Kamis, 05 Juni 2014

Peristiwa kisah dan Keistimewaan Bulan Sya’ban.

Peristiwa Kisah Keistimewaan Tentang bulan sya'ban Pintu Menuju Bulan Ramadhan
Bulan Sya’ban adalah pintu menuju bulan Ramadhan. Barangsiapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, insya Allah ia akan menuai kesuksesan di bulan Ramadhan. Sebagaimana Imam Dzunnun al-Mishri pernah mengatakan: “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan menyirami dan Ramadhan adalah bulan untuk menuai (memanen).” Diantara 12 bulan tidak satupun yang disebut oleh Rasulullah Saw. sebagai bulan beliau. Beda halnya dengan bulan Sya’ban, beliau Saw. dengan tegas mengatakan: “Bulan Sya’ban adalaah bulanku.” Ada keistimewaan apakah di balik bulan Sya’ban? Banyak peristiwa agung yang terjadi dalam bulan Sya’ban ini, diantaranya adalah:
1. Perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha) ke Ka’bah (Masjidil Haram). Dalam Tafsir ath-Thabariy dijelaskan bahwa ketika Rasulullah Saw. berhijrah ke Madinah, sementara kebanyakan penduduknya adalah Yahudi, maka Allah memerintah beliau Saw. menghadap Baitul Maqdis (sebagai kiblat). Orang-orang Yahudi merasa gembira karena Baitul Maqdis merupakan kiblat mereka. Selama berkiblat ke Baitul Maqdis ini orang-orang Yahudi selalu mencaci maki Rasulullah Saw. Mereka berkata: “Muhammad menyelisihi agama kita tetapi berkiblat kepada kiblat kita!” Dan masih banyak lagi celotehan mereka. Sikap orang-orang Yahudi tersebut membuat Nabi Muhammad Saw. tidak senang, dan setiap hari beliau berdoa menengadahkan wajah mulianya ke atas langit dalam keadaan rindu agar Allah menurunkan wahyu, bahwa kiblat dipindahkan dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Allah mengabulkan doa Rasulullah Saw. dengan turunnya surat al- Baqarah ayat 144 yang berisi perintah untuk pindah dari Baitul Maqdis ke Ka’bah:
ﻗَﺪْ ﻧَﺮَﻯ ﺗَﻘَﻠُّﺐَ ﻭَﺟْﻬِﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻓَﻠَﻨُﻮَﻟِّﻴَﻦَ َﻙّ ﻗِﺒْﻠَﺔً ﺗَﺮْﺿَﺎﻫَﺎ ﻓَﻮَﻝِّ ﻭَﺟْﻬَﻚَ ﺷَﻄْﺮَ ﺍﻟْﻤَﺴْﺠِﺪِ ﺍﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﻭَﺣَﻴْﺚُ ﻣَﺎ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﻓَﻮَﻟُّﻮﺍ ﻭُﺟُﻮﻫَﻜُﻢْ ﺷَﻄْﺮَﻩُ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﻟَﻴَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ ﺃَﻧَّﻪُ ﺍﻟْﺤَﻖُّ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻭَﻣَﺎ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻐَﺎﻓِﻞٍ ﻋَﻤَّﺎ ﻳَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang- orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” Umat Islam shalat menghadap Baitul Maqdis selama 17 bulan lebih 3 hari. Yakni sejak hari Senin 12 Rabi’ul Awal tahun ke-1 Hijrrah sampai dengan hari Selasa 15 Sya’ban tahun ke-2 Hijrah. Shalat yang pertama kali dilakukan pasca perpindahan kiblat tersebut adalah shalat Ashar. Dalam hikayat lain dikatakan bahwa pada malam tanggal 15 Sya’ban (Nishfu Sya’ban) telah terjadi peristiwa penting dalam sejarah perjuangan umat Islam yang tidak boleh kita lupakan sepanjang masa. Diantaranya adalah perintah memindahkan kiblat shalat dari Baitul Maqdis yang berada di Palestina ke Ka’bah yang berada di Masjidil Haram, Makkah pada tahun ke-8 Hijriyah. Sebagaimana kita ketahui, sebelum Nabi Muhammad Saw. hijrah ke Madinah, yang menjadi kiblat shalat adalah Ka’bah. Kemudian setelah beliau hijrah ke Madinah, beliau memindahkan kiblat shalat dari Ka’bah ke Baitul Maqdis yang digunakan orang Yahudi sesuai dengan izin Allah untuk kiblat shalat mereka. Perpindahan tersebut dimaksudkan untuk menjinakkan hati orang-orang Yahudi dan untuk menarik mereka kepada syariat al- Quran dan agama yang baru yaitu agama tauhid. Tetapi setelah Rasulullah Saw. menghadap Baitul Maqdis selama 16-17 bulan, ternyata harapan Rasulullah tidak terpenuhi. Orang- orang Yahudi di Madinah berpaling dari ajakan beliau, bahkan mereka merintangi Islamisasi yang dilakukan Nabi Saw. dan mereka telah bersepakat untuk menyakitinya. Mereka menentang Nabi dan tetap berada pada kesesatan. Karena itu Rasulullah Saw. berulang kali berdoa memohon kepada Allah Swt. agar diperkenankan pindah kiblat shalat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah lagi, setelah Rasul mendengar ejekan orang-orang Yahudi yang mengatakan: “Muhammad menyalahi agama kita namun mengikuti kiblat kita. Apakah yang memalingkan Muhammad dan para pengikutnya dari kiblat (Ka’bah) yang selama ini mereka gunakan?” Ejekan mereka ini dijawab oleh Allah Swt. dalam surat al-Baqarah ayat 143:
ﻭَﻣَﺎ ﺟَﻌَﻠْﻨَﺎ ﺍﻟْﻘِﺒْﻠَﺔَ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻛُﻨْﺖَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺇﻻَّ ﻟِﻴَﻌْﻠَﻢَ ﻣَﻦْ ﻳَﺘَّﺒِﻊُ ﺍﻟﺮَّﺳُﻮﻝَ ﻣِﻤَّﻦْ ﻳَﻨْﻘَﻠِﺐُ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﻘِﺒَﻴْﻪِ.
“Dan kami tidak menjadikan kiblat yang menjadi kiblatmu, melainkan agar kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.” Dan pada akhirnya Allah memperkenankan Rasulullah Saw. memindahkan kiblat shalat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 144. Diantara kebiasaan yang dilakukan oleh umat Islam pada malam Nisfu Sya’ban adalah membaca surat Yasin tiga kali yang setiap kali diikuti doa yang antara lain isinya adalah: “Ya Allah jika Engkau telah menetapkan aku di sisiMu dalam Ummul Kitab (buku induk) sebagai orang celaka atau orang-orang yang tercegah atau orang yang disempitkan rizkinya maka hapuskanlah ya Allah demi anugerahMu, kecelakaanku, ketercegahanku dan kesempitan rizkiku.”
2. Malam Dilaporkannya Amal Perbuatan Manusia Pada malam Nishfu Sya’ban semua amal manusia dilaporkan kepada Allah Swt. Alangkah baiknya jika saat itu catatan amal perbuatan kita berupa ibadah. Dalam hadits Nabi Saw. dijelaskan:
ﻋﻦ ﺃﺳﺎﻣﺔ ﺑﻦ ﺯﻳﺪ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﻝ : ﻗﻠﺖ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻢ ﺃﺭﻙ ﺗﺼﻮﻡ ﻣﻦ ﺷﻬﺮ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻬﻮﺭ ﻣﺎ ﺗﺼﻮﻡ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ؟ ﻗﺎﻝ : ” ﺫﺍﻙ ﺷﻬﺮ ﻳﻐﻔﻞ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻪ ﺑﻴﻦ ﺭﺟﺐ ﻭﺭﻣﻀﺎﻥ ، ﻭﻫﻮ ﺷـﻬﺮ ﺗُﺮﻓﻊ ﻓﻴﻪ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ ، ﻭﺃﺣﺐ ﺃﻥ ﻳُﺮﻓﻊ ﻋﻤﻠﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺻﺎﺋﻢ ” ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﻨﺬﺭﻱ: ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ) (1 ﺍﻟﺘﺮﻏﻴﺐ ﻭﺍﻟﺘﺮﻫﻴﺐ ﻟﻠﻤﻨﺬﺭﻱ /2 48 .
“Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid yang bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Wahai Rasulullah, aku tidak melihatmu puasa pada bulan-bulan lain seperti pada bulan Sya’ban?” Rasulullah Saw. menjawab: “Bulan ini adalah bulan yang dilupakan manusia, antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dan bulan ini saat dilaporkannya amal perbuatan (manusia) kepada Tuhan semesta alam. Dan aku senang jika amalku dilaporkan sedangkan aku dalam keadaan puasa.” (HR. Imam an-Nasai dalam at-Targhib wa at-Tarhib li al- Mundziri juz 2 halaman 48). lafadz “turfa’u” diartikan dengan “tu’radhu” atau bermakna ditampakkan atau ditunjukkan (kepada Allah). Sebenarnya pelaporan amal kita ini ada yang harian, ada yang mingguan dan ada pula yang tahunan. Laporan harian dilakukan malaikat pada siang hari dan malam hari. Yang migguan dilakukan malaikat setiap Senin dan Kamis. Adapun yang tahunan dilakukan pada setiap Lailatul Qadar dan Malam Nishfu Sya’ban. (Lihat dalam Hasyiyat al-Jamal bab Puasa Tathawwu’).
3. Bulan Penentuan Umur dan Rizki
ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ : ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺼﻮﻡ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻛﻠﻪ ﺣﺘﻰ ﻳﺼﻠﻪ ﺑﺮﻣﻀﺎﻥ ﻭﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻳﺼﻮﻡ ﺷﻬﺮﺍ ﺗﺎﻣﺎ ﺇﻻ ﺷﻌﺒﺎﻥ ، ﻓﻘﻠﺖ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ: ﺇﻥ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻟﻤﻦ ﺃﺣﺐ ﺍﻟﺸﻬﻮﺭ ﺇﻟﻴﻚ ﺃﻥ ﺗﺼﻮﻣﻪ ؟ ﻓﻘﺎﻝ: ﻧﻌﻢ ﻳﺎ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺇﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﻧﻔﺲ ﺗﻤﻮﺕ ﻓﻲ ﺳﻨﺔ ﺇﻻ ﻛﺘﺐ ﺃﺟﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﺷﻌﺒﺎﻥ، ﻓﺄﺣﺐ ﺃﻥ ﻳﻜﺘﺐ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﻓﻲ ﻋﺒﺎﺩﺓ ﺭﺑﻲ ﻭﻋﻤﻞ ﺻﺎﻟﺢ
Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Ra., bahwasannya Rasulullah Saw. puasa di bulan Sya’ban seluruhnya sampai bertemu dengan Ramadhan. Dan tidaklah Nabi puasa sebulan penuh (selain Ramadhan) kecuali Sya’ban. Sayyidah Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah, apakah bulan Sya’ban adalah bulan yang paling engkau sukai untuk berpuasa?” Rasulullah Saw. menjawab: “Benar wahai Aisyah, tidak ada satupun jiwa yang akan mati pada satu tahun ke depan kecuali ditentukan umurnya pada bulan Sya’ban. Dan aku senang seandainya ketika umurku ditulis aku dalam keadaan beribadah dan beramal shaleh kepada Tuhanku.”
ﻋﺜﻤﺎﻥ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺍﻟﻤﻐﻴﺮﺓ ﺑﻦ ﺍﻷﺧﻨﺲ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ ﻗﺎﻝ: » ﺗﻘﻄﻊ ﺍﻵﺟﺎﻝ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺇﻟﻰ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﺣﺘﻰ ﺇﻥ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻟﻴﻨﻜﺢ ﻭﻳﻮﻟﺪ ﻟﻪ ﻭﻗﺪ ﺃﺧﺮﺝ ﺍﺳﻤﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ « ﻓﻬﻮ ﺣﺪﻳﺚ ﻣﺮﺳﻞ
Utsman bin Mugirah bin al-Akhnas berkata bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Ajal seseorang ditentukan dari bulan Sya’ban ke bulan Sya’ban berikutnya, sehingga ada seseorang bisa menikah dan melahirkan, padahal namanya sudah tercantum dalam daftar orang-orang yang mati.” (Hadits ini mursal dan disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir).
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: »ﻳَﺴِﺢُّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَ ﻓِﻲ ﺃَﺭْﺑَﻊِ ﻟَﻴَﺎﻝٍ ﺳَﺤًّﺎ : ﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻷَﺿْﺤَﻰ ﻭَﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ، ﻭَﻟَﻴْﻠَﺔَ ﺍﻟﻨﺼْﻒِ ﻣِﻦْ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥَ ﻳُﻨْﺴَﺦُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﻵْﺟَﺎﻝُ ﻭَﺍﻷَﺭْﺯَﺍﻕُ ﻭَﻳُﻜْﺘَﺐُ ﻓِﻴﻬَﺎ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ، ﻭَﻓِﻲ ﻟَﻴْﻠَﺔِ ﻋَﺮَﻓَﺔَ ﺇِﻟٰﻰ ﺍﻷَﺫَﺍﻥِ« . )ﺍﻟﺪَّﻳﻠﻤﻲ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻨْﻬَﺎ
Rasulullah Saw. bersabda: “Allah Swt. membuka kebaikan dalam empat malam; malam Idul Adha dan Idul Fitri, malam Nishfu Sya’ban dimana pada bulan itu ditulis ajal dan rizki seorang hamba serta ditulis juga di malam tersebut haji, dan malam ‘Arafah sampai adzan.” (HR. ad- Dailami).
4. Malam Penuh Ampunan dan Rahmat
Dari Ali bin Abi Thalib Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya. Karena sesungguhnya Allah akan turun ke dunia pada malam tersebut sejak matahari terbenam dan berfirman: “Adakah orang yang meminta maaf kepadaku, maka akan Aku ampuni. Adakah yang meminta rizki, maka Aku akan melimpahkan rizki kepadanya. Adakah orang yang sakit, maka akan Aku sembuhkan.” Dan hal-hal yang lain sampai terbitnya fajar”. (HR. Ibnu Majah). Siti Aisyah Ra. berkata: “Suatu malam saya kehilangan Rasulullah Saw., lalu aku mencarinya. Ternyata beliau sedang berada di Baqi’ sambil menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau bersabda: “Apakah kamu (Aisyah) khawatir Allah akan menyia- nyiakan kamu dan RasulNya?” Aku menjawab: “Wahai Rasulullah, saya pikir engkau sedang mendatangi sebagian istri-istrimu.” Rasulullah Saw. menjawab: “Sesungguhnya Allah turun ke dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni ummatku lebih banyak dari jumlah bulu dombanya Bani Kalb.” (HR. Ahmad, Ibn Majah dan at-Tirmidzi).
ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﻮﺳﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ: )ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻴﻄﻠﻊ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻓﻴﻐﻔﺮ ﻟﺠﻤﻴﻊ ﺧﻠﻘﻪ ، ﺇﻻ ﻟﻤﺸﺮﻙ ﺃﻭ ﻣﺸﺎﺣﻦ( ]ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺣﺴﻨﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﺍﻷﻟﺒﺎﻧﻰ ﻓﻰ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ
Dari Abu Musa Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah muncul (ke dunia) pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhlukNya, kecuali orang musyrik dan orang yang saling dengki.” (HR. Ibn Majah).
5. Bulan Istijabah
ﻋﻦ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ: ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ ﻧﺎﺩﻯ ﻣﻨﺎﺩ: ﻫﻞ ﻣﻦ ﻣﺴﺘﻐﻔﺮ ﻓﺄﻏﻔﺮ ﻟﻪ؟ ﻫﻞ ﻣﻦ ﺳﺎﺋﻞ ﻓﺄﻋﻄﻴﻪ؟ ﻓﻼ ﻳﺴﺄﻝ ﺃﺣﺪ ﺷﻴﺌﺎ ﺇﻻ ﺃﻋﻄﻲ ﺇﻻ ﺯﺍﻧﻴﺔ ﺑﻔﺮﺟﻬﺎ ﺃﻭ ﻣﺸﺮﻛﺎ
Rasulullah Saw. bersabda: “Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, berseru Dzat yang berseru (Allah): “Apakah ada orang yang memohon ampun maka Aku akan mengampuninya? Apakah ada yang meminta maka Aku akan memberinya? Tidak ada seorang pun yang meminta sesuatu kecuali Aku akan memberinya, kecuali wanita pezina atau orang musyrik.” (HR. al- Baihaqi).
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ، ﻗﺎﻝ : ﺧﻤﺲ ﻟﻴﺎﻝ ﻻ ﻳﺮﺩ ﻓﻴﻬﻦ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﺠﻤﻌﺔ، ﻭﺃﻭﻝ ﻟﻴﻠﺔ ﻣﻦ ﺭﺟﺐ، ﻭﻟﻴﻠﺔ ﺍﻟﻨﺼﻒ ﻣﻦ ﺷﻌﺒﺎﻥ، ﻭﻟﻴﻠﺘﺎ ﺍﻟﻌﻴﺪ
Dari Ibnu Umar Ra. berkata: “Terdapat lima malam dimana doa tidak ditolak; malam Jum’at, malam pertama bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban, malam Idul Fitri dan malam Idul Adha.” (HR. al-Baihaqi).
6. Bulan Milik Rasulullah Saw. (Turunyya Ayat Sholawat Nabi)
ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: » ﺷَﻌْﺒَﺎﻥُ ﺷَﻬْﺮِﻱ ﻭَﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﺷَﻬْﺮُ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﺷَﻌْﺒَﺎﻥُ ﺍﻟْﻤُﻄَّﻬﺮُ ، ﻭَﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ ﺍﻟْﻤُﻜَﻔﺮُ« ﺍﻟﺪَّﻳﻠﻤﻲ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔَ ﺭﺿﻲَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋﻨﻬَﺎ
Rasulullah Saw. bersabda: “Bulan Sya’ban adalah bulanku, dan bulan Ramadhan adalah bulan Allah. Bulan Sya’ban mensucikan, sedang bulan Ramadhan melebur dosa.” (HR. ad- Dailami dari Sayyidah Aisyah Ra.). Ibnu Shaif al-Yamani menyebutkan bahwasanya bulan Sya’ban disebut bulannya Rasulullah Saw. karena pada bulan tersebut turun ayat perintah membaca shalawat kepada Rasulullah Saw. yakni pada surat al- Ahzab ayat 56:
ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻭَﻣَﻠَﺎﺋِﻜَﺘَﻪُ ﻳُﺼَﻠُّﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺻَﻠُّﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠِّﻤُﻮﺍ ﺗَﺴْﻠِﻴﻤًﺎ
“Sesungguhnya Allah dan malaikat- malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
7. Bulan Al-Quran
Bulan Sya’ban dinamakan juga bulan al-Quran, sebagaimana disebutkan dalam beberapa atsar. Memang membaca al-Quran selalu dianjurkan di setiap saat dan di manapun tempatnya, namun ada saat-saat tertentu pembacaan al-Quran itu lebih dianjurkan seperti di bulan Ramadhan dan Sya’ban, atau di tempat-tempat khusus seperti Makkah, Raudhah dan lain sebagainya. Syaikh Ibn Rajab al-Hanbali meriwayatkan dari Anas Ra.: “Kaum muslimin ketika memasuki bulan Sya’ban, mereka menekuni pembacaan ayat-ayat al-Quran dan mengeluarkan zakat untuk membantu orang-orang yang lemah dan miskin agar mereka bisa menjalankan ibadah puasa Ramadhan.”
sumber: Sya'roni As Samfuriy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar