Rabu, 16 April 2014

Sejarah nama pohon Khuldi


Allah melarang Adam dan Hawa mendekati sebuah pohon yang ada dalam Al Jannah dengan tidak menyebutkan apa nama pohonnya. Tetapi Dia menjelaskan bahwa apabila melanggar larangan ini dan mendekati pohon tersebut, mereka akan dikategorikan sebagai “Orang Zhalim”. Allah berfirman:

وَقُلْنَا يَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (البقرة:35)

Artinya: “Dan Kami berfirman: "Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim”. (Al Baqarah: 35)

وَيَا آَدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ فَكُلَا مِنْ حَيْثُ شِئْتُمَا وَلَا تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ (الاعراف:19)

Artinya: “Dan (Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim." (Al A’raf: 19)

Tidak ada satu ayat atau Hadis Shahih pun yang menyebutkan apa nama dari pohon larangan tersebut. Oleh karena itu para Ulama –ketika mencoba berusaha menentukannya– berbeda pendapat dalam hal ini, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menunjukkan dalilnya yang dapat dipertanggung-jawabkan. 

AKAL BUSUK SYETAN
Syetan tahu benar bahwa barangsiapa mematuhi aturan Allah akan kekal di dalam Surga. Sebaliknya siapa yang melanggar aturan akan dikeluarkan di dalamnya. Hal ini telah dirasakan sendiri ketika ia tidak mau menuruti perintah Allah agar sujud kepada Adam yang mengakibatkannya terusir dari Surga.

Syetan mengetahui adanya larangan untuk Adam dan isterinya merasa mendapat peluang untuk menjatuhkannya. Dia tahu bahwa kalau Adam melanggar pasti akan dikeluarkan dari Surga. Maka ia pun membuat tipuan dengan mengatakan bahwa apabila mereka memakan buah larangan tersebut niscaya akan kekal selamanya di dalam Surga bahkan akan menjadi Malaikat atau Raja. Kata kekal dalam bahasa Arab adalah “Khuld”. Jadi kata atau istilah “Syajaratul Khuldi” atau “Pohon Keabadian” adalah buatan Syetan yang digunakan untuk menipu Adam. Al Qur’an dengan jelas  menceritakan:

فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آَدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (طه:120)

Artinya: “Kemudian Syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?" (Thaha: 120)

Penjelasan mengenai kata “Khuld” yang berarti “Kekekalan” atau “Keabadian” diterangkan dalam ayat lain:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآَتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلَّا أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ (الاعراف:20)

Artinya: “Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk Menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka Yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)". (Al A’raf: 20)

Jadi yang menamakan “Syajaratul Khuldi” (pohon kekekalan) adalah Syetan. Masalah ini karena begitu jelasnya, sama sekali sudah tidak membutuhkan dalil tambahan.

TENTANG HADIS POHON KHULDI
Ada sementara orang yang mengatakan bahwa penamaan “Syajaratul Khuldi” itu bukan bersumber dari Syetan.  Untuk mendukung pendapatnya beliau mencantumkan sebuah Hadis:

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِى الضَّحَّاكِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُول قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ فِى الْجَنَّةِ شَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِى ظِلِّهَا مِائَةَ عَامٍ لاَ يَقْطَعُهَا شَجَرَةَ الْخُلْدِ ». (رواه الامام احمد)

Berdasarkan Hadis ini dapat disimpulkan bahwa nama “Syajaratul Khuldi” itu ada dalam Hadis. Dengan kata lain yang menamakan pohon larangan itu dengan “Pohon Khuldi” adalah Allah SWT sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW. (Lihat Musnad Ahmad Juz 3 halaman 486 Hadis nomor 9957)

Akan tetapi kesimpulan ini tidak dapat diterima dengan alasan :

Pertama, Hadis tentang “sebuah pohon” memang terdapat dalam Shahih Al Bukhari dan Muslim yaitu:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا هِلاَلُ بْنُ عَلِىٍّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى عَمْرَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « إِنَّ فِى الْجَنَّةِ لَشَجَرَةً يَسِيرُ الرَّاكِبُ فِى ظِلِّهَا مِائَةَ سَنَةٍ ، وَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ ( وَظِلٍّ مَمْدُودٍ ) » . (رةاه البخاري في باب ما جاء في صفة الجنة ومسلم)

Artinya: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya di dalam Surga itu terdapat sebuah pohon yang apabila seorang berkendaraan berjalan di bawah naungannya akan menempuhnya selama seratus tahun. Bacalah jika kamu mau (firman Allah yang artinya), “dan naungan yang terbentang luas,”(Al Bukhari Juz 4 halaman 137 dan Shahih Muslim 2 Juz  halaman 637)

Tetapi Hadis ini tidak menyebutkan kalimat “Syajaratul Khuldi” (pohon keabadian). Adapun Hadis dengan tambahan kata “Syajaratul Khuldi” diriwayatkan oleh  Ahmad, Abu Dawud Ath Thayalisi dan lainnya.  Penting untuk dicatat bahwa baik Al Imam Ahmad ataupun Abu Dawud Ath Thayalisi (Lihat Al Muntakhab min Musnad Abd ibn Humaid Juz 2 halaman 351 Hadis nomor 1455) pun meriwayatkan dalam Musnadnya Hadis yang sama dengan redaksi Al Bukhari dan Muslim yang tanpa tambahan kata “Syajaratul Khuldi”.

Kedua, dari keseluruhan riwayat yang terdapat dalam aneka kitab Hadis, diketahui bahwa sumber utama Hadis dengan tambahan “Syajaratul Khuldi” adalah Abu Adh Dhahhak. Menurut catatan para Ulama Rawi yang satu ini adalah Majhul (tidak dikenal). Oleh karena itu mereka menyatakan bahwa Hadis “Syajaratul Khuldi” adalah Dha’if sebagaimana dikatakan Syekh Al Arna’uth. (Lihat catatan kaki kitab Abd ibn Humaid di atas)

Ketiga, Kalaulah saja Hadis itu dianggap Shahih karena dikaitkan dengan Hadis lainnya, itu bukan berarti bahwa yang dituju dengan “Al Jannah” pada Hadis tersebut adalah Surga tempat Nabi Adam dan Hawa berada. Yang dituju oleh Hadis itu –sekali lagi, kalau dianggap Shahih–  adalah Surga tempat pembalasan orang beriman di akhirat kelak. Hal ini sebanding dengan, misalnya, Hadis:

عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « إِنَّ فِى الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ » . (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Sesungguhnya di dalam Surga itu ada sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan tempat masuknya orang-orang yang berpuasa ke dalam Surga pada hari kiamat. Pintu tersebut tak dapat dimasuki kecuali oleh orang-orang yang suka berpuasa. Ketika itu akan dikatakan: ”Di manakah orang-orang yang suka berpuasa?”. Tak seorang pun akan masuk lewat pintu itu dan ketika mereka semua telah masuk, pintu pun ditutup sehingga tak ada lagi seorang pun yang memasukinya”. (HR Al Bukhari dan Muslim)

Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar