Abu Lahab Mati Di Tangan Seorang Wanita
Siapa tidak kenal Abu Lahab? Namanya diabadikan Allah dalam Qur’an
ketika ia bersama istrinya dijebloskan ke dalam api neraka. Akan tetapi,
banyak diantara kita yang tidak mengetahui bagaimana matinya seorang
musuh Allah bernama Abu Lahab ini. Seorang pembesar bangsa Quraisy yang
juga salah seorang paman Nabi kita yang mulia Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam.
Ternyata yang menyebabkan matinya Abu Lahab adalah sebuah pukulan
yang dilakukan oleh seorang shahabiyyah yang mulia. Beliau adalah
Lubabah Al-Kubra yang dikenal dengan panggilan Ummu Fadl binti Al-Harits
radhiyallahu anha. Wanita yang juga menjadi saudara kandung Sayyidah
Maimunah binti Al-Harits radhiyallahu anha.
Ummu Fadl tercatat sebagai wanita kedua yang masuk Islam setelah
Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu anha. Ummu Fadl
juga adalah seorang istri dari sahabat yang mulia sekaligus paman dari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yaitu Al-Abbas ibn Abdil
Muththalib radhiyallahu anhu.
Rasulullah sendiri sering mengunjunginya dan beristirahat siang di
rumahnya. Keluarga mulia ini juga termasuk salah satu tempat bersandar
Rasulullah pada masa sulit. Lain halnya dengan Ummu Jamil. Meski kata
jamil terlekat dinamanya, namun perangai dan tingkah lakunya jauh dari
keindahan. Sebagai isteri Abu Lahab, Ummu Jamil adalah wanita yang
terkenal aktif memusuhi dan memerangi Islam. Tak jarang diantara dua
keluarga yang masih sangat dekat hubungannya itu menimbulkan
percekcokan.
Ummu Fadl, bersama suami dan anak-anaknya pun kemudian sepakat untuk
menyembunyikan keIslaman mereka karena khawatir dengan kejahatan
kaumnya. Namun Allah berkehendak lain, Al-Abbas malah tertawan ditangan
kaum muslimin saat Perang Badr.
Kondisi kaum muslimin yang belum mengetahui perihal keIslamannya
sedikit banyak menyulitkan Rasulullah. Walhasil beliaupun menebus sang
paman Al-Abbas seperti orang musyrik lainnya. Taktik ini dilakukan agar
rahasia keIslaman Al Abbas tetap tidak terbongkar oleh orang-orang
Quraisy.
Ummu Fadl pun melihat kemarahan orang-orang kafir termasuk iparnya,
Abu Lahab. Kekalahan kaum kafir dalam Perang Badr sangat mengiris hati
Abu Lahab. Ummu Fadl pun mewanti-wanti ke empat anaknya agar tidak
menunjukkan raut wajah bahagia sehingga keIslaman mereka tetap tidak
bocor ke telinga kaum Quraisy.
Namun sebuah kejadian betul-betul merubah segalanya. Hal ini bermula
ketika Ummu Fadl beserta seorang budaknya bernama Abu Rafi` turut
mendengarkan perbincangan di ujung rumahnya antara iparnya, Abu Lahab
dan keponakannya Abu Sufyan Ibnul Harits.
Saat itu, Abu Sufyan menceritakan kepada Abu Lahab bagaimana kaumnya
kalah melawan kaum muslimin. Abu Lahab pun hanya bisa marah-marah dan
melontarkan sumbah serapah atas kenyataan itu. Sebaliknya, di ujung
rumah, Ummu Fadl justru sangat bersuka cita atas apa yang didengarnya.
Abu Sufyan berkata, ”Demi Allah, walau demikian aku tidak akan
menyalahkan mereka karena kami menghadapi manusia-manusia putih berkuda
putih diantara langit dan bumi dan tidak ada yang mampu mengalahkan
mereka.”
Tentu saja Ummu Fadl merasa bahagia mendengarnya, akan tetapi Abu
Rafi` tidak lagi mampu menahan rasa bahagianya hingga kemudian ia
berteriak, ”Demi Allah, itu adalah para Malaikat!!”
Mendengar teriakan itu, Abu Lahab bangkit. Dengan diliputi rasa
marah, ia lantas menghampiri Abu Rafi’ lalu memukulnya secara keras.
Sontak saja melihat budaknya dipukul, Ummu Fadl menjadi lupa terhadap
langkah untuk menyembunyikan keIslamannya. Wanita mulia ini kemudian
mencabut sebuah tiang yang ada di rumahnya dan lewat jiwa pemberani
langsung menghajar kepala Abu Lahab lalu berkata, ”Beraninya kamu
memukul Abu Rafi`saat tidak ada majikannya”.
Apa yang terjadi? Kepala Abu Lahab bonyok bukan kepalang. Rambutnya
dibanjiri kucuran darah dari pentungan yang dilayangkan Ummu Fadl. Abu
lahab pun kemudian meninggalkan rumah saudaranya, Al-Abbas. Berselang
tujuh malam, luka tersebut semakin parah dan bekas pukulan itu menembus
sampai otak hingga menyebabkan pembusukan.
Orang-orang di sekitar pun mulai menjauhinya. Para warga mencium bau
tidak sedap yang keluar dari luka Abu Lahab. Mereka juga khawatir luka
Abu Lahab dapat menular menimpa mereka.
Abu Lahab pun akhirnya hidup sendiri. Ia mengerang pedih tanpa ada
yang membantu. Istrinya, Ummu Jamil (hammalatul hathab) yang seharusnya
berada di sampingnya, justru pergi bersama anak-anaknya menjauhi sang
suami. Dan naas, tak lama kemudian Abu Lahab benar-benar tewas.
Selama tiga hari, jasad Abu Lahab dibiarkan tergeletak tanpa ada yang
bersedia menguburkan. Para warga tidak berani mendekati jasadnya.
Akhirnya karena bau busuk yang kian menjadi, maka digali juga sebuah
lubang kubur bagi Abu Lahab. Bangkai Abu Lahab didorong-dorong dengan
sebilah kayu sampai masuk lubang.
Tidak hanya itu, prosesi penguburan pun berlangsung secara
mengenaskan. Dari jauh warga melempari kuburan Abu Lahab dengan batu
hingga mereka yakin betul jasadnya telah tertutup rapat. Ya sebuah
tragedi kematian yang lebih hina dari kematian seekor ayam sekalipun.
Itulah akhir hayat yang dialami oleh manusia yang sombong kepada
Allah dan menolak risalah NabiNya shallaallahu alaihi wa sallam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar