Jumat, 09 Mei 2014

Membaca Manaqib upaya Mengambil Hikmah



Diantara kebiasaan yang dilakukan umat Islam adalah manaqiban. Sebagian mungkin belum mengenal istilah semacam ini. Secara bahasa manaqib berarti meneliti, menggali secara istilah diartikan sebagai riwayat hidup seseorang yang berisikan tentang budi pekertinya yang terpuji, akhlaknya yang baik, karomahnya dan sebagainya yang patut dijadikan suri tauladan.

Maksud dari menjalankan manaqib diantaranya untuk bertawasul, untuk memperoleh berkah, untuk lebih mengenal orang shalih dan lebih mencintanya.

Pada dasarnya manaqib itu ada dalam al-Qur'an, seperti halnya manaqib Ashabul Kahfi, manaqib Raja Dzul Qur’nain, manaqib Lukmanul Hakim dan lain sebagainya. Umat Islam sering membaca, menceritakannya untuk lebih mengenalnya dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah perjalan hidup mereka.

Dalil yang digunakan hujjah untuk memperbolehkan praktek manaqib, disebutkan didalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin, halaman 97 :
وَقَدْ وَرَدَ فِي اْلَاثَرِ عَنْ سَيِّدِ الْبَشَرِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ قاَلَ :مَنْ وَرَّخَ مُؤْمِناَ فَكَأَنمَّاَ اَحْياَهُ وَمَنْ قَرَأَ تاَرِيْخَهُ فَكَأَنمَّاَ زَارَهُ فَقَدْ اسْتًوْجَبَ رِضْوَانَ اللهِ فيِ حُزُوْرِ الْجَنَّةِ.
Tersebut dalam riwayat atsar: Rasululloh pernah bersabda: Siapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) seolah-olah ia menghidupkannya kembali; siapa membacakan sejarahnya seolah-olah ia sedang mengunjunginya, Allah akan memberikan surga".

Dalam kitab Jalauzh Zhulam 'ala'Aqidatul Awam dijelaskan

اِعْلَمْ يَنْبَغيِ لِكُلِّ مُسْلِمٍ طاَلِبُ الْفَضْلِ وَالْخَيْرَاتِ اَنْ يَلْتَمِسَ الْبَرَكاَتِ وَالنَّفَحَاتِ وَاسْتِجاَبَةِ الدُّعاَءِ وَنُزُوْلِ الرَّحْماَتِ فِي حَضَرَاتِ اْلأَوْلِياَءِ فِي مَجاَلِسِهِمْ وَجَمْعِهِمْ اَحْيَاءً وَأَمْوَاتاً وَعِنْدَ قُبُوْرِهِمْ وَحَالَ ذِكْرِهِمْ وَعِنْدَ كَثْرَةِ الْجُمُوْعِ فِي زِياَرَاتِهِمْ وَعِنْدَ مَذَاكَرَاتِ فَضْلِهِمْ (وَنَشْرِ مَناَقِبِهِمْ . (جلاء الظلام على عقيدة العوام
"Ketahuilah seyogyanya bagi setiap muslim yang mencari keutamaan dan kebaikan, agar ia mencari berkah dan anugrah, terkabulnya do’a dan turunnya rahmat di depan para wali, di majelis-majelis dan kumpulan mereka, baik masih hidup ataupun sudah mati, di kuburan mereka ketika mengingat mereka, dan ketika orang banyak berkumpul dalam berziarah kepada mereka, dan pembacaan riwayat hidup mereka".

red. Ibnu Manshur
Dalil Amaliyah Nahdliyyah (Piss-KT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar