Wednesday, 5 March 2014 22:42 Aqeedah, Taushiyah |
Muslimedianews.com ~Muhammad bin Abi Hatim menuturkan " Saya pernah mendengar Abu Abdillah (imam bukhari ra) singgah di kediaman Abi Manshur Ghalib bin Jibril.
Abi Manshur Ghalib bin Jibril bercerita:
Imam
Bukhari pernah singgah dirumahku beberapa hari dalam keadaan sakit parah
sehingga beliau mengutus seseorang untuk segera pergi ke kota Samarkand
(tempat imam bukhari tinggal) untuk menjemput beliau.
Setelah
penjemput beliau telah datang dan segalanya telah siap dan untuk menuju
kendaraannya, imam bukhari-pun memasang kedua khuff nya dan mengenakan
surban nya, di saat beliau berjalan kira kira dapat satu-dua langkah
saya membantu memegang lengannya dan seorang lagi bersamaku menuntun nya
menuju tunggangannya untuk menaikinya, namun tiba tiba beliau berkata:
“Lepaskan
saja aku, sungguh aku benar benar tak berdaya. Kemudian beliau berdoa
dengan beberapa bacaan doa, lantas beliau ingin merebah tidur kembali
dan melaksankannya.
Tampak
keringat beliau bercucuran hingga tak bisa diungkapkan. Keringat itu tak
henti henti nya sampai aku menambahi kain lagi didalam pakaian beliau.
Dalam kondisi beliau yang seperti itu, beliau berwasiat kepada kami:
“Nanti
kafanilah aku dengan tiga helai kain, tanpa baju dalam dan juga tanpa
memakai imamah (surban-red). Maka pesan wasiat itu semua kami
laksanakan.
Setelah
kami mengebumikan beliau tiba tiba semerbak tersebar aroma bau
wewangian yang amat sangat yang lebih harum daripada misik dan ini
bertahan hingga berhari hari.
Kemudian
naik semacam cahaya terang memanjang ke langit menghadap kubur beliau,
sehingga orang orang pada berasumsi dan merasa heran takjub dibuatnya.
Adapun
tanah kuburnya, mereka orang orang meninggikannya sehingga kuburan imam
bukhari itu nampak dengan jelas. Kami tidak mampu menjaganya dan
melindunginya, karena kejadian ini sudah terlanjur menyebar ke
masyarakat sehingga kami kuwalahan. Kemudian dikuburan beliau ini kami
memasang sejenis kayu yang saling tumpang tindih berjalinan (semacam
pagar-pent) sehingga tak satupun orang yang bisa menjangkau ke kuburan
beliau ini.
Adapun aroma harumnya itu…… (bersambung kehalaman berikutnya)
Tetap
bertahan hingga berhari hari sehingga menjadi perbincangan halayak
penduduk sekitar yang membuat mereka heran dan berdecak kagum.
Dan
setelah kematiannya beliau ini semakin jelas kesalahan orang orang yang
selama ini berseberangan dengan beliau, sehingga sebagian dari mereka
keluar berziarah ke kuburan beliau. Mereka memperlihatkan taubat mereka
dan penyesalannya dari keterburuan mereka atas apa yang pernah mereka
selisihkan/tuduhkan dan celaan terhadap jalan pikiran beliau imam
bukhari ra.
TERJEMAHAN TEKS YANG BER BACKGROUND KUNING
Abu Ali Al Ghissani berkata:
Telah
menceritakan kepada kami Abu Fatah Nasr bin Hasan Assikty
Samarkand-ketika beliau tiba di desa kami Lansiyah pada tahun 440-460,
dia menuturkan:
Pada
suatu tahun, paceklik kemarau panjang tak ada hujan telah melanda kami
di daerah Samarkand. Orang orang telah memohon hujan berkali kali, namun
tak kunjung hujan. Kemudian datanglah seorang lelaki sholih yang sudah
populer ke sholihannya menemui hakim agung desa Samarkand, kemudian dia
berkata:
“Aku mempunyai sebuah pendapat, yang hendak aku kemukakan kepada anda!”
Hakim agung itu berkata:”Oh ya, apa itu?”
Dia berkata:
”Aku
mempunyai gagasan, bagaimana jika engkau keluar bersama orang orang
menuju kuburan nya Imam Muhammad bin ismail Al Bukhari dan kuburan nya
itu ada di desa Khartank. Kita disana memohon (kepada Allah) di sisi
kuburan nya imam bukhari, siapa tahu Allah menurunkan hujan untuk kita.
Kemudian hakim agung itu berkata:”Baiklah, aku akan melaksanakan pendapatmu itu!”
Maka
keluarlah sang hakim agung itu bersama orang orang (menuju kuburan imam
bukhari-pent) dan dia memohon turun hujan bersama orang orang nya dan
orang orang itu menangis di sisi kuburannya imam bukhari, dan mereka
memohon syafaat (tawasul-menjadikan perantara) DENGAN si empunya kuburan
itu sehingga kemudian Allah swt mengutus langit untuk membawa air hujan
yang lebat sekali. Akibatnya mereka orang orang (rombongannya hakim
agung-pent) berdiam diri tinggal di desa Khartank sekitar seminggu
lebih. Tak satupun dari mereka bisa sampai kembali ke desa Samarkand
karena terus menerusnya hujan deras tersebut, sedangkan jarak tempuh
antara Khartank dan Samarkand adalah + 3 mil.
Sumber: Kitab SYARAH SHOHIH BUKHARI FATHUL BARI (bukan yang milik ibnu hajar)
Karya: IMAM ZAINUDDIN ABDURRAHMAN BIN AHMAD IBNU ROJAB AL HAMBALI.
Halaman: 9-10.
Cetakan: DARUL KUTUB ILMIYAH BEIRUT LEBANON.
Kunjungi www.facebook.com/muslimedianews Sumber MMN: http://www.muslimedianews.com/2014/03/tawassul-dengan-makam-imam-bukhori.html#ixzz2vNLOL5bN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar