Kamis, 05 Maret 2015

Kisah Biji Gandum menjadi Kecil

Dinukil dari kitab Kasyifatus Syaja karya Mbah Nawawi Banten

[فائدة]

نقل الشرقاوي عن الأجهوري أن الحبة من القمح حين نزلت من الجنة كانت قدر بيضة النعامة وألين من الزبد بضم الزاي وسكون الياء وهو ما يستخرج بوضع الماء والتحريك من لبن البقر والغنم وأطيب رائحة من المسك، ثم صغرت في زمان فرعون فصارت الحبة قدر بيضة الدجاجة، ثم صغرت حين قتل يحيى بن زكريا فصارت قدر بيضة الحمامة، ثم صغرت فصارت قدر البندقة، ثم قدر الحمصة، ثم صارت إلى ما هي عليه الآن، فنسأل الله تعالى أن لا تصغر عنه اهـ.


Faedah.
As Syarqowi menukil dari Al Ajhury bahwa biji gandum ketika diturunkan dari syurga ukurannya kira2 sebesar telur burung onta, lebih lembut daripada keju dan lebih wangi daripada baunya minyak misik.
Kemudian menjadi kecil pada zamannya Fir'aun ukurannya menjadi kira2 sebesar telur ayam, kemudian mengecil lagi ketika nabi Yahya bin Zakariya di bunuh menjadi kira2 seukuran telur burung dara.
Kemudian mengecil seukuran peluru, kemudian mengecil menjadi seukuran biji kacang hijau dan mengecil lagi seukuran yg sekarang ini.
kita memohon kepada Allah ta'ala semoga biji gandum tidak dikecilkan lagi..

wallohu a'lam.

كاشفة السجا شرح سفينة النجا

للنووي الجاوي الشافعي


Pembunuhan Terhadap Nabi Yahya


Kisah Islamiah malam ini tentang pembunuhan Nabi Yahya as oleh Seorang Raja yang bengis dan kejam. Awal mulanya Nabi Yahya disuruh untuk membenarkan yang bathil, namun Nabi Yahya as bersikukuh menolak hingga dibunuhlah Nabi Yahya as yang mulia ini.

Nabi Yahya as menolak dengan keras rencana pernikahan Raja Herodus dengan ank kandungnya. Karena pernikahan yang seperti itu dilarang dalam hukum Allah SWT.

Kisahnya


Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Yahya as tidak setengah-setengah. Ia tetap konsisten mengatakan yang benar itu benar dan yang salah tetaplah salah, seperti penolakannya terhadap rencana pernikahan Raja Herodus dengan putri kandungnya sendiri yang bernama Hirodia.

Pendapatnya tetap kuat meski yang dihadapinya adalah seorang raja.
"Pernikahan itu tidak akan saya akui, malah saya akan tetap menentangnya sampai kapanpun," ucap Nabi Yahya as kepada masyarakat yang menunggu keputusannya.
"Baiklah, kami juga tidak akan membenarkan pernikahan itu," ujar masyarakat kepada Nabi Yahya as.

Pada saat itu, memang Nabi Yahya as telah menjadi panutan masyarakat. Apapun yang diucapkannya senantiasa diikuti, begitu pula sesuatu yang dilarang juga akan dipatuhi.
Alasan Nabi Yahya as melarang pernikahan itu sangalah kuat, yaitu karena Hirodia merupakan anak kandung dari Raja Hirodus itu sendiri. Pernikahan seperti itu sangatlah dilarang oelh Allah SWT.

Hirodia Merayu Nabi Yahya as.
Hirodia memang tengah menjadi buah bibir setiap pemuda Palestina. Kecantikannya seperti bulan purnama, matanya jernih laksana bintang kejora, tubuhnya ramping dan seksi dengan rambut hitam yang panjang semakin menambah cantik wajahnya.

Pada akhirnya, kabar penolakan Nabi Yahya as terhadap rencana pernikahna itu sampai juga ke telinga Hirodia. Ia sangat terkejut sekaligus takut bila renca menjadi permaisuri tidak menjadi kenyataan. Karenanya, ia membuat siasat untuk merayu Nabi Yahya as dengan modal kecantikannya.

Setelah berhias secantik mungkin, Hirodia menyelinap masuk ke kamar Nabi Yahya as.
"Wahai Yahya, tidak tertarikkah engkau kepada tubuhku ini?" rayu Hirodia sambil memperlihatkan tubuhnya.
"Hirodia, tutuplah tubuhmu, ketahuilah bahwa orang-orang yang melakukan mesum akan disiksa di hari kiamat dan berbau lebih busuk dari bau bangkai," tolak Nabi Yahya as pada ajakan Hirodia untuk berbuat mesum.

Mendengar jawaban Nabi Yahya as yang demikian, Hirodia menjadi sangat jengkel. Ia lantas meminta kepada Herodus agar membunuh Nabi Yahya as.
"Sekiranya engaku benar-benar cinta kepadaku, aku ingin bukti darimu," ucap Hirodia kepada Raja Herodus.
"Bukti apa yang engkau inginkan?" tanya Raja Herodus.
"Aku ingin engkau membunuh Nabi Yahya as agar tidak ada lagi orang yang menentang rencana pernikahan kita," jelas Hirodia.

Nabi Yahya as Rela Dibunuh Demi Kebenaran dan Takut Azab Allah SWT.
Raja Herodus yang terkenal dengan kekejamannya itu langsung menyanggupi permintaan calon permaisurinya. Dengan segera ia menyuruh para prajuritnya untuk menangkap Nabi Yahya as.

Setelah tertangkap, Nabi Yahya as dimasukkan ke dalam penjara.
"Wahai Yahya, jelaskan mengapa engkau melarang rencana pernikahan kami?" tanya Raja Herodus.
"Ketahuilah bahwa Allah SWT melarang pernikahan antara ayah dan anak. Allah SWT juga melaknat siapa saja yang melakukan pernikahan seperti itu," jelas Nabi Yahya as.

"Kami tidak peduli, sekarang akuilah dan umumkanlah kepada rakyatku bahwa engkau merestui rencana pernikahan kami," ujar Raja Herodus.
"Demia Allah SWT, aku tidak akanmengatakan benar bila kenyataannya iitu salah," jawab Nabi Yahya as tidak gentar sedikitpun.
"Baiklah, kalau engkau tidak mau merestui, maka engkau akan aku bunuh," ancam Raja Herodus.
"Tidak ada sesuatu pun yang aku takuti kecuali azab Allah SWT," jawab Nabi Yahya as dengan tenangnya.

Nabi Yahya as tetap saja bersikukuh pada pendirian dan keutusannya. Ia rela dibunuh daripada ikut menanggung azab Allah SWT karena ikut membenarkan pernikahan yang terlarang itu.

Akhirnya, Raja Herodus menyuruh prajuritnya untuk membunuh Nabi Yahya as. Darah pun mengucur dengan derasnya mengiringi kematian Nabi Yahya as yang sangat disegani oleh rakyat Herodus itu. Beliau pun tewas dalam memegang syariat agama Allah SWT.

Dari kisah inilah, Allah SWT mengutuk kekejaman Raja Herodus yang telah membunuh Nabi Yahya as. Kutukan tersebut terdapat dalam ayat suci Al Qur'an Surat An-Nisaa ayat 93.
Allah SWT berfirman,

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا


Artinya:
"Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya."
(Al Qur'an Surat An-Nisaa ayat 93)

Maha benar Allah SWT dengan segala Firman-Nya.

NABI ZAKARIA DAN YAHYA


Nabi Zakaria sudah lanjut usianya, kepalanyanya sudah dipenuhi uban keseluruhannya dan tulangnya sudah tak berdaya lagi serta punggungnya pun sudah bongkok. Dia sudah tidak kuasa lagi untuk berjalan lebih jauh, selain ke tempat ibadatnya untuk beribadat dan memberikan pelajaran. Di tempat beribadat itulah dia setiap hari menunaikan kewajibannya.
 

Setelah larut malam, dia pulang ke rumahnya mendapatkan isterinya, isteri yang tidak kurang pula tuanya dengan dia, seluruh rambutnya sudah putih, badannya pun sudah lemah. Dia sudah tidak kuat berjalan jauh, selain berulang alik ke kedai kecil, tempat dia berjualan kecil-kecilan untuk sekadar penutup hajat dan keperluan hidupnya sehari-hari. Kalau ada pendapatan yang berlebih, maka kelebihannya itu diberikan kepada orang-orang yang datang meminta, kepada orang-orang kekurangan yang perlu dibantu dan ditolongnya. Bila selesai berjualan, dia pulang ke rumah dan tidak lain yang dikerjakannya, kecuali beribadat, memuji dan mensyukuri nikmat Allah.
 

Sudah sembilan puluh tahun konon usia Zakaria di kala itu, namun belum beroleh seorang anak pun. Sejak masih muda belia, kedua suami isteri itu ingin beroleh seorang anak. Makin bertambah tuanya, hasrat untuk beroleh anak itupun semakin hebat juga tumbuh di dalam jiwa kedua suami isteri itu.
Inilah yang menyebabkan kedua orang suci ini sedih dan gundah selalu, apalagi menurut kebiasaan, orang yang sudah tua seperti mereka itu, tidak mungkin lagi beroleh anak.
 

Hasrat mi timbul dan semakin kuat, bukan semata mata kerana ingin beroleh anak yang dapat mengurus hari tuanya, tetapi lebih lebih lagi ingin untuk melanjutkan pelajarannya yang sudah diberikannya selama hidupnya, apa lagi masih banyak di antara orang dan keluarganya sendiri yang tidak mahu tunduk dan terus menerus melakukan perbuatan perbuatan yang jahat dan sesat, tidak menghiraukan ajaran yang tertulis dalam al-Kitab.
 

Hasratnya ini semakin bergejolak juga dalam jiwa di antara lapisan-lapisan jantung dan kalbunya. Untung kesabaran yang ada padanya, dapat juga mempertahankan dirinya untuk berlaku tenang. Tetapi bila hari sudah malam, seluruh alam sudah gelap gelita dan semua orang sudah tidur, di kala itulah hasrat itu tidak terkira hebatnya. Bunyi jengkerik dan binatang binatang kecil dalam kesepian malam yang gelap itu, sesungguh menyalakan hasratnya yang sudah bernyala itu, sehingga tidak tertahan lagi rasanya.
Inilah nasib yang menimpa kedua orang tua itu, nasib yang tidak kurang pula hebatnya dengan nasib nasib para Nabi dan Rasul lainnya, nasib yang jauh lebih ngeri dan sengsara, dan menghadapi musuh di medan perang, sebagai nasibnya beberapa orang Nabi dan Rasul.
 

Pada suatu hari, di kala Zakaria masuk ke mihrabnya, sebagai biasanya sesudah beribadat kepada Tuhannya, dia lalu masuk ke mihrab Mariam gadis yang masih kecil yang berada di samping mihrabnya sendiri. Didapatinya Mariam sedang tenggelam dalam pemikirannya, asyik dengan solatnya, sedang di hadapannya terdapat makanan yang berupakan buah buahan.
Dia merasa hairan, dan manakah datangnya makanan itu, seorang manusia pun tidak diperbolehkan dan tidak dapat masuk ke situ, selain Zakaria dan Mariam sendiri. Lebih hairan lagi, kerana buah buahan itu adalah buah musim panas, sedang di kala itu waktunya musim dingin.
Zakaria lalu bertanya kepada Mariam: Hai Mariam, dari manakah datangnya buah buahan itu?
Jawab Mariam: Makanan ini dari Allah. Allah telah mengirimnya kepada saya tiap pagi dan tiap petang tanpa saya minta. Janganlah engkau terperanjat, bukankah Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki ?
 

Dengan kejadian itu, Zakaria memperoleh kejadian baru. Fikirannya memikir sedalam dalamnya, tentang keluarbiasaan dan kemuliaan gadis kecil itu. Yakinlah dia bahawa dan gadis itulah akan memancar sinar yang lebih kemilau, cahaya yang lebih terang, untuk menerangi alam yang masih kabur.
Hasrat untuk beroleh seorang anak lelaki semakin tambah bernyala nyala dalam hasrat hatinya, untuk menyambut cahaya itu, kerana dia sudah mendekati ajalnya. Dia khuatir, kalau kalau cahaya itu tidak diterima manusia yang lain, kerana manusia rata rata masih engkar dan menyanggah setiap sinar yang memancar. Zakaria lalu menengadahkan kedua belah tangannya, berdoa ke hadhrat Allah dengan segenap jiwa raganya: Ya, Allah! Janganlah aku Engkau biarkan seorang din, Engkau sebaik baik Zat yang memberi turunan. Ya Tuhanku, telah lemah tulan belulangku dan telah penuh uban di kepalaku dan bukanlah aku seorang sial dalam berdoa kepadaMu. Sesungguhnya aku khuatir akan keadaan keluarga yang akan kutinggalkan, sedang isteriku adalah mandul. Beri jualah kepadaku dan kurniaMu seorang yang akan menjadi penggantiku !
 

Doa Zakaria itu dengan cepat dijawab oleh Malaikat yang sedang berada pula dalam mihrabnya: Ya, Zakaria! Tuhan akan memberimu seorang anak yang bernama Yahya dan belum pernah ada manusia yang bernama Yahya.

Jawapan Malaikat itu terdengar jelas oleh Zakaria. Hatinya yang gembira segera diiringi oleh kehairanan yang lebih besar lagi. Dengan jalan bagaimanakah dia akan memperolehi seorang anak yang dijanjikan Malaikat itu, kerana dia sendiri sudah terlalu tua dan tidak sanggup lagi mendekati isterinya, untuk menjadi sebab beroleh anak yang dicita-citakan.
Kehairanan Zakaria ini segera pula dijelaskan oleh Malaikat dengan menerangkan: Bukankah Allah yang menjadikanmu, sedangkan sebelumnya kamu tidak ada? Dan Tuhan itu pulalah yang akan memberi engkau seorang anak.
 

Jelas keterangan Malaikat itu, tetapi Zakaria ingin lebih jelas dan lebih nyata lagi. Sebab itu dia lalu meminta kepada Tuhan untuk memberikan tanda tanda yang nyata atas janji itu. Allah lalu menjawab dengan berfirman kepada Zakaria: Sebagai tanda engkau tidak dapat berkata kata kepada manusia tiga hari lamanya dan bila ingin berkata, engkau hanya dapat dengan isyarat saja.
Tanda ini benar benar terjadi. Hati Zakaria menjadi tenang. Kegelisahannya hilang. Dia tinggal menunggu bila dan bagaimana caranya dia akan beroleh seorang anak.
Tidak lama kemudian, isterinya yang sudah tua itu, lalu mengandung dan akhirnya melahirkan seorang anak yang suci dan mulia, serta diberi nama Yahya, iaitu yang sudah ditentukan Allah.
Anak bayi yang luarbiasa keadaannya, sihat badannya dan amat cepat besarnya, kuat akalnya dan terang pemikirannya. Walaupun masih muda belia, dia sudah cekap dengan berbagai ilmu pengetahuan, hafal akan segala isi Kitab Suci Taurat dengan segala keterangannya, begitu pula dengan masalah masalah yang sekecil kecilnya, sampai kepada masalah masalah yang sebesar besarnya.
Sebab itu dialah yang ditetapkan menjadi penghukum antara manusia dengan manusia, dengan hukuman yang seadil adilnya. Dia menjadi pemegang kekuasaan yang tertinggi. Dia berani menjalankan yang hak dan tidak gentar dia menghukum yang salah. Tidak seorang juga yang berani menentang kata dan melanggar aturan yang ditetapkannya.
 

Akhirnya disampaikan orang kepadanya berita yang mengatakan bahawa Raja Hirodus yang menjadi Raja Palestin, jatuh cinta anak saudara Yahya, Hirodia namanya. Memang gadis itu luarbiasa cantiknya. Parasnya yang bulat seperti purnama penuh, matanya yang cemerlang laksana bintang kejora, perawakannya yang ramping dengan rambutnya yang panjang itu, telah lama menjadi buah bibir setiap pemuda Palestina.
 

Keinginan raja itu rupanya sudah menjadi suatu keputusan. Raja telah meminang anak gadis itu kepada ibu bapak dan keluarganya dan putusan pun rupanya sudah ada, bahawa raja akan kahwin dengan gadis itu.
Mendengar hal ini Yahya menghukumkan dengan terus terang, bahawa perkahwinan Raja Hirodus dengan gadis Hirodia itu tidak sesuai dengan peraturan agama ketika itu, serta bertentangan dengan Kitab Suci Taurat. Yahya dengan tegas berkata: Perkahwinan itu tidak akan saya akui, malah saya akan tetap menentangnya dengan sekeras kerasnya.
 

Mengapa Nabi Yahya tidak mengizinkan dan tidak membenarkan perkahwinan tersebut? Menurut Abdullah bin Zubair, gadis yang bernama Hirodia atau Harduba itu adalah anak Hirodus itu sendiri. Sedang menurut as-Suddy, gadis itu adalah anak isterinya (anaktirinya) sendiri. Sedang menurut Ibnu Abbas, gadis itu adalah anak dan saudara lelaki dan Hirodus sendiri. Menurut hukum Taurat sama dengan hukum al-Quran yang sekarang ini, bahawa anak sendiri, anaktiri atau anak dan saudara sendiri tidaklah halal menikahinya.
 

Nabi Yahya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah yang diutus Allah untuk melaksanakan hukum Taurat, tentu saja tidak dapat menetapkan atau membenarkan sesuatu pernikahan yang bertentangan dengan hukum Taurat itu, sekalipun yang akan kahwin itu seorang maharaja yalig bagaimana juga besar pengaruh dan kekuasaannya.
 

Nabi Yahya menghadapi dua percubaan atau ujian yang amat kuat sekaligus. Pertama pertentangannya dengan seorang raja yang amat kuasa dan sangat ganas, menghadapi mata pedang yang sudah teracung ke lehernya. Kedua beliau menghadapi rayuan dan cumbuan dari seorang gadis ayu yang tak ada taranya, iaitu menghadapi mata pedang asmara yang lebih berbahaya dan lebih tajam lagi dan mata pedang yang berupa besi yang diasah tajam itu.
 

Dia seolah olah disuruh memilih antara hidup atau mati. Hidup dengan melanggar hukum Taurat, atau mati dengan mentaati hukum tersebut. Akhirnya Nabi Yahya mengumumkan putusannya yang luarbiasa, iaitu tetap tidak membenarkan perkahwinan antara Raja Hirodus dengan gadis Hirodia dan akan menentangnya.
Keputusan Yahya ini akhirnya tersebar luas di kalangan penduduk, tersiar pula ke seluruh pelosok dunia, ke tiap kota dan istana raja raja lainnya, ketempat tempat ibadat dan tempat tempat keramaian.
 

Alangkah kagetnya gadis Hirodia mendengar putusan Yahya ini, kerana dia sendiri sudah melamun akan menjadi permaisuri besar, menjadi isteri seorang raja besar. Dia tidak senang dengan adanya khabar itu, dengan perasaan marah dia segera merencanakan suatu tindakan, sekalipun dia harus bertentangan dengan Yahya, iaitu bapa saudaranya sendiri, kerana menurut sangkaannya, bapa saudaranya (Yahya) sendirilah yang ingin kahwin dengannya.
Tetapi dengan cara bagaimanakah dia akan dapat bertindak? Dia adalah seorang wanita. Fikiran jahatnya lalu timbul, iaitu dengan bersenjatakan kecantikannya, dia ingin mencemarkan dan menjatuhkan nama baik Yahya.
 

Dia segera berhias diri secantik cantiknya dan dipakainya pakaian serta perhiasan yang bagus bagus dan mahal mahal harganya. Dia lalu masuk ke tempat bapa saudaranya bekerja. Dengan senyuman manis dan gerak geri yang dibuat buatnya itu, dia berkata kepada pamannya dengan kata kata yang menarik hati.
Nabi Yahya bin Zakaria a.s. sebagai yang telah ditegaskan oleh Allah dalam al-Quran, adalah seorang yang pertama membenarkan dan mempercayai akan kenabian dan Kerasulan Isa al-Masih a.s., yang akan menjadi pimpinan yang terpelihara dan segala dosa dan kejahatan, lalu diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul dari manusia manusia yang baik.
 

Menurut Ibnu Masud dan Ibnu Abbas serta sahabat lainnya, selain baik rupa dan perangainya, kuat beribadat, mengekang diri dari segala syahwat (nafsu) sehingga menjauhkan din dari wanita.
Ketika Hirodia datang menggodanya, Nabi Yahya menjauhkan diri dan memerintahkan kepada Hirodla agar menutup seluruh tubuhnya dan menerangkan kepadanya apa yang tertulis di dalam Kitab Suci Taurat bahawa orang orang yang melakukan zina akan diseksa di hari kiamat dan berbau lebih busuk daripada bangkai.
 

Mendengar jawaban Yahya demikian, gadis Hirodia menjadi malu dan jengkel. Semua manusia termasuk raja menginginkan dirinya, sedangkan Yahya menolak sekalipun dia yang datang sendiri merayunya. Maksudnya dengan rayuan ini, ialah bila Yahya dapat ditarik kepada dirinya, atau menyentuh dirinya, ia akan menuduh bahawa kerana tertarik akan dirinya itulah Yahya tidak mahu membenarkan perkahwinannya dengan Raja Hirodus yang berkuasa. Dan dengan alasan itulah ia akan meminta kepada Hirodus agar Yahya dibunuh saja, agar perkahwinannya dengan Hirodus dapat dilangsungkan tanpa gangguan dan Yahya lagi.
 

Kerana gagal dengan cara yang begitu, ia tidak kehilangan akal. Dia datangi Raja Hirodus dan berkata kepadanya: Sekiranya engkau benar benar cinta kepadaku, aku ingin bukti, ialah agar engkau membunuh Yahya bin Zakaria.
 

Hirodus ini memerintah dari tahun 4 sebelum Masehi sampai tahun 37 sesudah Masehi, adalah anak Raja Hirodus Agung yang memerintah sebelumnya. Seorang raja yang telah membunuh beratus ratus Nabi dan orang orang saleh, di antaranya terdiri dari keluarganya sendiri. Tidaklah hairan kalau anaknya sendiri iaitu Hirodus yang ingin kahwin dengan anak saudaranya sendiri Hirodia, jauh lebih ganas dan bapaknya sendiri. Dengan segera dia menangkap Nabi Yahya, dimasukkan ke dalam penjara dan akhirnya dibunuhnya pula, untuk memenuhi kehendak kekasihnya itu.
Tidak lama sesudah darah Nabi Yahya tertumpah membasahi bumi, Allah murka, dan kemurkaan Allah ini berubah menjadi bencana hebat yang menimpa Bani Israel termasuk Rajanya Hirodus dan Hirodia kekasihnya.
 

Setelah Nabi Zakaria mengetahui akan kematian anaknya Nabi Yahya, Nabi Zakaria melarikan din untuk menghindarkan penangkapan, kerana sudah tersiar pula khabar bahawa ia juga akan dibunuh. Beliau bersembunyi di dalam sebuah kebun dekat kota Jerusalem. Akhirnya kebun itupun dikepung oleh alat alat negara untuk menangkapnya.
Konon khabarnya sebuah pokok kayu yang besar membelah dirinya dan mempersilakan Zakaria bersembunyi di dalam batangnya. Tetapi Iblis telah memberitahukan kepada para pengepung bahawa Zakaria bersembunyi di dalam pokok kayu itu. Mereka lalu memotong kayu tersebut, sehingga Nabi Zakaria mati terbunuh pula.
Dengan kematian Nabi Yahya dan Nabi Zakaria, Allah menimpakan bencana demi bencana kepada Bani Israel, yang berupa serangan serangan dari tentera musuh yang amat ganas, sebagaimana juga sudah sering terjadi sebelumnya.
 

Pernah dalam suatu serangan yang dilakukan oleh musuh mereka, 120,000 orang, termasuk pembesar pembesar mereka mati terbunuh semuanya. Hanya sedikit saja yang dapat meloloskan diri dan pembunuhan itu. Terkenal dalam sejarah dunia serangan Nebukadnezar dari Babilon dan serangan Titus dan Rome, sebelum dan sesudah lahirnya Isa al-Masih a.s.
Firman Allah dalam al-Quran surah al-Isra, ayat 48:
 

Dan Kami (Allah) putuskan (takdirkan) bagi Bani Israel dalam Kitab itu: Sesungguhnya kamu akan mengadakan kerosakan di bumi dua kali (berulang ulang), dan sesungguhnya kamu akan sombong dengan sebesar besar kesombongan. Maka apabila datang perjanjian yang pertama dari yang dua itu, kami utus untuk menunjuki kamu, hamba hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang sangat, lalu mereka bersimaharajalela di seluruh negeri, dan adalah perjanjian itu sudah dilakukan. Kemudian Kami kembalikan kepada kamu kekuasaan atas mereka dan Kami beri kepada kamu harta dan anak, serta Kami jadikan kamu menjadi bilangan yang banyak (kembali). Jika kamu berbuat kebajikan, berarti kamu berbuat kebajikan bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat kejahatan, bererti kamu berbuat kejahatan bagi dirimu. Maka apabila datang perjanjian yang akhir (Kami utus mereka) supaya mereka membusukkan akan muka muka kamu (merosak dan mengalahkan kamu), dan supaya mereka masuk ke dalam Masjid (maksudnya Baitul Maqdis), sebagaimana mereka sudah masuk ke dalamnya pertama kali, dan supaya mereka binasakan kamu selagi mereka berkuasa. Mudah mudahan Tuhan kamu mengasihi kamu, dan jika kamu kembali, Kami akan kembali (menyeksamu), dan Kami jadikan Jahannam bagi orang orang kafir sebagai kurungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar