Jumat, 04 Juli 2014

Air Tertelan Saat Berkumur

PERTANYAAN :

> Secercah Harapan
Jika boleh bertanya lagi, orang yang berkumur saat puasa kemudian airnya tertelan. Batalkah ?

JAWABAN :

> AghitsNy Robby
Hukum tertelannya air saat kumur itu tafshil :
1. Jika berkumurnya itu disyari'atkn (seperti saat wudlu/mandi) dan tak berlebihan = GA BATAL
2. Jika berkumurnya itu disyari'atkan tapi berlebihan = BATAL
3. Jika berkumurnya tak disyari'atkn = BATAL
(Taqrirotus sadidah:454)


Link :

 http://www.facebook.com/groups/piss.ktb/doc/301514656538016/

 

737. PUASA: Makan Sahur Saat Sudah Subuh

Oleh Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah pada 29 November 2011 pukul 4:03
PERTANYAAN

Aconk Misbah

Para masyayikh rohimakumullah
bgmn hkm sahur pd wktu udh trbt fajar dg sangkaan blm terbit. Misalnya makan saat telah imsak. Sahkah puasanya?


JAWABAN
Mbah Jenggot
Jika memang pada saat makan itu memang sudah subuh maka puasanya batal walaupun dia menyangka bahwa saat itu belum subuh.

Perlu diketahui bahwa ulama indonesia menetapkan waktu imsak sebagai batas akhir sahur. Sebab waktu subuh sendiri sudah mengalami penambahan beberapa menit sebagai waktu ikhtiyat (hati20. Dan dikurangi beberapa menit untuk kehati2an sebagai waktu imsak.

.
iqna' atau di bujairomi (Faraidus Shoumi)

(وَ) الرَّابِعُ مِنْ الشُّرُوطِ (مَعْرِفَةُ طَرَفَيْ النَّهَارِ) يَقِينًا أَوْ ظَنًّا لِتَحَقُّقِ إمْسَاكِ جَمِيعِ النَّهَارِ. تَنْبِيهٌ: انْفَرَدَ الْمُصَنِّفُ بِهَذَا الرَّابِعِ وَكَأَنَّهُ أَخَذَهُ مِنْ قَوْلِهِمْ: لَوْ نَوَى بَعْدَ الْفَجْرِ لَمْ يَصِحَّ صَوْمُهُ, أَوْ أَكَلَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ لَيْلٌ وَكَانَ قَدْ طَلَعَ الْفَجْرُ لَمْ يَصِحَّ أَيْضًا, وَكَذَا لَوْ أَكَلَ مُعْتَقِدًا أَنَّ اللَّيْلَ دَخَلَ فَبَانَ خِلافُهُ لَزِمَهُ الْقَضَاءُ
  • 4 orang menyukai ini.
  • Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah Saya kurang sependapat dengan jawaban ini karena dalam pertanyaan sudah dipastikan terbitnya fajar. Bukan kasus orang ragu apakah fajar sudah terbit apa belum. Coba di cek ta'bir berikut yang ada di iqna' atau di bujairomi (Faraidus Shoumi)

    (وَ) الرَّ
    ابِعُ مِنْ الشُّرُوطِ (مَعْرِفَةُ طَرَفَيْ النَّهَارِ) يَقِينًا أَوْ ظَنًّا لِتَحَقُّقِ إمْسَاكِ جَمِيعِ النَّهَارِ. تَنْبِيهٌ: انْفَرَدَ الْمُصَنِّفُ بِهَذَا الرَّابِعِ وَكَأَنَّهُ أَخَذَهُ مِنْ قَوْلِهِمْ: لَوْ نَوَى بَعْدَ الْفَجْرِ لَمْ يَصِحَّ صَوْمُهُ, أَوْ أَكَلَ مُعْتَقِدًا أَنَّهُ لَيْلٌ وَكَانَ قَدْ طَلَعَ الْفَجْرُ لَمْ يَصِحَّ أَيْضًا, وَكَذَا لَوْ أَكَلَ مُعْتَقِدًا أَنَّ اللَّيْلَ دَخَلَ فَبَانَ خِلافُهُ لَزِمَهُ الْقَضَاءُ
  • Prabu Agung Alfayed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar