Kayu ini
mengeluh kepada paku, wahai paku teganya kamu ini menyakiti dan
melubangi aku. Tapi kata paku, wahai kayu sesungguhnya jika engkau tau
apa yang terjadi pada diriku, kepalaku dipukul pakai pukul besi yang
besar, kamu pasti tidak akan mengatakan itu terhadap diriku. Jadi si
kayu ngeluh, kamu kok melubangi aku sih? Tapi kata si paku, jika kamu
tahu apa yang terjadi pada diri saya, kamu niscaya tidak akan marah
terhadap diri saya, kamu akan berterima kasih sebab saya lebih rekoso
(menderita) dibanding diri kamu.
Ini kunci buat hidup, manusia itu wang sinawang (memandang orang lain lebih baik).
Kadang kita mungkin melihat orang lain kelihatannya enak, tapi belum
tentu yang kamu lihat enak itu kadang juga “dipukuli” seperti paku itu
tadi. Oleh karena itu mari kita manusia jangan saling suudzon, jangan
saling sangka jelek. Terima apa yang kita dapatkan, tidak usah mikir
punya orang lain. Apapun yang kita senangi, apapun yang kita dapatkan
dari Allah itu kita terima dan kita syukuri. Tidak usah mikir yang
lainnya. Kalau mikir yang lainnya, urusannya malah jadi mumet.
Kalau tadi paku mengatakan, biarkan
saja, mau ku sakiti atau tidak ku sakiti, terserah sih, akhirnya malah
jadi berantem. Tapi setelah paku menyampaikan kepada kayu tadi, kamu itu
tidak mengerti yu kayu, saya ini lebih rekoso (menderita) dibanding
dirimu, kamu kan hanya lubang saja, tapi aku pakai dipukul juga, sakit
tubuhku.
Jadi mari kita jadikan penderitaan
sesama kita adalah penderitaan kita. Kegembiraan sesama kita adalah
kegembiraan kita. Mari kita hidup saling berdampingan. Jangan saling
suudzon. Mari kita saling membantu dan kita yakin bahwa orang lain lebih
baik daripada diri kita. Keadaan orang lain lebih baik daripada keadaan
diri kita. Kalau kita meyakini seperti itu, InsyaAllah hidup kita akan
damai, tenang dan bahagia.
Tidak dikatakan sesuatu yang menakutkan
kalau ada kapal berada diatas air. Itu tidak megkhawatirkan. Tetapi yang
mengkhawatirkan kalau ada air di dalam kapal. Dikatakan juga di sini,
wujudnya orang-orang mukmin di dunia ini bukan suatu permasalahan,
wujudnya mukmin di dunia ini nikmat, wujudnya mukmin di dunia ini
rahmat, wujudnya mukmin di dunia ini adalah kebaikan. Tetapi yang
mengkhawatirkan adalah kalau dunia ada di dalam hati seorang mukmin.
Jadi kalau mukmin berada di dunia itu tidak mengkhawatirkan, aman pasti
nikmat dunia. Tetapi kalau dunia ada di dalam hati seorang mukmin,
disitu hancurlah dunia. Jadi dia tidak pernah bersyukur hanya
ngomel-ngomel (mengeluh) terus gara-gara (sebab) urusan dunia. Jadi,
kalau kita menjalankan sesuatu itu pada tempatnya, InsyaAllah itu tidak
akan mengkhawatirkan. Tetapi jika kita menjalankan sesuatu tidak pada
tempatnya, akan timbul kekhawatiran dan kekhawatiran.
Cerita berikut, ada seorang sholeh itu
dia selalu mendahului ke masjid sebelum mendengar suara adzan. Waktu
ditanya, mengapa engkau pergi ke masjid sebelum adzan? Adzan itu adalah
untuk mengingatkan orang-orang yang lupa dan saya tidak ingin tergolong
menjadi manusia yang lupa. Jadi saya ini datang ke masjid bukan karena
panggilan adzan tetapi karena ingin ke masjid.
Kalau orang yang lupa-lupa itu, Hayya ‘alash sholah.., Hayya ‘alal falah..,
baru diingatkan dan baru berangkat ke masjid. Kalau saya tanpa diundang
sudah berangkat ke masjid duluan, karena saya tidak ingin menjadi
orang-orang yang lupa. Lha kita? tidak di masjid tidak di mana-mana
malah tidak sholat. naudzubillahi min dzalik..
Di sini menunjukkan cerita ini bahwa
panggilan yang paling berat adalah panggilan yang nanti saat Allah
mencabut nyawa kita. Sebelum kita dipanggil oleh Allah, siapkan diri
kita untuk menghadap kepada Allah SWT. Jadi manusia itu sebelum
dipanggil oleh Allah harus siap, jangan nanti minta diundur sedikit saja
saya pengen sholat, shodaqoh.. wes telat (sudah terlambat).
Makanya siapkan diri sebelum datang
kematian. Sebelum datang adzan anda sudah masuk ke dalam masjid. Sebelum
datang kematian, anda sudah siap menghadapi kematian tersebut.
Adapun hikmah yang bisa dipetik dari pesan cerita diatas, adalah:
- Jangan suudzon sama orang (cerita paku dan kayu). Oleh karena itu tidak perlu menyalahkan sana-sini. Salahkan diri sendiri.
- Kita ini jangan menjadi mukmin yang di dalam hatinya penuh dengan kecintaan dunia. Taruhlah dunia itu di tangan saja, tidak usah ditaruh di dalam kantong. Sayyidina Ali bin Abi Tholib berkata: Dunia bagiku aku taruh di tangan, datang dan keluar itu enteng (mudah). Tapi kalau di kantong kadang harus merogoh-rogoh agak kesulitan. Kalau kita letakkan di bank juga boleh, dimana juga boleh yang penting jangan lupa zakat dan shodaqoh.
- Siapkan diri kita sebelum mendapat panggilan dari Allah SWT untuk menghadapNya. InsyaAllah kalau kita siap begitu, kita akan aman di dalam kehidupan ini. Kalau tidak, kita akan kacau di dalam kehidupan sehari-hari kita.
Dikatakan pula, resep terakhir. Ini
resep tolong dipakai karena jaman sekarang jaman fitnah, jaman sihir,
dan macam-macam. Jangan sampai kita lepas daripada air wudhu.
Semua jamaah kita saya harap, kalau
batal wudhu, wudhu lagi, batal wudhu lagi, seperti itu terus jangan
sampai kita lepas dari wudhu. Karena kalau kita selalu dalam keadaan
wudhu, berarti kita selalu terjaga dari mata pandangan manusia yang iri,
terjaga dari sihir, dsb. Orang yang dalam keadaan wudhum maka dia
berada di dalam bentengnya Allah, dijaga oleh Allah.
Mari semuanya, perbanyak atau didawamkan
(dibiasakan/ dijaga) dalam posisi wudhu. Diantara dalam posisi wudhu,
kulo (Habib Syekh) nyuwun (saya mohon) putra putri jangan bersenggolan,
salaman itu batal wudhu bagi yang bukan mahramnya. Jadi supaya kita bisa
menahan agar menjaga air wudhu. InsyaAllah kalau kita menjaga air
wudhu, kita akan dijaga oleh Allah SWT dari penyakit apapun, dari sihir,
InsyaAllah akan aman kalau kita selalu mendawamkan (membiasakan/
menjaga) wudhu.
Dikatakan, Bilal termasuk manusia yang
masuk ke dalam surga dan terompahnya Bilal ini sudah masuk ke dalam
surga mendahului Bilal. Waktu Isra Mi’raj Rasulullah, ditanya oleh
Rasulullah didepan para sahabat, wahai Bilal apa yang membuat terompahmu
mendahuluimu masuk ke dalam surga? Berarti itu menunjukkan bahwa Bilal
pasti masuk surga. Kata Bilal: Ya Rasulullah aku selalu
mendawamkan (membiasakan/ menjaga) wudhu dan sholat sunnah wudhu.
Kita kalau sholat sunnahnya kesulitan, ya wudhunya. InsyaAllah bisa ketemu Bilal di surga karena menjaga wudhu. Aamiin
Dan ini perisai bagi kita, tameng bagi
kita. Kalau ada orang yang iri, dengki, hasud, mau nyihir, tertolak
karena amal ibadah wudhu itu tadi.
Bismillah InsyaAllah ini sebagai amalan
yang kita amalkan untuk sehari-hari, untuk keselamatan kita, keselamatan
keluarga kita, dan keselamatan daripada fitnah, musibah, dan bencana.
InsyaAllah kalau kita dalam keadaan wudhu, kita selalu terjaga karena
kita tahu kita dalam keadaan dilindungi Allah SWT.
Dan kalau bisa sholat ‘Isya berjamaah,
sholat Shubuh berjamaah. Barangsiapa yang berjamaah sholat ‘Isya, akan
terjaga sampai pagi hari dan barangsiapa sholat Shubuh berjamaah akan
terjaga sampai malam hari. Jadi waktu itu ada seorang algojo, waktu mau
membunuh atau memenggal atau lainnya kepada orang yang kena hukuman,
ditanya dulu kamu tadi malam sholat ‘Isya berjamaah tidak? Kalau sholat
‘Isya jamaah sama dia tidak diganggu, karena tahu bahwa orang ini di
dalam lindungan Allah.
Sampai seperti itu orang dulu itu.
Karena orang-orang dulu itu percaya dengan hadist-hadist Rasulullah,
percaya dengan apa yang disampaikan Rasulullah. Beda dengan orang
sekarang, kalau kita mendengar hadist, dikatakan hadist itu dhoif sebab
tidak cocok dengan akalnya. Tapi kalau cocok dengan akalnya nanti
dikatakan hadist ini shahih.
Jadi mari kita sama-sama sholat
berjamaah, paling minim dengan suami/ istri. Sholat berjamaah ‘Isya dan
Shubuh supaya kita juga terjaga. Malam terjaga dan pagi pun juga
terjaga. Aamiin Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin….
Semoga kita bisa mengamalkan dawuh beliau.. aamiin
Oleh: Latifah Hanum, Keluarga Mahasiswa
Nahdlatul Ulama (KMNU) UGM Yogyakarta. Disampaikan oleh Habib Syekh bin
Abdul Qadir Assegaf saat acara Doa dan Sholawat dalam rangka Haul ke-10
H. M. Sholeh dan 100 Hari Ibu Sholeh pada Selasa 2 Desember 2014 di
Lapangan Parkir Monumen Diponegoro, Tegalrejo, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar