Selasa, 04 Maret 2014

Para Waliyullah (Kekasih Allah)



Berhati-hatilah dengan lisanmu bila menyangkut waliyullah (kekasih Allah)
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang- orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” 
(QS. Yunus : 62-6)

Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Jika ia (Wali) memohon kepadaKu, niscaya Aku benar­-benar memberinya. Jika ia memohon kepadaKu, niscaya Aku benar-benar melindunginya”. (HR Bukhari)

Karomah Wali dalam AL-Quran
Pertama, Kisah Maryam binti Imran yang senantiasa memperoleh buah segar bukan pada musimnya, padahal ia tidak pernah keluar dari mihrab, seperti tergambar dari ayat berikut :
“Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab” (Ali Imran 37)
.
Kedua, kisah Ashhab al-Kahf yang tidur selama tiga ratus sembilan tahun didalam goa kemudian bangun dalam keadaan sehat walafiat sebagaimana tergambar pada ayat berikut :
“Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka”.
“Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)”. (Al-Kahfi 18 dan 25)
.
Ketiga, kisah sahabat Nabi Sulaiman yang dapat memindahkan singgasana Ratu Balqis dari negeri saba (yaman) ke palestina sebelum Nabi Sulaiman mengedipkan mata seperti tergambar pada ayat yang berikut ini :
Berkata Sulaiman: “Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.”
Berkata ‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab (Taurat dan Zabur): “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (Al Naml 38-40).
.
keempat, Kisah perjalanan Zulkarnaen ke timur yang meniup besi dan tembaga menjadi tembok penghalang pasukan Yajuj dan Majuj seperti tergambar pada ayat berikut :
Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj  itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”
Dzulkarnain berkata: “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka,
berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: “Tiuplah (api itu).” Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu.”
Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya
Dzulkarnain berkata: “Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.” (Al-Kahfi 94-98)

Karomah Sayidina Umar bin Khattab RA
Rosulullah saw bersabda, “Sungguh pada umat terdahulu terdapat muhaddatsun, yakni orang-orang yg berbicara dengan Tuhan. Jika salah seorang mereka ada pada umatku, maka tentu Umar bin al-Khattab”.
ALLAH telah memberikan al-firasah kepada al-muhaddats (seorang Wali mitra dialog ALLAH) karena hijab diantara Wali dg ALLAH sudah terangkat, Firasat seperti inilah yang dialami oleh Umar bin Khattab ketika beliau berdasar ilham berbicara dimimbar di madinah (sedang ceramah di masjid nabawi), memberikan perintah kepada Sariyah ibn Zunaym, panglima tentaranya (yg pada saat itu sedang berperang dan tentaranya kocar-kacir terkepung pasukan kafir di Irak/persia). Umar bin Khattab berkata (berteriak) : “Wahai Sariyah ibn Zunaym, diatas bukit! diatas bukit!”. Para tentara (muslimin) yg sedang berperang di Irak itu mendengar perintah Umar bin Khattab, padahal mereka berada di tempat yg sangat jauh dalam jarak perjalanan satu bulan dari madinah. Mereka (pasukan muslimin) kemudian menuju ke atas bukit itu dan memperoleh kemenangan atas musuh, berkat pertolongan ALLAH melalui perintah Umar bin Khattab ra tersebut”

Karomah wali jaman modern
KHA Shahibulwafa Tadjul Arifin atau Abah Anom, dalam pandangan murit-muritnya diyakini sebagai seorang wali. Mereka meyakini bahwa Abah Anom telah meraih derajad kewalian karena memiliki karamat atau kemampuan supranatural yang menakjubkan. Menurut KH Zainal Abidin Aminullah, keramat/karomah Abah Anom sudah tidak terhitung lagi. Salah satunya, ketika seorang murid membawa sebotol air ke hadapan Abah Anom untuk diberi doa gunu kesembuhan seorang yang sakit, murit itu merasa kecawa karena Abah ANom tidak membaca sepotong doa pun pada botol air itu. Abah Anom hanya menyentuhnya dengan telunjuk. Lalu murid itu membuangnya pada sebuah kolam ikan, tiba-tiba ikan dikolam itu mati.
KH Muhammad Kholil Bangkalan (1835-1925) sejak muda telah memiliki karomah. Ketika belajar di pesantren Langitan, Tuban, Kholil pernah membuat terpana KH Muhammad Noer, gurunya. Suatu hari ketika shalat berjamaah yang diimami Kiai Noer, Kholil tertawa terbahak-bahak. Alasannya, ia melihat Kiai Noer sedang mengaduk-aduk nasi di bakul. Kiai Noer mengakuio pada waktu shalat ia sedang lapar sehingga terus membayangkan nasi dibenaknya.
Gus Dur, Menurut kesaksian Arifin Junaedi, mantan sekretaris KH Abdurrahman Wahid 1989-1994, ada beberapa kejadian aneh yang menjadi tanda bahwa Gus Dur seorang Wali. Pertama, ketika sedang tahlil di makam seorang Wali di jawa tengah tiba-tiba tercium bau kembang melati. Kelambu makam itu pun tergerak-gerak seperti tertiup angin. Padahal makam itu tertutup rapat. Selesai tahlil, Gus Dur ngomong sendiri seperti seperti berdialog dalam bahasa jawa kromo inggil bercampur bahasa arab. Ketika ditanya, Gus Dur mengaku bahwa ia baru saja berdialog dengan wali itu.
Terhadap mereka (wali-wali Allah) terkadang tampak karamah dan kadang tidak tampak.

Waallahu a’lam bishowab. [http://islamicmotivationindonesia.blogspot.com]


Simak di: http://www.sarkub.com/2012/para-waliyullah-kekasih-allah/#ixzz2v1DbovpL
Powered by Menyansoft
Follow us: @T_sarkubiyah on Twitter | Sarkub.Center on Facebook

Tidak ada komentar:

Posting Komentar