Syaikh
Ibnu Taimiyah, ulama panutan dan sokoguru Wahhabi, pernah ditanya
tentang ritual seperti tahlilan, yang mencampur antara ayat-ayat Al
Quran, tahlil, istighfar, shalawat, dan lain-lain dalam satu komposisi.
Ternyata Ibnu Taimiyah membenarkan serta menganjurkannya. Dalam hal ini
Ibnu Taimiyah berkata :
“Ibnu Taimiyah ditanya, tentang
seseorang yang memprotes ahli dzikir (berjama’ah) dengan berkata kepada
mereka, “Dzikir kalian ini bid’ah. Mengeraskan suara yang kalian lakukan
juga bid’ah.” Mereka memulai dan menutup dzikirnya dengan al-Quran,
lalu mendoakan kaum Muslimin yang masih hidup dan sudah meninggal. Mereka
mengumpulkan antara tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, dan
shalawat Nabi Muhammad SAW?” Lalu Ibnu Taimiyah menjawab, “Berjama’ah
dalam berdzikir, mendengarkan al-Quran dan berdoa adalah amal sholeh,
termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu. Dalam
Shahih al-Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda,”Sesungguhnya Allah
memiliki banyak malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila
mereka bertemu dnegan sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka
mereka memanggil, “Silakan sampaikan hajat kalian.”, lanjutan hadits
tersebut terdapat redaksi, “Kami menemukan mereka bertasbih dan
bertahmid kepada-Mu.”…. Adapun memelihara rutinitas aurad (bacaan-bacaan
wirid) seperti shalat, membaca Al-Quran, berdzikir atau berdoa, setiap
pagi dan sore serta pada sebagian waktu maam dan lain-lain, hal ini
merupakan tradisi Rasulullah Muhammad SAW dan hamba-hamba Allah yang
sholeh, zaman dahulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, juz
22, halaman 520).
Pernyataan Syaikh Ibn Taimiyah di atas memberikan beberapa kesimpulan:
Pertama) bahwa dzikir berjamaah dengan komposisi bacaan yang beragam antara ayat al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil, shalawat dan lain-lain seperti yang terdapat dalam tradisi tahlilan adalah amal shaleh dan termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama dalam setiap waktu.
Kedua) Dzikir bersama atau berjamaah dengan mengeraskan
suara dan bacaan seragam seperti Tahlilan, tidaklah bid’ah, bahkan
termasuk amal dan ibadah utama di setiap waktu.
Ini bukti bahwa ajaran Wahabi, dari waktu ke waktu semakin ekstrem. Amaliyah yang dibolehkan oleh guru-guru mereka, sekarang mereka bid’ahkan. Jika memang Wahabi mengikuti jejak Ibnu Taimiyah, harusnya mereka menggelar Tahlilan, bukan malah melarangnya. Monggo kaum Wahabi yang berilmu menanggapi.
Ini bukti bahwa ajaran Wahabi, dari waktu ke waktu semakin ekstrem. Amaliyah yang dibolehkan oleh guru-guru mereka, sekarang mereka bid’ahkan. Jika memang Wahabi mengikuti jejak Ibnu Taimiyah, harusnya mereka menggelar Tahlilan, bukan malah melarangnya. Monggo kaum Wahabi yang berilmu menanggapi.
(KH. Muhammad Idrus Ramli
24/04/2013 at 15:22
#
syukran…
karemas
24/04/2013 at 15:29
#
24/04/2013 at 18:43
#
-
Michael Weikath27/04/2013 at 11:00 #
24/04/2013 at 18:44
#
mansyur
24/04/2013 at 19:38
#
Jangan belajar yg cuma pinter ngebid’ahin amalan orang nanti malah jadi Ahlul Bid’ah lho……:))
Noobie
26/04/2013 at 10:39
#
Darmawan
26/04/2013 at 10:55
#
mengenai thalilan, shalawat, dll yang berjamaah itu dijelaskan kok didalam Qur’an
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)
Disitu malaikatnya jamak bukan tunggal artinya berjamaah dong, sholat berjamaah dianjurkan karena memang pahalanya akan berlipat, klo para saudara-saudara para wahabi tidak mengimani ayat ini kan udah jelas hukumnya kafir, cukup 1 ayat bisa menjelaskan bahwa berjamaah tahlilan baca shalawat bukan bid’ah
“Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (Al An’aam: 155)
tuh penjelasan bahwa Qur’an adalah satu2nya kitab yang diberkati
nih ana kasih lagi biar antum sadar bahwa tahlilan itu bukan bid’ah
[41:41] Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quraan ketika Al Quraan itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quraan itu adalah kitab yang mulia.
[41:42] Yang tidak datang kepadanya (Al Quraan) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.
Tuh jadi Qur’an sama sekali ga bisa bikin orang Bid’ah dan ga mendatangkan kemudharatan sama sekali mau di depan atau dibelakang, sekarang orang tahlilan baca shalawat, tahlil, yasin, mana yang mendatangkan kekafiran??? dari sisi mana bid’ah nya? hadits? apa hadits itu kitab yang selalu diberkati? apa hadits itu dari Allah atau rasulullah yang nulis hadits nya? kane neggak coba pahami kembali Quran supaya antum para wahabi ada di jalan yang lurus jalan orang-orang terdahulu diberi kenikmatan
Wasalam
mamet
26/04/2013 at 21:12
#
27/04/2013 at 01:53
#
Kerancuan Manhaj Wahabi
Anda tahu bahwa wahabi tidak mau membagi bid’ah, sebab kullu bid’ah dholalah. Semua bid’ah sesat. Kata “kullu” bersifat menyeluruh. Dengan demikian, bid’ah tidak boleh dibagi. Begitu kata wahabi. Pernyataan tersebut sebenarnya merupakan refleksi dari taqlid buta terhadap Utsaimin.
Dalam kitab Al-Ibda’ Fi Kamalisy Syar’I Wa khothoril Ibda’, dia berkata:
قوله (كل بدعة ضلالة) كلية عامة شاملة مسورة بأقوى أدوات الشمول والعموم (كل) أفبعد هذه الكلية يصح أن نقسم البدعة إلي أقسام ثلاثة او إلي أقسام خمسة؟ أبدا هذا لايصح . (محمد بن صالح العثيمن, الإبداع في كمال الشرع وخطر الإبتداع ص 13 )
Artinya: “Sabda Nabi (Semua bid’ah sesat) bersifat global, umum, menyeluruh dan dipagari menggunakan perabot yang paling kuat yaitu “kullu” (seluruh). Apakah setelah ketetapan menyeluruh ini, kita dibenarkan membagi bid’ah menjadi tiga bagian, atau menjadi lima bagian? Selamanya, ini tidak akan pernah sah.
Keterangan itu dinukil oleh Tim Bahtsul Masa’il PC NU Jember dalam buku “Membongkar Kebohongan Buku “Mantan Kiai NU Menggugat Sholawat Dan Dzikir Syirik, hlm 81, cet. IV 2008, yang diterbitkan oleh Khalista.” Buku tersebut ditulis untuk menjawab buku yang ditulis oleh ustad wahabi, Mahrus Ali.
Setelah wahabi melarang pembagian bid’ah, justru selanjutnya mereka sendiri yang membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah agama dan bid’ah dunia. Saya ingin menyusun sebuah pertanyaan untuk wahabi agar mereka menanyakannya kepada diri mereka sendiri. Pertanyaan itu saya sesuaikan dengan kemampuan wahabi. Jadi saya buat pertanyaan seperti pertanyaan untuk anak SD kelas 1, sebagai berikut:
1. Apakah saya boleh membagi bid’ah?
a. Boleh.
b. Tidak boleh.
2. Jika saya tidak boleh membagi bid’ah, maka bolehkah saya membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah agama dan bid’ah dunia?
a. Boleh.
b. Tidak boleh.
3. Jika saya boleh membagi bid’ah menjadi dua, bid’ah agama dan bid’ah dunia, maka bolehkah saya membagi bid’ah menjadi dua?
a. Boleh.
b. Tidak boleh.
Jangan lupa kunjungi blog kami http://goleksurgo.blogspot.com/2013/04/kerancuan-manhaj-wahabi_7822.html
-
saad30/04/2013 at 15:19 #-
raja saut02/05/2013 at 22:46 #
yg jadi pertanyaanv ane, lalu bagaimana wahabi menafsirkan “Kullu nafsin daikotul mauut..” apakah artinya….”semua yang hidup pasti mati?”.lalu bagaimana dengan adanya Allah SWT .
AllahSWT itu khan maha hidup,masa mati juga? bingung dah “_”-
Stopdusta01/09/2013 at 17:47 #
Dari pertanyaan anda “Kullu nafsin daikotul mauut..” apakah artinya….”semua yang hidup pasti mati?, jawabanya memang bukan itu artinya,
Lihat kamus yang benar !!
nafsin ≠ yang hidup
nafsin = jiwa
jika anda ingin memahami “semua yang hidup pasti mati” bukan kata “nafsin” yang dipakai, tetapi ganti saja dengan kata “hayun”
Hayun = yang hidup
Pertanyaan saya kepada anda adalah, apakah Allah itu merupakan sebentuk jiwa seperti halnya makhluk ? Jika jawaban anda “ya” berarti Allah memang bisa mati, sebaliknya jika jawaban anda Allah bukanlah sebentuk jiwa maka mutlak Allh Maha HIdup alias tidak akan pernah mati
-
-
Subhanaalloh………hari gini masih rebutan bahasa bid’ah basi mas bro anda2 semua orang muslim bersatulah musuh2mu diluar sono dah pada ngeroyok dan bersorak bertepuk tangan, karena sesama muslim pada berantem terus rebutan bid’ah. Lebih baik sesama muslim bersatu masih banyak manfaatnya daripada anda rebutan bid’ah terus.
MoSWi Pamarhadi
29/04/2013 at 12:34
#
NB: Buat team Sarkub, kapan nih bisa diadakan dialog KH.Thobary Syadzili dengan Ust.Firanda (Wahabi tulen kayanya dia) atau dengan Ust.Yazid Jawas yang ngarang buku Mulia dg Manhaj Salaf tp menyesatkan Asy`ariyyah al-Maturidiyyah..ditunggu ya Team..? Hatur Teng Q
Pencariilmu
29/04/2013 at 18:28
#
-
gussetya30/04/2013 at 15:39 #
30/04/2013 at 07:56
#
-
hamba01/05/2013 at 11:28 # -
Missluna01/05/2013 at 19:11 #
” Orang yang paling CELAKA
adalah orang yang mengisi HATI
nya dengan bibit-bibit
PERMUSUHAN dan memenuhinya
dengan benih-benih KEBENCIAN.
Saat itu lah HATI tersebut
menjadi sarang persembunyian
IRI dan DENGKI serta DENDAM
KESUMAT.”
Biarlah kita meng-khusu’ kan dan menambah amal ibadah diri kita masing-masing, dari pada hanya bisa mencela, dan mencaci maki yang malah menunjukan betapa rendahnya derajat muslim dari tata krama dan cara bicara, padahal ibadah kita, shalat kita yang sudah susah payah ini masih belum diterima amalannya oleh Allah SWT -
raja saut02/05/2013 at 22:56 #
ALLOHUMA SHOLI ALLA SAYYIDIINNA MUHAMMAD…
girimuda
03/05/2013 at 16:01
#
dwiN
06/05/2013 at 08:47
#
terima kasih..
mungkin saya salah satu penghuni neraka karna saya mengikuti dalil yang shoheh saja untuk beramal.
zahdan razzaq
07/05/2013 at 21:02
#
Jadi yg gak punya uang gak merasa gimana2 kalo gak ngadain acara tahlilan.
karena setahu saya beda hukumnya !
Jangan cuma mau amplopnya aja !
izzuddin al banjary
08/05/2013 at 11:44
#
…..” yang adil wahai rosululloh..”…….celakalah engkau….kalau bukan aku ( n Muhammad SAW) yang berbuat adil…maka siapa yang akan berbuat adil………..” jawab kanjeng rosul….kemudian Sohabat umar mohon izin kepada kanjeng rosul…….ya rosul..izinkan saya untuk menebas batang leher si munafik ini…”….jangan umar….biarlah …..dia punya banyak sahabat yang serupa denganya…..dan meremehkan ibadah kalian……..(penggalan kisah ketika kanjengrosul membagi ghonimah)………ternyata sekarang terbukti banyak yang meremehkan amalan ibadah para shohabat kanjeng rosul………..
1. Umar RA dengan amalan ibadah sunnah tarawih 20 roka’at….
2. umar RA memberlakukan adzan 2 kali ketika sholat jumat…..
dan lain sebagainya………
abdul akbar
19/07/2013 at 21:01
#
Kesimpulan: 1. yang pertama, berdoa kepada Allah SWT untuk berdoa dan mendoakan orang tua, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati..
2. yang kedua, membaca fatihah, yasinan, tahlilan dan sholawatan pahalanya dikirimkan kepada orang tua, ulama-ulama. wali-wali, orang orang soleh, dll yang sudah meninggal. .
lakone wonk cepoe
23/07/2013 at 16:17
#
lakone wonk cepoe
23/07/2013 at 16:24
#
Ahyar
21/09/2013 at 09:25
#
Semua merasa benar,.. sesungguhnya umat yang rendah ilmu agamanya akan kebingungan menentukan ibadah mereka.
paknyuai
12/10/2013 at 01:12
#
Nur Ahmad
20/10/2013 at 21:04
#
banyu bening
19/11/2013 at 11:27
#
Buyung
24/11/2013 at 21:10
#
02/12/2013 at 10:08
#
03/12/2013 at 12:36
#
mana nih anak anak najd belum ada yg nongol mbah?
apa nggak kuat nyium aroma kemenyan yg harum ini?