطَاعَ اللهَ ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللهَ ، وَمَنْ يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أطَاعَنِي ، وَمَنْ يَعصِ الأميرَ فَقَدْ عَصَانِي )) متفقٌ عَلَيْه.

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: ((Barangsiapa yang mentaatiku maka ia telah mentaati Allah, barangsiapa yang memaksiatiku maka ia telah bermaksiat kepada Allah. Dan barangsiapa yang mentaati Amir (pemimppin) maka ia telah mentaatiku, barangsiapa yang memaksiati Amir maka ia telah memaksiatiku.)) Muttafaqun 'alaih.

d. Kalau terjadi penyimpangan dalam pemerintahan, maka mengingatkannya dengan cara yang baik.
 

6. Kebudayaan
a. Kebudayaan harus ditempatkan pada kedudukan yang wajar. Dinilai dan diukur dengan norma dan hukum agama.
b. Kebudayaan yang baik dan ridak bertentangan dengan agama dapat diterima, dari manapun datangnya. Sedangkan yang tidak baik harus ditinggal.
c. Dapat menerima budaya baru yang baik dan melestarikan budaya lama yang masih relevan (al-muhafazhatu 'alal qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah ).
 

7. Dakwah
a. Berdakwah bukan untuk menghukum atau memberikan vonis bersalah, tetapi mengajak masyarakat menuju jalan yang diridhai Allah SWT.
b. Berdakwah dilakukan dengan tujuan dan sasaran yang jelas.
c. Dakwah dilakukan dengan petunjuk yang baik dan keterangan yang jelas, disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sasaran dakwah.

--------------------------


Sanad Keilmuan Pendiri NU menyambung sampai Rasulullah SAW
Kajian

KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri NU) Punya Sanad keilmuan yang bersambung sampai Rasulullah SAW, berikut Sanad nya, dengan cara baca nomer diatas adalah Guru dari nomer dibawah nya.
1. Sayyidul Wujud Insanul Kamil Nabi Muhammad Rasulullah SAW
2. Al Imam Sayyidina Ali bin Abi Thalib “Karramallaahu Wajhahu”
3. Muhammad (Putra Sayidina Ali, dari istri kedua Kaulah bin Ja’far)
4. Al Imam Wasil bin Atho’
5. Al Imam Amr bin Ubaid bin Al Imam Ibrohim Annadhom
7. Al Imam Abu Huzail Al-Alaq
8. Al Imam Abu Hasi Adzuba’i
9. Al Imam Abu Ali Adzuba’i
10. Al Imam Abu Hasan Ala’asyariy (Pendiri Faham “AHLUSSUNNAH WAL JAMA’AH” ASWAJA) 234 Karangannya : Kitab Maqolatul Islamiyin, Al Ibanah, Al Risalah, Al-Luma’, dll
11. Al Imam Abu Abdillah Al Bahily
12. Al Imam Abu Bakar Al Baqilany, karangannya : Kitab At Tamhid, Al Insof, Al bayan, Al Imdad, dll.
13. Al Imam Abdul Malik Imam Haromain Al Juwainy, karangannya : Kitab Lathoiful Isaroh, As Samil, Al Irsyad, Al Arba’in, Al kafiyah, dll
14. Al Imam Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghozali. Karangannya : Kitab Ihya Ulumuddin, Misyakatul Anwar, Minhajul Qowim, Minhajul Abidin dll.
15. Abdul hamid Assyeikh Irsani. Karangannya: kitab Al Milal Wannihal, Musoro’atul Fulasifah, dll.
16. Muhammad bin Umar Fakhrur Raazi, Karangannya: Kitab Tafsir Mafatihul Ghoib, Matholibul ‘Aliyah, Mabahisul Masyriqiyah, Al Mahsul Fi Ilmil Usul, dll
17. Abidin Al Izzy, karangannya: Kitab Al Mawaqit Fi Ilmil Kalam.
18. Abu Abdillah Muhammad As Sanusi, Karangannya: Kitab Al Aqidatul Kubro dll.
19. Imam Al Bajury, karangannya: Kitab Jauhar Tauhuid, dll.
20. Imam Ad Dasuqy, karangannya: Kitab Ummul Barohin, dll.
21. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, karangannya: Kitab Sarah jurumiyah, Sarah Al Fiyah, dll.
22. Ahmad Khotib Sambas Kalimantan, Karangannya : Kitab Fathul ‘Arifin, dll.
23. Muhammad An Nawawi Banten, Karangannya :Syarah Safinatunnaja, SarahSulamutaufiq, dll. Yang Mayoritas Ulama Di Indonesia memakai Karangan Syeikh Nawawi Albantaniy sebagai Kitab Rujukan.
24. Syech Mahfudz At-Termasi (mursyid Hadist Budhori matan ke-23), muridnya al :– Syech Arsyad Al-Banjari – Banjarmasin – Syaikhona Kholil – Bangkalan Madura – Abdul Shomad Al-Palembangi - Palembang
25. KH. Hasyim Asy’Ari (Pendiri NU)

Keterangan :

Syaikhona Kholil – Bangkalan Madura << Belau Guru Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (Tebu Ireng Jombang).

Sejumlah murid yang berhasil dicetak menjadi ulama besar oleh Syaikhona Kholil bangkalan adalah:
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari (Tebu Ireng Jombang), KH. Wahab Hasbullah (Tambak Beras Jombang),
KH. Bisri Syansuri (Denanyar Jombang),
KH As’ad Syamsul Arifin (Sukorejo Situbondo),
Kiai Cholil Harun (Rembang),
Kiai Ahmad Shiddiq (Jember),
Kiai Hasan (Genggong Probolinggo),
Kiai Zaini Mun’im (Paiton Probolinggo),
Kiai Abi Sujak (Sumenep),
Kiai Toha (Bata-Bata Pamekasan),
Kiai Usymuni (Sumenep),
Kiai Abdul Karim (Lirboyo Kediri),
Kiai Munawir (Krapyak Yogyakarta),
Kiai Romli Tamim (Rejoso Jombang),
Kiai Abdul Majid (Bata-Bata Pamekasan).

Dan hingga kini sanad ke ilmuan tsb, terus mengalir ke ulama ulama ahlus sunnah wal jama’ah yang dibawah naungan NU masa sekarang.

Semoga bermanfaat.