Jumat, 03 Oktober 2014

Penerang alam Semesta

AL-HIKAM IBNU ATHAILLAH
Oleh: Ulinuha Asnawi
الْكَوْنُ كُلُّهُ ظُلْمَةٌ وَاِنَّمَا أَنَارَهُ ظُهُوْرُالْحَقِّ فِيْهِ فَمَنْ رَأَى الْكَوْنَ وَلَمْ يَشْهَدْهُ عِنْدَهُ أَوْ فِيْهِ أَوْقَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ فَقَدْ أَعْوَزَهُ وُجُوْدُ الاَنْوَارِ وَحُجِبَتْ عَنْهُ شُمُوْشُ الْمَعَارِفِ بِسُحْبِ الاَثَارِ
Alam semuanya adalah kegelapan dan yang meneranginya adalah karena padanya kelihatan Yang Haq
( tanda tanda Allah ). Barang siapa melihat alam, tetapi dia tidak melihat Allah, baik di dalamnya, di sampingnya, sebelumnya, atau sesudahnya, maka dia benar benar memerlukan adanya cahaya cahaya itu. Dan tertutup baginya cahaya makrifat oleh tebalnya awan benda benda alam.
Penjelasan :
Alam pada hakekatnya adalah gelap, tidak wujud. Wujud Allah s.w.t yang memunculkan wujudnya alam. Tidak ada satu kewujudan yang terpisah dari kewujudan Allah.
Agak sulit memahami konsep ada tetapi tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah, ini adalah konsep ketuhanan yang tidak mampu dipecahkan oleh akal tanpa diterangi oleh nur dari lubuk hati.Mata hati yang diterangi oleh nur Ilahi dapat melihat kaitan antara ada dengan tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah. Maka kekuatan mata hati bisa melihat keghaiban yang tidak terpisah dengan kejadian alam ini.

مما يدلك على وجود قهره سبحانه أن حجبك عنه بما ليس بموجود معه
Salah satu hal yang menunjukkan sifat Maha Kuasa الله adalah dengan menghalangi engkau untuk dapat melihat-Nya dengan sesuatu yang sebenarnya tidak wujud / عدم(tidak ada).

Ada empat tingkatan pandangan mata hati terhadap kaitan alam dengan Allah Sang Maha Pencipta.

Pertama : Mereka yang melihat Allah dan tidak melihat alam ini.Walaupun mereka berada di tengah hiruk pikuknya makhluk ini, namun mata hati tetap tertumpu kepada Allah, dan tidak terganggu oleh hingar bingarnya makhluk di sekitarnya.Lintasan makhluk di sekitarnya adalah ibarat cermin yang diterangi cahaya, pandangan mereka tidak melekat pada cermin.

Kedua : Mereka yang melihat makhluk pada level dhahir, dan melihat Allah pada level batin. Mata hati mereka melihat alam sebagai perwijudan sifat sifat Allah. Segala yang ada merupakan tulisan yang menceritakan tentang Allah. Setiap perwujudan dari alam ini membawa makna yang menceritakan tentang Allah s.w.t.

Ketiga : Mereka yang melihat Allah secara dhahirnya sedangkan melihat mkahluk secara tersembunyi. Mata hati mereka lebih dahulu melihat Allah sebagai sumber dari segala sesuatu. Kemudian barulah mereka melihat makhluk yang menerima karunia dari Allah.Alam tidak lain tidak bukan melainkan perbuatan Nya, gubahan Nya, lukisan Nya, atau hasil kerja tangan Nya.

Keempat : Mereka yang melihat makhluk lebih dahulu barulah melihat Allah. Mereka memasuki jalan dengan hati hati dan waspada, memerlukan waktu untuk menghilangkan keraguan,berdalil dengan akal sehingga membuahkan satu kesimpulan ternyata Allah lah yang wujud menguasai wujudnya makhluk.
Firman Allah dalam surah Al-Hasyr : 24 yang artinya: Dialah Allah, yang menciptakan seluruh makhluk, yang mengadakan ( dari tidak ada menjadi ada ), yang membentuk rupa ( makhluk makhluknya menurut yag Dia kehendaki ), bagi Nya jugalah nama nama yang baik dan mulia, bertasbih kepadanya apa yang ada di langit dan di bumi dan Dia lah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.

Maka, cara pandang kepada Allah dan makhluk Nya dapat dikategorikan sebagai berikut;

'Asyikin : Memandang kepada alam ciptaan dan merenunginya, semakin dia merenunginya semakin tampak keelokan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta.Dia ayik dengan apa yang dipandanginya.

Mutakhalliq : Dia menyaksikan sifat sifat Allah yang dikenal di dalam Asma al husna. Alam adalah isyarat untuk mengetahui nama nama Allah dan sifat sifat kesempurnaan Nya. Setiap apa yang dipandang menceritakan sesuatu tentang Allah s.w.t.

Muwahhid : Fana dalam dzat Nya.Kesadaran dirinya hilang, melalui lisanya terucaplah firman firman Allah yang ditirunkan dalam Al-Quran sebagai petunjuk menuju Allah.

Mutahqqiq : Kembali kepada kesadaran kemanusiaanya, untuk memikul tugas membimbing umat manusia ke jalan Allah s.w.t.
Hatinya senantiasa memandang kepada Allah, dan hanya bergantung kepada Nya. Kehidupan ini adalah medan dakwah baginya, segala unsur alam adalah alat untuk memakmurkan bumi.

Wallahu a'lam

‎AL-HIKAM IBNU ATHAILLAH
Oleh: Ulinuha Asnawi

الْكَوْنُ كُلُّهُ ظُلْمَةٌ وَاِنَّمَا أَنَارَهُ ظُهُوْرُالْحَقِّ فِيْهِ فَمَنْ رَأَى الْكَوْنَ وَلَمْ يَشْهَدْهُ عِنْدَهُ أَوْ فِيْهِ أَوْقَبْلَهُ أَوْ بَعْدَهُ فَقَدْ أَعْوَزَهُ وُجُوْدُ الاَنْوَارِ وَحُجِبَتْ عَنْهُ شُمُوْشُ الْمَعَارِفِ بِسُحْبِ الاَثَارِ
Alam semuanya adalah kegelapan dan yang meneranginya adalah karena padanya kelihatan Yang Haq ( tanda tanda Allah ). Barang siapa melihat alam, tetapi dia tidak melihat Allah, baik di dalamnya, di sampingnya, sebelumnya, atau sesudahnya, maka dia benar benar memerlukan adanya cahaya cahaya itu. Dan tertutup baginya cahaya makrifat oleh tebalnya awan benda benda alam.

Penjelasan :
Alam pada hakekatnya adalah gelap, tidak wujud. Wujud Allah s.w.t yang memunculkan wujudnya alam. Tidak ada satu kewujudan yang terpisah dari kewujudan Allah.
Agak sulit memahami konsep ada tetapi tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah, ini adalah konsep ketuhanan yang tidak mampu dipecahkan oleh akal tanpa diterangi oleh nur dari lubuk hati.Mata hati yang diterangi oleh nur Ilahi dapat melihat kaitan antara ada dengan tidak ada, tidak bersama tetapi tidak terpisah. Maka kekuatan mata hati bisa melihat keghaiban yang tidak terpisah dengan kejadian alam ini.
مما يدلك على وجود قهره سبحانه أن حجبك عنه بما ليس بموجود معه
Salah satu hal yang menunjukkan sifat Maha Kuasa الله adalah dengan menghalangi engkau untuk dapat melihat-Nya dengan sesuatu yang sebenarnya tidak wujud / عدم(tidak ada).
Ada empat tingkatan pandangan mata hati terhadap kaitan alam dengan Allah Sang Maha Pencipta.
Pertama : Mereka yang melihat Allah dan tidak melihat alam ini.Walaupun mereka berada di tengah hiruk pikuknya makhluk ini, namun mata hati tetap tertumpu kepada Allah, dan tidak terganggu oleh hingar bingarnya makhluk di sekitarnya.Lintasan makhluk di sekitarnya adalah ibarat cermin yang diterangi cahaya, pandangan mereka tidak melekat pada cermin.
Kedua : Mereka yang melihat makhluk pada level dhahir, dan melihat Allah pada level batin. Mata hati mereka melihat alam sebagai perwijudan sifat sifat Allah. Segala yang ada merupakan tulisan yang menceritakan tentang Allah. Setiap perwujudan dari alam ini membawa makna yang menceritakan tentang Allah s.w.t.
Ketiga : Mereka yang melihat Allah secara dhahirnya sedangkan melihat mkahluk secara tersembunyi. Mata hati mereka lebih dahulu melihat Allah sebagai sumber dari segala sesuatu. Kemudian barulah mereka melihat makhluk yang menerima karunia dari Allah.Alam tidak lain tidak bukan melainkan perbuatan Nya, gubahan Nya, lukisan Nya, atau hasil kerja tangan Nya.
Keempat : Mereka yang melihat makhluk lebih dahulu barulah melihat Allah. Mereka memasuku jalan dengan hati hati dan waspada, memerlukan waktu untuk menghilangkan keraguan,berdalil dengan akal sehingga membuahkan satu kesimpulan ternyata Allah lah yang wujud menguasai wujudnya makhluk.
Firman Allah dalam surah Al-Hasyr : 24 yang artinya:Dialah Allah, yang menciptakan seluruh makhluk, yang mengadakan ( dari tidak ada menjadi ada ), yang membentuk rupa ( makhluk makhluknya menurut yag Dia kehendaki ), bagi Nya jugalah nama nama yang baik dan mulia, bertasbih kepadanya apa yang ada di langit dan di bumi dan Dia lah yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana.
Maka, cara pandang kepada Allah dan makhluk Nya dapat dikategorikan sebagai berikut;
'Asyikin : Memandang kepada alam ciptaan dan merenunginya, semakin dia merenunginya semakin tampak keelokan dan kesempurnaan Sang Maha Pencipta.Dia ayik dengan apa yang dipandanginya.
Mutakhalliq : Dia menyaksikan sifat sifat Allah yang dikenal di dalam Asma al husna. Alam adalah isyarat untuk mengetahui nama nama Allah dan sifat sifat kesempurnaan Nya. Setiap apa yang dipandang menceritakan sesuatu tentang Allah s.w.t.
Muwahhid : Fana dalam dzat Nya.Kesadaran dirinya hilang, melalui lisanya terucaplah firman firman Allah yang ditirunkan dalam Al-Quran sebagai petunjuk menuju Allah.
Mutahqqiq : Kembali kepada kesadaran kemanusiaanya, untuk memikul tugas membimbing umat manusia ke jalan Allah s.w.t. Hatinya senantiasa memandang kepada Allah, dan hanya bergantung kepada Nya. Kehidupan ini adalah medan dakwah baginya, segala unsur alam adalah alat untuk memakmurkan bumi.
Wallahu 'Alam‎
Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar