PERTANYAAN :
Bambang Isnadi
Apakah wanita yang sedang haid boleh bersisir dan meninggalk
an rambut yang sudah jatuh lepas darinya ataukah harus disimpan dan disucikan dikala haidnya sudah berhenti?
JAWABAN :
1. Mbah Jenggot II
Seorang yang junub atau perempuan yang haid sebaiknya tidak
memotong kuku, rambut atau anggota tubuh yang lainnya. Alasan dari haI
ini dijelaskan
oleh Imam al-Ghazali
dan Abu Thalib al-Makky:
وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَحْلِقَ أَوْ يُقَلِّمَ أَوْ يَسْتَحِدّ
َ أَوْ يُخْرِجَ دَمًا أَوْ يُبِيْنَ مِنْ نَفْسِهِ جُزْءًا وَهُوَ جُنُبٌ إِذْ تُرَدُّ إِلَيْهِ سَائِرُ أَجْزَائِه
ِ فِي اْلآخِرَةِ
فَيَعُوْدُ
جُنُباً وَيُقاَلُ إِنَّ كُلَّ شَعْرَةٍ تُطَالِبُه
ُ بِجِناَبَت
ِهَا
"Tidak seyogyanya
seseorang mencukur rambut, memotong kuku, mencukur bulu kemaluanny
a atau membuang sesuatu dari badannya disaat dia sedang berjunub karena seluruh bagian tubuhnya akan dikembalik
an kepadanya di akhirat kelak, lalu dia akan kembali berjunub. Dikatakan bahwa setiap rambut akan menuntutny
a dengan sebab junub yang ada pada rambut tersebut."
(Ihya Ulumaddin,
2/325)
Sumber kitab:
Ihyaa ‘Uluum ad Dien karya Hujjatul Islam Abu Hamid al Ghazali
(wafat tahun 505 H) juz II halaman 52, cetakan Daar Ihya al Kutub al
‘Arabiyyah
Mesir / juz II halaman 325, maktabah syamilah
Sumber link:
http://islamport.com/d/1/akh/1/17/40.html (1/401)
وَأَنَا أَكْرَهُ أَنْ يَحْلِقَ الرَّجُلُ رَأْسَهُ أَوْ يُقَلِّمَ ظُفْرَهُ أَوْ يَسْتَحِدّ
َ أَوْ يَتَوَرَّى
وَيُخْرِجَ
دَمًا وَهُوَ جُنُبٌ، فَإِنَّ الْعَبْدَ يُرَدُّ إِلَيْهِ جَمِيْعُ شَعَرِهِ وَظُفْرِهِ
وَدَمِهِ يَوْمَ الْقِيَامَ
ةِ، فَمَا سَقَطَ مِنْهُ مِنْ ذَلِكَ وَهُوَ جُنُبٌ رَجَع إِلَيْهِ جُنُباً. وَقِيْلَ: طَالَبَتْه
ُ كُلُّ شَعْرَةٍ بِجَنَابَت
ِهَا
"Saya membenci seorang laki-laki mencukur kepalanya atau memotong kukunya atau mencukur bulu kemaluanny
a atau mengeluark
an darahnya dalam keadaan dia junub, karena seorang hamba akan dikembalik
an kepadanya seluruh rambutnya,
kukunya dan darahnya besok pada hari kiamat. Apa yang jatuh darinya
dari hal-hal diatas dalam keadaan dia junub maka akan kembali kepadanya
dalam keadaan junub. Dikatakan setiap rambut akan menuntutny
a dengan sebab junub yang ada pada rambut tersebut."
(Qutil Qulub, 2/236)
Sumber kitab:
Quut al Quluub Fii Mu’aamalah
al Mahbuub karya Imam Abu Thalib al Makky juz II halaman 236, maktabah syamilah
Sumber link:
http://islamport.com/d/1/akh/1/108/776.html (2/236)
Namun ulama lain tidak sependapat
perihal anggota tubuh dalam alasan tersebut. Imam al-Bujairi
mi, mengutip pendapat al-Qalyubi
, menjelaska
n bahwa anggota tubuh yang dikembalik
an padanya di hari kiamat adalah anggota yang ada pada saat dia meninggal dunia, bukan yang telah terpotong sebelumnya
. Al-Madabig
hi menambahka
n bahwa kuku, rambut, dan semacamnya
tidak dikembalik
an menyatu dengan tubuh melainkan dikembalik
an dalam keadaan terpisah.
Disebutkan
dalam Hasyiyah Syarwani:
قَوْلُهُ تَعُوْدُ إِلَيْهِ فِي الْآخِرَةِ
) هَذَا مَبْنِيٌّ عَلَى أَنَّ الْعَوْدَ لَيْسَ خَاصًّا بِالْأَجْز
َاءِ الْأَصْلِي
َّةِ وَفِيْهِ خِلَافٌ ، وَقَالَ السَّعْدُ فِي شَرْحِ الْعَقَائِ
دِ النَّسَفِي
َّةِ الْمَعَادُ
إنَّمَا هُوَ الْأَجْزَا
ءُ الْأَصْلِي
َّةُ الْبَاقِيَ
ةُ مِنْ أَوَّلِ الْعُمُرِ إلَى آخِرِهِ ع ش
عِبَارَةُ الْبُجَيْر
َمِيِّ فِيهِ نَظَرٌ ، لِأَنَّ الَّذِي يُرَدُّ إلَيْهِ مَا مَاتَ عَلَيْهِ لَا جَمِيعُ أَظْفَارِه
ِ الَّتِي قَلَّمَهَا
فِي عُمُرِهِ ، وَلَا شَعْرِهِ كَذَلِكَ فَرَاجِعْه
ُ قليوبي
وَعِبَارَة
ُ الْمَدَابِ
غِي قَوْلُهُ لِأَنَّ أَجْزَاءَه
ُ إلخ أَيْ الْأَصْلِي
َّةُ فَقَطْ كَالْيَدِ الْمَقْطُو
عَةِ بِخِلَافِ نَحْوِ الشَّعْرِ وَالظُّفْر
ِ ، فَإِنَّهُ يَعُودُ إلَيْهِ مُنْفَصِلً
ا عَنْ بَدَنِهِ لِتَبْكِيت
ِهِ أَيْ تَوْبِيخِه
ِ حَيْثُ أُمِرَ بِأَنْ لَا يُزِيلَهُ حَالَةَ الْجَنَابَ
ةِ أَوْ نَحْوِهَا
انتهت ا هـ .
"Ucapan Mushannif:
anggota badan kembali kepada orang tersebut di akherat
Ini adalah mengikuti pendapat bahwa anggota tubuh yang kembali tidak tertentu anggota-an
ggota tubuh yang asli. Didalam hal ini ada perbedaan.
Berkata Imam Sa’ad didalam Syarah al Aqa’id an Nasafiyyah
: “Yang dikembalik
an adalah anggota-an
ggota tubuh yang asli yang masih ada mulai awal sampai dengan akhir umur. (‘AIN SYIIN /
Ali Asy Syibramullis
i).
Ibarot Al Bujairami:
Perlu dipertimba
ngkan dalam pendapat tersebut, karena anggota tubuh yang dikembalik
an
adalah adalah anggota yang ada pada saat dia meninggal dunia, bukan
seluruh kuku yang dia potong selama hayatnya begitu juga bukan seluruh
rambutnya.
Coba cek kembali. Al Qalyubi.
Ibarot al Madaabighi
:
Ucapan Mushannif “Karena anggota-an
ggota tubuhnya…d
st”
Maksudnya hanya anggota tubuh yang asli seperti tangan yang terpotong.
Berbeda semisal rambut dan kuku, kalau yang ini akan kembali kepada
orang tersebut terpisah dari tubuhnya sebagai teguran untuknya, dia
diperintah
untuk tidak menghilang
kannya disaat junub dan sebagainya
." (Hasyiyah Syarwani, 1/284)
Sumber kitab:
Hasyiyah Syarwani juz I halaman 284, cetakan Mathba’ah Mushtafa Ahmad Mesir
Sumber link:
http://main.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=421&startno=10&start=10&idfrom=417&idto=455&bookid=20&Hashiya=2
2. Ahmad Khabibi
Memotong rambut dan mengguntin
g kuku bagi wanita haid hukumnya makruh. Jika dikerjakan
tidak mendapat dosa.
Adapun yg wajib di cuci setelah haid berhenti adalah tempat potongan rambut dan kuku bukan rambut dan kuku yg telah terpotong.
jadi kalau sudah terlepas dari badan tidak perlu dicuci.
An Aresma Shori >>
Ta’bir dari kitab:
1. Nihayatuzz
ain:
وَمَنْ لَزِمَهُ غُسْلٌ يُسَنُّ لَهُ أَلَّا يُزِيْلَ شَيْئاً
مِنْ بَدَنِهِ وَلَوْ دَمًا أَوْ شَعَرًا أَوْ ظُفْرًا حَتَّى يَغْتَسِلَ
لِأَنَّ كُلَّ جُزْءٍ يَعُوْدُ لَهُ فِي اْلآخِرَةِ
فَلَوْ أَزَالَهُ قَبْلَ الْغُسْلِ عَادَ عَلَيْهِ الْحَدَثُ الْأَكْبَر
ُ تَبْكِيْتً
ا لِلشَّخْصِ
"Barang siapa yang wajib mandi maka agar tidak menghilang
kan
satupun dari anggota badannya walaupun berupa darah atau kuku sehingga
mandi, karena semua anggota badan akan kembali kepadanya di akherat.
Jika dia menghilang
kannya sebelum mandi maka hadats besar akan kembali kepadanya sebagia teguran kepadanya.
" (Nihayatuz
zain, 1/31)
Sumber kitab:
Nihayatuzz
ain juz I halaman 31, cetakan Al Ma’aarif Bandung / halaman 31, maktabah syamilah
Sumber link:
http://sh.rewayat2.com/fkhshafey/Web/6146/001.htm
2. Fathul Mu'in:
وَ ) ثاَنِيْهِم
َا ( تَعْمِيْمُ
) ظَاهِرُ ( بَدَنٍ حَتىَّ ) َاْلأَظْفا
َرَ وَماَ تَحْتَهاَ وَ ( الشَّعْرَ ) ظَاهِرًا وَباَطِناً
وَإِنْ كَثِفَ وَماَ ظَهَرَ مِنْ نَحْوِ مَنْبَتِ شَعْرَةٍ زَالَتْ قَبْلَ غَسْلِهاَ
"Syarat yang kedua yaitu meratakan air pada seluruh anggota dzohir
badan hingga kuku dan di bagian bawahnya, rambut bagian luar dan dalam,
yakni tempat tumbuhnya rambut yang telah lepas sebelum mandi." (Fathul
Mu'in, 1/31)
Sumber kitab:
Fat_hul Mu’in (Hamisy I’anatutht
halibin juz I halaman 75, cetakan al ‘Alawiyyah
) / 1/31, maktabah syamilah
Sumber link:
http://islamport.com/w/shf/Web/1226/87.htm
3. Hasyiyah Syarwani:
أَنَّ الْأَجْزَا
ءَ الْمُنْفَص
ِلَةَ قَبْلَ الْإِغْتِس
َالِ لَا يَرْتَفِعُ
جَنَابَتُه
َا بِغُسْلِهَ
ا
"Bahwasany
a anggota tubuh yang terpisah sebelum mandi, janabahnya
tidak hilang dengan memandikan
nya." (Hasyiyah Syarwani, 1/84)
Sumber kitab:
Hasyiyah Syarwani juz I halaman 84, cetakan Mathba’ah Mushtafa Ahmad Mesir
Sumber Link:
http://main.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?ID=421&startno=10&start=10&idfrom=417&idto=455&bookid=20&Hashiya=2
Catatan:
Ada juga ulama yang tidak memakruhka
n.
وَقَالَ عَطَاءٌ : يَحْتَجِمُ
الْجُنُبُ ، وَيُقَلِّم
ُ أَظْفَارَه
ُ ، وَيَحْلِقُ
رَأْسَهُ ، وَإِنْ لَمْ يَتَوَضَّأ
ْ .
وَمَا حَكاهُ عَنْ عَطَاءٍ ، مَعْنَاهُ : أَنَّ الْجُنُبَ لَا يُكْرَهُ لَهُ الْأَخْذُ مِنْ شَعَرِهِ وَظُفْرِهِ
فِيْ حَالِ جَنَابَتِه
ِ ، وَلَا أَنْ يُخْرِجَ دَمَهُ بِحِجَامَة
ٍ وَغَيْرِهَ
ا
وَلَا نَعْلَمُ فِيْ هَذَا خِلَافاً إِلَّا مَا ذَكَرَهُ بَعْضُ أَصْحَابِن
َا وَهُوَ أَبُو الْفَرَجِ الشَّيْرَا
زِيِّ ، أَنَّ الْجُنُبَ يُكْرَهُ لَهُ الْأَخْذُ مِنْ شَعَرِهِ وَأَظْفَار
ِهِ
‘Atha berkata: “Orang junub berbekam, ,mencukur kepalanya walaupun tidak berwudhu.”
Apa yang diceritaka
n dari ‘Atha maknanya ialah bahwasanya
orang junub tidak dimakruhka
n memotong rambut dan kukunya ketika dia junub, dan tidak makruh mengeluark
an darahnya dengan berbekam atau lainnya. Kami tidak mengetahui
adanya perbedaan dalam hal ini keculai apa yang dituturkan
sebagaian ash_hab kami yaitu Abul Faraj asy Syairazi bahwasanya
orang junub makruh memotong rambut dan kuku. (Fathul Bari Li Ibni Rajab, 1/346)
Sumber kitab:
Fat_hul Bari, Syarhu Shahihil Bukhari karya al Hafizh Ibn Rajab al Hanbali juz I halaman 346, maktabah syamilah
Sumber link:
http://islamport.com/w/srh/Web/67/173.htm (2/54)
Wallaahu A’lamu bishshawaa
b.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar