ALASAN 5, (Orang diRuqyah Kesurupan ?)
Jin Mana Yang Akan Dikeluarkan?
Jika yang dikatakan ruqyah tersebut benar dapat mengeluarkan jin dari
tubuh manusia, bukan sebaliknya. Pertanyaannya, Jin yang mana yang akan
dikeluarkan dari tubuh manusia itu…?. Dalam kaitan ini kita akan membadah
kandungan makna dari tiga hadits Rasulullah saw.:
Untuk membicarakan dimensi jin, oleh karena berkaitan dengan keadaan
yang ghaib bagi indera lahir, maka hanya wahyu yang berhak membicarakannya,
baik ayat al-Qur’an maupun hadis Nabi Muhammad SAW. Orang beriman wajib
mengimaninya. Adapun kedudukan hadits shoheh sejajar dengan ayat al-Qur’an.
Allah Ta’ala telah menyatakan dengan firman-Nya: yang artinya: “Dan
tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. – Ucapannya itu
tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), QS: 53/3-4.
Berikut ini tiga hadits yang kita jadikan bahan kajian:
إِنَّ الشَّيْطَانَ
لَيَجْرِى مِنِ ابْنِ آَدَمَ مَجْرَى الدَّمِ فَضَيِّقُوْا مَجَاِريَهُ
ِبالْجُوْعِ
“Sesungguhnya setan masuk (mengalir) ke dalam tubuh anak Adam mengikuti
aliran darahnya,
Atau dengan kalimat yang lain:
حَدِيثُ صَفِيَّةَ
بِنْتِ حُيَيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا
فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ لِأَنْقَلِبَ فَقَامَ
مَعِيَ لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ ابْنِ زَيْدٍ
فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنَ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا
سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ
الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا
شَرًّا أَوْ قَالَ شَيْئًا
Diriwayatkan dari Sofiah binti Huyai r.a berkata: Pada suatu malam
ketika Nabi s.a.w sedang beriktikaf aku datang menghampiri baginda. Setelah
puas berbincang-bincang dengan baginda, akupun berdiri untuk pulang. Rasulullah
s.a.w ikut berdiri untuk mengantarku. Tempat tinggal Sofiah adalah di rumah
Usamah bin Zaid. Tiba-tiba datang dua orang Ansar. Ketika mereka melihat Nabi
saw mereka mempercepatkan langkahnya. Lalu Nabi saw bersabda: Perlahankanlah
langkahmu. Sesungguhnya ini adalah Sofiah binti Huyai. Kedua orang angsor itu
berkata Maha suci Allah, wahai Rasulullah. Lalu Rasulullah s.a.w bersabda Sesungguhnya
setan itu berjalan pada aliran darah manusia. Sebenarnya aku hawatir ada
tuduhan buruk atau yang tidak baik dalam hati kamu berdua
• Riwayat Bukhori di dalam Kitab I’tikaf hadits nomor
1894, 1897, 1898. – Etika hadits nomor 5751.
• Riwayat Muslim di dalam Kitab Salam hadits nomor 4041.
• Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Etika hadits nomor 4342.
• Riwayat Ibnu Majah di dalam Kitab Puasa hadits nomor 1769.
• Riwayat Muslim di dalam Kitab Salam hadits nomor 4041.
• Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Etika hadits nomor 4342.
• Riwayat Ibnu Majah di dalam Kitab Puasa hadits nomor 1769.
Ternyata setan jin dapat bebas keluar masuk didalam tubuh manusia
melalui jalan darahnya. Supaya jin tidak bebas keluar masuk seenaknya, hendaklah
manusia menyempitkan jalan darahnya dengan lapar atau ibadah puasa. Artinya
dengan pengendalian nafsu syahwat, baik melalui puasa maupun ibadah-ibadah yang
lain manusia dapat mengupayakan jalan masuk jin yang ada dalam tubuhnya menjadi
sempit. Dalam arti lain, orang yang ingin menjaga darinya dari tipu daya setan
jin tidak harus diruqyah melaikan bisa dengan berpuasa.
Sedangkan hadits yang kedua adalah sebagai berikut:
مَا مِنْكُمْ مِنْ
أَحَدٍ إِلاَّ وَقَدْ وَكَّلَ قََرِيْنَهُ مِنَ الْجِنِّ . قَاُلْوا أَاَنْتَ
يَارَسُوْلَ اللهِ قَالَ : وَإِيَّايَ إِلاَّ أَنَّ اللهَ قَدْ أَعَانَنِي
عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلاَ يَأْمُرُنِي إِلاَّ بِالْخَيْرِ . رواه مسلم
“Tidaklah dari salah satu diantara kalian kecuali sesungguhnya Allah
telah mewakilkan temannya dari jin, mereka bertanya: “Apakah engkau juga ya
Rasulullah?”, Rasul saw. menjawab: “Dan juga kepadaku, hanya saja sesungguhnya
Allah telah menolongku mengalahkannya, maka ia masuk islam, maka ia tidak memerintah
kepadaku kecuali dengan kebaikan”. (HR Muslim)
Ternyata di dalam diri Rasulullah saw juga ada jin, hanya saja berkat
pertolongan Allah Ta’ala jin itu masuk islam, maka jin itu bukan menjadi setan
melainkan menjadi Qorin (teman) yang baik. Maka jin tersebut tidak memberikan
informasi kepada Baginda Nabi saw. kecuali yang berkaitan dengan kebaikan
Beliau.
Supaya manusia mandapatkan penjagaan dari Alloh terhadap potensi
gangguan setan jin yang ada dalam tubuhnya sendiri, hendaklah mereka selalu
melaksanakan mujahadah di jalan Allah, bersungguh-sungguh mendekatkan diri
kepada-Nya, baik dengan puasa, dzikir maupun ibadah-ibadah yang lain. Jika hal
tersebut bisa dilakukan, maka matahati orang tersebut menjadi cemerlang dan
tembus pandang. Rasulullah SAW menyatakan hal tersebut dengan sabdanya:
لَوْلاَ أَنَّ
الشَّيَاطِيْنَ يَحُوْمُوْنَ عَلَى قُلُوْبِ بَنِى آَدَمَ لَنَظَرُوْا اِلَى
مَلَكُوْتِ السَّمَاوَاتِ
“Kalau sekiranya syaithan tidak meliputi hati anak Adam, pasti dia akan
melihat alam kerajaan langit”.
Sekiranya setan jin tidak meliputi hati manusia, maka sorot matahati
orang tersebut dapat menembus alam malakut. Matahati mereka dapat menembus alam
ghaib, baik ghaibnya alam malakut yang ada di langit maupun alam ghaibnya alam
malakut yang ada di balik dada manusia. Jika hal tersebut belum dapat dicapai,
maka berarti di dalam hati orang tersebut masih berpotensi diliputi was-was
setan yang berarti pula di dalam tubuhnya masih terdapat segerombolan setan jin
yang setiap saat siap menerkam dan menguasai kesadarannya. Seandainya Allah
Ta’ala tidak melindungi hamba-Nya, maka tidak seorangpun dapat selamat dari
kejahatan setan jin yang terkutuk. Allah Ta’ala telah menegaskan dengan
firman-Nya:
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ
خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ
أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya
setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya
tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak
seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS:24/21.
Apa saja yang menyebabkan kekejian berarti perbuatan keji dan apa saja
yang menyebabkan kemungkaran berarti perbuatan mungkar. Maka orang yang
menimbulkan penyakit kepada orang lain berarti orang tersebut adalah sumber
penyakit. Jika ada orang berbuat demikian, baik sengaja maupun tidak, berarti
orang tersebut telah mengikuti langkah-langkah setan sebagaimana yang telah
diisyaratkan Allah Ta’ala dengan firman-Nya di atas. Lebih tegas Allah memberi
peringatan dengan firman-Nya:
وَلَوْلَا فَضْلُ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah
kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu)”. QS:4/83.
Adanya perlindungan kepada manusia tersebut, bukan berarti manusia sakti
mandraguna sehingga jin takut kepadanya, namun semata-mata karena keutamaan
Allah Ta’ala dan rahmat-Nya yang diberikan kepada hamba-hamba yang dikasihi.
Seandainya tidak demikian, maka: “tentulah kamu semua akan mengikuti
setan, kecuali sebagian kecil saja (diantaramu)”. QS:4/83.
Apabila pelaksanaan ruqyah tersebut benar dapat mengeluarkan jin dari
tubuh manusia, jika kita kaitkan dengan dalil-dalil dan argumentasi di atas,
maka jin mana yang akan dikeluarkan oleh para peruqyah dari tubuh orang-orang
yang mereka ruqyah …??? Jika memang benar ruqyah tersebut dapat mengeluarkan
jin dari tubuh manusia, maka seharusnya orang yang kesurupan jin menjadi sadar,
bukan sebaliknya. Padahal kenyataannya sebaliknya, orang yang asalnya sadar
menjadi kesurupan jin, mereka berteriak-teriak seperti orang gila, bahkan ada
yang sampai muntah di tempat, apakah perbuatan tersebut bisa
dikatakan mengeluarkan jin…??? Dengan kenyatan demikian, berarti bisa diduga pelaksanaan
ruqyah itu justru malah memasukkan jin ke dalam tubuh orang yang diruqyah,
bukan mengeluarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar