Umar bin Khattab r.a.
berkisah, “Saya berjalan bersama Rasulullah dan diikuti oleh para
sahabat. Kemudian Rasulullah berjalan menggandengku.”
Dada Umar
bergejolak, penuh dengan perasaan haru, bangga, dan cinta kepada
manusia agung ini. Umar pun berkata, “Demi Allah, wahai Rasulullah,
sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu.”
Rasulullah bertanya, “Melebihi cintamu kepada orangtuamu, wahai Umar?”
“Ya,” jawab Umar.
Rasulullah Saw. bertanya lagi, “Melebihi cintamu kepada hartamu, wahai Umar?”
“Ya,” jawab Umar.
Beliau meneruskan, “Melebihi dirimu sendiri, wahai Umar?”
Umar menjawab, “Tidak.”
Seketika itu Rasulullah Saw. berkata, “Tidak, wahai Umar. Tidak
sempurna imanmu sampai engkau mencintaiku melebihi cintamu kepada dirimu
sendiri.”
Umar pun keluar sambil berpikir. Kemudian dengan
bersemangat ia kembali, lalu menyaringkan suara sambil mengulangi
kalimat tadi,
“Demi Allah, wahai Rasulullah, sungguh aku mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri.”
Rasulullah pun berkata, “Sekarang, wahai Umar. Sekarang, wahai Umar (baru benar).” (HR Bukhari)
Terkait hal ini, Abdullah bin Umar bertanya, “Apa yang menyebabkanmu berubah?”
Umar mejawab, ”Wahai Anakku, ketika aku keluar, aku bertanya pada
diriku, siapa yang lebih aku butuhkan pada hari kiamat, diriku atau
Rasulullah? Akupun menemukan jawabannya, diriku lebih membutuhkan beliau
daripada diriku sendiri. Jika Allah Swt. tidak memberiku petunjuk
melalui Rasulullah Saw., pastilah aku akan terus tenggelam dalam
kesesatan sampai aku meninggal. Kemudian aku teringat bagaimana keadaan
diriku kelak di akhirat. Aku tidak akan masuk surga hanya karena amalku,
tetapi juga karena cintaku kepada Rasulullah Saw. Saat itu aku sadar
bahwa aku amat membutuhkan beliau, bahkan lebih daripada diriku
sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar