Rabu, 06 Agustus 2014

Tentang Sekte Wahabi/salafi


Assalamualaikum warahmatullohi wabarokatuh..
Sekte salafy wahhabiSebelum penulis mengutip dan mengumpulkan pendapat-pendapat ulama, pakar apa yang dimaksud dalam hadist kata-kata bid’ah,tawassul,tabarruk dan lain sebagainya yang selalu dicela dan disesatkan terutama oleh madzhad Salafi atau Wahhabi, dan pengikutnya ingin mengutip pendapat ulama mengapa adanya pertentangan akidah atau keyakinan antara golongan yang menamakan dirinya Salafi-Wahabi dengan pengikutnya ini dengan ulama Madzhab akhlus-sunnah lainnya?
Golongan Salafi ini berpegang dengan akidah atau keyakinan Muhammad Ibnu Abdul Wahhab sebagai penerus Ibnu taimiyyah(kita bicarakan tersendiri mengenai sejarah singkat Ibnu Abdul Wahhab).Golongan ini juga sering menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadist Nabi muhammad SAW secara tekstual(apa adanya kalimat) dan literal(makna yang sebenarnya) atau Harfiah dan meniadakan arti majazi atau kiasan.Oleh karenanya mereka sering menjasmanikan(tajsim) dan menyerupakan(tasybih) Allah SWT secara hakiki atau sesungguhnya kepada makhluk-Nya.InsyaAllah nanti kita utarakan tersendiri contoh-contoh riwayat yang jelas yang mengarah kepada Tajsim dan Tasybih.Pada kenyataannya terdapat ayat Al-Qur’an yang mempunyai arti harfiah dan ad juga yang mempunyai arti Majazi atau kiasan,yang mana kata-kata Alloh SWT harus diartikan sesuai dengan keMahasucian-Nya dan nkeMahaagungan-Nya.
Banyak ulama-ulama pakar yang mengkritik dan menolak akidah mengenai Tajsim(penjasmanian) dan Tasybih(penyerupaan) Allah SWT terhadap makhluk-Nya.Karena ini bertentangan dengan firman Allah SWT sebagai berikut:
-Dalam surat Syuura(42):11:Tiada sesuatupun yang menyerupai-Nya.
-Surat Al An’am(6):103:Tiada Ia tercapai oleh penglihatan mata.
-Surat Ashaffat(37):159:Maha suci Allah dari apa yang mereka sifatkan,dan ayat lain yang serupa maknanya.
Dengan adanya penafsiran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulallah SAW,secara tekstual ini,mereka mudah membid’ahkan dan mensyirikkan tawassul(berdoa pada Alloh SWT sambil menyertakan nama Rosulallah SAW atau seorang Sholeh atau Wali dalam doa itu),Tabarruk(pengambilan barokah),permohonan syafa’at pada Rasulallah SAW,dan para Wali Allah SWT,peringatan-peringatan keagamaan,kumpulan majlis-majlis dzikir(Istigoshah,Tahlilan,dan sebagainya),ziarah Kubur,Taqlid(ikut-ikutan) kepada Imam Madzhab dan lain sebagainya.
InsyaAllah,semua itu akan kami uraikan sendiri pada babnya masing-masing.Sebenarnya semua itu adalah kebaikan,banyak hadist dan wejangan Ulama pakar yang berkaitan dengan masalah-masalah diatas itu. Tidsak seperti Nama Salafi Dalam Al Quran atau Wahhabi dan pengikutnya ini sering berkata bahwa mereka akan mengajarkan Syariat Islam yang paling murni dan benar,sehingga mudah menyesatkan ,sampai-sampai berani mengKhafirkan,menSyirikkan sesama muslimin yang tidak sependapat atau sepaham dengan mereka(baca pengKhafiran Muhammad Abdul Wahhab terhadap para ulama pakar pada halaman selanjutmya).
Menurut pendapat sebagaian orang bahwa Pemikiran Salafi atau Wahabi(baca makalah dicatatan ini dan diWebsite-Website yang menentang ajaran Muhammad Abdul Wahhab),pada zaman modern ini seperti golongan Al Hasyawiyyah,karena kepercayaan-kepercayaan dan pendapat-pendapat mereka mirip dengan golongan yang dikenali sebagai Al Hasyawiyyah pada abad-abad yang awal.Istilah Al Hasyawiyyah adalah berasal dari pada kata dasar al-hasyw yaitu penyisipan,pemasangan dan pemasukan.
Ahmad Bin Yahya Al-Yamani(m.840H/1437M)mencatatkan bahwa:Nama Al Hasyawiyyah digunakan kepada orang-orang yang meriwayatkan hadist-hadist sisipan yang sengaja dimasukkan oleh golongan Al-Zanadiqah sebagaimana sabda Nabi SAW.Dan mereka menerimanya tanpa melakukan interpretasi semula,dan mereka juga menggelarkan diri mereka Al-Hadits dan Ahlal Sunnah Wal Jama’ah.Mereka bersepakat mempercayai konsep pemaksaan(Allah berhubungan dengan perbuatan manusia) dan Tasybih(bahwa Allah seperti Makhluk-Nya) dan mempercayai bahwa Allah mempunyai jasad dan bentuk,serta mengatakan bahwa Allah mempunyai anggota tubuh dan lain sebagainya(baca riwayat-riwayat tajsim,tasybih pada bab berikutnya).
Al-Syahrastani(467-548H/1074-1153M)menuliskan bahwa:terdapat sebuah kumpulan Ashab Al-Hdist,yaitu Al-Hasyawiyyah dengan jelas menunjukkan kepercayaan mereka tentang tasybih(yaitu Allah serupa makhluk-Nya)…sehingga mereka sanggup mengatakan,bahwa pada suatu ketika,kedua-dua mata Allah kesedihan,lalu para Malaikat datang menemui-Nya dan Dia(Allah)
menangisi (kesedihan) berakibat banjir Nabi Nuh AS sehingga mata-Nya menjadi merah,dan Arasy menatap hiba seperti suara pelana baru dan bahwa Dia melampaui Arasy dalam keadaan melebihi empat jari disegenap sudut.(Al-Syahrastani,al-milal wa al-nihal,h.141.)
Begitu juga paham sekte Wahabi ini seakan-akan menjiplak atau mengikuti kaum Khawarij yang juga mudah mengkhafirkan,mensyirikkan ,menyesatkan sesama muslimin karena tidak sependapat dengan fahamnya.Kaum Khawarij ini kelompok pertama yang secara terang-terangan menonjolkan akidahnya dan bersitegang leher mempertahankan prinsip dan keketatan dan kekerasan terhadap kaum muslimin yang tidak sependapat dan sepaham dengan mereka.Kaum Khawarij ini mengkhafirkan Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib KW dan para sahabat Nabi SAW karna Yang mendukungnya(ali bin abi thalib).Kelompok ini ditetapkan oleh seluruh ulama Ahlus Sunnah sebagai Ahlul Bid;ah ,dan Dhalalah atau sesat berdasarkan dzwahirin-nash(makna Harfiah nash)serta keumuman maknanya yang berlaku terhadap kaum musyrikin.kaum ini mudah sekali mengkhafir-khafirkan kaum muslimin yang tidak sepaham dengan mereka,menghalalkan pembunuhan,perampasan harta kaum muslimin selain golonganya atau mahdzabnya.
Ibnu Mardawih mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Nas’ab bin Sa’ad yang menuturkan sebagai berikut:
Pernah terjadi peristiwa, seorang dari kaum Kawarijh menatap muka Sa’ad bin Abi Waqqash(ayah mas’ab) r.a.Beberapa saat kemudian orang kawarij itu dengan galak berkata:”Inilah dia salah satu pemimpin kaum kafir!”
Dengan sikap siaga Sa’ad menjawab:”Engkau bohong!Justru aku telah memerangi pemimpin-pemimpin kaum kafir.”
Orang kawarij lainnya berkata:”Engkau inilah yang termasuk orang-orang yang paling merugi amal perbuatannya!.”
Sa’ad menjawab:”Engkau bohong juga!Mereka itu adalah orang-orang yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT,Tuhan mereka,mengingkari perjumpaan dengan-Nya!(yakni tidak percaya bahwa pada hari kiamat kelak akan dihadapkan kepada Allah SWT.).
Riwayat ini dikemukakan juga oleh Al-Hafidz didalam Al-Fath.
Tabrani mengetengahkan sebuah riwayat didalam Al-Kabir dan Al-ausath,bahwa’Umarah Bin Qardh dalam tugas operasi pengamanan ketempat suara adzan itu dengan maksud hendak menunaikan sholat berjamaah.Tetapi alangkah terkejutnya,ketika tiba disana ternyata ia berada ditengah kaum Kwarij sekte Azariqah.
Mereka menegurnya;”Hai,musuh Allah,apa ,maksudmu datang kemari?”.
Umara menjawab dengan tegas:”Kalian bukan kawan-kawanku”!.
Mereka menyahut:”Ya,engkau kawan setan,dan engkau harus kami bunuh”!.
Umarah berkata:”Apakah engkau tidak senang melihatku seperti ketika Rasulallah SAW,dahulu melihatku?”.
Mereka bertanya:”Apa yang menyenangkan beliau darimu?”.
Umarah menjawab:”Aku datang kepada beliau SAW sebagai orang kafir,lalu aku mengikrarkan kesaksianku,bahwasanya tiada tuhan selain Allah dan bahwa beliau SAW adalah benar-benar utusan Allah SWT.Beliau kemudian membiarkanku pergi.”
Akan tetapi sekte umarah tidak puas dengan jawaban Umarah seperti itu.Ia lalu diseret dan dibunuh.
Peristiwa ini juga dimuat sebagai berita yang benar dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.sikap dan tindakan dari kaum kwarij tersebut jelas mencerminkan penyelewengan akidah mereka,dan itu merupakan Dhalalah atau kesesatan.Perbuatan mereka ini telah dan selalu dilakukan oleh pengikut mereka disetiap zaman.Mereka ini sebenarnya adalah orang-orang yang dipengaruhi oleh bujukan hawa nafsunya sendiri dan berpegang pada ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist secara Harfiah atau Tesktual.Mereka beranggapan hanya mereka atau golongannya sajalah yang paling benar,suci dan murni,sedangkan orang lain yang tidak sepaham dengan mereka adalah sesat,berbuat bid’ah kafir dan musyrik!Mereka ini tidak sudi mendengarkan siapapunjuga,selain orang dari kelompok mereka sendiri.Mereka memandang umat islam lainnya dengan kaca mata hitam,sebagai kaum bid’ah atau kaum musyrikin yang sudah keluar meninggalkan agam islam!
Padahal islam menuntut dan mengajarkan agar setiap muslim berprasangka baik (Husnud-dzon) terhadap umat seagama,terutama terhadap para ulama.
Membangkit-bangkitkan perbedaan pendapat mengenai soal-soal buka pokok agama yakni yang masih belum tercapai kesepakatan diantara para ulama,menyebabkan prasangka buruk terhadap mereka atau dengan cara lain yang bersifat celaan,cercaan,tuduhan dan lain sebagainya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar