Gembira menyambut datangnya bulan RamadhanMarhaban Ya Ramadhan, Do’a Malaikat Jibril adalah sbb:“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); Tidak berma’afan terlebih dahulu antara suami istri; Tidak berma’afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Dan barang siapa yang menyambut bulan Ramadhan dengan suka cita , maka diharamkan kulitnya tersentuh api neraka.Mohon maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat, diucapkan, atau diniatkan
مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ
“Barangsiapa yang bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan jasadnya dari neraka”
Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan selalu
diikuti dan dilakukan oleh para sahabat dan salafus shaleh, sebagaimana telah diriwayatkan
dari Anas bin Malik RA bahwa dia berkata, adalah Nabi SAW apabila memasuki
bulan Rajab, beliau berdoa,
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah berkahilah kami di
bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR.
Ahmad dan Ath-Thabrani)
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله وصحبه أجمعين
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
« أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ». رواه النسائي
Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Telah
datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah
telah mewajibkan atas kalian berpuasa di dalamnya, dibuka pintu-pintu
langit dan ditutup pintu-pintu neraka jahim serta dibelenggu
pemimpin-pemimpin setan, di dalamnya Allah mempunyai satu malam yang
lebih baik dari seribu bulan siapa yang dihalangi untuk mendapatkan
kebaikannya maka ia telah benar-benar dihalangi dari kebaikan“. Hadits riwayat An Nasai dan dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib Wa At Tarhib.
Dari hadits ini, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada kaum muslimin tentang datang suatu bulan yang penuh berkah yaitu bulan Ramadhan.
perlu diingat baik-baik,
Islam mengajarkan bahwa siapapun yang mempunyai kesalahan terhadap orang
lain, pernah menyakiti atau menzhalimi orang lain, maka bersegeralah
meminta halal dan maaf dan jangan menunggu nanti penyelesaiannya di
hadapan Allah Ta’ala. Karena nanti di hadapan-Nya yang ada hanyalah;
“Terimalah ini pahala saya”, atau “Terimalah dosa orang yang pernah kamu
zhalimi”, tidak ada emas dan perak untuk menyelesaikannya!
عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Siapa
yang pernah mempunyai kezhaliman terhadap seseorang, baik terhadap
kehormatannya atau apapun, maka minta halallah darinya hari ini!,
sebelum tidak ada emas dan perak, (yang ada adalah) jika dia mempunyai
amal shalih, maka akan diambil darinya sesuai dengan kezhalimannya, jika
dia tidak mempunyai kebaikan, maka akan diambilkan dosa lawannya dan
ditanggungkan kepadanya”. Hadits riwayat Bukhari.
Sedangkan untuk permasalahan meminta maaf
ketika ‘iedul fithri: mari kaum muslim untuk melihat beberapa riwayat
dan perkataan para ulama:
Imam Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, seorang ulama hadits dan besar madzhab syafi’iyyah berkata:
وروينا في المحامليات بإسناد حسن عن جبير بن نفير قال كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض تقبل الله منا ومنك
“Diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Al Muhamiliyat, dengan sanad yang hasan (baik) dari Jubair bin Nufair, beliau berkata: “Senantiasa para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bertemu pada hari ‘ied, sebagian mereka mengatakan kepada yang lain: “Taqabbalallahu minna wa minka” (semoga Allah menerima amal ibadah dari kita dan dari anda). lihat kitab Fath Al Bari 2/446
Dan Ibnu Qudamah (seorang ahli fikih dari madzhab hanbali) rahimahullah
menukilkan dari Ibnu ‘Aqil tentang memberikan selamat pada hari ‘ied,
bahwasanya Muhammad bin Ziyad berkata: “Aku bersama Abu Umamah Al Bahili
(seorang shahabat nabi) radhiyallahu ‘anhu dan selainnya dari para shahabat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka jika pulang dari shalat ‘ied berkata kepada sebagian yang lain: “Taqabbalallahu minna wa minka”. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahberkata:
“sanad hadits Abu Umamah adalah sanad yang baik,dan Ali bin Tsabit
berkata: “Amu telah bertanya kepada Malik bin Anas rahimahullah akan hal
ini dari semenjak 35 tahun yang lalu, beliau menjawab: “Masih saja kami
mengetahui akan hal itu dilakukan di kota Madinah”. Lihat Kitab Al
Mughni 3/294.
Dan Imam Ahmad rahimahullah: “Tidak mengapa seseorang mengatakan kepada orang lain pada hari ‘ied: “Taqabbaalallahu minna wa minka”.
Harb berkata: “Imam Ahmad rahimahullah
ditanya tentang perkataan orang-orang di hari ‘ied (‘iedul fithri atau
‘iedul adhha) “Taqabbalallahu minna wa minkum, beliau menjawab: tidak
mengapa akan hal tersebut orang-orang syam meriwayatkan dari shahabat
nabi Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu. lihat kitab Al Mughni 3/294
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata: “Adapun memulai mengucapkan selamat pada hari ‘ied adalah
bukan merupakan sunnah yang diperintahkan dan juga bukan sesuatu yang
dilarang, maka barangsiapa yang melakukannya ia mempunyai pekerjaan yang
dijadikan sebagai tauladan dan kalau ada yang meninggalkan ia juga
mempunyai orang yang dijadikan sebagai teladan. wallahu a’lam”. lihat
kitab Majmu’ Al Fatawa 24/253
sebuah perkataan indah dari Abdullah bin Mas’ud (seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) radhiyallahu ‘anhu:
عن ابن مسعود – رضي الله عنه – قال : «مَن كانَ مُسْتَنًّا ، فَلْيَسْتَنَّ بمن قد ماتَ ، فإنَّ الحيَّ لا تُؤمَنُ عليه الفِتْنَةُ ، أولئك أصحابُ محمد – صلى الله عليه وسلم – ، كانوا أفضلَ هذه الأمة : أبرَّها قلوبًا ، وأعمقَها علمًا ، وأقلَّها تكلُّفًا ، اختارهم الله لصحبة نبيِّه ، ولإقامة دِينه ، فاعرِفوا لهم فضلَهم ، واتبعُوهم على أثرهم ، وتمسَّكوا بما استَطَعْتُم من أخلاقِهم وسيَرِهم ، فإنهم كانوا على الهُدَى المستقيم».
Artinya: ” Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Barangsiapa
yang bersuri tauladan maka hendaklah bersuri tauladan dengan orang yang
sudah meninggal, karena sesungguhnya orang yang masih hidup tidak aman
dari tertimpa fitnah atasnya, merekalah para shahabat Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka adalah orang-orang yang termulia
dari umat ini, yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya dan paling
sedikit untuk berbuat yang mengada-ngada, Allah telah memilih mereka
untuk bershahabat dengan nabiNya, untuk menegakkan agamaNya, maka
ketauhilah keutamaan mereka yang mereka mililki, ikutilah jalan-jalan
mereka, dan berpegang teguhlah semampu kalian akan budipekertibudi
pekerti mereka dan sepak terjang mereka, karena sesungguhnya mereka
diatas petunjuk yang lurus”.diriwayatkan dengan sanadnya oleh
Ibnu Abdil Barr di dalam Kitab Jami’ bayan Al ‘Ilmi wa Ahlih (2/97) dan
disebutkan oleh Ibnu Atsir di dalam Jami’ Al Ushul Fi Ahadits Ar Rasul
(1/292).
Dengan nama-nama Allah Yang Husna dan
sifat-sifat-Nya yang ‘Ulya, semoga Allah Azza wa Jalla memberikan
taufik-Nya kepada kita dan seluruh kaum muslim, untuk benar-benar
berpuasa karena keimanan dan mengharapkan pahala dari-Nya.
Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta. Shalawat & salam kepada nabi & rasul yang paling mulia, Muhammad bin ‘Abdillah, serta kepada keluarga & para sahabatnya. Amma ba’du, Tulisan ini ditujukan utk semua muslim yang akan bertemu dgn bulan Ramadhan dlm keadaan sehat wal afiat, agar dapat memanfaatkan bulan tersebut dlm ketaatan pada Allah Ta’ala. Semoga melalui tulisan ini dapat menjadi sarana utk membangkitkan semangat di dlm jiwa seorang mu’min dlm beribadah kepada Allah di bulan yg mulia ini.
Maka penulis memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufik & jalan yang lurus serta menjadikan amal ini ikhlas hanya karena mengharap WajahNya Yang Mulia semata. Dan semoga Allah mencurahkan shalawat atas junjungan kita, Muhammad, & kepada keluarganya serta seluruh sahabatnya.
Bagaimanakah Seharusnya Kita Menyambut Ramadhan?
Pertanyaan: Apa saja cara-cara yang benar utk menyambut bulan yang mulia ini?
Seorang muslim seharusnya tak lalai terhadap momen-momen utk beribadah, bahkan seharusnya ia termasuk orang yang berlomba-lomba & bersaing (untuk mendapatkan kebaikan) didalamnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ )المطففين : 26)
“Dan utk yang demikian itu hendaknya orang berloma-lomba.” (QS. Al-Muthaffifiin:26)
Maka bersemangatlah wahai saudara-saudara muslim dlm menyambut Ramadhan dgn cara-cara yang benar sebagaimana berikut ini:
Berdo’a agar Allah mempertemukan dgn bulan Ramadhan dlm keadaan sehat & kuat, serta dlm keadaan bersemangat beribadah kepada Allah, seperti ibadah puasa, sholat & dzikir. Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa dia berkata, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab & Sya’ban serta pertemukanlah kami dgn Ramadhan.” (HR. Ahmad & Ath-Thabrani)
Demikian juga generasi terbaik terdahulu (as-salaf ash-shalih) berdoa agar Allah menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan & menerima amal-amal mereka.
Maka apabila telah tampak hilal bulan Ramadhan, berdoalah pada Allah:
الله أكبر اللهم أهله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام , والتوفيق لما تحب وترضى ربي وربك الله
“Allah Maha Besar, ya Allah terbitkanlah bulan sabit itu utk kami dgn aman & dlm keimanan, dgn penuh keselamatan & dlm keislaman, dgn taufik agar kami melakukan yang disukai & diridhai oleh Rabbku & Rabbmu, yaitu Allah.” (HR. At-Tirmidzi & Ad-Darimi, dishahihkan oleh Ibnu Hayyan)
Bersyukur pada Allah & memuji-Nya atas dipertemukannya dgn bulan Ramadhan.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dlm kitabnya Al-Adzkaar,
“Ketahuilah, dianjurkan bagi siapa saja yang mendapatkan suatu nikmat atau dihindarkan dari kemurkaan Allah, utk bersujud syukur kepada Allah Ta’ala, atau memuji Allah (sesuai dgn apa yg telah diberikan-Nya).”
Dan sesungguhnya di antara nikmat yang paling besar dari Allah atas seorang hamba adalah taufiq utk melaksanakan ketaatan. Selain dipertemukan dgn bulan Ramadhan, nikmat agung lainnya adalah berupa kesehatan yang baik. Maka ini pun menuntut utk bersyukur & memuji Allah Sang Pemberi Nikmat lagi Pemberi Keutamaan dgn nikmat tersebut. Segala puji bagi Allah dgn pujian yang banyak & pantas bagi keagungan Wajah-Nya & keagungan kekuasaan-Nya.
Bergembira dan berbahagia dgn datangnya bulan Ramadhan.Telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau dahulu memberi berita gembira pada para sahabatnya dgn kedatangan Ramadhan. Beliau bersabda,
جاءكم شهر رمضان, شهر رمضان شهر مبارك كتب الله عليكم صيامه فيه تفتح أبواب الجنان وتغلق فيه أبواب الجحيم… الحديث
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian utk berpuasa didalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad)
Dan sungguh demikian pula as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat & tabi’in, mereka sangat perhatian dgn bulan Ramadhan & bergembira dgn kedatangannya. Maka kebahagiaan manakah yang lebih agung dibandingkan dgn berita dekatnya bulan Ramadhan, moment utk melakukan kebaikan serta diturunkannya rahmat?
Bertekad serta membuat program agar memperoleh kebaikan yang banyak di bulan Ramadhan. Kebanyakan dari manusia, bahkan dari kalangan yang berkomitmen utk agama ini (beragama Islam), membuat program yang sangat serius utk urusan dunia mereka, akan tetapi sangat sedikit dari mereka yang membuat program sedemikian bagusnya utk urusan akhirat. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap tugas seorang mu’min dlm hidup ini, & lupa atau bahkan melupakan bahwa seorang muslim memiliki kesempatan yang banyak utk dekat dgn Allah utk mendidik jiwanya sehingga ia bisa lebih kokoh dlm ibadah.
Di antara program akhirat adalah program menyibukkan diri di bulan Ramadhan dgn ketaatan & ibadah. Seharusnya seorang muslim membuat rencana-rencana amal yang akan dikerjakan pada siang & malam Ramadhan. Dan tulisan yang anda baca ini, membantu anda utk meraih pahala Ramadhan melalui ketaatan pada-Nya, dgn ijin Allah Ta’ala.
Bertekad dgn sungguh-sungguh utk memperoleh pahala di bulan Ramadhan serta menyusun waktunya (membuat jadwal) utk beramal shalih.
Barangsiapa yang menepati janjinya pada Allah maka Allah pun akan menepati janji-Nya serta menolongnya utk taat & memudahkan baginya jalan kebaikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ )محمد : 21(
“Maka seandainya mereka benar-benar beriman pada Allah, maka sungguh itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad:21)
Berbekal ilmu & pemahaman terhadap hukum-hukum di bulan Ramadhan. Wajib atas seorang yang beriman utk beribadah kepada Allah dilandasi dgn ilmu, & tak ada alasan utk tak mengetahui kewajiban-kewajiban yang diwajibkan Allah atas hamba-hamba-Nya. Di antara kewajiban itu adalah puasa di bulan Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi seorang muslim belajar utk mengetahui perkara-perkara puasa serta hukum-hukumnya sebelum ia melaksanakannya (sebelum datang bulan Ramadhan), agar puasanya sah & diterima Allah Ta’ala.
فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ) الأنبياء :7(
“Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’:7)
Wajib pula bertekad utk meninggalkan dosa-dosa & kejelekan, serta bertaubat dgn sungguh-sungguh dari seluruh dosa, berhenti melakukannya serta tak mengulanginya lagi.
bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Barangsiapa yang tak bertaubat di dalamnya, maka kapankah lagi ia akan bertaubat? Allah Ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ) النور : 31(
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Mempersiapkan jasmani & rohani dgn membaca & menelaah buku-buku serta tulisan-tulisan, serta mendengarkan ceramah-ceramah islamiyah yang menjelaskan tentang puasa & hukum-hukumnya, agar jiwa siap utk melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan.
Demikian pulalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan jiwa-jiwa para sahabat utk memanfaatkan bulan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat bersabda pada akhir bulan Sya’ban,
جاءكم شهر رمضان … إلخ الحديث
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan…(sampai akhir hadits).” (HR. Ahmad & An-Nasa’i).[1]
Mempersiapkan dgn baik utk berdakwah kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadhan, melalui:
Menghadiri pertemuan-pertemuan serta bimbingan-bimbingan & menyimaknya dgn baik agar dapat disampaikan di masjid di daerah tempat tinggal.
Menyebarkan buku-buku kecil, tulisan-tulisan serta nasehat-nasehat tentang hukum yang berkaitan dgn Ramadhan kepada orang-orang yang shalat serta masyarakat sekitar.
Menyiapkan “hadiah Ramadhan” sesuai dgn kemampuan yang dimiliki. Hadiah tersebut dapat berupa paket yang didalamnya terdapat kaset-kaset & buku kecil, yang kemudian pada paket tersebut dituliskan “hadiah Ramadhan”. Memuliakan fakir & miskin dgn memberi sedekah serta zakat utk mereka.
Menyambut Ramadhan dgn membuka lembaran putih yang baru, yang akan diisi dengan:
Taubat sebenar-benarnya kepada Allah Ta’ala.
Ta’at pada perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meninggalkan apa yang dilarangnya.
Berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, saudara, istri atau suami serta anak-anak.
Berbuat baik kepada masyarakat sekitar agar menjadi hamba yang shalih serta bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أفضل الناس أنفعهم للناس
“Seutama-utama manuia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”[2]
Demikianlah seharusnya seorang muslim menyambut Ramadhan, seperti tanah kering yang menyambut hujan, seperti si sakit yang membutuhkan dokter utk mengobatinya & seperti seseorang yang menanti kekasihnya.
“Ya Allah pertemukanlah kami dgn bulan Ramadhan & terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Khalid bin ‘Abdirrahman ad-Durwaisy
Sumber: saaid.net/mktarat/ramadan/22.htm
[1] Hal ini disebutkan dlm Lathoif Al Ma’arif (kitab karya Ibnu Rajab Al-Hambali-ed).
[2] Dalam lafadz lain disebutkan,
أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (Hadits shahih Al-Hadits Ash-Shahihah No.906 -red)
Ada sebuah hadits yang cukup populer di sebagian masyarakat kita yang berbunyi :
Sejak bulan Sya'ban, Rasulullah menganjurkan ummatnya agar mempersiapkan diri menyambut kedatangan 'tamu mulia' bernama Ramadhan dengan memperbanyak ibadah, terutama ibadah shaum sunah. Hal ini sebagai persiapan mental sekaligus fisik untuk menghadapi bulan yang disucikan itu.
Saat-saat menanti Ramadhan, para sahabat tak bedanya seperti calon pengantin yang merindukan hari-hari pernikahannya. Tiada seorangpun di antara kaum Muslimin yang bersedih hati ketika menghadapi Ramadhan. Sebaliknya mereka bersuka cita dan bergembira, menyambutnya dengan penuh antusias dan semangat membara.
Merupakan tradisi di masa Rasulullah, pada saat akhir bulan Sya'ban para sahabat berkumpul di masjid untuk mendengar khutbah penyambutan Ramadhan. Saat itu dimanfaatkan oleh kaum Muslimin untuk saling meminta maaf di antara mereka. Seorang sahabat kepada sahabatnya, seorang anak kepada orang tuanya, seorang adik kepada kakaknya, dan seterusnya. Mereka ingin memasuki bulan Ramadhan dengan tanpa beban dosa. Mereka ingin berada dalam suasana Ramadhan yang disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.
Kebiasaan Rasulullah dan para sahabatnya ini, perlu dihidupkan lagi tanpa harus mengubah tradisi yang sudah ada dan eksis sampai saat ini. Biarlah Hari Raya Idul Fitri tetap dalam tradisinya, tapi pada akhir bulan Sya'ban perlu ditradisikan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan Nabi, yaitu dengan memperbanyak silaturrahim, saling meminta maaf, dan bertahniah, selain menyambutnya dengan ceramah yang dikhususkan untuk itu. Tahniah, saling mengucapkan 'selamat' adalah kebiasaan baik yang ditadisikan Rasulullah.
Dianjurkan kepada kaum Muslimin untuk mengunjungi kaum kerabat, terutama orang tua untuk mengucapkan tahniah, memohon maaf, dan meminta nasihat menjelang Ramadhan. Jika jaraknya jauh, bisa ditempuh melalui telepon, surat pos, atau dengan cara-cara lain yang memungkinkan pesan itu sampai ke tujuan. Adalah baik jika kebiasaan itu dikemas secara kreatif, misalnya dengan mengirimkan kartu Ramadhan.
Adapun tentang ceramah yang diselenggarakan khusus untuk menyambut Ramadhan, Rasulullah telah memberikan contohnya. Pada saat itu sangat tepat jika disampaikan tentang segala hal yang berkait langsung dengan Ramadhan. Mulai dari janji-janji Allah terhadap mereka yang bersungguh-sungguh menjalani ibadah Ramadhan, amalan-amalan yang harus dan sunnah dikerjakan selama Ramadhan, sampai tentang tata cara menjalankan seluruh rangkaian ibadah tersebut.
Salah satu penggalan khutbah Rasulullah menyambut Ramadhan yang menggetarkan itu adalah, "Wahai ummatku, akan datang kepadamu bulan yang mulia, bulan penuh berkah, yang pada malam itu ada malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Itulah malam di mana Tuhan memberi perintah bahwa kewajiban puasa harus dilakukan di siang hari dan Dia menciptakan shalat khusus (tarawih) di malam hari...."
Allahumma amin. wallahu a’lam
Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta. Shalawat & salam kepada nabi & rasul yang paling mulia, Muhammad bin ‘Abdillah, serta kepada keluarga & para sahabatnya. Amma ba’du, Tulisan ini ditujukan utk semua muslim yang akan bertemu dgn bulan Ramadhan dlm keadaan sehat wal afiat, agar dapat memanfaatkan bulan tersebut dlm ketaatan pada Allah Ta’ala. Semoga melalui tulisan ini dapat menjadi sarana utk membangkitkan semangat di dlm jiwa seorang mu’min dlm beribadah kepada Allah di bulan yg mulia ini.
Maka penulis memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan taufik & jalan yang lurus serta menjadikan amal ini ikhlas hanya karena mengharap WajahNya Yang Mulia semata. Dan semoga Allah mencurahkan shalawat atas junjungan kita, Muhammad, & kepada keluarganya serta seluruh sahabatnya.
Bagaimanakah Seharusnya Kita Menyambut Ramadhan?
Pertanyaan: Apa saja cara-cara yang benar utk menyambut bulan yang mulia ini?
Seorang muslim seharusnya tak lalai terhadap momen-momen utk beribadah, bahkan seharusnya ia termasuk orang yang berlomba-lomba & bersaing (untuk mendapatkan kebaikan) didalamnya.
Allah Ta’ala berfirman,
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ )المطففين : 26)
“Dan utk yang demikian itu hendaknya orang berloma-lomba.” (QS. Al-Muthaffifiin:26)
Maka bersemangatlah wahai saudara-saudara muslim dlm menyambut Ramadhan dgn cara-cara yang benar sebagaimana berikut ini:
Berdo’a agar Allah mempertemukan dgn bulan Ramadhan dlm keadaan sehat & kuat, serta dlm keadaan bersemangat beribadah kepada Allah, seperti ibadah puasa, sholat & dzikir. Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa dia berkata, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab & Sya’ban serta pertemukanlah kami dgn Ramadhan.” (HR. Ahmad & Ath-Thabrani)
Demikian juga generasi terbaik terdahulu (as-salaf ash-shalih) berdoa agar Allah menyampaikan mereka pada bulan Ramadhan & menerima amal-amal mereka.
Maka apabila telah tampak hilal bulan Ramadhan, berdoalah pada Allah:
الله أكبر اللهم أهله علينا بالأمن والإيمان والسلامة والإسلام , والتوفيق لما تحب وترضى ربي وربك الله
“Allah Maha Besar, ya Allah terbitkanlah bulan sabit itu utk kami dgn aman & dlm keimanan, dgn penuh keselamatan & dlm keislaman, dgn taufik agar kami melakukan yang disukai & diridhai oleh Rabbku & Rabbmu, yaitu Allah.” (HR. At-Tirmidzi & Ad-Darimi, dishahihkan oleh Ibnu Hayyan)
Bersyukur pada Allah & memuji-Nya atas dipertemukannya dgn bulan Ramadhan.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata dlm kitabnya Al-Adzkaar,
“Ketahuilah, dianjurkan bagi siapa saja yang mendapatkan suatu nikmat atau dihindarkan dari kemurkaan Allah, utk bersujud syukur kepada Allah Ta’ala, atau memuji Allah (sesuai dgn apa yg telah diberikan-Nya).”
Dan sesungguhnya di antara nikmat yang paling besar dari Allah atas seorang hamba adalah taufiq utk melaksanakan ketaatan. Selain dipertemukan dgn bulan Ramadhan, nikmat agung lainnya adalah berupa kesehatan yang baik. Maka ini pun menuntut utk bersyukur & memuji Allah Sang Pemberi Nikmat lagi Pemberi Keutamaan dgn nikmat tersebut. Segala puji bagi Allah dgn pujian yang banyak & pantas bagi keagungan Wajah-Nya & keagungan kekuasaan-Nya.
Bergembira dan berbahagia dgn datangnya bulan Ramadhan.Telah ada contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau dahulu memberi berita gembira pada para sahabatnya dgn kedatangan Ramadhan. Beliau bersabda,
جاءكم شهر رمضان, شهر رمضان شهر مبارك كتب الله عليكم صيامه فيه تفتح أبواب الجنان وتغلق فيه أبواب الجحيم… الحديث
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian utk berpuasa didalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad)
Dan sungguh demikian pula as-salaf ash-shalih dari kalangan sahabat & tabi’in, mereka sangat perhatian dgn bulan Ramadhan & bergembira dgn kedatangannya. Maka kebahagiaan manakah yang lebih agung dibandingkan dgn berita dekatnya bulan Ramadhan, moment utk melakukan kebaikan serta diturunkannya rahmat?
Bertekad serta membuat program agar memperoleh kebaikan yang banyak di bulan Ramadhan. Kebanyakan dari manusia, bahkan dari kalangan yang berkomitmen utk agama ini (beragama Islam), membuat program yang sangat serius utk urusan dunia mereka, akan tetapi sangat sedikit dari mereka yang membuat program sedemikian bagusnya utk urusan akhirat. Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran terhadap tugas seorang mu’min dlm hidup ini, & lupa atau bahkan melupakan bahwa seorang muslim memiliki kesempatan yang banyak utk dekat dgn Allah utk mendidik jiwanya sehingga ia bisa lebih kokoh dlm ibadah.
Di antara program akhirat adalah program menyibukkan diri di bulan Ramadhan dgn ketaatan & ibadah. Seharusnya seorang muslim membuat rencana-rencana amal yang akan dikerjakan pada siang & malam Ramadhan. Dan tulisan yang anda baca ini, membantu anda utk meraih pahala Ramadhan melalui ketaatan pada-Nya, dgn ijin Allah Ta’ala.
Bertekad dgn sungguh-sungguh utk memperoleh pahala di bulan Ramadhan serta menyusun waktunya (membuat jadwal) utk beramal shalih.
Barangsiapa yang menepati janjinya pada Allah maka Allah pun akan menepati janji-Nya serta menolongnya utk taat & memudahkan baginya jalan kebaikan. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْراً لَهُمْ )محمد : 21(
“Maka seandainya mereka benar-benar beriman pada Allah, maka sungguh itu lebih baik bagi mereka.” (QS. Muhammad:21)
Berbekal ilmu & pemahaman terhadap hukum-hukum di bulan Ramadhan. Wajib atas seorang yang beriman utk beribadah kepada Allah dilandasi dgn ilmu, & tak ada alasan utk tak mengetahui kewajiban-kewajiban yang diwajibkan Allah atas hamba-hamba-Nya. Di antara kewajiban itu adalah puasa di bulan Ramadhan. Sudah sepantasnya bagi seorang muslim belajar utk mengetahui perkara-perkara puasa serta hukum-hukumnya sebelum ia melaksanakannya (sebelum datang bulan Ramadhan), agar puasanya sah & diterima Allah Ta’ala.
فَاسْأَلوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ) الأنبياء :7(
“Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tak mengetahui.” (QS. Al-Anbiya’:7)
Wajib pula bertekad utk meninggalkan dosa-dosa & kejelekan, serta bertaubat dgn sungguh-sungguh dari seluruh dosa, berhenti melakukannya serta tak mengulanginya lagi.
bulan Ramadhan adalah bulan taubat. Barangsiapa yang tak bertaubat di dalamnya, maka kapankah lagi ia akan bertaubat? Allah Ta’ala berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ) النور : 31(
“Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Mempersiapkan jasmani & rohani dgn membaca & menelaah buku-buku serta tulisan-tulisan, serta mendengarkan ceramah-ceramah islamiyah yang menjelaskan tentang puasa & hukum-hukumnya, agar jiwa siap utk melaksanakan ketaatan di bulan Ramadhan.
Demikian pulalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersiapkan jiwa-jiwa para sahabat utk memanfaatkan bulan ini. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sempat bersabda pada akhir bulan Sya’ban,
جاءكم شهر رمضان … إلخ الحديث
“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan…(sampai akhir hadits).” (HR. Ahmad & An-Nasa’i).[1]
Mempersiapkan dgn baik utk berdakwah kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadhan, melalui:
Menghadiri pertemuan-pertemuan serta bimbingan-bimbingan & menyimaknya dgn baik agar dapat disampaikan di masjid di daerah tempat tinggal.
Menyebarkan buku-buku kecil, tulisan-tulisan serta nasehat-nasehat tentang hukum yang berkaitan dgn Ramadhan kepada orang-orang yang shalat serta masyarakat sekitar.
Menyiapkan “hadiah Ramadhan” sesuai dgn kemampuan yang dimiliki. Hadiah tersebut dapat berupa paket yang didalamnya terdapat kaset-kaset & buku kecil, yang kemudian pada paket tersebut dituliskan “hadiah Ramadhan”. Memuliakan fakir & miskin dgn memberi sedekah serta zakat utk mereka.
Menyambut Ramadhan dgn membuka lembaran putih yang baru, yang akan diisi dengan:
Taubat sebenar-benarnya kepada Allah Ta’ala.
Ta’at pada perintah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam serta meninggalkan apa yang dilarangnya.
Berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, saudara, istri atau suami serta anak-anak.
Berbuat baik kepada masyarakat sekitar agar menjadi hamba yang shalih serta bermanfaat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أفضل الناس أنفعهم للناس
“Seutama-utama manuia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”[2]
Demikianlah seharusnya seorang muslim menyambut Ramadhan, seperti tanah kering yang menyambut hujan, seperti si sakit yang membutuhkan dokter utk mengobatinya & seperti seseorang yang menanti kekasihnya.
“Ya Allah pertemukanlah kami dgn bulan Ramadhan & terimalah amalan kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Khalid bin ‘Abdirrahman ad-Durwaisy
Sumber: saaid.net/mktarat/ramadan/22.htm
[1] Hal ini disebutkan dlm Lathoif Al Ma’arif (kitab karya Ibnu Rajab Al-Hambali-ed).
[2] Dalam lafadz lain disebutkan,
أحب الناس إلى الله أنفعهم للناس
“Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (Hadits shahih Al-Hadits Ash-Shahihah No.906 -red)
Ada sebuah hadits yang cukup populer di sebagian masyarakat kita yang berbunyi :
مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ
حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ
“Barangsiapa
bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan jasadnya
dari neraka”
(Catatan : Hadits ini disebutkan oleh Al Khubawi (penulis kitab
Durratun Nashihin) dalam kitabnya tanpa menyebutkan sanad dan sumbernya.
Sebagian ulama menghukumi hadits tersebut sebagai hadits maudlu’).
Sebentar lagi bulan Ramadhan akan tiba. Secara
garis besar, ada dua golongan utama manusia dalam menyongsong bulan Ramadhan,
tergantung pada derajat keimanannya. Golongan yang pertama adalah yang merasa
gembira dan bersukacita dengan kedatangan bulan mulia ini, bahkan jauh-jauh
hari menanti dan merindukannya. Golongan ini bahagia dengan kedatangan bulan
Ramadhan karena hal-hal yang bersifat ukhrawi, seperti kenikmatan
berpuasa dan melaksanakan amal ibadah, dilipangandakannya pahala kebaikan,
dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka, syaitan dibelenggu,
serta hadirnya lailatul qadar. Inilah golongan orang-orang yang beriman,
yang yakin akan keutamaan bulan Ramadhan, dan yakin dengan janji Allah SWT.
Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan selalu
diikuti dan dilakukan oleh para sahabat dan salafus shaleh, sebagaimana telah diriwayatkan
dari Anas bin Malik RA bahwa dia berkata, adalah Nabi SAW apabila memasuki
bulan Rajab, beliau berdoa,
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
“Ya Allah berkahilah kami di
bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR.
Ahmad dan Ath-Thabrani)
Golongan yang kedua adalah yang merasa berat,
merasa risau dan resah dengan datangnya bulan puasa. Puasa dianggap sebagai
beban yang menyebabkan berkurangnya waktu untuk mencari dunia, melemahnya tenaga untuk bekerja, menurunnya omset
bisnis, bertambahnya pengeluaran rumah tangga, naiknya harga-harga, dan lain
sebagainya.
Golongan ini, walaupun berpuasa namun terpaksa,
karena malu dengan lingkungannya. Puasanya hanya sebatas menahan lapar dan
dahaga, serta jauh dari keikhlashan. Puasa seperti itu adalah sia-sia, karena
tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya.
Rasulullah SAW bersabda :
“Banyak dari orang berpuasa, tidak mendapatkan
apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar dan dahaga”.
Rasulullah SAW bersabda :
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ ِصيَامِهِ إِلاَّ الْجُوْعُ وَالْعَطْشُ .
Mari kita tanyakan pada diri sendiri, termasuk
golongan yang manakah kita? Jawaban yang jujur dari pertanyaan ini mencerminkan
bagaimana derajat keimanan kita.
Sejak bulan Sya'ban, Rasulullah menganjurkan ummatnya agar mempersiapkan diri menyambut kedatangan 'tamu mulia' bernama Ramadhan dengan memperbanyak ibadah, terutama ibadah shaum sunah. Hal ini sebagai persiapan mental sekaligus fisik untuk menghadapi bulan yang disucikan itu.
Saat-saat menanti Ramadhan, para sahabat tak bedanya seperti calon pengantin yang merindukan hari-hari pernikahannya. Tiada seorangpun di antara kaum Muslimin yang bersedih hati ketika menghadapi Ramadhan. Sebaliknya mereka bersuka cita dan bergembira, menyambutnya dengan penuh antusias dan semangat membara.
Merupakan tradisi di masa Rasulullah, pada saat akhir bulan Sya'ban para sahabat berkumpul di masjid untuk mendengar khutbah penyambutan Ramadhan. Saat itu dimanfaatkan oleh kaum Muslimin untuk saling meminta maaf di antara mereka. Seorang sahabat kepada sahabatnya, seorang anak kepada orang tuanya, seorang adik kepada kakaknya, dan seterusnya. Mereka ingin memasuki bulan Ramadhan dengan tanpa beban dosa. Mereka ingin berada dalam suasana Ramadhan yang disucikan itu dalam keadaan suci dan bersih.
Kebiasaan Rasulullah dan para sahabatnya ini, perlu dihidupkan lagi tanpa harus mengubah tradisi yang sudah ada dan eksis sampai saat ini. Biarlah Hari Raya Idul Fitri tetap dalam tradisinya, tapi pada akhir bulan Sya'ban perlu ditradisikan hal-hal yang sudah menjadi kebiasaan Nabi, yaitu dengan memperbanyak silaturrahim, saling meminta maaf, dan bertahniah, selain menyambutnya dengan ceramah yang dikhususkan untuk itu. Tahniah, saling mengucapkan 'selamat' adalah kebiasaan baik yang ditadisikan Rasulullah.
Dianjurkan kepada kaum Muslimin untuk mengunjungi kaum kerabat, terutama orang tua untuk mengucapkan tahniah, memohon maaf, dan meminta nasihat menjelang Ramadhan. Jika jaraknya jauh, bisa ditempuh melalui telepon, surat pos, atau dengan cara-cara lain yang memungkinkan pesan itu sampai ke tujuan. Adalah baik jika kebiasaan itu dikemas secara kreatif, misalnya dengan mengirimkan kartu Ramadhan.
Adapun tentang ceramah yang diselenggarakan khusus untuk menyambut Ramadhan, Rasulullah telah memberikan contohnya. Pada saat itu sangat tepat jika disampaikan tentang segala hal yang berkait langsung dengan Ramadhan. Mulai dari janji-janji Allah terhadap mereka yang bersungguh-sungguh menjalani ibadah Ramadhan, amalan-amalan yang harus dan sunnah dikerjakan selama Ramadhan, sampai tentang tata cara menjalankan seluruh rangkaian ibadah tersebut.
Salah satu penggalan khutbah Rasulullah menyambut Ramadhan yang menggetarkan itu adalah, "Wahai ummatku, akan datang kepadamu bulan yang mulia, bulan penuh berkah, yang pada malam itu ada malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Itulah malam di mana Tuhan memberi perintah bahwa kewajiban puasa harus dilakukan di siang hari dan Dia menciptakan shalat khusus (tarawih) di malam hari...."
Allahumma amin. wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar