Senin, 16 Desember 2013

Abu Dzar Berguru kepada Rasulullah Saw

Dari Hasan bin Sufyan asy-Syaibani dan Husain bin Abdullah al-Qatthan dan Ibnu Qutaibah, kalimat dari Hasan. Mereka berkata Kami mendapat hadits dari Ibrahim bin Hisyam bin Yahya al-Ghassany, ia berkata: Saya terima dari bapakku dari Kakekku dari Abu Idris al-Khaulaany,

Dari Abu Dzar berkata: Saya masuk masjid, Rasulullah Saw duduk sendirian di dalamnya.
Beliau berkata: Hai Abu Dzar, sesungguhnya bagi masjid ada ucapan salam. Yaitu shalat 2 rekaat Tahiyyatul Masjid. Berdirilah dan laksanakan shalat 2 rekaat
Saya kemudian berdiri dan shalat 2 rekaat.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, sungguh engkau telah menyuruhku untuk shalat. Bagaimanakah shalat itu?
Beliau berkata: Itu masalah yang paling baik, silahkan perbanyak atau kurangi.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Perbuatan apakah yang paling mulia?
Beliau berkata: Iman kepada Allah dan Jihad fi sabilillah
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Orang mukmin manakah yang paling sempurna imannya?
Beliau berkata: Yang paling baik akhlaqnya.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Orang mukmin manakah yang paling selamat?
Beliau berkata: Yaitu orang mukmin yang para manusia selamat dari gangguan lesan dan tangan orang tsb.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Shalat apakah yang paling mulia?
Beliau berkata: Yang panjang berdirinya.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, hijrah apakah yang paling mulia?
Beliau berkata: seseorang yang hijrah meninggalkan perbuatan dosa.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, Bagaimanakah puasa?
Beliau berkata: Kewajiban yang cukup menjanjikan pahala yang berlipat ganda
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, jihad apakah yang paling mulia?
Beliau berkata: seseorang yang ketika berjihad, kudanya terluka, dan dia gugur bersimbah darah
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling mulia?
Beliau berkata: upaya bersedakahnya orang yang sedikit hartanya untuk memudahkan orang faqir
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, ayat manakah yang paling agung yang telah Allah wahyukan kepadamu?
Beliau berkata: Ayat Kursy. Wahai Abu Dzar. Tujuh langit bersama kursi adalah bagaikan sebuah lingkaran yang terhampar di atas lahan padang pasir yang luas tak berair. Nilai keutamaan tujuh langit tsb dibanding ayat Kursy adalah bagaikan lahan padang pasir yang kering tsb dengan lingkaran yang terhampar di atasnya.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, berapakah jumlah Nabi?
Beliau berkata: 120.000
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, berapa di antara mereka yang menjadi rasul?
Beliau berkata: 313, jumlah yang banyak.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah siapa yang pertama?
Beliau berkata: Adam
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, apakah Nabi yang menjadi Rasul?
Beliau berkata: Ya. Allah menciptakan beliau dengan tanganNya, meniupkan ruhNya kepadanya dan berbicara kepadanya.
Wahai Abu Dzar, 4 nabi dari Siria: Adam, Syits, Akhnukh – Idris – orang pertama yang memakai pena untuk menulis, dan Nuh. 4 Nabi dari Arab: Hud, Syu’aib, Shaleh dan Nabimu Muhammad Saw.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, berapakah kitab yang Allah turunkan?
Beliau berkata: 100 sohifah dan 4 kitab. Kepada Syits 50 sohifah (lembar), Akhnukh (Idris) 30 sohifah, Ibrahim 10 sohifah, kepada Musa 10 sohifah sebelum Taurat. Serta menurunkan Taurat, Injil, Zabur dan Qur’an.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah. Bagaimana Sohifah Nabi Ibrahim?
Beliau berkata: Ia berupa nasehat Amtsal. Misalnya: Wahai Raja yang berkuasa yang sedang mendapat dicoba lagi sedang tertipu. Sesungguhnya aku tidak membangkitkan engkau untuk mengumpulkan dunia di atas yang lain. Tetapi Aku angkat engkau agar bisa menghindari doa orang yang dizhalimi. Sesungguhnya Aku tidak akan menolak doa orang yang dizhalimi walaupun ia kafir terhadapKu. Bagi orang yang berakal yang akalnya tidak dikalahkan hendaknya ada beberapa waktu yang ia gunakan untuk bermunajat kepada Tuhannya, muhasabah terhadap dirinya, meneliti dan memikirkan ciptaan Allah, bekerja untuk memenuhi makan dan minumnya. Bagi orang yang berakal hendaknya janganlah melakukan perjalanan kecuali untuk 3 hal: mencari bekal setelah mati, bekal selama hidup dan mencari kesenangan yang tidak diharamkan. Bagi orang yang berakal hendaknya memahami zamannya, mempersiapkan masa depannya, dan menjaga tutur katanya. Barangsiapa yang menjaga pembicaraanya daripada kerja nyata, maka akan sedikit berbicara kecuali dalam hal yang bermanfaat.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah bagaimanakah sohifah Nabi Musa?
Beliau berkata: Seluruhnya berisi nasehat. Misalnya: Saya heran terhadap orang yang yakin adanya kematian, kemudian ia bersenang-senang, Saya heran terhadap orang yang yakin adanya api neraka, kemudian ia tertawa-tawa. Saya heran terhadap orang yang yakin adanya qadar kemudian ia melawan. Saya heran terhadap orang yang meilhat dunia dan menerima dunia dengan isinya, kemudian ia tenang-tenang saja. Saya heran terhadap orang yang yakin adanya hari Perhitungan nanti, kemudian dia tidak bersiap-siap.
Aku berkata: Wahai Rasulullah. Apakah pada kita ada bagian dari wahyu yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Musa, dan apakah yang diturunkan kepadamu?
Beliau berkata: Ya. Abu Dzar Bacalah (surah al-A’la 14-19): Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), (14) dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. (15) Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. (16) Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (17) Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (18) (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa (19)
Saya bertanya: Wahai Rasulullah. Berilah wasiat kepadaku.
Beliau berkata: Saya wasiatkan kepadamu agar selalu bertaqwa kepada Allah, itulah modal segala sesuatu.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Hendaknya engkau membaca al-Qur’an dan berdzikir. Itulah cahaya di bumi dan kekayaan di langit.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Jauhilah banyak tertawa, itulah yang bisa mematikan hati dan menghilangkan cahaya di wajahmu.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Hendaknya berjihadlah engkau, jihad adalah rahbaniyyah ummatku.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Hendaknya engkau banyak diam kecuali untuk kebaikan, itulah yang bisa mengusir syetan, dan akan memberi pertolongan padamu terhadap masalah agamamu.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Perhatikanlah orang yang lebih rendah dari pada kamu dan janganlah engkau memperhatikan orang yang di atas kamu. Sesungguhnya hal itu akan lebih pantas agar kamu tidak mengingkari nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Sambunglah tali silaturrahmi walaupun mereka memutusya.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Janganlah takut bila ada orang yang mencaci maki kamu terhadap masalah yang sesuai dengan perintah Allah
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Cintailah orang-orang miskin dan bergaullah dengan mereka.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Katakanlah yang benar walaupun terasa pahit.
Saya bertanya: Wahai Rasulullah, tambahlah nasehatmu.
Beliau berkata: Hendaknya apa yang kamu tahu dari dirimu dan tidak ada pada orang lain bisa memalingkan dirimu dari sekalian manusia. Cukuplah bagimu aib apa yang kamu ketahui tentang orang lain sesuatu yang tidak diketahui tentang dirimu sendiri.
Beliau kemudian menepuk dadaku dengan tangannya kemudian berkata: Wahai Abu Dzar Peganglah akhlaq mulia jauhilah akhlaq yang tercela.
Dalam sanad hadits ini ada Ibrahim bin Hisyam bin Yahya al-Ghassany. Menurut Abu Hatim: Dia tidak bisa dipercaya. Menurut Ibnul Jauzy yang diperolehnya dari Abu Zur’ah dia adalah pembohong. Dsebutkan dalam kitab al-Mizaan dalam sejarah hidup Shakhr bin Muhammad al-Munqiry dari uraiannya mengatakan: Ibnu Dhahir berkata bahwa dia pembohong, Ibnu Adi berkata: Dia meriwayatkan hadits dari orang-orang yang dipercaya dengan memasukkan kebatilan di antaranya adalah hadits ini.
Abu Hatim Ra berkata: Abu Idris al-Khaulany adalah A’idzullah bin Abdullah lahir ketika terjadi perang Hunain pada masa hidup Rasulullah Saw. Meninggal di Syam tahun 80 H.
Yahya bin Yahya al-Ghassany dari negeri Kandah, warga Damasqus, termasuk salah satu ahli Fiqh dan ahli al-Qur’an negeri Syam. Belajar dari Abu Idris al-Khaulany pada umur 15 th. Lahir pada kejadian Rahith masa pemerintahan Mu’awiyah tahun 64H. Ia diangkat menjadi Qadhi di Mosul dan belajar pada Sa’id bin Musayyab juga sebagai Qadhi Penduduk Hijaz sampai pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Meninggal di Damasqus th 133 H.

Diterjemahkan oleh Fatchul Umam dari:
Al-Mu’jam al-Kabir Thabraany
Tafsir Ibnu Katsir An-Nisa’ 163
Kitab Sahih Ibnu Hibban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar