KISAH DI PERANG BADAR
Sering kali kita melihat kearoganan seorang pemimpin
berakibat fatal bagi anak buahnya. Karena merasa sebagai orang yang
paling nomor satu maka ia enggan mendengar pendapat dari orang lain dan
mementingkan egonya sendiri. Ini adalah salah satu sifat buruk yang
sering menghinggapi banyak pemimpin pemimpin terkemuka didunia. Karena
sifat arogan tersebut akhirnya mereka jatuh. Bahkan tidak jarang mereka
malah dijatuhkan oleh anak buahnya sendiri. Sederet nama nama yang penuh
kearoganan yang akhirnya tumbang oleh orang orang terdekatnya adalah
Sang Fuhrer Adolf Hitler, Sang Fasis Benito Mussolini, Ferdinand Marcos
dan lain lain.
Dan kita dapati contoh teladan agung dari Rasulullah SAW, beliau
seorang yang tawadhu dan sederhana, penuh rasa ikhlas dan pengorbanan,
senantiasa paling awal dalam kebaikan dan awal pula dalam mencegah
kemungkaran. Dan Beliau juga mendengar pendapat dan saran dari sahabat
sahabatnya dalam berbagai urusan umat, kenegaraan dan kondisi perang
sekalipun. Sebuah kisah terjadi sebelum perang Badar Kubra pecah yaitu
ketika Rasulullah dan pasukannya hendak membuat base camp sebagai
benteng pertahanan dan membuat dapur umum untuk keperluan pasukannya.
Hari itu Rasulullah SAW dan para sahabat sudah hampir mendekati mata
air di badar. Perjalanan lebih mudah dilalui karena baru saja turun
hujan sehingga tanah menjadi padat dan mudah dalam melangkah dan
menuntun kendaraan. Setelah mereka sudah mendekati mata air Rasulullah
SAW berhenti. Seorang yang bernama Hubab bin Mundhir r.a, orang yang
paling banyak mengenal tempat itu, setelah dilihatnya Nabi turun di
tempat tersebut ia bertanya “Ya Rasulullah apa pendapat anda berhenti di
tempat ini? Kalau ini sudah wahyu dari Allah kita takkan maju atau
mundur setapakpun dari tempat ini. Ataukah ini sekedar pendapat anda
sendiri sebagai suatu taktik perang belaka?”
“yang saya lakukan sekedar pendapat saya dan sebagai taktik perang,” jawab Rasulullah.
Hubab bin Mundhir r.a berkata lagi “Ya Rasulullah kalau begitu tidak
tepat kita berhenti di tempat ini. Mari kita pindah sampai ke tempat
mata air terdekat dan pasukan musuh, lalu sumur-sumur kering yang
dibelakang itu kita timbun dengan tanah. Selanjutnya kita membuat kolam
dan kita isi penuh dengan air untuk keperluan kita dan hewan bawaan
kita, barulah kita hadapi mereka berperang. Kita akan mendapat air
minum, mereka tidak.”
Melihat saran Hubab bin Mundhir r.a yang sangat bagus dan brilian
dalam peperangan seperti ini maka Rasulullah SAW dan pasukannya segera
malakukan apa yang tadi disampaikan oleh Hubab bin Mundhir r.a.
Rasulullah juga memberi pengertian kepada para sahabatnya bahwa ia juga
manusia seperti pada umumnya yang perlu berkonsultasi dan meminta
pendapat menyangkut kepentingan umat dan Beliau bisa mengambil usul dari
orang lain bila usul itu lebih membawa kemaslahatan bagi kepentingan
umum.
Kolam tempat menampung air telah selesai dan hanya tinggal sedikit
lagi kolam itu sudah penuh terisi oleh persediaan air guna digunakan
selama peperangan berlangsung. Sahabat dari kalangan Anshor yaitu Saad
bin Muaz r.a maju menghadap Rasulullah SAW dan berkata “ Ya Rasulullah,
ijinkan kami membuatkan sebuah benteng kecil untuk tempat anda berdiam
dan kendaraan untuk anda sudah kami sediakan. Kemudian biarlah kami yang
menghadapi musuh. Kalau Allah memberi kemenangan kepada kita atas musuh
kita, itulah yang kita harapkan. Tetapi kalaupun sebaliknya yang
terjadi dengan kendaraan itu anda dapat menyusul teman-teman yang ada di
belakang kita. Ya Rasulullah masih banyak sahabat-sahabat kita yang
tinggal di belakang, dan cinta mereka kepada anda tidak kurang dari
cinta kami ini kepada anda. Kami semua benar-benar ikhlas kepadamu Ya
Rasulullah, kami akan berjuang bersamamu hingga usai.”
Bagi para sahabat keselamatan Rasulullah SAW dan risalah kenabian
adalah diatas segalanya. Mereka rela kehilangan apapun asalkan kekasih
yang paling mereka cintai tidak celaka. Rasa cinta yang sangat tinggi
ini bukan datang tanpa alasan, dan alasan satu satunya para sahabat
berbuat seperti itu karena mengharap balasan di akhirat. Mereka adalah
orang orang yang tidak tertipu dengan pesona dunia yang hampa. Ada yang
kaya dan ada yang miskin diantara mereka tapi mereka tetap tawajuh hanya
kepada Allah. Generasi salafus sholeh seperti inilah yang berhasil
ditempa oleh Rasulullah sehingga menghasilkan para pengukir sejarah yang
harum sepanjang masa. Kami rindu kepadamu Ya Rasulullah SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar