secara garis besar,arwah dikelompokkan menjadi dua kelompok.
1. arwah mun'amah yaitu arwah yang mendapat anugrah ni'mah dalam kuburnya (gue banget tuh, elo juga,saudare2 muslim yang lain juga. amin)
2. arwah mu'adzabah arwah yang disiksa dialam kuburnya.
arwah yang disiksa tentu saja tak bisa bertemu dan tak bisa saling berkunjung, karena terlalu sibuk dengan bermacam dan ragam siksaan yang harus mereka terima (Allahumma ajirna min 'adzabil qobr)
bagaimana dengan arwah yang mun'amah, arwah yang mendapatkan kenyamanan dan keamanan dialam kuburnya?
mereka saling bertemu dan saling berkunjung, seperti yang mereka lakukan ketika masih didunia. setiap ruh akan bersama teman yang selevel dengannya, seperti halnya ruh Sayyidina Muhammad SAW bersama teman dengan level tertinggi (arrofiq al a'la).
Allah SWT berfirman :
ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا
dan barang siapa yang taat kepada Allah dan RasulNYA, maka mereka akan tinggal bersama dengan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, (mereka adalah) para Nabi, para Shiqqiq, para Syuhada' dan orang-orang yang shalih, merekala teman terbaik.
(qs Annisa 69)
ma'na dalam ayat itu artinya bersama (anda pasti tahu dong artinya bersama), kebersamaan seperti itu terjadi ditiga dunia, dunia kita sekarang, alam barzakh dan alam akhirat.
seseorang akan selalu bersama IDOLANYA di tiga dunia tersebut (walaupun mungkin belum pernah bertemu)
hadits bilang begitu ,
المرء مع من أحب
Athobary dan Ibnu katsir dalam kitab tafsir mereka meriwayatkan sebuah hadits tentang asbab nuzulnya annisa ayat 69, bahwa suatu ketika para sahabat yang mulia berkata kepada baginda Rasul SAW: kami tak sepatutnya meninggalkan engkau wahai Rasul, selagi kita masih sama2 hidup didunia, karena nanti kalau engkau sudah meninggal, derajat engkau dinaikkan diatas kami, sehingga kami tak mungkin lagi bisa bertemu dengan engkau lagi wahai Rasul..
ternyata jawaban dari perkataan sahabat tersebut adalah turunnya ayat 69 dari surah annisa, yang sudah tertera diatas, (tulis lagi juga gak papa, tinggal copas doang, nih....):
ومن يطع الله والرسول فأولئك مع الذين أنعم الله عليهم من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين وحسن أولئك رفيقا
dan barang siapa yang taat kepada Allah dan RasulNYA, maka mereka akan tinggal bersama dengan orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, (mereka adalah) para Nabi, para Shiqqiq, para Syuhada' dan orang-orang yang shalih, merekala teman terbaik.
(qs Annisa 69).
tafsir Atthobary dan Ibnu Katsir tersebut secara jelas menerangkan bahwa seseorang yang taat kepada Allah dan RasulNYA akan selalu bersama dengan orang2 yang juga taat kepada Allah dan RasulNYA,baik ketika masih didunia maupun dikehidupan setelahnya (ja'alanallah minhum amin)
Seorang sahabat pada suatu hari berkata; wahai rasulullah, kami tidak ingin berpisah denganmu di dunia ini, jika nanti engkau meninggal dunia dan masuk kedalam sorga, dan kami juga masuk sorga, namun tempatmu diatas kami, kami tidak lagi bisa bertemu denganmu lagi kelak. Lalu turunlah ayat ini.
Di dalam Al Qur'an Surat Al Fajr menerangkan roh - roh yang diberi nikmat (Muthmainnah). Allah Swt. Memerintahkan kepada roh yang diberi nikamat ini ketika manusia meninggal dunia, untuk bergabung dengan teman – temannya, “Maka masuklah kedalam jamaah hamba – hambaku , dan masuklah ke dalam sorgaku”.
Dalam peristiwa isra’ nabi Muhammad Saw, Abdullah bin Mas’ud ra. Meriwayatkan, Nabi Muhammad Saw. Bertemu dengan Nabi Ibrahim As, nabi Musa As. Dan nabi Isa As. Lalu mereka berbincang – bincang tentang hari kiamat. Nabi Ibrahim As. Dan Musa As. Telah lama meninggalkan dunia ini. Tentunya mereka hannyalah roh bukan jasad. Inilah dalil yang menunjukkan bahwa roh itu dapat saling berbincang satu sama lainnya.
Apakah roh orang mati dan roh orang hidup, saling bertemu seperti sesama roh orang mati?.
“Realita dan indra manusia cukup untuk membuktikan interaksi dua roh ini, roh orang mati dan roh orang hidup. Mereka dapat saling bertemu seperti sesama roh orang hidup saling bertemu”. Itulah pernyataan ibnu qayyim al jauziah yang dikutib dari bukunya Ar Ruh.
Al quran menjelaskan dalam surat Az Zumar ayat 42 “
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir.
(Al Qur'an surat Az-Zumar ayat 42)
Komentar Ibnu Abbas Ra. tentang ayat ini ; bahwa orang telah mati dan orang hidup bertemu ketika mereka tidur, lalu Allah Swt. Memegang roh orang mati dan melepaskan roh orang hidup kembali ke jasadnya sampai datang ajalnya. Ketika seseorang bermimpi bertemu dengan seorang yang telah meninggal dunia, inilah interaksi yang sebenarnya antara kedua roh itu. Artinya dua roh ini saling bertemu ketika seorang hamba sedang tidur.
Menjawab pertanyaan di atas untuk kita yang belum pernah mati terasa sangat sulit, untuk kita yang belum pernah melihat atau merasakan alam barzakh mungkin berat untuk membenarkannya. Namun untuk menjawab perihal seperti ini kita perlu mendatangkan bukti-bukti yang valid, baik berupa ayat al-Qur’an ataupun hadits Nabi Shallalahu alaihi Wasallam, karena pertanyaan seperti ini adalah perihal gaib yang tidak seorangpun mampu mengetahuinya melainkan dengan perantara wahyu Allah kepada Nabi-Nya, kemudian disampaikan kepada kita umatnya. di antara bukti untuk membenarkan peristiwa yang terkandung dalam pertanyaan di atas adalah sabda baginda Nabi Shallalahu Alaihi Wasallam:
إذا كفن أحدكم أخاه فليحسن كفنه
” jika salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya maka baguskanlah kain kafannya(HR.Muslim)
hadits yang mulia ini ternyata sedikit telah menyinggung maksud dari pertanyaan di atas. mungkin anda akan bertanya, dari mana sisi korelasi hadits ini dengan pertanyaan di atas?
saudaraku..ternyata perintah baginda Nabi untuk membaguskan kain kafan simayit memiliki hikmah yang sangat agung, hikmah perintah itu adalah para arwah itu ketika berada di alam barzakh(kubur) saling berkunjung dan berbangga dengan kain kafan yang bagus yang dikafankan oleh para saudaranya. sebagaimana yang telah ditegaskan dalam hadits berikut ini:
إذا ولى أحدكم أخاه فليحسن كفنه، فإنهم يبعثون في أكفانهم و يتزاورون في أكفانهم
” jika salah seorang dari kamu mengurusi (jenazah)saudaranya, maka baguskanlah kain kafannya, karena mereka akan di bangkitkan dan saling berkunjung dengan kain kafan yang mereka kenakan”
(H.R. Attirmidzi-100, Annasai , Juz IV, 33, Ibnu Majah 1474, hadits ini berasal dari Abu Qotadah).
untuk lebih jelas lagi kami bawakan hadits yang ketiga dari sahabat Jabir bin Abdillah beliau berkata, Nabi Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda:
أحسنوا أكفان موتاكم فإنهم يتباهون ويتزاورون في قبورهم
” baguskanlah kafan para mayitmu, karena mereka akan berbangga dan saling berkunjung (dengan kafan mereka) di kubur mereka”(HR.Ibnu Abiddunya dengan sanad yang bagus, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari)
Imam Ibnu Jauzi dalam kitab Maudu’at III halaman 557-558 meriwayatkan hadits Rasulullah Saw, bahwa Beliau bersabda : “Jika salah seorang dari kalian mengurusi kematian saudaranya, maka kafanilah dia dengan kafan yang bagus, sesungguhnya mereka akan dibangkitkan atau akan saling menziarahi dengan mengenakan kafannya”.
Tatkala basyar bin Al-Barra bin ma’rur meninggal dunia, ibunya merasa sangat rindu kepadanya, maka dia bertanya kepada Rasulullah Saw “ Wahai Rasulullah kematian terus menjemput anak-anak salmah, apakah orang yang meninggal dapat saling bertemu? Lalu Rasulullah Saw mengirimkan salam buat basyar, kemudian beliau berkata : “Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamannya , wahai ummu basyar, mereka saling bertemu seperti saling bertemunya burung-burung yang berada di pucuk pepohonan”. (Hadits dari Yahya bin Abi Abdirrahman dari Kakeknya).
Menunggu "Hari Dibangkitkan" menjadi seperti apa?
menunggu hari kebangkitan, itu konotasinya bisa sebelum sangkakala di ditiupkan, bisa setelah sangkakala pertama ditiupkan. ketika sebelum sangkakala itu menunggunya istirahat atau bersenang-senang dengan nikmat kubur, jika memang orang itu beriman dan disiksa jika bermasalah atau kafir, akan tetapi ketika sangkakala pertama ditiupkan tentu saja semua tertidur, tapi bedana di saat sangkakala kedua ditiupkan orang beriman akan bersenang-senang sedangkan orang kafir akan kecewa dan mereka mengatakan "siapa yang membangkitkan tidurku" boleh di baca surat yasin ayat-ayatnya banyak.
beberapa bukti di atas menunjukan akan kebenaran para arwah alam barzakh saling berkunjung dan berbangga dengan kafan yang mereka kenakan.
Wallahu A’lam Bishawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar