Kisah tentang keteguhan seorang wanita yang bernama Masyitah dalam mempertahankan keimanannya ini begitu masyhur. Masyitah adalah seorang pelayan di kerajaan Fir’aun. Dia bertugas melayani putri Fir’aun.
Secara diam-diam, rupanya Masyitah telah mengikuti ajaran Nabi Musa a.s. Ia menyembunyikan keyakinannya, sebab Fir’aun akan bertindak kejam kepada siapapun yang mengikuti ajaran Nabi Musa a.s.
Hingga suatu hari, ketika Masyitah menyisir rambut putri Fir’aun, dia mengucap kalimat basmalah sehingga putri Fir’aun mendengarnya. Sang putri pun mengadukan peristiwa ini kepada ayahnya. Masyitah dipanggil untuk menghadap Fir’aun.
“Hai Masyitah, kudengar dari puteriku kamu dan seluruh keluargamu telah mengikuti ajaran Musa dan Harun! Benarkah berita itu?” tanya Fir’aun.
“Benar! aku dan seluruh keluargaku telah menjadi pengikut Musa. Ketahuilah, tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah! termasuk dirimu!”
Mendengar hal itu, Fir’aun menjadi murka. “Baiklah, kalau kamu tetap pada pendirianmu. Kamu dam keluargamu akan kumasukkan ke kuali itu,” kata Fir’aun, sembari menunjuk ke sebuah kuali besar berisi air mendidih.
“Azab Allah di akhirat lebih aku takutkan daripada hukumanmu,” jawab Masyitah mantap.
Maka, satu persatu keluarga Masyitah mulai dimasukkan ke dalam kuali. Hingga pada giliran anaknya yang masih bayi, iman Masyitah mulai diuji dengan rasa sayang seorang ibu.
Namun, di sini keajabian terjadi. Bayi Masyitah tiba-tiba dapat bebicara. “Wahai Ibu! Janganlah engkau ragu. Sesungguhnya engkau di jalan yang benar. kelak kita akan berkumpul lagi di dalam surga Allah yang penuh kenikmatan,”
Mendengar perkataan tersebut, tanpa ragu lagi Masyitah pun terjun bersama bayinya, menemui Allah swt. sebagai seorang syuhada.
(Ajie Najmuddin/disarikan dari buku Membina Akidah dan Akhlak)
Sumber : nu.or.id | Ilustrasi foto/gambar : erikatzain.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar