عَنْ اَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: كن عَالِمًا اَوْ مُتَعَلّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًّا لاَ تَكُنِ اْلخَامِسَ فَتَهْلِكَ. رواه البيهقى فى شعب الايمان و تعلم متعلم
Dari Abu Bakrah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Jadilah kamu orang yang pandai (mengetahui), atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan, atau orang yang senang (cinta), janganlah kamu menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka”.
[HR. Baihaqi dalam kitab Syu’abul iimaan, juz 2, hal, 265, no, 1709] dan Kitab Ta'lim muta'alim
Maha suci Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada hambaNya berupa iman dan islam. Sholawat dan salam kita sampaikan kepada Rasulullah Muhammad SAW, manusia pembawa cahaya bagi seluruh alam.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT supaya menghambakan diri kepadNya. Namun manusia terkadang tidak peduli denganNya. Karena sebagian manusia hanya memandang hidup adalah di dunia, jadi tidak perlu menghambakan diri kepadaNya. Tetapi mereka lupa bahwa sejatinya hidup adalah di akhirat. Manusia ketika hidup di dunia harus bisa memperlakukan dirinya seperti apa yang Allah SWT perintahkan yaitu bertakwa.
Takwa dalam arti senantiasa menjalankan apa yang menjadi perintahNya dan semaksimal mungkin menjauhi apa yang dilarang olehNya. Dalam perjalanannya, manusia harus mencari ilmu sebagai bekal hidupnya. Karena orang yang berilmu tidak akan goyah ketika mendapati perbedaan, tidak anarkis ketika terpancing amarahnya, berpikir sebelum melakukan tindakan dan bisa menjadi panutan bagi manusia lainnya.
Ada pepatah mengatakan “Jadilah Orang yang berilmu”. Ya. Mengapa harus dengan ilmu? Karena orang yang mempunyai ilmu kemudian mendedikasikan ilmunya untuk kemaslahatan umat maka akan menjadi cahaya bagi seluruh alam. Di mana ketika tidak ada cahaya, maka manusia akan dihadapkan pada kegelapan yang tidak tahu arah. Ilmu kemudian lahir dan menjadi cahaya bagi siapa saja.
Bukan hanya bagi makluk Allah SWT yaitu manusia, namun bagi semua makhluk di alam semesta ini. Ilmu mutlak menjadi dasar manusia karena dengan ilmu kita akan memperlakukan apa saja dengan hati-hati, sesuai dengan kapasitas dan fungsinya. Pasti akan berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Hadis-hadis telah menyebutkan bahwa "Carilah ilmu sampai ke negeri China".
Kutipan tersebut membuktikan bahwa, mencari ilmu merupakan kewajiban manusia walaupun susah menempuhnya, ilmu menjadi investasi dari masing-masing individu guna mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mari kita bercermin terhadap diri kita pribadi, sejauh mana ilmu kita. Belajarlah memandang orang yang lebih tingggi dari sisi keilmuannya. Hal tersebut dimaksudkan supaya kita bisa mencontoh dan termotivasi sepertinya.
Orang yang berilmu tidak bisa dipandang sebelah mata, mereka akan selalu dibutuhkan oleh banyak orang.
Dari sisi finansial orang yang berilmu jelas tidak masalah. Karena orang yang berilmu dijamin oleh Allah SWT mengenai kelangsungan hidupnya. Orang yang mempunyai ilmu akan selalu menyejukkan manusia lain, lembut sikapnya, ramah perangainya dan apa yang didapatkannya akan selalu diamalkan. Karena tujuan hidupnya adalah "Khorunnasi Anfa'uhum Linnas" yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Selangkah demi selangkah mari jejakkan kaki kita menuju majelis-majelis ‘ilmu. Disanalah kita akan menemukan percik-percik cahaya ilahiyah. Berbeda halnya jika langkah kaki kita kemudian dipijakkan menuju tempat-tempat yang tidak membawa kemanfaatan. Justru akan membawa kita ke jalan kesengsaraan yaitu jalan yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
Selanjutnya mari kita teladani Rasulullah Muhammad SAW, di mana dalam diri beliau terpancar cahaya keilmuan yang luar biasa. Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan manusia untuk menjadi orang yang berilmu.
“Kun ‘aliman au muta’alliman au mihibban walamtakun khomisan”
yang artinya jadilah orang yg alim, atau jadilah orang yang suka mencari ilmu atau jadilah engkau orang yang suka mendengarkan ilmu dan atau jadilah engkau orang yang suka mencintai ilmu, dan janganlah engkau menjadi yang ke 5, maka engkau akan hancur.
Pertama semaksimal mungkin dengan ikhtiar dan berdoa kita diharapkan menjadi orang yang 'aliman (pengajar, guru), kalau tidak bisa menjadi pengajar atau guru usahakan menjadi muta'alliman (santri, murid), kalaupun belum bisa juga maka jadilah mustami'an (Mau menjadi pendengar yang baik) tetapi jika belum sanggup juga ya setidaknya jadilah muhibban (Suka dengan majelis-majelis ilmu, pengajian). Walam takun homisan, fatahik (Jangan jadi orang yang ke lima). Nomor lima jelaslah bukan dari bagian yang empat di atas.
Seperti apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW mengenai pentingnya memiliki ilmu yang harus menjadi cerminan dan cambuk bagi kita untuk menjadi manusia seperti apa yang Allah SWT inginkan. Karena sejatinya hidup adalah menjadi apa yang Allah SWT inginkan, bukan menjadi yang apa kita inginkan. Dalam meraihnya, kehidupan yang baik jelaslah bahwa, Allah SWT akan memberikan jalan bagi hamba-hambanya yang mau berusaha dan berdoa kepadaNya. Mendekatkan diri dengan cara tawakkal, taqorrub dan tawadhu’ kepadaNya. Sehingga dengan jalan tersebut, masing-masing inividu bisa mengukur kualitas taatnya kepada Allah SWT. Jika kita berpikir secara sistematis mengenai tingkatan orang yang berilmu yaitu :
1. 'Aliman
2. Muta'alliman
3. Mustami'an dan
4. Muhibban
Jelaslah orang yang berilmu seperti guru, pengajar menjadi yang paling tinggi tingkatannya karena mereka orang yang 'aliman, diberi kelebihan berupa ilmu, dengan ilmu yang didapatkan akan diamalkan di jalan Allah SWT.
Sehingga mereka akan menjadi teladan dan panutan buat orang lain. Jika kita tidak sanggup menjadi orang 'aliman maka jadilah yang kedua yaitu muta'alliman. Orang yang mau belajar pada orang yang 'alim, menjadi santri atau muridnya. Insyaallah apa yang diajarkan para 'alim akan merasuk dalam hati dan jiwa kita. Santri atau murid harus tawadhu' pada guru, tekun dalam belajar dan mencintai apa yang sedang dipelajari. Insyaallah ilmu yang kita dapatkan akan membawa keberkahan buat orang lain. Kemudian kalau belum bisa juga menjadi yang kedua maka jadilah yang ketiga yaitu mustami'an. Jadilah pendengar yang baik, datangi majelis-majelis ilmu seperti mendengarkan tausiyah. Dengan demikian kita akan mendapatkan ilmu dari para mubaligh, ustadz-ustadzah ataupun para kiai. Perbedaan muta'alliman dan mustami'an adalah, kalau santri atau murid akan mencatat apa yang didapatkannya, sedangkan yang mustami'an hanya mendengarkan saja dan menggunakan akalnya untuk menyerap apa yang telah didengarkannya.
Jika nomor satu, dua dan tiga tidak bisa maka jadilah yang ke empat yaitu muhibban. Jadilah orang yang suka sama orang 'alim, suka mendatangi majelis-majelis ilmu. Jangan pernah membencinya. Sukailah ketika ada pengajian dan ceramah-ceramah agama. Walaupun itu terkadang mengganggu ketika kita sedang istrihat, namun percayalah semua itu akan membawa ke arah kemanfaatan.
Dari beberapa hal di atas betapa Rasulullah Muhammad SAW sangat bijak dalam memberi pelajaran, sejauh mana umatnya mau mengikuti apa yang disampaikan. Banyak pilihan yang diberikan, tinggal kita yang memilih. Karena hasil akhir kehidupan itu baik atau buruk adalah pilihan dari masing-masing individunya. Tetapi yang menjadi catatan besar adalah menuntut ilmu wajib hukumnya maka jadilah orang yang berilmu. Betapa mulianya jika kita mempunyai ilmu kemudian membagikannya kepada saudara-saudara kita. Namun ilmu didapatkan dengan ketekunan, perjuangan dan usaha yang kuat, tanpa itu semua tidak mungkin kita meraihnya . Nantinya, ilmu yang kita berikan akan membawa berkah bukan hanya bagi pemiliknya, namun bagi yang belajar kepadanya dan kemudian tidak akan pernah putus pahalanya sampai dirinya tiada. Ketika ilmu yang hanya setetes diamalkan, maka balasannya akan seluas lautan. Percikan-percikannya akan menjadi bukti ketika manusia dikumpulkan di padang mahsyar. Dimana tempat itu merupakan bangkitnya manusia dengan berbagai rupa dan bentuk. Sesuai dengan amal kebajikannya ketika hidup di dunia. Ilmu yang bermanfaat akan selalu mengalir tiada akhir. Semoga kita menjadi manusia yang berilmu dan selalu di rindukan surgaNya. Aamiin.
Wallahu'alam Bissowab.
Sumber: diolah dari status FB KH Anshori Dahlan, MKub
Simak di: http://www.sarkub.com/2013/jadilah-orang-yang-berilmu/#ixzz3A0j2YfHu
Empat Golongan Diredhai Allah SWT
Sahabat yang dikasihi Allah,
Dari Abu Bakrah ra., Dari Nabi s.a.w , sabdanya yang bermaksud :"Jadikanlah dirimu orang alim atau orang yang menuntut ilmu atau orang yang selalu mendengar pelajaran agama, atau pun orang yang mencintai (tiga golongan yang tersebut); dan janganlah engkau menjadi (dari) golongan yang kelima, yang dengan sebabnya engkau akan binasa."
(Al-Bazzar)
عَنْ اَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: كن عَالِمًا اَوْ مُتَعَلّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًّا لاَ تَكُنِ اْلخَامِسَ فَتَهْلِكَ. رواه البيهقى فى شعب الايمان و تعلم متعلم
Berdasarkan hadis di atas terdapat lima golongan manusia yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Emapt golongan akan mendapat keredhaan Allah dan golongan kelima akan mendapat kemurkaan Allah dan akan mendapat kebinasaan.
Pertama : Jadikan dirimu orang alim (berilmu)
Menjadi orang alim (berilmu) adalah amat mulia disisi Allah s.w.t. kerana dengan ilmu yang dimiliki , beramal pula dengan ilmu tersebut dan menyampaikan kepada orang lain adalah menjadi pewaris para Nabi dan Rasul. Kedudukannya disisi Allah dihari akhirat nanti adalah bersama para Nabi dan Rasul dan para syuhada'.
Orang alim yang berilmu dan menyampaikan ilmu tersebut apabila ia meninggal dunia dan berada dialam barzakh maka pahala ilmu yang bermanfaat yang diajarkan ketika di dunia pahalanya akan terus mengalir masuk ke alam barzakh. Sabda Nabi s.a.w yang bermaksud "Apabila seorang anak Adam itu meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara iaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanafaat dan do'a anak soleh yang mendoakannya"
(Hadith Riwayat Muslim).
Seorang yang alim akan menyampaikan ilmu yang ia miliki bukan sahaja melalui ceramah atau kuliah tetapi ianya boleh disampaikan melalui tulisan di majalah, di internet dan mengarang buku sebagai sumber ilmu untuk rujukan orang ramai.
Ilmu merupakan salah satu nilai luhur yang dibawa oleh ajaran Islam dan yang tegak di atasnya kehidupan manusia, baik secara moral maupun material, duniawi mahupun ukhrawi. Islam menjadikannya sebagai jalan menuju keimanan dan untuk di amalkan.
Nikmat ilmulah yang menyebabkan manusia diberikan amanah oleh Allah sebagai 'khalifah' di atas mukabumi ini. Sesungguhnya Islam adalah agama ilmu dan al-Quran adalah kitab ilmu. Ayat al-Quran yang pertama sekali turun kepada Rasulullah s.a.w. adalah "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu"
(Surah al-'Alaq ayat 1)
Sayyidina Ali k.w. berkata : "Tiga tanda orang berilmu :Ilmu, sabar dan diam"
(Ibid, Jilid:2,ms:59)
Sayyidina Ali k.w. berkata: "Tiadalah kebanggaan yang sebenar melainkan bagi orang-orang yang berilmu kerana mereka sentiasa berada di atas jalan hidayah, mereka menunjukkan jalan hidayah kepada orang-orang yang memintanya. Memadailah ukuran bagi setiap seseorang itu kebaikan yang dilakukan sedangkan orang yang jahil sentiasa memusuhi orang-orang berilmu. Maka rebutlah kesempatan menuntut ilmu supaya kita dapat hidup selamanya kerana pada hakikatnya, manusia itu semuanya mati sedangkan orang-orang yang berilmu akan terus hidup."
Membaca adalah kunci untuk memahami ilmu dan al-Quran merupakan. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud : "Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang berilmu."
(Surah al-Fushshilat ayat 3)
Al-Quran telah menjadikan ilmu sebagai asas dan kayu ukur kemuliaan di kalangan manusia.
Allah s.w.t. berfirman maksudnya : "Apakah sama orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu?."
(Surah az-Zumar ayat 9)
Sebagaimana juga al-Quran telah menjadikan 'ahlul ilmi'(ahli ilmu) sebagai syuhada' (orang-orang yang bersaksi) terhadap keesaan Allah bersama para Malaikat.
Firman Allah s.w.t. maksudnya : "Allah telah bersaksi bahawasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, (demikian pula) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang menegakkan keadilan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(Surah Ali 'Imran ayat 18)
Demikian juga orang alim (berilmu) adalah orang-orang yang paling takut kepada Allah s.w.t. dan bertaqwa kepadaNya. FirmanNya yang bermaksud : "Sesunggungnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu ('ulama)."
(Surah Fathir ayat 28)
Kedua : Orang yang menuntut ilmu.
Jika kita tidak mampu menjadi orang alim maka jadilah golongan kedua iaitu menjadi orang yang menuntut ilmu. Sungguh besar pahala orang yang menuntut ilmu kerana Allah, setiap langkah yang ia lakukan untuk keluar menuntut ilmu akan diberi ganjaran pahala oleh Allah s.w.t. semua makhluk termasuk ikan dilaut memohon keampunan kepada pencari ilmu.
Termasuk golongan orang yang menuntut ilmu apabila ia membaca buku-buku Islam, mentelaah bahan-bahan tarbiyah, membaca risalah dan nota-nota tazkirah yang terdapat di internet atau di masjid-masjid dan cuba memahami dan menghayatinya.
Nabi s.a.w. bersabda maksudnya : "Mereka yang melangkah di jalan pencarian ilmu, Allah akan membawanya terus ke jalan Syurga. Sesungguhnya, para Malaikat merasa gembira menebarkan sayap mereka untuk menaungi para pencari ilmu, bahkan seluruh makhluk termasuk ikan di laut memohon keampunan buat para pencari ilmu. Kedudukan orang yang alim ke atas orang yang 'abid(ahli ibadah) adalah seperti kelebihan bulan purnama ke atas bintang-bintang pada malam bulan purnama. Para ulama' adalah pewaris para Anbiya' kerana para Anbiya tidak meninggalkan kekayaan tetapi ilmu pengetahuan. Maka beruntunglah mereka yang menelusuri di jalan ini."
Sayyidina Ali k.w berkata : "Janganlah mencari ilmu kerana 4 sebab berikut:
1. Untuk membangga diri di hadapan orang yang alim,
2. Untuk berdebat dengan orang yang jahil,
3. Untuk mempamerkan diri kepada manusia,
4. Untuk menarik perhatian manusia demi menjamin kedudukan.
Ketiga : Orang yang selalu mendengar pelajaran agama.
Menjadi golongan ketiga iaitu selalu dan suka mendengar ceramah dimasjid atau internet (you tube), mengikuti kursus motivasi, mendengar kuliah agama di kaset , radio atau TV adalah masih termasuk golongan yang diredhai Allah. Semoga dengan minat mendengar ini akan mendapat pahala dan akan menjadikan hatinya cinta pada ilmu dan berusaha untuk di amalkan pula.
Nabi s.a.w. pernah ditanya: "Apakah ilmu?," baginda s.a.w. menjawab, "Diam," baginda s.a.w. ditanya lagi, "Kemudian?," baginda s.a.w. menjawab, "Mendengar dengan penuh perhatian," baginda s.a.w. ditanya lagi, "Lalu?," baginda s.a.w. menjawab, "Mengamalkan apa yang dipelajari," baginda s.a.w.ditanya lagi, "Setelah itu?," baginda (saw) menjawab, "Menyebarkannya."
Orang yang mendengar bacaan Al-Quran dan berkunjung di tempat-tempat pengajian (majlis ilmu) untuk mendengar bahan-bahan tarbiyah yang disampaikan oleh ulama' atau orang alim akan dilapangkan dadanya dan ditenteramkan hatinya daripada masalah-masalah dunia,
Allah akan sentiasa bersamanya dan orang tersebut akan lebih khusyuk beribadah kepada Allah dan ia akan dapat mendidik nafsunya kejalan kebaikan yang diredhai Allah.
Keempat : Mencintai tiga golongan iaitu orang alim, orang yang menuntut ilmu dan orang yang mendengar ilmu agama.
Mencintai dan memberi sokongan moral dan material kepada tiga golongan tersebut di atas juga akan mendapat pahala seperti mana mereka yang melakukannya. Orang yang mencintai orang alim, orang yang menuntut ilmu dan orang yang mendengar ilmu yang di ajarkan adalah orang yang mulia hatinya dan niatnya baik kerana Allah. Mungkin dia tak berkesempatan untuk menjadi golongan pertama, kedua dan ketiga kerana kesibukan tugas tetapi hatinya tetap bersama mereka.
Rasulullah s.a.w. bersabda yang maksudnya:
“Sesungguhnya sah atau tidak sesuatu amalan itu, bergantung pada niat. Dan setiap sesuatu pekerjaan itu apa yang diniatkan.
(Hadis Riwayar Bukhari dan Muslim)
Kelima : Janganlah engkau menjadi (dari) golongan yang kelima, yang dengan sebabnya engkau akan binasa.
Golongan kelima adalah golongan yang membenci atau meremehkan golongan ulama' (sering menuduh dan memfitnah ulama'), tidak berminat menuntut ilmu (lebih suka menghabiskan masa berhibur dan bersuka ria, dan membuang masa yang sia-sia), tidak berminat untuk menjadi pendengar majlis ilmu (tak suka hadir dimasjid atau surau, tak suka dengar ceramah agama diradio , TV atau di kaset-kaset) dan golongan kelima ini tidak mencintai orang-orang yang termasuk golongan pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Maka amat malanglah sesiapa yang termasuk di dalam golongan kelima, hidup penuh dengan pura-pura, dan mengejar dunia yang menipu dan menghabiskan sisi umurnya untuk menjauhkan diri dengan agama dan orang seperti ini hidupnya tak akan bahagia di dunia ini dan dihari akhirat akan mendapat azab yang pedih.
Golongan yang kelima juga adalah golongan yang binasa, kerana mereka tidak ada pimpinan yang dengannya mereka dapat membezakan di antara yang benar dengan yang salah.
Sahabat yang dimuliakan,
Tiap-tiap seorang dikehendaki menentukan sikapnya terhadap ilmu pengetahuan agama dengan salah satu dari empat cara, iaitu menjadikan dirinya orang alim yang mengajar atau orang yang belajar atau orang yang mendengar syarahan-syarahan agama atau pun orang yang mencintai dan menghargai salah satu dari tiga golongan yang tersebut dengan menurut jejak langkahnya.
Dengan sikap yang demikian, seseorang itu terjamin untuk mendapat keselamatan dan kebahagiaan, sama ada dalam perkara jasmaninya mahu pun rohaninya, kerana ia sentiasa dalam jagaan ilmu pengetahuan yang memimpinnya ke jalan yang benar dan memberinya kesedaran untuk memilih yang baik dari yang buruk dan yang hak dari yang batil.
Imam Mawardi menyatakan: Bahawa orang yang menganggap ilmu syarak itu tidak ada faedahnya dipelajari dan lebih baik sahaja ditinggalkan, sebenarnya orang itu tenggelam dalam kesesatan dan jauh dan mendapat hidayat pertunjuk, serta ia termasuk dalam golongan yang kelima yang binasa.
Oleh itu marilah sama-sama kita meletakkan diri kita menjadi golongan yang diredhai Allah s.w.t. iaitu golongan pertama, kedua, ketiga atau keempat dan jauhilah diri kita menjadi golongan kelima yang akan binasa samaada binasa di dunia dan juga binasa dihari akhirat, nauzubillah.
Terkait :
Dari Abu Bakrah ra., Dari Nabi s.a.w , sabdanya yang bermaksud :"Jadikanlah dirimu orang alim atau orang yang menuntut ilmu atau orang yang selalu mendengar pelajaran agama, atau pun orang yang mencintai (tiga golongan yang tersebut); dan janganlah engkau menjadi (dari) golongan yang kelima, yang dengan sebabnya engkau akan binasa."
(Al-Bazzar)
عَنْ اَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اُغْدُ عَالِمًا اَوْ مُتَعَلّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًّا لاَ تَكُنِ اْلخَامِسَ فَتَهْلِكَ. البيهقى فى شعب الايمان
Dari Abu Bakrah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Jadilah kamu orang yang pandai (mengetahui), atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan, atau orang yang senang (cinta), janganlah kamu menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka”. [HR. Baihaqi dalam kitab Syu’abul iimaan, juz 2, hal, 265, no, 1709]عَنْ اَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: كن عَالِمًا اَوْ مُتَعَلّمًا اَوْ مُسْتَمِعًا اَوْ مُحِبًّا لاَ تَكُنِ اْلخَامِسَ فَتَهْلِكَ. رواه البيهقى فى شعب الايمان و تعلم متعلم
Berdasarkan hadis di atas terdapat lima golongan manusia yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Emapt golongan akan mendapat keredhaan Allah dan golongan kelima akan mendapat kemurkaan Allah dan akan mendapat kebinasaan.
Pertama : Jadikan dirimu orang alim (berilmu)
Menjadi orang alim (berilmu) adalah amat mulia disisi Allah s.w.t. kerana dengan ilmu yang dimiliki , beramal pula dengan ilmu tersebut dan menyampaikan kepada orang lain adalah menjadi pewaris para Nabi dan Rasul. Kedudukannya disisi Allah dihari akhirat nanti adalah bersama para Nabi dan Rasul dan para syuhada'.
Orang alim yang berilmu dan menyampaikan ilmu tersebut apabila ia meninggal dunia dan berada dialam barzakh maka pahala ilmu yang bermanfaat yang diajarkan ketika di dunia pahalanya akan terus mengalir masuk ke alam barzakh. Sabda Nabi s.a.w yang bermaksud "Apabila seorang anak Adam itu meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara iaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanafaat dan do'a anak soleh yang mendoakannya"
(Hadith Riwayat Muslim).
Seorang yang alim akan menyampaikan ilmu yang ia miliki bukan sahaja melalui ceramah atau kuliah tetapi ianya boleh disampaikan melalui tulisan di majalah, di internet dan mengarang buku sebagai sumber ilmu untuk rujukan orang ramai.
Ilmu merupakan salah satu nilai luhur yang dibawa oleh ajaran Islam dan yang tegak di atasnya kehidupan manusia, baik secara moral maupun material, duniawi mahupun ukhrawi. Islam menjadikannya sebagai jalan menuju keimanan dan untuk di amalkan.
Nikmat ilmulah yang menyebabkan manusia diberikan amanah oleh Allah sebagai 'khalifah' di atas mukabumi ini. Sesungguhnya Islam adalah agama ilmu dan al-Quran adalah kitab ilmu. Ayat al-Quran yang pertama sekali turun kepada Rasulullah s.a.w. adalah "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu"
(Surah al-'Alaq ayat 1)
Sayyidina Ali k.w. berkata : "Tiga tanda orang berilmu :Ilmu, sabar dan diam"
(Ibid, Jilid:2,ms:59)
Sayyidina Ali k.w. berkata: "Tiadalah kebanggaan yang sebenar melainkan bagi orang-orang yang berilmu kerana mereka sentiasa berada di atas jalan hidayah, mereka menunjukkan jalan hidayah kepada orang-orang yang memintanya. Memadailah ukuran bagi setiap seseorang itu kebaikan yang dilakukan sedangkan orang yang jahil sentiasa memusuhi orang-orang berilmu. Maka rebutlah kesempatan menuntut ilmu supaya kita dapat hidup selamanya kerana pada hakikatnya, manusia itu semuanya mati sedangkan orang-orang yang berilmu akan terus hidup."
Membaca adalah kunci untuk memahami ilmu dan al-Quran merupakan. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud : "Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang berilmu."
(Surah al-Fushshilat ayat 3)
Al-Quran telah menjadikan ilmu sebagai asas dan kayu ukur kemuliaan di kalangan manusia.
Allah s.w.t. berfirman maksudnya : "Apakah sama orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu?."
(Surah az-Zumar ayat 9)
Sebagaimana juga al-Quran telah menjadikan 'ahlul ilmi'(ahli ilmu) sebagai syuhada' (orang-orang yang bersaksi) terhadap keesaan Allah bersama para Malaikat.
Firman Allah s.w.t. maksudnya : "Allah telah bersaksi bahawasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, (demikian pula) para Malaikat dan orang-orang yang berilmu, yang menegakkan keadilan. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(Surah Ali 'Imran ayat 18)
Demikian juga orang alim (berilmu) adalah orang-orang yang paling takut kepada Allah s.w.t. dan bertaqwa kepadaNya. FirmanNya yang bermaksud : "Sesunggungnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu ('ulama)."
(Surah Fathir ayat 28)
Kedua : Orang yang menuntut ilmu.
Jika kita tidak mampu menjadi orang alim maka jadilah golongan kedua iaitu menjadi orang yang menuntut ilmu. Sungguh besar pahala orang yang menuntut ilmu kerana Allah, setiap langkah yang ia lakukan untuk keluar menuntut ilmu akan diberi ganjaran pahala oleh Allah s.w.t. semua makhluk termasuk ikan dilaut memohon keampunan kepada pencari ilmu.
Termasuk golongan orang yang menuntut ilmu apabila ia membaca buku-buku Islam, mentelaah bahan-bahan tarbiyah, membaca risalah dan nota-nota tazkirah yang terdapat di internet atau di masjid-masjid dan cuba memahami dan menghayatinya.
Nabi s.a.w. bersabda maksudnya : "Mereka yang melangkah di jalan pencarian ilmu, Allah akan membawanya terus ke jalan Syurga. Sesungguhnya, para Malaikat merasa gembira menebarkan sayap mereka untuk menaungi para pencari ilmu, bahkan seluruh makhluk termasuk ikan di laut memohon keampunan buat para pencari ilmu. Kedudukan orang yang alim ke atas orang yang 'abid(ahli ibadah) adalah seperti kelebihan bulan purnama ke atas bintang-bintang pada malam bulan purnama. Para ulama' adalah pewaris para Anbiya' kerana para Anbiya tidak meninggalkan kekayaan tetapi ilmu pengetahuan. Maka beruntunglah mereka yang menelusuri di jalan ini."
Sayyidina Ali k.w berkata : "Janganlah mencari ilmu kerana 4 sebab berikut:
1. Untuk membangga diri di hadapan orang yang alim,
2. Untuk berdebat dengan orang yang jahil,
3. Untuk mempamerkan diri kepada manusia,
4. Untuk menarik perhatian manusia demi menjamin kedudukan.
Ketiga : Orang yang selalu mendengar pelajaran agama.
Menjadi golongan ketiga iaitu selalu dan suka mendengar ceramah dimasjid atau internet (you tube), mengikuti kursus motivasi, mendengar kuliah agama di kaset , radio atau TV adalah masih termasuk golongan yang diredhai Allah. Semoga dengan minat mendengar ini akan mendapat pahala dan akan menjadikan hatinya cinta pada ilmu dan berusaha untuk di amalkan pula.
Nabi s.a.w. pernah ditanya: "Apakah ilmu?," baginda s.a.w. menjawab, "Diam," baginda s.a.w. ditanya lagi, "Kemudian?," baginda s.a.w. menjawab, "Mendengar dengan penuh perhatian," baginda s.a.w. ditanya lagi, "Lalu?," baginda s.a.w. menjawab, "Mengamalkan apa yang dipelajari," baginda s.a.w.ditanya lagi, "Setelah itu?," baginda (saw) menjawab, "Menyebarkannya."
Orang yang mendengar bacaan Al-Quran dan berkunjung di tempat-tempat pengajian (majlis ilmu) untuk mendengar bahan-bahan tarbiyah yang disampaikan oleh ulama' atau orang alim akan dilapangkan dadanya dan ditenteramkan hatinya daripada masalah-masalah dunia,
Allah akan sentiasa bersamanya dan orang tersebut akan lebih khusyuk beribadah kepada Allah dan ia akan dapat mendidik nafsunya kejalan kebaikan yang diredhai Allah.
Keempat : Mencintai tiga golongan iaitu orang alim, orang yang menuntut ilmu dan orang yang mendengar ilmu agama.
Mencintai dan memberi sokongan moral dan material kepada tiga golongan tersebut di atas juga akan mendapat pahala seperti mana mereka yang melakukannya. Orang yang mencintai orang alim, orang yang menuntut ilmu dan orang yang mendengar ilmu yang di ajarkan adalah orang yang mulia hatinya dan niatnya baik kerana Allah. Mungkin dia tak berkesempatan untuk menjadi golongan pertama, kedua dan ketiga kerana kesibukan tugas tetapi hatinya tetap bersama mereka.
Rasulullah s.a.w. bersabda yang maksudnya:
“Sesungguhnya sah atau tidak sesuatu amalan itu, bergantung pada niat. Dan setiap sesuatu pekerjaan itu apa yang diniatkan.
(Hadis Riwayar Bukhari dan Muslim)
Kelima : Janganlah engkau menjadi (dari) golongan yang kelima, yang dengan sebabnya engkau akan binasa.
Golongan kelima adalah golongan yang membenci atau meremehkan golongan ulama' (sering menuduh dan memfitnah ulama'), tidak berminat menuntut ilmu (lebih suka menghabiskan masa berhibur dan bersuka ria, dan membuang masa yang sia-sia), tidak berminat untuk menjadi pendengar majlis ilmu (tak suka hadir dimasjid atau surau, tak suka dengar ceramah agama diradio , TV atau di kaset-kaset) dan golongan kelima ini tidak mencintai orang-orang yang termasuk golongan pertama, kedua, ketiga dan keempat.
Maka amat malanglah sesiapa yang termasuk di dalam golongan kelima, hidup penuh dengan pura-pura, dan mengejar dunia yang menipu dan menghabiskan sisi umurnya untuk menjauhkan diri dengan agama dan orang seperti ini hidupnya tak akan bahagia di dunia ini dan dihari akhirat akan mendapat azab yang pedih.
Golongan yang kelima juga adalah golongan yang binasa, kerana mereka tidak ada pimpinan yang dengannya mereka dapat membezakan di antara yang benar dengan yang salah.
Sahabat yang dimuliakan,
Tiap-tiap seorang dikehendaki menentukan sikapnya terhadap ilmu pengetahuan agama dengan salah satu dari empat cara, iaitu menjadikan dirinya orang alim yang mengajar atau orang yang belajar atau orang yang mendengar syarahan-syarahan agama atau pun orang yang mencintai dan menghargai salah satu dari tiga golongan yang tersebut dengan menurut jejak langkahnya.
Dengan sikap yang demikian, seseorang itu terjamin untuk mendapat keselamatan dan kebahagiaan, sama ada dalam perkara jasmaninya mahu pun rohaninya, kerana ia sentiasa dalam jagaan ilmu pengetahuan yang memimpinnya ke jalan yang benar dan memberinya kesedaran untuk memilih yang baik dari yang buruk dan yang hak dari yang batil.
Imam Mawardi menyatakan: Bahawa orang yang menganggap ilmu syarak itu tidak ada faedahnya dipelajari dan lebih baik sahaja ditinggalkan, sebenarnya orang itu tenggelam dalam kesesatan dan jauh dan mendapat hidayat pertunjuk, serta ia termasuk dalam golongan yang kelima yang binasa.
Oleh itu marilah sama-sama kita meletakkan diri kita menjadi golongan yang diredhai Allah s.w.t. iaitu golongan pertama, kedua, ketiga atau keempat dan jauhilah diri kita menjadi golongan kelima yang akan binasa samaada binasa di dunia dan juga binasa dihari akhirat, nauzubillah.
Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar