Senin, 20 Januari 2014

Cara berbakti kepada orang tua yang sudah meninggal

1.Memohon Ampun Kepada Allah untuk Kedua Orang Tua Kita Hal ini merupakan yang paling ringan untuk dilakukan, kita doakan setap habis salat wajib, atau waktu-waktu ijabah, “rabbighfirlii waliwadayya warhamhuma kama rabbayani shagira”. Semoga bibir kita tidak pernah kering dan lelah mengucap doa tersebut. Dalam sebuah hadist disebutkan “Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla akan mengangkat derajat seorang hamba yang sholeh di dalam surga. Hamba itu kemudian bertanya: ”Ya Rabbi, darimana derajat ini aku peroleh?” Alloh ‘Azza Wajalla menjawab: “Karena anakmu meminta ampunan kepada-Ku.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

2.Berdoa Segala Yang Baik bagi kedua Orang Tua Kita Dalam sebuah hadist Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

3.Melunasi segala Hutang-Hutangnya Sebagai anak yang berbakti melunasi hutang orang tua ialah tanggung jawab, dan keluarga besar almarhum juga harus memberikan bantuan untuk menyelesaikan permasalahan hutang yang telah meninggal. Terkadang terjadi problem ketika hutang yang muncul begitu besar sedangkan penghasilan si anak masih cukup minim. Tapi komitmen untuk melunasi harus tetap ditunjukkan oleh anak si orang tua yang berhutang tersebut agar membantu nasib orang tua di akhirat kelak. Meskipun terasa berat, percayalah bahwa Allah akan mengirimkan bantuan bagi setiap yang berhutang untuk melunasinya. Adapun bila diantara kita yang jadi pihak yang dihutangi tentunya perlu memberi jangka waktu yang cukup agar ringan untuk dilunasi si penghutang. Karena permasalahan hutang ialah permasalahan serius yang perlu dituntaskan dengan baik. Ada sebuah hadist menyebutkan Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ruh seorang beriman tergantung dengan hutangnya, sampai dilunasi hutangnya.” HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6779.

4.Menuntaskan nadzar , kafarat, dan wasiat Ketiga hal tersebut harus diupayakan untuk juga dituntaskan dengan baik meski butuh waktu dan proses melaksanakannya

عن ابن عباس : أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَة جَاءَتْ إِلىَ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ : إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَلَمَ تَحُج حَتَّى ماَتَتْ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا ؟ قاَلَ : حُجِّي عَنْهَا

Artinya Dari ibnu abbas, sesungguhnya seorang wanita dari Juhainah, datang kepada Nabi saw. lalu dia bertakata:"sesungguhnya ibu saya teleh bernazar melakukan haji, dia meninggal sebelum melaksanakan nazar hajinya. Apakah boleh melukan haji menggantikannya? Nabi menjawab:" lalukan haji untuknya" (HR.Bukhori) 5. Bersilaturahim kepada para kerabat dan sahabat kedua orang tua kita dan menghormati mereka. “sesungguhnya suatu hal paling berbakti ialah silaturrahim seorang anak pada kerabat yang mencintai ayahnya”(H.R. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar