Minggu, 09 Maret 2014

Hukum Mencintai Ahlul Bait serta Beda antara Cinta dan Ghuluw


Posted on Monday, 10 February 2014 | garis 19:40

Muslimedianews.com ~ Pertanyaan: Apa urgensi mencintai Ahlul Bait (keluarga) Nabi SAW? Apa batasan cinta itu? Dan apa bedanya antara mahabbah (cinta) dan ghuluw (berlebihan)?

Jawaban: Di dalam Al-Qur’an dan Hadis telah banyak dijelaskan mengenai urgensi mencintai keluarga Nabi SAW, diantaranya adalah firman Allah SWT :

 ”قُل لَا أَسْألُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرا إِلَّا المَوَدَّة فِى القرْبَى” (الشورى: 23)
“Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan”. (asy-Syuraa: 23)

Said bin Jubair rahimahullah mengomentari hadis tersebut: “Tidaklah ada sebuah suku (kabilah) dari Quraisy, melainkan Nabi SAW memiliki hubungan kerabat dengan mereka.”

Nabi SAW bersabda:

إِلَّا أَنْ تَصِلُوا مَا بَيْنِى وَ بَيْنَكُم مِن القَرَابَةِ. رواه البخارى. “
“Kalian pasti memiliki hubungan kerabat denganku.” (HR. Bukhari)

Hadis ini merupakan wasiat dari Nabi SAW akan kerabatnya, yang diperintah Allah SWT untuk disampaikan kepada umatnya.

Rasulullah SAW telah memerintahkan umatnya untuk senantiasa mencintai keluarganya, dan berpegang teguh pada mereka. Beliau bersabda:

أمَّا بَعْدُ أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوشِكُ أَنْ يَأْتِىَ رَسُولُ رَبِّى فَأُجِيبَ وَأَنَا تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ فِيهِ الْهُدَى وَالنُّورُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللَّهِ وَاسْتَمْسِكُوا بِهِ ». فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللَّهِ وَرَغَّبَ فِيهِ ثُمَّ قَالَ « وَأَهْلُ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى أُذَكِّرُكُمُ اللَّهَ فِى أَهْلِ بَيْتِى ». فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ. قَالَ وَمَنْ هُمْ قَالَ هُمْ آلُ عَلِىٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ . قَالَ كُلُّ هَؤُلاَءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ قَالَ نَعَمْ. رواه أحمد ومسلم.
“Amma ba’du, wahai umat manusia, sesungguhnya aku adalah manusia biasa seperti kalian, yang akan segera didatangi oleh utusan Tuhanku (malaikat maut). Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian, yaitu Al-Quran yang berisi petunjuk dan cahaya (kebenaran), maka berpeganglah teguh padanya –beliau mengajurkan untuk berpegang teguh kepada Al-Quran. Kemudian beliau melanjutkan: “Dan keluargaku, aku berwasiat agar kalian memuliakan keluargaku, aku berwasiat agar kalian memuliakan keluargaku, dan aku berwasiat agar kalian memuliakan keluargaku.” Kemudian Hushain bertanya kepada Zaid, “Siapakah yang termasuk keluarga Nabi wahai Zaid? Bukankah putri-putri Nabi juga termasuk dalam nasab beliau?” Zaid menjawab, “Ya, mereka adalah keturunan Nabi, akan tetapi keluarga Nabi adalah mereka yang diharamkan menerima sedekah.” Hushain bertanya lagi, “Siapakah mereka?” Zaid menjawab, “Mereka adalah keturunan Ali ra., keturunan Aqil ra., keturunan Ja’far ra, dan keturunan Abbas ra.” Hushain bertanya: “Apakah mereka semua haram menerima sedekah?” Zaid menjawab, “Ya”. (HR. Ahmad dan Muslim)

Dan sabda Rasulullah SAW,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا كِتَابَ اللَّهِ وَعِتْرَتِى أَهْلَ بَيْتِى. رواه أحمد والترمذي.
“Wahai umat manusia, sesungguhnya aku meninggalkan dua hal untuk kalian, jika kalian berpegang teguh padanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al-Quran dan keluargaku.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Kita semua sangat mencintai Allah SWT, dan dengan kecintaan tersebut kita mencintai Rasulullah SAW yang merupakan pintu kebaikan dan menjadi sebab Allah SWT merahmati seluruh alam semesta. Dan dengan kecintaan kepada Nabi SAW, kita mencintai keluarga beliau yang mempunyai banyak keutamaan dan kelebihan.

Kecintaan terhadap keluarga Nabi SAW akan tertancap dalam relung hati terdalam setiap muslim, dan itu merupakan indikasi mencintai Nabi SAW. Dengan mencintai Nabi SAW, kita mencintai keluarga beliau. Sebagaimana mencintai Nabi SAW adalah indikasi dari mencintai Allah SWT. Dan dengan mencintai Allah, maka kita mencintai semua kebaikan. Semuanya terletak pada satu arah, dan Allah maha mengetahui segalanya.

Sedangkan mengenai kecintaan yang berlebihan (ghuluw), sebenarnya bukan termasuk dalam bab mahabbah (cinta), namun masuk ke dalam bab i’tiqad (keyakinan). Selama seorang muslim benar keyakinannya, maka tidak ada dosa baginya dalam mencintai Rasulullah SAW dan keluarga beliau. Kami meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah, dan para nabi semuanya maksum (terpelihara dari dosa). Sedangkan keturunan Nabi Muhammad SAW serta para sahabat tidaklah maksum, mereka hanyalah dijaga Allah, sebagaimana halnya orang-orang saleh lainnya. Dalam pandangan syariat, mereka mungkin saja terjatuh pada dosa kecil dan besar, namun mereka dijaga oleh Allah SWT agar tidak melakukan hal itu.

Selama seorang muslim benar keyakinannya dalam hal ini, dan dia sangat mencintai keluarga SAW dengan penuh hati, maka itu adalah anugerah dari Allah SWT bagi orang yang mencintai-Nya. Semakin seorang muslim mencintai keluarga Nabi SAW, maka derajanya akan naik di sisi Allah pada derajat kaum shalihin, karena mencintai keluarga Nabi SAW adalah tanda dari mencintai Nabi SAW, dan mencintai Nabi SAW adalah tanda dari mencintai Allah SWT . Wallahu Ta’ala A’la wa A’lam. (Ahmad Dzulfikar/ diterjemahkan dari kitab al-Bayan al-Qawim).

Hukum Mencintai Ahlul Bait 
Fatwa oleh: Prof. Dr. Syekh Ali Gomah Mantan Mufti Republik Arab Mesir

Kunjungi www.facebook.com/muslimedianews Sumber MMN: http://www.muslimedianews.com/2014/02/hukum-mencintai-ahlul-bait-serta-beda.html#ixzz2vUcRVp4m

Tidak ada komentar:

Posting Komentar