Jumat, 03 Januari 2014

SHOHIH BUKHORI 41 - 47

 Hadits 41: Kasih Sayang Allah kepada Hamba-Nya yang Muslim

Alhamdulillah, pembahasan hadits Shahih Bukhari kini memasuki hadits ke-41. Hadits ke-41 ini masih berada di bawah Kitab Al-Iman (كتاب الإيمان).

Imam Bukhari memberi judul باب حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ (kebaikan Islam seseorang) untuk hadits ini dan hadits berikutnya. Sekedar memudahkan pembaca dan agar lebih fokus, pembahasan hadits ke-41 ini kita beri judul: "Kasih Sayang Allah kepada Hamba-Nya yang Muslim"

Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-41:

عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىَّ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا ، وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ ، الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلاَّ أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا

Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila seseorang masuk Islam kemudian Islamnya menjadi baik, maka Allah akan menghapus segala kejahatan yang telah dilakukannya. Setelah itu, ia akan diberi balasan yaitu setiap kebaikannya akan dibalas Allah sepuluh hingga tujuh ratus kali. Sedangkan kejahatannya dibalas setimpal dengan kejahatannya itu, kecuali jika Allah memaafkannya "

Penjelasan Hadits

إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلاَمُهُ

Apabila seseorang masuk Islam kemudian Islamnya menjadi baik

Yakni seorang musyrik atau non Muslim masuk Islam dan keislamannya bukan sebatas identitas atau ”Islam KTP”, melainkan ia bersungguh-sungguh berislam, jujur dalam memeluk Islam, dan memenuhi ajaran Islam. Baik lahir maupun batin ia berislam. Hatinya benar-benar beriman, dan dibuktikan dengan ketundukan dirinya dalam menjalankan ibadah.

Di sinilah hubungan hadits ini dengan iman yang menjadi judul kitab ini: kitabul iman. Bahwa Islam yang baik itu adalah iman (keyakinan di hati, pengakuan di lisan, dan pembuktian dengan amal). Dan bahwa iman itu tidak dianggap kecuali jika dibuktikan dengan amal.

يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا

maka Allah akan menghapus segala kejahatan yang telah dilakukannya.

Inilah keutamaan masuk Islam. Inilah ”imbalan” bagi seorang musyrik atau kafir yang masuk Islam. Segala dosanya semasa dihapuskan dengan syahadat yang ia ikrarkan. Dosa apapun. Bahkan, dosa membunuh seorang mujahid yang dilakukan sewaktu masih kafir pun akan diampuni oleh Allah jika ia masuk Islam dan bersungguh-sungguh dengan keislamannya.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, Rasulullah menjelaskan contoh itu.

يَضْحَكُ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الآخَرَ يَدْخُلاَنِ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَقْتُلُ ثُمَّ يَتُوْبُ اللهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيَسْلَمَ فَيَسْتَشْهِدُ

“Allah SWT tertawa melihat dua orang yang ingin saling membunuh, tetapi keduanya masuk surga.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi?”

(Rasulullah menjawab), “Orang yang pertama berperang di jalan Allah, lalu ia terbunuh sebagai syahid. Kemudian, si pembunuh bertaubat dan masuk Islam. Ia berperang di jalan Allah hingga mati sebagai syahid.” (Muttafaq ‘alaih)

Jika perlu mencontohkan dua orang yang saling membunuh kemudian keduanya masuk surga seperti hadits tersebut, barangkali Hamzah bin Abdul Muthalib dan Wahsyi bisa disebut di sini. Pada perang uhud, Hamzah dibunuh oleh Wahsyi dengan tombaknya. Setelah futuhnya Makkah, Wahsyi kemudian memeluk Islam. Ia bersungguh-sungguh dengan keislamannya, dipenuhi penyesalan yang dalam karena telah membunuh orang terbaik, Hamzah. Ia bahkan tak pernah berani memandang wajah Rasulullah sejak masuk Islam hingga beliau wafat karena penyesalannya telah membunuh paman Nabi. Di masa pemerintahan khalifah Abu Bakar, Wahsyi kemudian membunuh orang terjelek dengan tombaknya, yaitu nabi palsu Musailamah Al-Kadzab. Jadilah Wahsyi tercatat sejarah sebagai pernah membunuh orang baik dan juga membunuh orang terjelek. Singkat cerita, Wahsyi kemudian syahid pada sebuah peperangan yang diikutinya.

Demikianlah kehebatan masuk Islam. Ia seperti me-restart kehidupan seseorang, menjadikannya bersih dari dosa sebelumnya dan membuatnya suci laksana kain putih yang belum terkena noda. Maka Rasulullah memaafkan begitu saja ketika Wahsyi datang kepada beliau untuk masuk Islam, sebagaimana Allah menjadikan keislamannya sebagai penghapus atas dosanya yang telah lalu. Inilah kasih sayang Allah kepada Muslim. Keislamannya menghapuskan segala dosa sebelumnya.

وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ

Setelah itu, ia akan diberi balasan

Setelah seseorang masuk Islam, barulah balasan atas amal diperhitungkan. Jika seseorang kafir, sebaik apapun perbuatannya ia tidak akan ditulis sebagai amal kebaikan yang mendapatkan pahala.

الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ

yaitu setiap kebaikannya akan dibalas Allah sepuluh hingga tujuh ratus kali.

Subhanallah. Inilah kasih sayang Allah yang kedua. Kebaikan seorang Muslim bukan hanya ditulis sebagai satu atau dua kebaikan, melainkan dilipatgandakan sepuluh hingga tujuh ratus kali. Siapakah yang bisa memberikan keuntungan yang demikian besar selain Allah? Tidakkah kita tergiur untuk memperbanyak "transaksi" dengan Allah.

Ustman bin Affan pernah kembali dari perjalanan bisnisnya. Menjelang sampai ke Madinah, sejumlah saudagar Yahudi telah menyambutnya. Mereka menawarkan keuntungan yang banyak kepada Ustman agar mau menjual dagangannya kepada mereka. Ada yang menawarkan keuntungan lima puluh persen. Ada yang menawarkan keuntungan seratus persen. Ada yang menawarkan keuntungan dua kali lipat dari modalnya. Namun Ustman tetap tidak mau. Ketika mereka bertanya, Utsman mengatakan bahwa telah ada yang akan memberikan keuntungan sepuluh kali lipat kepadanya.

"Siapa orang itu? Setahu kami tidak ada lagi saudagar-saudagar kaya selain kami," kata salah seorang saudagar Yahudi.

"Allah. Dia memberikan balasan sepuluh kali lipat. Karenanya seluruh unta ini beserta barang dagangan yang dipikulnya aku sedekahkan kepada fakir miskin yang ada di Madinah," jawab Ustman membuat mereka keheranan.

Seperti itulah idealnya semangat umat Islam menyambut balasan kebaikan yang berlipat ganda ini. Menyambut kasih sayang Allah yang luar biasa.

وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلاَّ أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا

Sedangkan kejahatannya dibalas setimpal dengan kejahatannya itu, kecuali jika Allah memaafkannya

Inilah kasih sayang Allah yang ketiga. Jika kebaikan dibalas sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, bahkan dalam hadits yang lain "ilaa maasya'aLlah" hingga tak terhingga tergantung pada kehendak Allah, kejahatan hanya ditulis serupa. Tidak dilipatgandakan. Bahkan, jika Allah berkehendak, ia akan dimaafkan. Karenanya seorang Muslim dituntut untuk memperbanyak taubat, agar kesalahannya diampuni oleh Allah SWT.

Pelajaran Hadits

Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:

1. Allah sangat sayang kepada hamba-Nya yang Muslim;

2. Masuk Islam atau menjadi Muslim haruslah sungguh-sungguh dan jujur, bukan sekedar Muslim secara identitas saja;

3. Orang yang masuk Islam, dosanya yang telah lalu dihapus oleh Allah dengan keislamannya tersebut;

4. Balasan kebaikan bagi seorang Muslim dilipatgandakan oleh Allah antara sepuluh hingga tujuh ratus kali;

5. Balasan kesalahan bagi seorang Muslim adalah sepadan dengan kesalahan itu, tidak dilipatgandakan, bahkan jika Allah berkehendak akan diampuni-Nya;

6. Seorang Muslim perlu menyambut kasih sayang Allah ini dengan memperbanyak kebaikan, menjauhi kejahatan dan memperbanyak taubat.


Demikian hadits ke-41 Shahih Bukhari dan penjelasannya. Semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah SWT untuk senantiasa menjadi baik keislaman kita, memaksimalkan kebaikan, menjauhi kejahatan. Wallaahu a'lam bish shawab.[]

Hadits 42: Pahala Kebaikan Dilipatgandakan 10 hingga 700 Kali Lipat

Alhamdulillah, pembahasan hadits Shahih Bukhari bisa hadir lagi menyapa pembaca. Kini memasuki hadits ke-42, masih berada di bawah Kitab Al-Iman (كتاب الإيمان).

Imam Bukhari tidak memberikan judul tersendiri pada hadits ini, melainkan mengikuti judul pada hadits sebelumnya yaitu باب حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ (kebaikan Islam seseorang). Untuk memudahkan pembahasan, hadits ke-42 ini kita beri judul: "Pahala Kebaikan Dilipatgandakan 10 hingga 700 Kali Lipat"

Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-42:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ ، فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ ، وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا

Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seseorang memperbagus keislamannya, maka setiap kebaikan yang dilakukannya dituliskan 10 hingga 700 kali lipat, sedangkan setiap kejelekannya hanya ditulis sepertinya (satu saja)"

Penjelasan Hadits

إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ

Jika seseorang memperbagus keislamannya

Hadits ini menggunakan lafadz jamak "ahadukum" karena ditujukan kepada para banyak sahabat yang saat itu mendengarkan hadits beliau, namun maknanya tetap berlaku bagi setiap pribadi. Artinya, siapapun orangnya asalkan memenuhi syarat ini maka ia akan mendapatkan pelipatgandaan amal kebaikan seperti dijelaskan dalam lanjutan hadits ini.


Makna memperbagus keislamannya adalah teguh di atas Islam yang ia ikrarkan dengan syahadat dan berkomitmen dengan ajaran-Nya.

فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ

maka setiap kebaikan yang dilakukannya dituliskan 10 hingga 700 kali lipat

Inilah kasih sayang Allah yang diberikan untuk hambaNya yang muslim. Asalkan ia beriman, asalkan ia Muslim yang berkomitmen dengan keislamannya, setiap amal kebaikannya dilipatgandakan 10 hingga 700 kali lipat.

وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا

sedangkan setiap kejelekannya hanya ditulis sepertinya (satu saja)

Berbeda dengan amal kebaikan yang dilipatgandakan, amal buruk yang dikerjakannya hanya ditulis satu saja. Bahkan dalam hadits sebelumnya disebutkan "kecuali jika Allah memaafkannya." Artinya, jika amal buruk itu diamaafkan Allah, ia bahkan tidak ditulis sama sekali.

Dengan rahmat Allah inilah, sungguh pintu surga dibuka seluas-luasnya bagi muslim. Allah memberinya peluang besar agar catatan amal kebaikannya bertumpuk-tumpuk, sementara catatan amal kejelekannya hanya sedikit, bahkan tertutupi oleh amal kebaikannya.

Pelajaran Hadits

Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:

1. Seorang muslim hendaklah memperbagus keislamannya, yakni dengan tetap teguh di atas Islamnya dan berkomitmen dengan ajaranNya;

2. Bagi muslim yang demikian, Allah melipatgandakan catatan amal kebaikannya menjadi 10 hingga 700 kali lipat;

3. Amal kejelekan seorang muslim hanya dicatat seperti apa yang ia lakukan, tanpa dilipatgandakan;

4. Hadits ini menunjukkan betapa besarnya kasih sayang Allah kepada orang-orang yang beriman.

Demikian hadits ke-42 Shahih Bukhari dan penjelasannya. Semoga kita mendapatkan taufiq dari Allah SWT untuk senantiasa memperbaiki keislaman kita, memperbanyak amal kebaikan dan menjauhi amal kejelekan. Wallaahu a'lam bish shawab.[]
Hadits 43: Amal yang Paling Dicintai Allah

Alhamdulillah, kita kembali bertemu dalam rubrik Hadits yang kini memasuki pembahasan hadits ke-43 dalam Shahih Bukhari.

Karena hadits ini membahas tentang dilarangnya beribadah yang memaksakan diri dan perintah untuk mengerjakan amal semampunya agar bisa istiqomah, maka hadits ke-43 ini kita beri judul: Amal yang Paling Dicintai Allah.

Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-43:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ - صلى الله عليه وسلم - دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا امْرَأَةٌ قَالَ مَنْ هَذِهِ . قَالَتْ فُلاَنَةُ . تَذْكُرُ مِنْ صَلاَتِهَا . قَالَ مَهْ ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ ، فَوَاللَّهِ لاَ يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا . وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ

Dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa pada suatu hari ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pulang ke rumah Aisyah,beliau melihat ada seorang wanita di dekatnya. Lalu Nabi bertanya, “siapakah wanita itu?” Aisyah menjawab,”inilah si Fulanah yang terkenal banyak melakukan shalat.” Kemudian Nabi bersabda, “Jangan begitu! Tetapi kerjakanlah semampumu. Demi Allah, Dia tidak bosan untuk memberikan pahala hingga kamu sendiri yang malas beramal. Agama yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan secara tetap dan teratur.

Penjelasan Hadits

دَخَلَ عَلَيْهَا وَعِنْدَهَا امْرَأَةٌ

beliau melihat ada seorang wanita di dekatnya.

Ibnu Hajar Al Asqalani, setelah mengetengahkan sejumlah riwayat dan pendapat mengenai hadits ini, beliau menegaskan bahwa wanita yang diceritakan dalam hadits ini semula berada di rumah Aisyah. Ketika beliau tiba di rumah Aisyah, wanita ini pulang dan sebelum meninggalkan kediaman Aisyah, ia sempat bertemu Rasulullah. Setelah ia pergi, Rasulullah pun menanyakan perihal wanita itu.

قَالَ مَنْ هَذِهِ

Lalu Nabi bertanya, “siapakah wanita itu?”

Pertanyaan Rasulullah ini menunjukkan bahwa beliau tidak mengenal wanita itu, atau kurang jelas siapa yang barusan datang menemui Aisyah. Kemungkinan kedua lebih besar karena dalam riwayat yang lain, khususnya Muslim dari Zuhri dari Urwah, wanita tersebut adalah Al Haula binti Tuwait bin Habib Asad bin Abdul Izzi, yang termasuk keluarga Khadijah radhiyallahu 'anha.

قَالَتْ فُلاَنَةُ . تَذْكُرُ مِنْ صَلاَتِهَا

Aisyah menjawab,”inilah si Fulanah yang terkenal banyak melakukan shalat.”

Aisyah menjawab dengan menyebutkan keutamaan wanita itu menurut banyak orang, yakni banyaknya shalat yang ia lakukan. Bahkan, disebutkan bahwa wanita itu shalat sepanjang malam dan tidak tidur.

قَالَ مَهْ ، عَلَيْكُمْ بِمَا تُطِيقُونَ ، فَوَاللَّهِ لاَ يَمَلُّ اللَّهُ حَتَّى تَمَلُّوا

Kemudian Nabi bersabda, “Jangan begitu! Tetapi kerjakanlah semampumu. Demi Allah, Dia tidak bosan untuk memberikan pahala hingga kamu sendiri yang malas beramal.

Kata "mah" (jangan begitu), merupakan teguran Rasulullah kepada Aisyah dengan maksud melarangnya agar tidak memuji wanita itu dan agar tidak melakukan perbuatan seperti itu.

Rasulullah memerintahkan agar Aisyah dan juga seluruh umatnya untuk mengerjakan amal sesuai kemampuan mereka, yang dapat dilakukan secara terus menerus. Tidak memaksakan diri dengan amal berat yang bisa saja dilakukannya beberapa kali tetapi setelah itu terputus dan tidak dapat diteruskan lagi.

Kata "wallaahi"(demi Allah) yang diucapkan Rasulullah menunjukkan bahwa bolehnya bersumpah tanpa diminta, bahkan ia menjadi sunnah jika dilakukan dalam rangka menegaskan dan memotivasi orang lain untuk mengerjakan perintah Allah.

Kata "malal" adalah majaz (kata kiasan) yang digunakan untuk menunjukkan bahwa Allah memutuskan pahala bagi orang yang bosan beribadah.

وَكَانَ أَحَبَّ الدِّينِ إِلَيْهِ مَا دَامَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ

Agama yang paling disukai Allah adalah yang dilakukan secara tetap dan teratur.

Di sinilah kata "Din" (agama) bermakna amal, yang menunjukkan bahwa amal adalah bagian dari iman. Dan amal yang paling dicintai Allah adalah yang kontinyu dan istiqamah. Banyak hadits yang senada dengan hadits ini, bahwa amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang terus menerus, kontinyu, istiqamah.

Pelajaran Hadits

Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:

1. Memaksakan diri dalam beribadah sunnah adalah tercela

2. Tidak boleh memuji dan meniru orang yang menyelisihi Qur'an dan hadits Nabi

3. Hendaknya mengerjakan ibadah sesuai kemampuan agar amal ibadah tersebut bisa dijalankan secara kontinyu alias terus menerus

4. Amal yang paling dicintai Allah adalah amal yang dikerjakan secara kontinyu serta terus menerus.

Demikian hadits ke-43 Shahih Bukhari beserta penjelasannya. Semoga kita mendapat taufiq dari Allah sehingga mampu mengerjakan amal-amal yang kontinyu alias terus menerus. Wallaahu a'lam bish shawab.[]

Hadits 44: Mukmin Pasti Masuk Surga

Alhamdulillah, kita kembali bertemu dalam rubrik Hadits yang kini memasuki pembahasan hadits ke-44 dalam Shahih Bukhari, masih berada di bawah Kitab Al-Iman (كتاب الإيمان).

Imam Bukhari memberi judul hadits ini باب زِيَادَةِ الإِيمَانِ وَنُقْصَانِهِ (Bertambah dan berkurangnya iman). Karena di dalam hadits ini disebutkan ada iman yang setingkat sya'iirah, ada yang setingkat burrah, dan ada pula yang setingkat dzarrah. Jika kemudian pembahasan hadits ke-44 ini diberi judul "Mukmin Pasti Masuk Surga" karena tingkat manapun dari ketiganya, semuanya akan dikeluarkan Allah dari neraka, yang berarti juga akan dimasukkan Allah ke dalam surga.

Berikut ini matan (redaksi) hadits Shahih Bukhari ke-44:

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَفِى قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ ، وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَفِى قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ ، وَيَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَفِى قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ

Dari Anas radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: "Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat sya'irah. Dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat burrah. Dan akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat dzarrah."

Penjelasan Hadits

يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَفِى قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْر

Akan dikeluarkan dari neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illallah dan dalam hatinya ada kebaikan (iman) seberat sya'irah.

Sungguh, hadits ini menunjukkan betapa Allah Subhanahu wa Ta'ala itu maha penyayang (Ar-Rahim). Jika Ar-Rahman berarti Allah Maha Pemurah yang memberikan rezeki dan nikmat kepada seluruh manusia dan makhlukNya, tanpa peduli apakah ia beriman atau kafir, muslim ataupun non muslim. Sedangkan Ar-Rahim berarti Allah Maha Penyayang kepada orang-orang beriman. Diantara bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya yang mukmin adalah dikeluarkannya mereka dari neraka, sekecil apapun iman mereka. Di sinilah berlaku ketentuan Allah bahwa mukmin itu tidak akan keka di neraka, bahwa mukmin itu pasti masuk surga.

Yang perlu diingat dan diperhatikan, kita tidak meremehkan neraka. Jangan karena ketentuan itu lalu kita mudah bermaksiat kepada Allah seraya beralasan "toh nantinya masuk surga juga", atau seperti kata sebagian orang "tidak apa masuk neraka sebentar." Sebentar? Sebentar apanya? Tahukah kita betapa lama perhitungan waktu di akhirat? Dan kalaupun sebentar, siapa yang tahan dengan siksa neraka sementara yang paling ringan saja adalah bara neraka ketika diinjak kaki maka otak pun ikut mendidih. Hadits ini memberikan rasa optimis (tafa'ul) dan harap (raja') kepada orang beriman untuk masuk surga, tanpa menghilangkan rasa takut (khauf) kepada neraka.

ia menyertainya hingga shalat jenazah dan menyelenggarakan pemakamannya,

Seperti dijelaskan dalam hadits mengenai hak muslim, salah satunya haknya adalah diiringi jenazahnya ketika ia meninggal. Mengiringi jenazah artinya mengantarkannya sampai dimakamkan, termasuk menshalatinya sebelum dimakamkan. Shalat jenazah merupakan salah satu fardhu kifayah, sehingga secara umum seseorang yang mengiringi jenazah dan menshalatinya akan mendapatkan pahala fardhu kifayah tersebut. Berapa besarnya? Kalimat Rasulullah berikutnya akan menjelaskan kepada kita.

فَإِنَّهُ يَرْجِعُ مِنَ الأَجْرِ بِقِيرَاطَيْنِ ، كُلُّ قِيرَاطٍ مِثْلُ أُحُدٍ

maka dia membawa pahala dua qirath, satu qirath semisal bukit uhud

Inilah pahala melayat jenazah, menshalati dan memakamkannya. Jika ketiganya dilakukan oleh seorang muslim, maka muslim tersebut mendapatkan pahala dua qirath, semisal dua bukit uhud.

وَمَنْ صَلَّى عَلَيْهَا ثُمَّ رَجَعَ قَبْلَ أَنْ تُدْفَنَ فَإِنَّهُ يَرْجِعُ بِقِيرَاطٍ

Dan barangsiapa ikut shalat jenazah kemudian pulang sebelum jenazah itu dimakamkan, maka ia membawa pulang pahala satu qirath

Adakalanya seorang muslim hanya sempat melayat dan ikut shalat jenazah tetapi tidak bisa mengantarkannya ke pemakaman. Untuk golongan yang seperti ini, dia mendapatkan pahala satu qirath, yaitu semisal satu bukit Uhud.

Pelajaran Hadits

Pelajaran yang bisa diambil dari hadits ini diantaranya adalah:

1. Melayat jenazah (sebagaimana amal yang lain seperti shalat, puasa dan jihad) adalah sebagian dari iman

2. Ikhlas adalah syarat diterimanya segala amal dan syarat mendapatkan keutamaan amal tersebut

3. Mengiringi jenazah (termasuk menshalatinya) adalah hak muslim ketika ia meninggal yang harus ditunaikan juga termasuk fardhu kifayah

4. Keutamaan melayat jenazah, menshalati dan ikut memakamkannya adalah mendapatkan pahala dua qirath (seperti dua bukit Uhud)

5. Jika hanya melayat dan menshalati jenazah tanpa ikut memakamkannya, pahalanya sebesar satu qirath (seperti satu bukit Uhud)

Demikian hadits ke-47 Shahih Bukhari dan penjelasannya. Semoga kita dimudahkan Allah untuk senantiasa menjaga iman dengan memperbanyak amal dan menunaikan hak-hak saudara kita, termasuk melayat dan shalat jenazah ketika saudara kita meninggal. Wallaahu a'lam bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar