Rabu, 07 Mei 2014

MENJAGA LISAN


dinukil dari kitab Bahrud Dumu' karya Abul Faroj Ibnul Jauzy
وحكي أن مريم لما نذرت إن لا تتكلم، وحبست لسانها لأجل الله تعالى، أطلق الله سبحانه وتعالى لسان صبي لا يعرف الخطاب، أنطقه الله لأجلها.
فمن حفظ لسانه لأجل الله تعالى في الدنيا، أطلق الله لسانه بالشهادة عند الموت ولقاء الله تعالى. ومن سرّح لسانه في أعراض المسلمين، واتبع عوراتهم أمسك الله لسانه عن الشهادة عند الموت.

Diceritakan bahwa sesungguhnya Maryam ketika bernadzar tidak akan berbicara dan menahan lisannya karena Allah ta'ala maka Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan lisannya bayi yang tidak mengenal pembicaraan bisa berbicara dan Allah menjadikan itu untuk Maryam.
maka barang siapa yang menjaga lisannya karena Allah ta'ala di dunia maka Allah akan menjadikan lisannya bisa mengucapkan syahadat ketika maut dan ketika bertemu dengan Allah ta'ala.
dan barang siapa yg membiarkan lisannya digunakan untuk menggangu kehormatan muslimin dan meneliti neliti aurat mereka maka Allah akan menahan lisan tersebut dari mengucapkan syahadat ketika maut.
وقال رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "من كثر كلامه كثر سقطه، ومن كثر سقطه، كثرت ذنوبه، ومن كثرت ذنوبه، كانت النار أولى به"
فلذلك كان الصّدّيق رضي الله عنه يضع فيه حجرا ليمنع نفسه عن الكلام.
Rasul shollallohu alaihi wasallam bersabda :
" barang siapa yang banyak bicaranya maka banyak pula salahnya, barang siapa yang banyak salahnya maka banyak pula dosanya dan barang siapa yang banyak dosanya maka nereka lebih pantas baginya."
maka oleh karena itulah Abu Bakar As Siddik rodhiyallohu anhu dulu pernah meletakkan batu dalam mulutnya untuk mencegah dirinya dari berbicara.
وسأل معاذ رضي الله عنه رسول الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أيّ الأعمال أفضل، فأخرج لسانه، ووضع يده عليه.
وأوصى عليّ ابن أبي طالب عنه ولده الحسن، فقال له: أمسك عليك لسانك، فان تلاف المرء في منطقه.
Muadz rodhiyallohu anhu bertanya kepada Rasululloh shollallohu alaihi wasallam :
" amalan apakah yang paling utama ?"
kemudian Rasul mengeluarkan lisannya dan meletakkan tanganya pada lisan tersebut.
Ali bin Abi Tolib memberikan wasiat kepada anaknya yang bernama Hasan:
" jagalah lisanmu karena sesungguhnya rusaknya seseorang adalah sebab ucapannya."
وذكر أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه خطب الناس يوما، فقال: إن ربكم تعالى يقول: يا ابن آدم، لم تحرّض الناس على الخير، وتدع ذلك من نفسك؟ يا ابن آدم، لم تذكّر الناس وتنسى نفسك؟ يا ابن آدم، لم تدعوني وتفرّ مني؟ إن كان كما تقول، فاحبس لسانك، واذكر خطيئتك، واقعد في بيتك.
Disebutkan bahwa Umar bin Khottob rodhiyallohu anhu suatu hari berkhutbah di hadapan orang-orang, beliau berkata :
" sesungguhnya Tuhanmu yang Maha Luhur bersabda :
' wahai anak adam, mengapa engkau mendorong orang-orang agar melakukan kebaikan tetapi kamu meninggalkan kebaikan dari dirimu sendiri ?
wahai anak adam, mengapa engkau mengingatkan orang-orang sedangkan engkau melupakan dirimu sendiri ?
wahai anak adam, mengapa engkau mengundangKu tetapi engkau malah berlari dariku ?
jika memang seperti itu keadaanya maka tahan sajalah lidahmu, ingatlah kesalahan-kesalahanmu dan duduk sajalah di dalam rumahmu."
وفي صحائف إبراهيم عليه السلام: على العاقل أن يكون بصيرا بزمانه، مقبلا على شأنه، حافظا للسانه.
وعن مالك بن دينار رحمه الله تعالى أنه قال: إذا رأيت قساوة في قلبك، أو وهنا في بدنك، أو حرمانا في رزقك، فاعلم أنك تكلمت بما لا يعنيك.
وقال لقمان الحكيم لابنه: يا بنيّ، من رحم يرحم، ومن يصمت يسلم، ومن يفعل الخير يغنم، ومن يفعل الشر يأثم، ومن لا يملك لسانه يندم.
Di dalam suhufnya Nabi Ibrahim alaihis salaam :
" kewajiban orang yang berakal adalah mengetahui keadaan zamannya sehingga menjadi orang yang bijak, tingkah lakunya di terima dan menjaga lisannya."
Dari Malik bin Dinar rohimahulloh sesunggunya beliau berkata :
" jika engkau melihat kerasnya hatimu atau rasa malas pada tubuhmu, atau rezkimu lagi seret maka ketahuilah bahwa sesungguhnya engkau sedang mengucapkan sesuatu yang tidak ada faedahnya untukmu."
Lukmanul Hakim berkata kepada anaknya :
" wahai anakku, barang siapa yang menyayangi maka akan disayang, barang siapa yang diam maka selamat, barang siapa yang berbuat kebaikan maka beruntung, barang siapa yang melakukan keburukan maka berdosa dan barang siapa yang tidak menguasai lisannya maka menyesal."
wallohu a'lam.
بحر الدموع
أبو الفرج ابن الجوزي

Tidak ada komentar:

Posting Komentar