Kisah pemuda ahli ibadah yang bertaubat dari godaan zina ini diabadikan Ibnu Qudamah Al Maqdisy dalam bukunya, Kitab At Tawwabiin. Tersebutlah seorang wanita yang sangat cantik, pelacur high class. Ia hanya mau diajak ‘kencan’ jika dibayar minimal 100 dinar.
Suatu hari, seorang pemuda ahli ibadah
melihat wanita itu. Entah bagaimana, ia langsung terpikat dengannya. Ia
tergila-gila. Dan hal itu mendorongnya bekerja keras untuk mengumpulkan
uang 100 dinar.
“Aku tergoda dengan kecantikanmu,” kata
pemuda kepada wanita itu, “karenanya aku bekerja keras dan kini aku
telah mengumpulkan 100 dinar untukmu.”
“Baiklah, mari ikut denganku,” kata wanita itu mengajaknya masuk ke rumah. Rupanya interior rumah itu tergolong mewah, bahkan di kamarnya, ia memiliki ranjang indah berlapis emas. Wanita itu kemudian duduk di ranjang dan mempersilakan sang pemuda melakukan apa saja.
“Baiklah, mari ikut denganku,” kata wanita itu mengajaknya masuk ke rumah. Rupanya interior rumah itu tergolong mewah, bahkan di kamarnya, ia memiliki ranjang indah berlapis emas. Wanita itu kemudian duduk di ranjang dan mempersilakan sang pemuda melakukan apa saja.
Saat itu, tiba-tiba sang pemuda ingat
kedudukan dirinya sebagai hamba Allah dan sadar betapa nistanya zina.
Seketika gemetarlah seluruh tubuhnya. “Biarkan aku meninggalkanmu. Ambil
saja uang itu untukmu,” katanya sambil berusaha berbalik keluar kamar.
“Ada apa denganmu, bukankah engkau
tergila-gila padaku. Kau telah bekerja keras untuk mengumpulkan uang ini
demi mendapatkanku. Sekaranglah saatnya,” kata wanita cantik itu dengan
keheranan.
“Aku takut kepada Allah. Aku takut kepada Allah dan kedudukanku di sisi-Nya.”
“Jika benar ucapanmu, aku tidak akan
menikah kecuali denganmu. Maukah kau jadi suamiku?” keheranan wanita itu
telah berubah menjadi kekaguman.
“Biarkan aku keluar!”
“Tidak, kecuali jika engkau mau menjadi suamiku”
“Tidak, biarkan aku keluar dulu!”
“Jika aku yang datang kepadamu untuk
memintamu menjadi suamiku, apakah engkau akan bersedia menikah
denganku?” wanita tersebut terus berusaha mendapatkan kepastian. Ia
benar-benar kagum. Sepengetahuannya, baru kali ini ada orang yang
demikian mulia kedudukannya.
“Mungkin saja,” jawab pemuda itu sambil
melangkah keluar. Ia menutupi wajahnya dengan bajunya karena malu telah
memasuki rumah itu.
Beberapa waktu kemudian, wanita cantik
itu bertaubat. Ia menyadari betapa hina pekerjaannya, meskipun ia telah
membatasi dengan mematok harga yang sangat tinggi. Ia merasa dirinya tak
lebih berharga dari air yang ditumpahkan saat perzinaan. Ia ingin
melepaskan semua hubungan dengan masa-masa kelam itu dan memulai hidup
baru yang bersih dan suci. Ia pun memimpikan memiliki suami yang mulia
seperti pemuda terakhir yang dijumpainya. Maka ia pun memakai Jilbab dan
keluar dari rumah itu. Keluar dari daerah itu. Setelah mengetahui desa
pemuda yang dimaksudnya, ia pun bergegas pergi ke sana.
Sesampainya di desa itu, wanita tersebut bertanya pada seseorang yang ternyata adalah teman pemuda ahli ibadah.
“O, itu rumahnya di sana. Mari kuantar ke sana” kata teman sang pemuda sambil menunjukkan jalan.
“Saudaraku, ada wanita bercadar yang mencarimu,” kata orang itu kepada pemuda ahli ibadah setelah sampai di kediamannya.
“Wanita berjilbab?”
“Iya. Saat dia membuka jilbabya, dia sangat cantik. Belum pernah kulihat wanita secantik dia”
“Saudaraku, ada wanita bercadar yang mencarimu,” kata orang itu kepada pemuda ahli ibadah setelah sampai di kediamannya.
“Wanita berjilbab?”
“Iya. Saat dia membuka jilbabya, dia sangat cantik. Belum pernah kulihat wanita secantik dia”
Akhirnya, sang pemuda ahli ibadah
menemui wanita itu. Dan ketika wanita itu membuka cadarnya, betapa
terkejutnya dia. Seketika itu ia jatuh. Rupanya Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah mengambil nyawanya saat itu juga.
*Disarikan dari buku Kitab At Tawwabiin (Mereka yang Kembali; Ragam Kisah Taubatan Nasuha) karya Ibnu Qudamah Al Maqdisy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar