Senin, 05 Mei 2014

SEDEKAH TANPA IZIN ORANG TUA ATAU SUAMI


PERTANYAAN :
> Syifa Al'hasanah
Assalamu'alaykum.. Shabat Fillah piis KTB..Aku Mau tanya Tntang seorang yang sodaqoh Tanpa Izin Ortu Atau Suami Apa boleh Dan akan Mendapatkan Pahala...? Sebelum Nya Terima kasih... Jazakalloh khoiron Ktsasiron..^__^"
JAWABAN :
> Masaji Antoro
Nderek URUN REMBAG, WANITA YANG BERSEDEKAH DENGAN HARTANYA SENDIRI. Menurut kalangan Hanafiyyah, Syafi’iyyah dan pendapat terkuat dikalangan Hanabilah, wanita yang telah dewasa dan pintar diperbolehkan mengelola hartanya sendiri meskipun tanpa izin suaminya dan tidak dibatasi jumlah maksimalnya. Menurut pendapat kalangan Malikiyyah bila melebihi sepertiga hartanya harus disertai izin suaminya. REFERENSI :
979- قال بن جريج وأخبرني الحسن بن مسلم عن طاوس عن بن عباس رضي الله عنهما قال ثم شهدت الفطر مع النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان رضي الله عنهم يصلونها قبل الخطبة ثم يخطب بعد خرج النبي صلى الله عليه وسلم كأني أنظر إليه حين يجلس بيده ثم أقبل يشقهم حتى جاء النساء معه بلال فقال {يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ} الآية ثم قال حين فرغ منها آنتن على ذلك قالت امرأة واحدة منهن لم يجبه غيرها نعم لا يدري حسن من هي قال فتصدقن فبسط بلال ثوبه ثم قال هلم لكن فداء أبي وأمي فيلقين الفتخ والخواتيم في ثوب بلال قال عبد الرزاق الفتخ الخواتيم العظام كانت في الجاهلية........وفي هذا الحديث من الفوائد أيضا استحباب وعظ النساء وتعليمهن أحكام الإسلام وتذكيرهن بما يجب عليهن، ويستحب حثهن على الصدقة وتخصيصهن بذلك في مجلس منفرد، ومحل ذلك كله إذا أمن الفتنة والمفسدة. وفيه خروج النساء إلى المصلى كما سيأتي في الباب الذي بعده. وفيه جواز التفدية بالأب والأم، وملاطفة العامل على الصدقة بمن يدفعها إليه. واستدل به على جواز صدقة المرأة من مالها من غير توقف على إذن زوجها أو على مقدار معين من مالها كالثلث خلافا لبعض المالكية
Berkata Ibn Juraij, berceritera padaku al-Hasan Bin Muslim dari Thowus dari Ibnu Abbas berkata, "Aku menghadiri shalat Idul Fitri bersama Nabi, Abu Bakar,Umar, dan Utsman, semuanya mengerjakan shalat sebelum berkhotbah. Nabi keluar (lalu turun 6/62) seakan-akan aku masih melihat beliau ketika menyuruh orang banyak duduk dengan mengisyaratkan tangannya. Kemudian menghadapi mereka dan membelah barisan kaum lelaki (dan ini dilakukan sehabis berkhotbah). Sehingga, beliau mendatangi kaum wanita bersama Bilal, lalu beliau mengucapkan, 'Yaa ayyuhan nabiyyu idzaa jaaakalmu'minaatu yubbaayi'naka ['alaa an laa yusyrikna billaahi syaian wa laa yasriqna wa laa yazniina wa laa yaqtulna aulaadahunna wa laa ya'tiina bi buhtaanin yaftariinahu baina aidiihinna wa arjulihinna]' 'Hai Nabi, jika kamu didatangi oleh kaum wanita hendak mengadakan bai'at atau berjanji setia kepadamu (untuk tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak mereka, dan tidak membuat-buat tuduhan perzinaan kepada orang lain dengantuduhan palsu.' Hingga selesai membaca ayat itu semuanya. Kemudian beliau bersabda setelah membaca ayat tersebut, 'Hai kaum wanita, apakah Anda sekalian seperti itu?'Seorang wanita di kalangan mereka menjawab, dan tiada seorang pun dari kaumwanita itu yang menjawab selainnya. Ia berkata, 'Benar wahai Rasulullah.' Al-Hasan(yang meriwayatkan hadits itu) tidak mengetahui siapa wanita yang menjawab itu. Nabibersabda lagi, 'Kalau begitu, maka bersedekahlah kalian!' Kemudian Bilal membeberkan pakaiannya, lalu dia berkata, 'Marilah, Anda sekalian adalah penebus ayahku dan ibuku.'Kemudian orang-orang wanita itu meletakkan cincin besar-besar dari emas(yang biasa dipakai pada zaman jahiliah dulu), juga meletakkan cincin ukuran biasa di atas pakaian Bilal itu."
PELAJARAN PENTING DARI HADITS INI
• Anjuran menasehati dan mendidik kaum wanita tentang hukum-hukum Islam serta mengingatkan apa yang diwajibkan pada mereka
• Anjuran memberi dorongan pada mereka untuk gemar bersedekah serta mengkhusukan mereka dalam suatu majlis bila memang dirasa aman dari fitnah dan kerusakan
• Bolehnya mereka keluar ditempat shalat (keterangan lengkapnya akan datang)
• Bolehnya membuat tebusan untuk ayah dan ibu serta berfaedahnya perbuatan baik atas orang yang ia tebusi
• Diperbolehkannya pemberian sedekah oleh wanita dari harta pribadinya tanpa seizin suaminya atau dalam batasan pemberian yang ditentukan maksimalnya, berbeda menurut kalangan Malikiyyah yang membatasi jumlah maksimalnya asalkan tidak melebihi sepertiga dari harta wanita tersebut.
[ Fath al-Baari II/468].
وفي هذا الحديث جواز صدقة المرأة من مالها بغير اذن زوجها ولا يتوقف ذلك على ثلث مالها هذا مذهبنا ومذهب الجمهور وقال مالك لا يجوز الزيادة على ثلث مالها الا برضاء زوجها ودليلنا من الحديث أن النبي صلى الله عليه و سلم لم يسألهن استأذن أزواجهن في ذلك أم لا وهل هو خارج من الثلث أم لا
Dalam hadits ini terdapat dalil akan diperbolehkannya pemberian sedekah oleh wanita dari harta pribadinya tanpa perlu izin suaminya dan dalam batasan pemberian yang ditentukan maksimalnya sepertiga hartanya, ini madzhab kami (Syafi’iyyah) serta mayoritas Ulama.Berkata Imam Malik “Tidak diperbolehkan melebihi sepertiga dari hartanya kecuali atas izin suaminya, dengan sandaran dalil kami pada hadits nabi saat menanyai kaum wanita “Atas izin suaminya atau tidak ?”“Melebihi sepertiga hartanya atau tidak”. [ Syarh an-Nawaawy ala Muslim VI/173 ].
Pertanyaannya, hadits di atas untuk suami, kalo single gak papa tanpa ijin ortu dan bohong tadz ?? Jawab, Asalkan dia sudah dewasa dan pintar (tidak LOLA), maka boleh.
وقال الجمهور (الحنفية والشافعية والحنابلة في الراجح عندهم) (2) :للمرأة الرشيدة التصرف في مالها كله بالتبرع والمعاوضة، لقوله تعالى: {فإن آنستم منهم رشداً، فادفعوا إليهم أموالهم} [النساء:6/4] وهو ظاهر في فك الحجر عنهم، وإطلاقهم في التصرف. وثبت أن النبي صلّى الله عليه وسلم قال: « يا معشر النساء ! تصدقن، ولو من حُليِّكن...» (3) ،
Berkata Mayoritas ulama (kalangan Hanafiyyah, Syafi’iyyah dan pendapat terkuat dikalangan Hanabilah) “Bagi wanita yang dewasa dan pintar berhak mentasharrufkan (menguasai dan mengelola) semua hartanya baik untuk mengharap ganjaran dari Allah ataupun untuk berbisnis berdasarkan firman Allah “Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya” (QS. 4:6) dalil ini secara dzahirnya melepas pengekangan penguasaan harta atas mereka dan memberikan hak sepenuhnya pada mereka. Dan telah terdapati hadits nabi “Wahai para wanita... !! Bersedekahlah kalian meskipun dengan perhiasan-perhiasan kalian.........” [ Al-Fiqh al-Islaam VI/319 ].
فصل : وظاهر كلام الخرقي أن للمرأة الرشيدة التصرف في مالها كله بالتبرع والمعاوضة وهذا إحدى الروايتين عن أحمد وهو مذهب أبي حنيفة و الشافعي و ابن المنذر وعن أحمد رواية أرخى ليس لها أن تتصرف في مالها بزيادة على الثلث بغير عوض إلا بإذن زوجها وبه قال مالك
[ PASAL ] Melihat dhahirnya pernyataan al-Khoroqy diperbolehkan bagi wanita dewasa yang pintar mengelola seluruh hartanya untuk kebaikan (yang mengharan pahala dari Allah) dan berbisnis, dan ini adalah salah satu dari dua riwayat dari Imam Ahmad Bin Hanbal.Demikian pendapat Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Ibn al-Mundzir, dipendapat Ahmad Bin hanbal terdapat riwayat lain yakni tidak diperbolehkan mereka mengelola hartanya melebihi sepertiga dari hartanya tanpa adanya pengganti kecuali seizin suaminya, dan ini juga pendapat Imam Malik. [ Al-Mughni IV/560 ]. Wallaahu A'lamu Bis Showaab
> Khodim PISS-KTB
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ ابْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ يُحَدِّثُ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا تَصَدَّقَتْ الْمَرْأَةُ مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَا كَانَ لَهَا أَجْرٌ وَلِلزَّوْجِ مِثْلُ ذَلِكَ وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ وَلَا يَنْقُصُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِنْ أَجْرِ صَاحِبِهِ شَيْئًا لِلزَّوْجِ بِمَا كَسَبَ وَلَهَا بِمَا أَنْفَقَتْ
Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna dan Muhammad bin Basysyar mereka berdua berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far dia berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari 'Amru bin Murrah dia berkata; Aku mendengar Abu Wa'il menceritakan dari 'Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Jika seorang istri bersedekah dari rumah suaminya, maka ia akan mendapatkan pahala. Suaminya juga mendapatkan pahala yang sama dan orang yang diserahi amanat -hartanya- juga mendapatkan pahala yang sama. Dan pahala masing-masing dari keduanya tidak berkurang sedikitpun karena pahala yang lainnya. Bagi suami mendapatkan pahala karena sesuatu yang ia usahakan, dan bagi istri mendapatkan pahala karena sesuatu yang ia infakkan." (HR. NASA'I).
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ يُحَدِّثُ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا تَصَدَّقَتْ الْمَرْأَةُ مِنْ بَيْتِ زَوْجِهَا كَانَ لَهَا بِهِ أَجْرٌ وَلِلزَّوْجِ مِثْلُ ذَلِكَ وَلِلْخَازِنِ مِثْلُ ذَلِكَ وَلَا يَنْقُصُ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِنْ أَجْرِ صَاحِبِهِ شَيْئًا لِلزَّوْجِ بِمَا اكْتَسَبَ وَلَهَا بِمَا أَنْفَقَتْ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far, dia berkata; telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Amru bin Murrah, dia berkata; saya telah mendengar Abu Wail bercerita dari Aisyah, dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Apabila seorang istri bersedekah dari rumah (harta) suaminya, maka dengannya ia akan mendapat pahala. Dan untuk suami seperti itu juga, begitu juga bagi penjaganya. Dan setiap orang dari keduanya tidak akan saling mengurangi pahalanya sedikitpun. Bagi suami, ia mendapat pahala atas usahanya dan bagi sang istri pahala terhadap apa yang ia infakkan." (HR. AHMAD). Penjelasan hadits nya lihat komentar di bawah saya...hehehe.
Fathul Bari imam ibnu hajar :
25ـ باب أجرِ الخادمِ إذا تَصدَّقَ بأمرِ صاحبهِ غيرَ مُفسدٍ1437ـ حدَّثنا قُتيبةُ بنُ سعيدٍ حدَّثَنا جَريرٌ عنِ الأعمشِ عن أبي وائلٍ عن مسروقٍ عن عائشةَ رضيَ اللَّهُ عنها قالت: قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلّم «إِذا تَصَدَّقَتِ المرأةُ من طعامِ زوجها غيرَ مُفسِدةٍ كان لها أجرُها، ولزوجِها بما كَسَب، وللخازنِ مثلُ ذلك».1438ـ حدَّثنا محمدُ بنُ العلاءِ حدَّثَنا أبو أُسامةَ عن بُرَيدِ بنِ عبدِ اللَّهِ عن أبي بُردةَ عن أبي موسى عن النبيِّ صلى الله عليه وسلّم قال: «الخازِنُ المسلمُ الأمينُ الذي يُنفِذُ ـ وربما قال: يُعطي ـ ما أُمرَ بهِ كاملاً مُوَفَّراً طيِّباً به نفسهُ فيدفعهُ إلى الذي أُمِرَ لهُ بهِ أحدُ المتصدِّقَين». [الحديث 1438ـ طرفاه في: 2260، 2319].قوله: (باب أجر الخادم إذا تصدق بأمر صاحبه غير مفسد) قال ابن العربي: اختلف السلف فيما إذا تصدقت المرأة من بيت زوجها. فمنهم من أجازه لكن في الشيء اليسير الذي لا يؤبه له ولا يظهر به النقصان. ومنهم من حمله على ما إذا أذن الزوج ولو بطريق الإِجمال، وهو اختيار البخاري، ولذلك قيد الترجمة بالأمر به. ويحتمل أن يكون ذلك محمولاً على العادة، وأما التقييد بغير الإِفساد فمتفق عليه. ومنهم من قال: المراد بنفقة المرأة والعبد والخازن النفقة على عيال صاحب المال في مصالحه. وليس ذلك بأن يفتئتوا على رب البيت بالإنفاق على الفقراء بغير إذن، ومنهم من فرق بين المرأة والخادم فقال: المرأة لها حق في مال الزوج والنظر في بيتها فجاز لها أن تتصدق، بخلاف الخادم فليس له تصرف في متاع مولاه فيشترط الإِذن فيه. وهو متعقب بأن المرأة إذا استوفت حقها فتصدقت منه فقد تخصصت به، وإن تصدقت من غير حقها رجعت المسألة كما كانت والله أعلم. ثم أورد المصنف في الباب حديثين: أح
ثم أورد المصنف في الباب حديثين: أحدهما حديث عائشة وسيأتي في الباب الذي بعده. ثانيهما حديث أبي موسى، وقد قيد الخازن فيه بكونه مسلماً فأخرج الكافر لأنه لا نية له، وبكونه أميناً فأخرج الخائن لأنه مأزور. ورتب الأجر على إعطائه ما يؤمر به غير ناقص لكونه خائناً أيضاً، وبكون نفسه بذلك طيبة لئلا يعدم النية فيفقد الأجر وهي قيود لا بد منها.قوله: (الذي ينفذ) بفاء مكسورة مثقلة ومخففة.

Sumber : http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/359050117451136/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar