Minggu, 05 Oktober 2014

Kewajiban mencintai Allah dan RasulNya



بسم الله الرحمن الرحيم
Imam Ghazali berkata;
اعلم أن الأمة مجمعة على أن الحب لله تعالى ولرسوله صلى الله عليه و سلم فرض
Ketahuilah bahwa ummat Islam sepakat bahwa mencintai Allah dan RasulNya adalah kewajiban.[1]
Allah berfirman;
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَاأَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah; “Jika bapak-bapak, anak-anak,saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggalyang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah 24)
Syaikh Sa’dy berkata;
وهذه الآية الكريمة أعظم دليل على وجوب محبة اللّه ورسوله، وعلى تقديمها على محبة كل شيء، وعلى الوعيد الشديد والمقت الأكيد، على من كان شيء من هذه المذكورات أحب إليه من اللّه ورسوله، وجهاد في سبيله.
“Ayat-ayat yang mulia ini adalah dalil paling agung menunjukkan wajibnya mencintai Allah dan Rasul-Nya, mendahulukannya atas kecintaan segala sesuatu. Juga menunjukkan ancaman keras dan kebencian sangat atas orang yang lebih mencintai salah satu dari yang telah disebutkan daripada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya.”[2]
Cinta Allah dan RasulNya adalah bagian dari iman, Allah berfirman;
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Orang-orang yang beriman lebih kuat cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah 165)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَحَتَّى يُقْذَفَ فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ نَجَّاهُ اللَّهُ مِنْهُ وَلَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ 
Dari Anas Bin Malik dari Nabi shallahu’alaihi wasallam bersabda, “Tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga Allah dan rasulNya lebih dia cintai daripada selainnya, dan hingga ia dilempar ke neraka lebih disukainya dari pada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya. Dan tidak (sempurna) iman salah seorang kalian sehingga saya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) lebih dicintainya daripada anaknya, orang tuanya atau manusia semuanya”. (HR. Ahmad)
Cinta Allah dan RasulNya adalah bekal untuk keselamatan hari kiamat;
 عَنْ أَنَسٍ أَنَّهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى قِيَامُ السَّاعَةِ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الصَّلَاةِ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ قَالَ أَيْنَ السَّائِلُ عَنْ قِيَامِ السَّاعَةِ فَقَالَ الرَّجُلُ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا أَعْدَدْتَ لَهَا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَعْدَدْتُ لَهَا كَبِيرَ صَلَاةٍ وَلَا صَوْمٍ إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ وَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ فَمَا رَأَيْتُ فَرِحَ الْمُسْلِمُونَ بَعْدَ الْإِسْلَامِ فَرَحَهُمْ بِهَذَا
Dari Anas ia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam lalu bertanya: Wahai Rasulullah, kapankah kiamat terjadi? Lalu nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam berdiri untuk shalat, seusai shalat Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam bertanya: “Mana si penanya tentang hari kiamat tadi?” orang itu menjawab: Saya wahai Rasulullah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bertanya: “Apa yang telah kau persiapkan untuknya?” orang itu menjawab: Aku tidak menyiapkan sekian banyak shalat dan puasa untuknya, hanya saja aku mencintai Allah dan rasulNya. Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Salam bersabda: “Seseorang bersama orang yang ia cintai dan engkau bersama orang yang kau cintai.” Aku tidak mengetahui kebahagian kaum muslimin setelah Islam seperti kegembiraan mereka karena hal ini. (HR. Tirmidzi)
Bagaimana menumbuhkan rasa cinta
Cinta adalah perasaan yang tidak terdapat dalam kendali manusia, jadi bagaimana kita diperintah untuk melakukan perbuatan yang tidak mampu kita kuasai?
Ketahuilah bahwa mencintai Allah dan RasulNya adalah wajib, akan tetapi cinta bukanlah sesuatu yang bisa dipaksakan. Jadi, wajib bagi orang yang dihatinya tidak terdapat cinta di hatinya untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan tumbuhnya cinta. Dan wajib untuk tidak menampakkan rasa ketidakcintanya dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.
Adapun perkara yang menyebabkan tumbuhnya cinta, maka ada tiga perkara;
1-Keindahan bentuk Dzat yang dicinta
2-Keindahan sifat dan perbuatannya
2-Kebaikan yang diberikan oleh yang dicinta
Tiga-tiganya ini terdapat pada Allah dan RasulNya. Keindahan Dzat Allah tidak diragukan lagi, apalagi bagi para ‘Arifin yang telah dibukakan baginya hijab. Bahkan di surga, tidak ada kenikmatan yang melebihi memandang pada wajah Allah.
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ , إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ
Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah 22-23)
Begitu juga keindahan ciptaan Rasul Saw, tidak ada makhluk yang lebih sempurna dari Ia.
Adapun keindahan sifat dan perbuatannya, maka lihatlah pada keagungan  penciptaan langit bumi, bergilirnya siang dan malam, lihatlah pada kesempurnaan ciptaanNya besar atau kecilnya. Lihatlah pada pengetahuanNya yang tidak terbatas serta kebijaksanaanNya  yang luas.
Maka, Ialah Allah tuhan yang Esa, yang menciptakan dan mengatur alam semesta, tidak mempunyai anak dan tidak diperanakkan, tidak ada yang setara, semisal dan serupa dengannya dan ia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
لَيْسَكَمِثْلِهِشَيْءٌوَهُوَالسَّمِيعُالْبَصِيرُ
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat. (As-Syuro 11)
Ialah yang  Maha sempurna, suci dari segala kekurangan dan kecelakaan, zaman tidak berlalu padaNya dan Ia tidak dapat diliputi oleh tempat. Dialah Awal tanpa permulaan, yang Akhir tanpa ujung.
هُوَالْأَوَّلُوَالْآخِرُوَالظَّاهِرُوَالْبَاطِنُوَهُوَبِكُلِّشَيْءٍعَلِيمٌ
Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin[1452]; dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. (Al-Hadid 3)
Ialah yang mengetahui segala sesuatu, entah yang  ada, yang tidak ada, atau yang akan ada, entah yang mungkin atau yang tidak mungkin. MilikNya lah langit dan bumi beserta segala isinya, dan Ia  berkuasa atas segala sesuatu. Ia maha pemurah lagi maha penyayang, ia maha kuasa lagi maha perkasa.
Pada diri Rasul Saw, maka lihatlah pada sifat welas asihnya kepada ummatnya,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. (At-Taubah 128)
keadilan dan ketaqwaannya, kejujurannya, kebijaksanaanya, kecerdasan dan keberaniannya, dan segenap kesempurnaan akhlaknya. Allah berfirman;
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar di atas budi pekerti yang luhur. (Al-Qalam 4)

عن سعد بن هشام بن عامر قال : سألت عائشة رضي الله عنها : يا أم المؤمنين ، أنبئيني عن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقالت : أتقرأ القرآن ؟ فقلت : نعم ، فقالت : إن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم القرآن
Dari Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir, dia berkata: ‘Aku bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Wahai Ummul Mu’minin, kabarkan kepada saya tentang akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Beliau menjawab: “Apakah engkau membaca Al Quran?” Aku menjawab: “Tentu.” Dia berkata: “Sesungguhnya Akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al Quran.” (HR. Al Hakim)
Adapun kebaikan yang Allah berikan kepada kita adalah berupa segala kenikmatan yang Ia berikan kepada kita. Maka, ingatlah satu persatu nikmat yang Ia berikan kepada manusia secara umum berupa rizqi yang datang dari langit, daratan maupun lautan.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحِبُّوا اللَّهَ لِمَا يَغْذُوكُمْ مِنْ نِعَمِهِ وَأَحِبُّونِي بِحُبِّ اللَّهِ وَأَحِبُّوا أَهْلَ بَيْتِي بِحُبِّي
“Dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Cintailah Allah atas apa yang kalian makan dari nikmat-nikmat-Nya, dan cintailah aku karena cinta kalian kepada Allah, dan cintailah Ahlul Baitku karena cinta kalian kepadaku. (HR At-Tirmidzi)
Nikmat mata yang melihat, kuping yang mendengar, lidah yang merasa dan lain sebagianya… Serta yang paling agung yakni nikmat Iman dan Islam, itu karena Allah memberikan rizqi kepada semua, namun memberikan iman hanya pada yang Ia cinta.
عن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : إن الله قسم بينكم أخلاقكم كما قسم بينكم أرزاقكم و إن الله يعطي الدنيا من يحب و من لا يحب و لا يعطي الإيمان إلا من يحب
Dari Abdullah bin Mas’ud ra, Rasul Saw bersabda; “Sesungguhnya Allah membagi akhlak kalian sebagaimana membagi rizki, dan sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memberikan dunia kepada orang yang Dia cinta, dan tidak Dia cinta, tetapi Dia tidak mengaruniai iman kecuali kepada orang yang Dia cinta”. (HR. Hakim)
Sedang kebaikan Rasul Saw adalah perjuangannya yang tanpa pamrih dan penuh pengorbanan dalam menyampaikan ajaran Islam, sehingga kita dapat merasakan nikmat Iman dan Islam.
Semua ini dapat dilakukan dengan senantiasa membaca dan memahami Al-quran, mempelajari kitab-kitab Hadits dan Sirah Nabi Muhammad Saw.
Tanda-tanda adanya cinta
Diantara tanda-tanda adanya cinta adalah;
1-Mencintai segala hal yang dicintai Sang Kekasih dan membenci segala hal yang dibenci Sang Kekasih. Ridlo terhadap yang diridloi Sang Kekasih dan marah  terhadap yang dimarahi kekasih.
Yakni; dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah dan RasulNya.  Dari itu Allah berfirman;
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali Imran 31)
Seorang penyair berkata;
تعصي الإله وأنت تزعم حبه! ** هذا لعمري في القياس شنيع
لو كان حبك صـادقاً لأطعته ** إن المحب لمن يحـب مطيع
Engkau durhaka kepada Allah, sementara engkau mengaku mencintai-Nya
Demi Allah, sesungguhnya ini adalah perbandingan yang buruk
Seandainya cintamu itu benar, pasti engkau akan mentaati-Nya
Karena sesungguhnya orang yang mencintai akan selalu mentaati yang dicintainya.
Begitu juga dengan Mencintai Al-Quran, mencintai agama Islam, mencintai Hadits, mencintai Ahli bait, keturunan Rasul Saw, para sahabat, dll.
Dari itu Sahl rahimahullah berkata;
علامة حب الله حب القرأن وعلامة حبهما حب النبي وعلامة حبه حب السنة وعلامة حبها حب الاخرة
وعلامة حبها بغض الدنياوغلامة بغضها أن لا بأخذ منها الا زادا وبلغة الي الاخرة
Tanda cinta kepada Allah adalah mencintai Al-Qur’an, dan tanda cinta kepada keduanya adalah mencintai Nabinya. Tanda mencintai Nabi adalah mencintai sunnah dan tanda mencintai sunnah adalah mencintai akherat, tanda mencintai akherat adalah benci kepada dunia dan tanda membenci dunia adalah hanya mengambil dunia untuk bekal dan pengantar menuju akhirat.
Begitu juga dengan mencintai sesama mukmin, lebih-lebih para Ulama dan orang-orang saleh, dan membenci kufur dan para ahlinya. Dari itu Allah berfirman;
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam 96)
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
Tidakkah akan engkau dapati seorang yang beriman kepada Allah dan Hari yang akhir berkasih-kasihan dengan orang yang menantang Allah dan Rasul-Nya , dan walaupun mereka itu ayah-ayah mereka sendiri atau saudara-saudara rnereka atau kaum keluarga mereka . (Al-Mujadalah 22)
Termasuk dalam hal ini adalah marah ketika Sang Kekasih direndahkan. Seperti ketika nama-nama Allah dilecehkan, Syari’at Allah dihina dengan dianggap ketinggalan jaman, Al-Quran dibakar, Nabi Muhammad dianggap tukang sihir, Istri Nabi dianggap pezina, Sahabat dianggap telah kafir semua, Ulama dicaci maki, dsb.
Para pecinta akan marah ketika kekasihnya dilecehkan dan mereka tidak akan peduli walau harus berhadapan dengan dunia beserta isinya, Allah berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui. (Al-Maidah 54)
عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ قال ” أَنَّ نَبِيًّا مِنْ أَنْبِيَاءِ اللَّهِ   قَالَ : ” مَنْ أَهْلَكَ الَّذِينَ هُمْ أَهْلَكُ ؟ الَّذِينَ فِي ظِلِّ عَرْشِكَ ؟ قَالَ : هُمُ الْبَرِيئَةُ أَيْدِيهِمْ , الطَّاهِرَةُ قُلُوبُهُمْ , الَّذِينَ يَتَحَابُّونَ بِجَلَالِي , الَّذِينَ إِذَا ذُكِرُوا ذُكِرْتُ بِهِمْ وَإِذَا ذُكِرْتُ ذُكِرُوا بِي , الَّذِينَ يَسْبُغُونَ الْوُضُوءَ عَلَى الْمَكَارِهِ , وَالَّذِينَ يَكْلِفُونَ بِحُبِّي كَمَا يَكْلَفُ الصَّبِيُّ بِالنَّاسِ , وَالَّذِينَ يَأْوُونَ إِلَى ذِكْرِي كَمَا تَأْوِي الطَّيْرُ إِلَى وَكْرِهَا , وَالَّذِينَ يَغْضَبُونَ لِمَحَارِمِي إِذَا اسْتُحِلَّتْ كَمَا يَغْضَبُ النَّمِرُ إِذَا حُرِبَ
Dari Zaid bin Aslam, Ia berkata; “Seorang Nabi Dari Nabi-Nabi Allah berkata (kepada Allah); Siapakah ahliMu yang merupakan ahliMu? Yang berada dalam naungan ‘ArsyMu? Allah menjawab; Yang bersih tangan mereka, suci hati, yang saling mencintai dengan keagunganKu, yang jika mereka disebut, Aku disebut bersama mereka, dan jika Aku disebut, mereka disebut bersamaKu, yang menyempurnakan wudlu dalam keadaan susah, yang tergila-gila dengan cintaKu seperti halnya anak kecil tergila-gila dengan seseorang, yang berlindung pada dzikirku seperti halnya burung berlindung pada sarangnya, yang marah pada Maharimku ketika dilanggar seperti marahnya harimau ketika diserang. (HR. Ibnu Abi Syaibah)
Imam Ghazali menambahkan;
فانه لا يبالي قل الناس او كثروا
Karena sesungguhnya harimau tidak akan peduli sedikit atau banyaknya manusia.[3]
Karena Mahabbah adalah bagian dari iman, maka imannya orang yang tidak benci melihat kemunkaran patut dipertanyakan. Ibnu Al-Hajj Al-Maliky dalam kitab Al-Madkhal berkata ;
قَدْ أَخْبَرَ أَنَّ التَّغْيِيرَ بِالْقَلْبِ هُوَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ ، وَالتَّغْيِيرُ قَدْ عُدِمَ فِي الْغَالِبِ لِاسْتِئْنَاسِ النُّفُوسِ بِمَا يُشَاهَدُ مِنْ تِلْكَ الْأَشْيَاءِ فَذَهَبَ أَضْعَفُ الْإِيمَانِ ، وَإِذَا عُدِمَ أَضْعَفُهُ فَمَاذَا يُرْجَى أَنْ يَبْقَى بَعْدَ عَدَمِ هَذَا الْأَضْعَفِ أَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى السَّلَامَةَ بِمُحَمَّدٍ
“Nabi telah memberitahukan bahwa merubah dengan hati (yakni dengan benci) adalah selemah-lemahnya iman, sedang Taghyir, biasanya kerap hilang ketika hati telah menganggap biasa terhadap adanya perkara munkar tersebut, (jika demikian) maka hilanglah selemah-lemahnya iman, dan jika selemah-lemahny iman telah hilang, maka apakah yang bisa diharapkan selepas hilangnya iman yang lemah ini??!! Aku meminta Allah keselamatan atas nama Muhammad!”
Maka, para pecinta tidak mencintai perkara dunia kecuali karena cintanya pada Allah, dan tidak akan membenci kecuali karena cintanya pada Allah.
عن أبي أمامة ، عن النبي ( صلى الله عليه وسلم ) قال : من أحب لله وأبغض لله وأعطى لله ومنع لله فقد استكمل الإيمان
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi karena Allah, maka sungguh telah sempurna Imannya.” 
Berkata Imam Ibnu Rajab Al-Hambali;
فمن أحبَّ الله ورسوله محبةً صادقة مِن قَلبه ، أوجب له ذلك أنْ يُحبَّ بِقَلْبِه ما يُحبُّه الله ورسولُه ، ويَكره ما يَكرهه الله ورسوله ، ويَرضى بما يُرضى الله ورسوله ، ويَسخط ما يَسْخَطُهُ الله ورسوله ، وأنْ يعمل بجوارحه بمقتضى هذا الحبِّ والبغض ، فإنْ عمل بجوارحه شيئاً يُخالِفُ ذلك بان ارتكبَ بعضَ ما يكرهه الله ورسولُه ، أو ترك بعضَ ما يُحبه الله ورسوله ، مع وجوبه والقدرة عليه ، دلَّ ذلك على نقص محبَّته الواجبة ، فعليه أنْ يتوبَ من ذلك ، ويرجع إلى تكميل المحبة الواجبة
Barang siapa mencintai Allah dan RasulNya dengan cinta yang benar dari hatinya, maka itu akan membuaynya mencintai dengan hatinya apa-apa yang Allah dan RasulNya cintai, dan membenci apa-apa yang Allah dan RasulNya benci, ridla terhadap apa-apa yang Allah dan RasulNya ridloi, tidak ridlo terhadap apa-apa yang Allah dan RasulNya tidak ridloi. Dan ia bertindak dengan anggota tubuhnya sesuai dengan cinta dan benci ini, maka barang siapa bertindak dengan anggota tubuhnya dengan tindakan yang bertentangan dengan itu, yaitu dengan melakukan perbuatan yang dibenci Allah dan RasulNya, atau meninggalkan sebagian perbuatan yang dicintai Allah dan RasulNya, padahal ia berkewajiban dan mampu melaksanakannya, maka hal itu menunjukkan atas kurangnya rasa cinta yang wajib. jadi, wajib baginya untuk bertaubat dari hal itu, dan kembali menyempurnakan cintanya yang wajib.[4]
2-Merasa nikmat ketika mendengar atau menyebut Sang Kekasih sehingga sering menyebut-nyebutnya (berdzikir). Dari itu Allah berfirman;
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar-Ra’d
Sedang orang yang tidak ada cinta, justru akan merasa gersanglagi panas ketika nama Allah disebut  dan akan senang jika benda duniawi yang mereka sukai disebut-sebut.
وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
“Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati.” (Az-Zumar : 45).
Termasuk dalam hal ini adalah merasakan kenikmatan ketika melakukan amal-amal ibadah seperti shalat, membaca Al-Quran, puasa, berdoa dan bermunajat. Dari itu Rasul Saw bersabda;
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ، أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ “
Dari Anas bin Malik ra berkata: Nabi Muhammad saw bersabda: “Seseorang tidak akan pernah mendapatkan manisnya iman sehingga ia mencintai seseorang, tidak mencintainya kecuali karena Allah; sehingga ia dilemparkan ke dalam api lebih ia sukai daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan darinya; dan sehingga Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selainnya.” (Imam Al Bukhari)
Berkata Imam Ghazali;
وأقل درجات الحب التلذذ بالخلوة بالحبيب والتنعم بمناجاته فمن كان النوم والاشتغال بالحديث الذ عنده وأطيب من مناجاة الله كيف تصح محبته
Derajat cinta paling rendah adalah merasakan kelezatan khalwah (menyendiri) bersama Sang Kekasih dan merasakan kenikmatan bermunajat kepadaNya. Maka barang siapa tidur dan sibuk berbincang lebih lezat dan lebih enak baginya dari munajat kepada Allah, bagaimana mungkin cintanya dianggap benar?!
Hal yang sama juga berlaku untuk cinta pada Rasul Saw, yakni dengan sering membaca shalawat dan melantunkan puji-pujian untuknya.
Karena rasa nikmat inilah para pecinta tidak merasa bosan lagi lelah dalam memuja-muji Sang Kekasih. Badan mereka lelah, tapi hati mereka tidak, ini karena amal yang dibarengi dengan cinta tidak akan ada rasa bosan didalamnya.
Dua hal inilah yang merupakan tanda pokok yang harus ada bagi setiap pecinta.  Dan barang siapa mengaku cinta tapi tidak terdapat dalam dirinya dua hal ini, maka cintanya adalah palsu atau kurang.
اللهم ارزقني حبك وحب من يحبك واجعل حبك أحب إلي من الماء البارد

اللهم حبب إلينا الإيمان وزينه في قلوبنا، وكره إلينا الكفر والفسوق والعصيان، واجعلنا من الراشدين

Wahai Allah, berikanlah aku cinta-Mu, dan cinta orang yang mencintaimu, dan jadikanlah cinta kepada-Mu lebih aku sukai dari pada cinta kepada air dingin di waktu dahaga
Ya Allah jadikanlah hati kami mencintai keimanan dan jadikanlah ia hiasan dalam hati kami. dan tanamkanlah kebencian kepada kami terhadap kekufuran, kefasiqan dan kedurhakaan. Dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus
Aamiiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar