Jumat, 05 September 2014

Modus pemilihan hadits terkait pemindahan makam nabi Muhammad SAW

Modus pemilihan hadits terkait pemindahan makam nabi Muhammad
Modus itu melakukan sesuatu dengan menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Ada dua hadits yang sama sama menjelaskan tentang keberadaan “Roudloh” dengan redaksi yang berbeda, namun tetap menunjukkan jarak dan tempat yang sama, tetapi karena modus, mereka lebih mengunggulkan yang lain.

Dua hadits itu adalah:

١. ما بين بيتي ومنبري روضة من رياض الجنة

“Antara rumahku dan mimbarku terdapat pertamanan dari taman Surga”

٢. ما بين قبري ومنبري روضة من رياض الجنة

“Antara Kuburanku dan mimbarku terdapat pertamanan dari taman Surga”

Modus jika ada yang lebih mengunggulkan hadits yang pertama dalam hal untuk dijadikan hujjah dengan alasan kesahihannya. Hadits ini muttafaq ‘alaih.
Tetapi hadits yang kedua itu dikeluarkan oleh banyak Imam Hadits, yaitu Imam Al Bazzar, Imam Ahmad, Imam Thobroni, Imam Malik, Imam Abu Nu’aim, dan Imam Ibnu Abi ‘Ashim.
Dan para Ahli juga tidak menemukan cacatnya hadits yang kedua.
Nah, walaupun pemindahan Kuburan Nabi itu sekedar wacana yang tidak resmi dari pemerintah Saudi, agaknya para pewacana itu berhenti untuk melakukan profokasinya kepada pemerintah, disamping alasan diatas, wacana tersebut terlalu tidak menghormati apa yang telah dihormati oleh mayoritas Ummat Islam.
Keduanya, akan sangat merugikan pemerintah dalam politisnya, sebab apapun langkah yang akan ditempuh oleh pemerintah, secara simbolis, pemerintah itu harus menghormati nilai nilai kebudayaan yang ditinggalkan oleh penguasa masa lalu, sebut saja Turki.
Konstruksi yang ditinggalkan oleh Dinasti Utsmani dengan berbagai ornamennya di masjid Nabawi, bagaimanapun adalah bukti peradaban masa itu.
Jangan sampai Ummat Islam akan semakin kehilangan bukti sejarahnya, agar Kaum Muslimin bisa belajar dari sana, bahwa Ummat Islam adalah Ummat yang dimasa lalu telah memiliki kebesarannya akhirnya tidak menciutkan nyalinya dalam menghadapi tantangan zaman.
Memang telah menjadi tabiat para penjajah untuk menghilangkan jejak sejarah bangsa yang dijajahnya, misalnya Belanda atas Indonesia.
Betapa Bangsa Indonesia banyak kehilangan jejak sejarahnya dan kemudian kehilangan jati dirinya setelah sejarah bangsanya dirombak sedemikian rupa dan bukti bukti tertulis itu telah diboyong oleh belanda ke negaranya.
Saya pernah mendapatkan cerita dari teman yang mengatakan bahwa bukti jika sunan Bonang punya banyak karya tulis itu bisa dibuktikan di museum Negri Belanda.
Sementara Bangsa Indonesia tidak pernah tahu itu semua, dan fenomena ini telah digunakan kesempatan oleh pihak pihak yang ingin membuktikan bahwa Sunan Bonang itu bukan seorang Alim yang pantas untuk menyebarkan Islam dengan bukti tidak adanya bukti karya tulisnya. Maka dari itu mereka mengatakan bahwa Islam yang disampaikan oleh Sunan Bonang atau Wali Songo pada umumnya masih harus disempurnakan menurut versinya.
Kiranya saya akan sangat berterima kasih jika ada aktifis dakwah yang bersedia mengalih bahasakan tulisan saya diatas ke berbagai bahasa, agar apa yang kita khawatirkan tidak benar benar terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar