Senin, 20 Januari 2014

Zaman ke zaman menurut nabi

Zaman Mulkan Jabariyyan!
Lima Babak Umat Islam Di Dunia

(1) Periode An Nubuwwah & Periode Khilafatun ‘Ala Minhaj An Nubuwwah

“Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya masa kerajaan yang menggigit (Mulkan ’Adhan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Setelah itu, masa kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyyan), adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khilafah yang mengikuti jejak kenabian (Khilafah ’ala minhaj an-nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam,” (H.R Ahmad).

INILAH babak keempat era akhir zaman yang sudah disebutkan oleh Nabi Muhammad SAW. Yaitu kehidupan di bawah kepemimpinan Mulkan Jabriyyan alias para penguasa yang memaksakan kehendak atau para diktator. Babak ini diawali dengan berakhirnya babak ketiga yaitu babak kepemimpinan Mulkan Aadhdhon atau para pemimpin yang menggigit. Yang dimaksud dengan para pemimpin yang menggigit ialah para khalifah Islam yang memimpin khilafah Islamiyyah sejak Kerajaan Daulat Umayyah lalu Daulat Abbasiyyah kemudian Kesultanan Turki Usmani yang dalam literatur Barat Eropa disebut The Ottoman Empire. Total masa berlangsungnya babak ketiga mencapai kurang lebih empat belas abad.

Ketika masih hidup di babak ketiga umat Islam memiliki para pemimpin yang dijuluki para khalifah namun dalam mekanisme suksesinya menggunakan pola kerajaan yang mewarisi kepemimpinan berdasarkan garis keturunan keluarga. Atau  sistem oligarkhi. Namun para raja tersebut masih ”menggigit Al-Qur’an dan As-Sunnah” sehingga Nabi menjuluki mereka sebagai para Mulkan Aadhdhon atau Raja-raja yang Menggigit. Berbeda dengan babak sebelumnya yaitu babak kepemimpinan Khulafa Ar-Rasyidin yang ”menggenggam  Al-Qur’an dan As-Sunnah”, maka ibarat mendaki bukit tentu lebih pasti dan aman menggenggam tali sampai puncak bukit  daripada menggigitnya.

Oleh karenanya kita dapati pada babak ketiga terkadang ada ditemukan khalifah yang adil-bijaksana seperti Umar bin Abdul Aziz, namun pada babak yang sama ada juga yang berwatak kejam seperti Abul Baqa’ Al-Qaim Biamrillah di Mesir.

Betapapun banyaknya catatan atas babak ketiga, namun pada babak tersebut umat Islam masih memiliki sistem khilafah sebagai tatanan formal kehidupan bernegara. Hukum yang diberlakukan masih hukum Allah. Sedangkan sesudah itu umat bukan saja hidup di bawah kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan yang merupakan para diktator bermasalah secara personal, tetapi juga bermasalah secara sistem.

Belum pernah umat Islam hidup tanpa naungan Khilafah Islamiyyah seperti yang dialami dewasa ini. Keadaan umat Islam dewasa ini mirip seperti keadaan Nabi dan para sahabat saat berjuang di Mekkah sebelum hijrah ke Madinah. Mereka mengalami pengusiran dari rumah, penganiayaan, penyiksaan, pemboikotan bahkan pembunuhan. Sedemikian hebatnya penderitaan yang dialami, sehingga  sempat sahabat Khabab bin Arat datang dan mengeluh di hadapan Nabi. Apa jawaban Nabi saat itu?

“Ada seseorang dahulu yang ditanam badannya ke dalam bumi hingga sebatas lehernya lalu kepalanya digergaji sehingga terbelah dua namun hal itu tidak menghalanginya dari tetap beragama. Kemudian disisir dengan besi sehingga terkelupas dagingnya dan tampaklah tulangnya namun hal itu tidak menghalanginya dari tetap beragama. Demi Allah, sungguh urusan ini akan disempurnakan sehingga seorang pengembara berjalan dari San’a hingga Hadramaut tidak merasa takut kepada apapun selain Allah atau srigala yang menerkam gembalanya. Akan tetapi kalian tergesa-gesa…!” (HR Bukhari 3343).

Apa yang kita alami dewasa ini merupakan sunnatullah. Ini merupakan suatu cara bagi Allah untuk menyeleksi siapa di antara orang-orang yang mengaku beriman memang sungguh-sungguh beriman. Allah tidak berkenan memberikan kemenangan bagi umat Islam sebelum mereka mengalami penempaan yang semestinya. Bersabarlah. Jangan mengira bahwa sikap diam dan seolah tidak berbuat merupakan sikap pasif dan mengalah..! Jangan kira bahwa mereka yang menghiasi media-massa berlomba merebut panggung kekuasaan merupakan fihak yang paling berjasa bagi perjuangan umat dan perubahan sosial.

Pada tahap ini yang diperlukan adalah orang-orang beriman yang mampu menahan diri sambil terus membina pribadi dan keluarganya serta umat di sekelilingnya bersiap-siaga menghadapi masa-masa kritis peralihan dari babak keempat menuju babak kelima. Peralihan dari babak kepemimpinan Mulkan Jabriyyan menuju tegaknya kembali Khilafatun ’ala Minhaj An-Nubuwwah. Suatu bentuk  peralihan yang seringkali digambarkan sebagai fase Huru-Hara Akhir Zaman. Suatu peralihan yang sudah barang tentu tidak akan dilalui seperti berjalan di taman bunga dan permadani mewah. Suatu peralihan yang sangat boleh jadi menuntut tertumpahnya tetesan airmata dan darah.

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS Ali Imran ayat 139-140)


 “Periode  an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah SWT mengangkatnya, setelah itu datang periode  khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah SWT ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak/masa keburukan) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah SWT ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,” (HR Ahmad 17680).

islampos.com—HADIST di atas, tidak pelak lagi, telah menjadi sebuah sinyal jelas dari Rasulullah saw, bagaimana periodesasi umat Islam berjalan di atas muka bumi, sejak sekitar 1500 tahun yang lalu. Jika ditelaah lebih saksama lagi, maka kita akan dibawa menelusuri bagaimana kekuasaan berjalan; Islam, rezim thoghut, Islam, dan thoghut, kemudian terjadilah kiamat.

A.    Periode  an-Nubuwwah

Periode  an-Nubuwwah (kenabian) telah berlangsung pada masa baginda Nabi saw.  Periode kenabian adalah masa dimana ummat Islam langsung dipimpin oleh Nabiyyullah Muhammad saw secara langsung.

Babak ini berlangsung singkat yaitu 23 tahun (13 tahun sebelum hijrah hingga 10 Hijriah), tidak sampai seperempat abad lamanya, masa yang singkat namun diberkahi Allah.

Ketika Nabi saw baru diutus pada usia 40 tahun jazirah Arab sedang tenggelam di dalam nilai-nilai zhulumat al-jaahiliyyah (kegelapan nilai-nilai jahiliah).

Sementara tatkala Nabi saw wafat pada usia 63 tahun telah terjadi transformasi sosial secara total sehingga jazirah Arab menjadi bersinar dibawah naungan Nurul Islam (Cahaya Ajaran Allah Ta’ala Al-Islam).

Secara umum ciri-ciri zaman ummah pertama ini dapat diketahui sebagai berikut :

-Ibadah mereka sangat banyak. Shalat, puasa, zikri dan wirid susah ditandingi banyak dan khusyuknya.

-Ukhuwah dan kasih sayang sangat padu, setiap orang mencintai saudaranya seperti mencintai saudara sendiri.

-Jihad dan mati syahid menjadi idaman dan cita-cita. Mereka akan sangat merasa dukacita jika tidak diizinkan untuk pergi ke medan jihad.

-Akhlak menjadi perhiasan diri, mereka mampu berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka.

-Masyarakat dan negara Islam dapat dibangun sehingga layak digelar sebagai negara yang aman makmur dan mendapat keampunan Allah.

- Kekuatan ruhiyah mencapai zaman puncaknya.

-Islam berhasil menaklukkan dua imperium besar dunia yang sedang berkuasa saat itu (kerajaan Romawi dan Persia) untuk kemudian memayungi ¾ dunia.

B.    Periode  khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah

Periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas tuntunan kenabian) adalah di era khulafaur Rasyidin. adalah masa dimana setelah wafatnya Nabi Muhammad saw ummat dipimpin oleh para sahabat mulia yang dijuluki Khulafa’ Rasyidun (para khalifah yang jujur, adil dan istiqomah mengikuti Allah dan RasulNya).

Masa ini ditandai kepemimpinan sahabat-sahabat utama, yakni Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin al-Khattab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Tholib radhiyAllahu ‘anhum ajmaa’iin.

Babak ini juga berlangsung singkat yaitu 30 tahun (tahun 10 H hingga 40 H), seperempat abad lebih sebagaimana prediksi Nabi Muhammad saw:

 “Era khilafah di dalam ummatku berlangsung tigapuluh tahun, kemudian sesudah itu muncullah era kerajaan demi kerajaan,” (HR At-Tirmidzi 2152).


 “Periode  an-Nubuwwah (kenabian) akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah SWT mengangkatnya, setelah itu datang periode  khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah (kekhalifahan atas manhaj kenabian), selama beberapa masa hingga Allah SWT ta’aala mengangkatnya, kemudian datang periode mulkan aadhdhon (penguasa-penguasa yang menggigit) selama beberapa masa, selanjutnya datang periode mulkan jabbriyyan (penguasa-penguasa yang memaksakan kehendak/masa keburukan) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah SWT ta’aala, setelah itu akan terulang kembali periode khilafatun ‘ala minhaj an-Nubuwwah. Kemudian Nabi Muhammad saw diam,” (HR Ahmad 17680).

Babak III: Kepemimpinan Raja-Raja Yang Menggigit


Ini adalah masa dimana ummat Islam dipimpin dengan pola kerajaan selama masa yang cukup lama yaitu sejak tahun 40 H hingga tahun 1342 H atau sekitar 13 abad, tepatnya selama 1302 tahun.

Babak ini terutama ditandai dengan berdirinya tiga kerajaan Islam besar:

1. Daulah Bani Umayyah

2. Daulah Bani Abbasiyyah

3. Kesultanan Utsmani Turki yang di dalam berbagai kitab sejarah dunia (Barat) lebih dikenal dengan The Ottoman Empire.

3 Maret 1924

Majelis Nasional Agung yang berada di Turki menyetujui tiga buah Undang-Undang yaitu:

(1) menghapuskan kekhalifahan,

(2) menurunkan khalifah dan

(3) mengasingkannya bersama-sama dengan keluarganya.

C. Periode Mulkan Adhdhon

Masa Mulkan Aadhdhon dimulai dengan pembunuhan kaum muslimin oleh kaum khawarij seperti pembunuhan Khalifah Ali bin Abi Thalib, pembantaian putra beliau sekaligus cucu Rasulullah Sayyidina Husein, dan pembantaian-pembantaian lainnya. Kemudian dilanjutkan pada masa-masa Khilafah Islamiyah Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyyah, dan Dinasti Turki Usmaniyah. Mereka hanya menggigit Al Qur’an dan Sunnah sehingga di beberapa tempat muncul dakhanun, yaitu “mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku”. Salah satu contohnya adalah pergantian pemimpin yang selalu diwariskan kepada putra/pangeran mahkota, yang ini adalah bukan tuntunan Rasul saw.

D. Periode Mulkan Jabbriyyan

Masa ini diawali dengan takluknya kekhalifahan islam terakhir Turki Utsmani di awal abad 20. Periode ini adalah masa sekarang ini. Pada masa keburukan (mulkan jabbriyyan) ini, negeri Islam yang terpecah-belah menjadi negara-negara kecil dengan ciri memerintah secara otoriter (memaksakan kehendak). Negara-negara islam terpecah belah dari ujung barat Maroko sampai ujung timur Indonesia. Dan kini, negeri Hijaz dikuasai oleh Saudi Arabia.

Diawali dengan pembunuhan terhadap sesamanya (kaum muslimin)

1. “Sungguh, menjelang terjadinya Kiamat ada masa-masa harj (kerusuhan / huru-hara).” Para sahabat bertanya : “Apakah hari itu ” Beliau bersabda : “Pembunuhan.” Mereka bertanya : “Apakah lebih banyak jumlahnya dari orang yang kita bunuh? Sesungguhnya kita dalam satu tahun membunuh lebih dari tujuh puluh ribu orang?” Beliau bersabda :“Bukan pembunuhan orang-orang musyrik oleh kalian itu, tetapipembunuhan dilakukan oleh sebagian kalian terhadap sesamanya (kaum muslimin) ” Mereka bertanya : “Apakah pada masa itu kami masih berakal?“ Beliau bersabda, “Akal kebanyakan manusia zaman itu dicabut, kemudian mereka dipimpin oleh orang-orang yang tak berakal, kebanyakan manusia menyangka para pemimpin itu mempunyai pegangan, padahal sama sekali tidak demikian,” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah. Hadits shahih.)

2. “Artinya : Sesungguhnya Allah SWT Ta’ala telah menyatukan untukku dunia, lalu aku melihat timur dan baratnya dan sesungguhnya umatku akan sampai kekuasaannya seluas yang disatukan Allah SWT untukku dan aku diberi dua harta simpanan yaitu emas dan perak lalu aku memohon kepada Rabb-ku untuk umatku agar dia tidak menghancurkannya dengan kelaparan yang menyeluruh, dan menguasakan atas mereka musuh-musuhnya dari selain mereka sendiri lalu menghancurkan seluruh jama’ah mereka, dan Rabb-ku berkata : “Wahai Muhammad, sesungguhnya Aku jika telah memutuskan satu qadha’ maka tidak dapat ditolak, dan Aku telah memberikan kepadamu untuk umatmu bahwa Aku tidak akan menghancurkan mereka dengan kelaparan yang menyeluruh dan tidak akan menguasakan atas mereka musuh-musuh dari selain mereka yang menghancurkan seluruh jama’ahnya walaupun mereka telah berkumpul dari segala penjuru – atau mengatakan- : Orang yang ada di antara penjuru dunia- sampai sebagian mereka membunuh dan menjadikan rampasan perang sebagian yang lainnya,” (Hadits Shahih Riwayat Muslim (2889).

Sebagian kaum muslimin membunuh dan menjadikan rampasan perang kepada sebagian kaum muslimin lainnya. Simak sejarah kaum penguasa Hijaz saat ini dari awal. Ketika kaum ini memasuki Hijaz dan membantai kaum Muslimin dengan alasan bahwa mereka telah syirik, sehingga berlaku hukum rampasan perang bagi merekaPada masa (keburukan) ini pula, muncul da’i – da’i muda yang berdakwah dengan sebaik-baik ucapan, namun mereka sesat dan menyesatkan.

3. Akan keluar pada akhir zaman suatu kaum, umurnya masih muda, sedikit ilmunya, mereka mengatakan dari sebaik-baik manusia. Membaca Al-Qur’an tidak melebihi kerongkongannya. Terlepas dari agama seperti terlepasnya anak panah dari busurnya”. [HR Bukhari & Muslim]

4. Sayidina Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda: ”Pada akhir zaman nanti akan muncul kaum berusia muda (ahdasul asnan) berpikiran pendek (sufahaul ahlam), mereka memperkatakan sebaik-baik ucapan kebaikan, mereka membaca Al-Quran tetapi bacaan mereka itu tidak melebihi (melampui) kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya maka di manapun kamu menjumpainya maka perangilah mereka sebab dalam memerangi mereka terdapat pahala disisi Allah SWT pada hari kiamat kelak. ” (Sahih Bukhari/6930, Sahih Muslim/2462, Sunan Abu Daud/4767, Sunan Nasai/4107 Sunan Ibnu Majah/168 , Sunan Ahmad/616 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar