Jumat, 03 Januari 2014

Kisah musa as samiri zaman nabi musa

Patung Sapi dan Halilintar

Alkisah, Nabi Musa dan Nabi Harun mulai membimbing umatnya ke jalan kebenaran, lepas dari ganguan Fir’aun. Suatu hari, Nabi Musa meninggalkan kaumnya untuk menerima wahyu dari Allah. Beliau harus pergi ke Bukit Sina dan meminta Nabi Harun membimbing kaumnya. Di antara mereka ada seorang yang pandai membuat patung bernama Samiri.

Samiri membuat patung dari emas dan bekas kuda Malaikat Jibril. Debu itu diambilnya ketika Malaikat Jibril membimbing Nabi Musa dan para pengikutnya menyebrangi Laut Merah.
“Bagaimana memuatnya? Patungnya bagus sekali,” kata seorang pengikut Nabi Musa. Pujian tak hentinya mengalir. Hati Samiri senang.

Patung sapi betina itu dapat bersuara. Samiri kemudian memengaruhi para pengikutnya Nabi Musa agar menyembah patung itu.
“Patung ini pasti punya kekuatan. Kita harus menyembahnya,” kata Samiri.
Nabi Harun megingatkan mereka. “Jangan menyembah patung itu. Sama saja kalian menyembah berhala.”
Nabi Harun terus mengingatkan, tetapi mereka sudah salah arah. Mereka mulai membandel dan marah. Bahkan, mereka berniat membunuh Sang Nabi.

Ketika Nabi Musa kembali, ia sangat terkejut melihat umatnya menyembah patung. Mendengar cerita Nabi Harun, ia mendatangi patung itu dan menghancurkannya.
“Mengapa engkau hancurkan patung itu?” kata mereka dengan marah.
“Yang kalian sembah ini hanyalah patung. Kalian harus kembali kepada Allah. Sembahlah Allah pencipta langit dan bumi,” kata Nabi Musa.
Mereka tidak mau menuruti nasihat Nabi Musa. Hati mereka sudah keras seperti batu.
“Perlihatkanlah Allah kepada kami. Bila kami sudah melihatnya, maka kami akan berimah kepadanya,” ujar mereka. Kesombongan sudah merasuki hati mereka. Mereka menganggap diri mereka lebih berkuasa dari Allah dan tetap ingin menyembah patung sapi betina buatan Samiri.

Nabi Musa mengikuti kemauan mereka. Ia membawa kaumnya ke suatu tempat dan meminta mereka melihat ke arah gunung.
“Ya Allah, tunjukkanlah kebesaran-Mu, bukalah mata hati mereka,” Nabi Musa berdo’a.
Tiba – tiba halilintar menyambar. Umat Nabi Musa yang diliputi kesombongan dan ingin menang sendiri itu tidak mampu melihat Allah. Melihat halilintar saja mereka sudah ketakutan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar