Imam Ali al Khowasy kepada muridnya Imam Abdul Wahhab al Sya’roni menjelaskan maksud sebuah hadits :
إن اللهَ يؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بالرَجُلِ الفَاجِرِ
sesungguhnya Allah menguatkan AGAMA ini melalui sosok yang fajir (berperilaku buruk)
Sesungguhnya banyak orang mengambil manfaat dari ilmu, Ajaran, fatwa orang-orang fajir hingga orang fajir itu nampak seperti ULAMA yang ahli mengamalkan. Namun kemudian Allah memasukkan orang fajir ini kedalam neraka karena tidak memiliki keikhlasan.
Orang fajir mengajarIlmu kepada ummat karena riya’, ingin terkenal, dia mengajarkan ILMU terkait dengan masalah agama, memberi kedalaman ilmu agama, mendorong mereka untuk beribadah dan dengan ini semua dia menguatkan agama dengan upayanya mencerdaskan masyarakat.
Riya atau sum-ah (ingin terkenal) saja menyebabkan fajir, bisa jadi seorang ulama tidak mengenali bahwa dia termasuk orang fajir yang diceritakan nabi ini. Melepaskan diri dari riya’ memang tidak mudah, karena Imam Abdullah Ibn Alwy Al Haddad RA berkata; Setan mempunyai jalan yang samar untuk masuk pada manusia, riya’ masuk kedalamnya seperti jalan darah, begitu tak terasa.
Suatu hari Yahya Ibn Muadz seorang Muballigh yang masyhur, murid dari Aby Yazid al Bustomy, ulama ahli Tasawuf yang terkenal itu, suatu hari pidato disebuah mimbar di luar Baghdad, setelah pidato dia bertanya kepada budaknya; “kenapa sewaktu ceramah di Baghdad, para Pemimpin dan pejabat ikut serta hadir, tapi bila aku ceramah diluar Baghdad aku tidak menemukannya seperti sambutan dan antusias hadiriin di Baghdad.” Budak itu kemudian berkata: ” Wahai tuanku, hal itu tersebab oleh riya’ dan “kebanggaan terkenal”
Sungguh menghindari riya’ dan sum’ah tidak mudah. apalagi kalo sudah terbiasa tiap menit mengecek fbnya untuk melihat berapa banyak yang komen di status dan catatann seperti saya ini….??
kalo begini pantaskah aku masuk surga? dan berani bilang saya bukan orang fajir?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar