> Adzim Adzim Adzim
Assalamualaikum. ngaji bab tawon/lebah; kepada para sesepuh piss_ktb saya mau minta perincian mengenai si tawon,
(1) jelaskan perincian dari keistimewaan tawon/lebah?
(2) kenapa manusia harus seperti tawon?
(3) mohon jelaskan dari sumber refrensinya. Terima kasih
JAWABAN :
> Ical Rizaldysantrialit
wa'alaikum salam Wr Wb
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 68-69
وَأَوْحَىٰ رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ
بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ (68) ثُمَّ كُلِي مِن
كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا ۚ يَخْرُجُ مِن
بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِّلنَّاسِ ۗ
إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (69)
68- Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di
bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin
manusia”,
69- kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah
jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke
luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat
obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan.
Lebah diciptakan ALLAH SWT dengan banyak memberi manfaat bagi manusia.
Di antara manfaatnya adalah madu. Tak hanya itu, perilaku hewan kecil
ini harusnya menjadi cerminan akhlak bagi Muslim sejati.
Perhatikanlah kehidupannya. Ada banyak manfaat yang bisa diambil hikmahnya dari lebah.
PERTAMA; Lebah adalah hewan yang bersih dan cinta akan kebersihan. Di
antara kebersihan yang ditunjukan lebah adalah tempat dia memilih
sarang. ALLAH SWT menyebutkan dalam ayat di atas, bahwa sarang lebah
dibuat di bukit-bukit, di pohon-pohon atau tempat-tempat yang tinggi.
Semua tempat di atas adalah tempat yang bersih, dan jauh dari polusi.
Lebah tidak pernah bersarang di tanah, atau tempat yang kotor lainnya.
Kebersihan makanan juga ditunjukan lebah dengan memakan sari bunga yang
sangat besih. Selanjutnya bentuk sarangnya yang berupa lilin berwarna
putih, juga sebagai simbol kebersihan. Bahkan menurut hasil penelitian,
permukaaan sarang lebah tersebut ditutupi dengan selaput halus sehingga
udara kotor tidak masuk ke dalam sarangnya.
Begitulah pola hidup yang mesti dicontoh oleh semua manusia khususnya
umat Islam, yaitu mencintai cara hidup yang bersih. Baik bersih secara
fisik maupun bersih rohani. Bukankah dalam sebuah haditsnya Rasulullah
saw menyebutkan bahwa “kebersihan itu sebagian dari iman”. Begitu juga
ALLAH SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah [2]: 222,
“… Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri (orang yang bersih atau suci rohani dan
jasmani).”
KEDUA; Lebah hanya menghisap saripati bunga. Ia hanya mengambil yang
inti dan membiarkan yang lain. Lebah tahu, yang menjadi kebutuhannya
hanyalah saripati, bukan yang lainnya. Ini mengajarkan bahwa setiap
Muslim harus mengambil sesuatu yang baik dan halal. Sebab, mengambil hak
yang lain hukumnya adalah haram.
KETIGA; Lebah menghasilkan madu. Ia memberi manfaat bagi manusia. Ini
pelajaran bagi umat Islam. Madu berasal dari saripati bunga dan baik,
maka keluarnya pun baik. Sesuatu yang halal, keluarnya halal pula. Dan,
ia banyak memberi manfaat bagi orang lain.
KEEMPAT; Lebah tidak merusak. Di mana pun dia hinggap, tak ada tangkai
daun ataupun ranting pohon yang patah. Betapa santunnya hewan kecil ini
hingga dalam bergaul dia tidak menyakiti siapa pun dan senantiasa
menjaga kedamaian dalam setiap suasana. Lebah senantiasa memegang
prinsip iffah (ketenteraman) dalam pergaulan.
KELIMA; Lebah punya harga diri. Ia tidak akan pernah mengganggu orang
lain selama kehormatan dan harga dirinya dihormati. Namun, bila harga
dirinya dizalimi, ia akan siap ‘menyengat’ pengganggunya. Karena itu,
setiap Muslim harus mampu menjaga kehormatan dirinya.
Sudah sepatutnya kita belajar ilmu dari lebah. Bukan karena fisik dan
pesonanya yang kurang menarik, tapi karena komitmennya dalam bersikap
dan berbuat. Manusia memiliki kemuliaan dari makhluk lain. Namun,
tingkah laku dan kehormatan manusia bisa lebih hina dari binatang.
ALLAH SWT memberikan pelajaran bagi manusia untuk mengambil hikmah dari
lebah. Ia makhluk kecil yang memberikan manfaat sangat besar bagi
manusia. Tentunya, tak hanya dari lebah, setiap hamparan yang ada di
alam semesta ini diciptakan oleh ALLAH SWT untuk kebutuhan manusia.
Maka, bisakah kita mengambil pelajaran? Wallahu A’lam.
- Tafsir Baghowi
- Tafsir Ibnu Katsir
- Tafsir Thobary
Syeikh Abu Tholib Al-Maki (mualif kitab Quutil Quluub) menerangkan ada
40 sifat dan karakter lebah yang seyogyanya ditiru oleh setiap pribadi
muslim.
Sifat dan Karakter lebah yang harus dimiliki setiap mukmin
1. Seandainya semua jenis hewan terbang lainnya berkumpul, lalu mereka
bahu-membahu melakukan satu pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh lebah,
mereka tidak akan sanggup melakukannya. Demikian juga seandainya seluruh
manusia non-mukmin bersatu untuk melakukan satu amal yang sepadan dalam
kualitas, kadar, dan nilai dengan amal seorang mukmin, niscaya mereka
tidak akan sanggup melakukannya.
2. Lebah waspada akan gangguan dan penganiayaan burung, sedangkan ia
sendiri tidak pernah mengganggu mereka. Demikian pula halnya dengan
seorang mukmin. Meskipun orang-orang mengganggu, menghina, dan
menzaliminya, seorang mukmin tidak mau membalas kejahatan mereka.
3. Lebah dianggap kecil dan hina oleh semua jenis burung, tetapi
sekiranya mereka tahu apa yang ada di dalam perut lebah dan
mencicipinya, niscaya mereka akan memuliakan dan menghormatinya.
Demikian juga seorang mukmin. Orang-orang bodoh menganggapnya kecil,
rendah, dan hina. Andaikan mereka tahu apa yang ada di dalam hati
seorang mukmin berupa keindahan iman, ketulusan, rahasia-rahasia Tuhan,
dan sebagainya, pastilah mereka rela menjadi tanah tempat kakinya
berpijak atau mengangkatnya di atas kepala mereka.
4. Semua jenis burung hidup untuk diri mereka sendiri, mencari makan dan
kebutuhan lainnya hanya untuk diri masing-masing. Lain halnya dengan
lebah. Ia hidup untuk sesamanya dan selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan rajanya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Di saat
semua orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kesenangannya
sendiri, ia hidup di dunia ini untuk Allah Swt.. Hidupnya ia pergunakan
untuk melakukan ketaatan kepada-Nya serta bekerja untuk memenuhi
kebutuhan dirinya dan orang lain.
5. Kala malam tiba, semua burung masuk ke sarang masing-masing untuk
beristirahat dan tidur. Mereka berhenti bekerja. Lain halnya dengan
lebah. Ia lebih banyak bekerja di malam hari ketimbang di siang hari.
Demikian juga seorang mukmin. Di waktu malam, saat orang-orang mengurung
diri di rumah masing-masing, beristirahat dan tidur, seorang mukmin
bangkit melangkahkan kaki mengambil air wudu, salat, lalu bermunajat
kepada Tuhan seraya menyerahkan seluruh hidupnya dan mengadukan segala
persoalan kepada-Nya.
6. Allah Swt. mengharamkan membunuh dan mengganggu lebah, tetapi
menghalalkan manfaat yang dihasilkannya. Begitu pula seorang mukmin.
Allah Swt. mengharamkan membunuhnya dan melarang mengganggu harga diri,
harta, dan keluarganya, tetapi menghalalkan kebaikan dan manfaat yang
diberikannya bagi siapa saja yang berhak menerima.
7. Lebah bekerja secara sembunyi-sembunyi. Orang hanya melihat dan
menikmati hasilnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Dengan
ikhlas ia menyembunyikan amalnya dari penglihatan orang. Mereka baru
melihat hasilnya nanti pada hari semua amal ditampakkan, yakni pada Hari
Kiamat.
8. Lebah hanya mengambil apa yang ia butuhkan saja dari sesuatu tanpa
merusak sesuatu itu. Begitu juga seorang mukmin. Ia hanya mengambil dari
dunia ini apa yang benar-benar diperlukannya saja, yang dapat membawa
kebaikan bagi diri, agama, dan hatinya. Apa yang ia ambil dijadikannya
bekal untuk akhirat tanpa merusak atau menimbulkan kerugian pada sumber
asalnya, dan tidak berlebihan.
9. Lebah tidak mau keluar dari sarang untuk memenuhi keperluannya pada
hari yang berawan, ketika hujan, saat ada angin kencang, atau tatkala
ada petir. Dalam keadaan seperti itu, ia tetap bertahan di sarang sampai
keadaan benar-benar normal. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ia
selalu berhati-hati dan pandai menahan diri ketika kezaliman merajalela,
keharaman tersebar di mana-mana, kekacauan mendominasi suasana, dan
keadaan carut-marut. Dalam keadaan yang tidak kondusif seperti itu, ia
memilih tinggal di rumah serta menahan mulut dan tangannya, seraya
menunggu apa yang akan Allah Swt. lakukan atas keadaan yang tengah
berlangsung.
10. Lebah selalu menjauhi benda-benda yang kotor dan tidak mau hinggap
di tempat-tempat yang kotor. Begitu pula seorang mukmin. Ia senantiasa
menjaga kesucian diri dari maksiat dan hal-hal yang diharamkan. Ia
selalu menjauhi segala sesuatu yang buruk, kotor, dan keji.
11. Ada sepuluh hal yang dapat menghancurkan dan merusak tatanan
kehidupan lebah sehingga aktivitasnya terhenti, yaitu: asap, dingin,
panas, awan, api, air, angin, gelap, lumpur, serta gangguan dan serangan
dari sesama lebah atau musuh dari luar. Demikian juga seorang mukmin.
Ada sepuluh hal yang dapat merobek keutuhan hatinya, merusak agamanya,
dan menghentikan amalnya. Kabut kekerasan dan kelalaian hati, dinginnya
rayuan dosa dan maksiat yang menusuk, panasnya hawa nafsu yang membakar,
awan keraguan, api kemusyrikan, topan cinta dunia, gelapnya kebodohan,
angin cobaan dan fitnah, bau busuknya keharaman, lumpur kebejatan,
kezaliman dan kemungkaran, gangguan dari sesama manusia yang secara
lahir berbaju iman tetapi hakikatnya penganut bidah dan pengidap
kemunafikan, serta gangguan dari musuh, yaitu orang kafir. Kita memohon
perlindungan kepada Allah Swt. dari segala ancaman membahayakan ini.
12. Lebah tidak mau berbaur dengan hewan lain yang tidak sejenis
meskipun memiliki beberapa sifat yang mirip. Seperti itu pulalah seorang
mukmin. Ia tidak mau berbaur dan bergaul akrab dengan orang yang tidak
memiliki sifat yang sama walaupun nama dan bentuk mempunyai kemiripan.
13. Dari perut lebah keluar lebih dari satu cairan yang berbeda-beda
warna. Setiap cairan mempunyai manfaat tersendiri yang mengagumkan.
Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Dari hatinya keluar banyak
‘cairan’ yang beragam warna dan manfaatnya. Apa keluar dari hatinya itu
mengalir lewat mulutnya berupa ilmu, hikmah, kata-kata bijak, isyarat,
kecerdasan, cinta dan kasih sayang, kejujuran, nasihat, dan sebagainya.
14. Lebah mengeluarkan kotorannya lewat dubur, sedangkan madu
dikeluarkannya lewat mulut. Begitu pula seorang mukmin. Syahadat tauhid,
beragam ilmu, bacaan Alquran, zikir, kata-kata yang baik, serta
amar-makruf dan nahi-mungkar dikeluarkannya dari mulut dengan pengucapan
lidahnya. Adapun kotoran dan hadas dikeluarkannya lewat kubul atau
dubur.
15. Lebah memakan yang baik, mengeluarkan yang baik, serta memberi
kepada yang lain makanan yang lezat dan baik. Demikian juga seorang
mukmin. Makanan yang dikonsumsinya baik dan ilmu yang diberikannya juga
baik.
16. Lebah, bila hinggap di ranting atau dahan pohon, tidak
mematahkannya. Bila meneguk sedikit air sesuai kebutuhannya, lebah tidak
menyebabkan air yang ditinggalkan menjadi keruh. Bila mengisap sari
bunga, lebah tidak merusak bagian bunga lainnya. Demikian pula halnya
dengan seorang mukmin. Ia berinteraksi dengan sesama manusia dalam
banyak hal dengan penuh perhitungan, keadilan, kasih sayang, dan
nasihat. Ia bergaul sekadar untuk tahu tanpa menyakiti atau menganiaya
serta memisahkan diri untuk menjaga keselamatan dan kesucian.
17. Jika ada orang yang coba mengusik lebah, menggangu ketenangan dan
kehidupannya dengan mempermainkan atau merusak sarangnya, lebah pasti
tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan menyengat orang usil itu.
Sebaliknya, jika seseorang berdamai dengan lebah, tidak mengusik
ketenangannya, dan tidak mengganggu kehidupannya, maka lebah pun tidak
akan berbuat apa-apa terhadapnya. Seperti itu pula watak, perilaku, dan
sikap seorang mukmin. Terhadap orang yang meredam kemungkaran, tidak
menunjukkan kemunafikan, dan tidak mempertontonkan kejahatan, ia tidak
akan memata-matai atau menelisik jejaknya. Terhadap orang yang
sebaliknya, ia akan mengingatkan dengan lisan dan mencegah dengan tangan
(kekuasaan).
18. Lebah, kita lihat, selalu terbang di taman-taman bunga dan mengitari
tempat-tempat yang wangi di pinggir-pinggir sungai atau di
warung-warung yang menjual makanan manis. Demikian pula halnya dengan
seorang mukmin. Engkau akan melihatnya selalu berada di majelis-majelis
ilmu dan zikir serta di rumah para ulama, ahli hikmah, dan ahli makrifat
yang berzuhud.
19. Lebah, bila hinggap di atas sekuntum bunga, tidak akan beranjak
sebelum benar-benar kenyang mengisap sari bunga. Ia lebih memilih mati
di taman bunga daripada pulang sebelum memperoleh apa yang dicarinya.
Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ketika mereguk manisnya takarub
dengan Tuhan dan bertemu dengan seorang ahli hikmah, ulama yang
memberinya nasihat agama, atau ahli makrifat yang menceritakan
pengalaman rohani, ia akan merasa betah bersama mereka. Ketika melakukan
amal saleh pun, ia enggan berhenti sampai kematian menghentikannya.
20. Di musim semi dan musim panas lebah memindahkan cadangan makanannya
dari luar ke dalam sarang hingga penuh, sedangkan ia sendiri tinggal di
luar sarang. Di musim dingin, ia masuk ke sarangnya dan berdiam di
dalamnya sambil menata kembali tata ruang sarang. Demikian pula seorang
mukmin. Di musim semi dan musim panas ia bekerja untuk memenuhi
keperluan pangannya dan kebutuhan keluarganya yang bersifat primer.
Begitu masuk musim dingin, ia segera mendatangi majelis-majelis ilmu dan
zikir, mengunjungi para ahli ilmu dan ahli hikmah, beriktikaf di
masjid, serta giat beribadah, mengevaluasi diri, dan menata kembali
amal-amalnya.
21. Lebah makan dari hasil kerja kerasnya sendiri dan memberi yang lain
dari jerih payahnya sendiri. Ia tidak pernah mengganggu milik hewan
lain, bahkan matanya tidak pernah melirik sesuatu yang bukan miliknya.
Seperti itu jugalah seorang mukmin. Ia makan dari usahanya sendiri,
memberi orang lain dari hasil kerjanya sendiri, dan tidak pernah
meminta-minta kepada orang lain betapapun butuhnya.
22. Ketika di dalam sarangnya tidak ada sesuatu yang bisa dimakan, lebah
tidak akan masuk ke sarang lebah yang lain untuk mencari makanan. Jika
di dalam sarangnya ada sesuatu yang bisa dimakan, ia makan. Jika tidak,
ia pun menahan lapar. Demikian pula seorang mukmin. Betapapun ia
membutuhkan bahan makanan, ia tidak akan mendatangi rumah orang untuk
meminta-minta. Ia tidak akan berani mengambil milik orang lain dengan
cara paksa atau lewat kekerasan, betapapun sulitnya ia mendapatkan bahan
pangan. Jika ada orang yang memberi dengan suka rela, tanpa unsur
pemaksaan, barulah ia menerima. Jika tidak, ia pun menahan lapar.
23. Lebah tidak bekerja berdasarkan pendapat sendiri atau menurut
keinginan pribadi, melainkan berdasarkan petunjuk sang pemimpin. Ia
hanya mengikuti apa yang telah digariskan oleh sang raja dan tidak
keluar dari aturannya. Demikian juga seorang mukmin. Ia tidak beramal
berdasarkan nalarnya sendiri atau menurut selera pribadinya, melainkan
mengikuti imam dan ulama tepercaya.
24. Lebah tidak akan melaksanakan pekerjaannya sebelum menutup pintu
sarangnya. Selagi masih ada celah, lubang, atau kebocoran dalam dinding
sarangnya, ia terlebih dahulu memperbaikinya sebelum menggarap
pekerjaannya. Begitu jugalah seorang mukmin. Ia tidak merasakan manisnya
ibadah dan giatnya amal kecuali dalam kondisi tertutup ketika tidak ada
yang melihatnya kecuali Allah Swt. atau, paling-paling, anggota
keluarganya. Amal yang dilihat oleh anggota keluarga ketika berada di
rumah atau oleh teman ketika berada dalam perjalanan, tidak mengurangi
nilai ikhlas.
25. Lebah tidak memerlukan banyak barang dunia. Yang diperlukannya
hanyalah air, bunga, dan tempat-tempat yang mengeluarkan aroma
wewangian. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin. Di dunia ini, yang
dibutuhkannya hanyalah ilmu yang bermanfaat, zikir kepada Allah Swt.,
dan amal saleh. Itulah yang menjadi kesibukannya. Ia mengonsentrasikan
diri, berjuang, dan mati di dalamnya.
26. Ukuran tubuh lebah kecil dan bentuknya tidak menarik—untuk tidak
mengatakan hina, tetapi hasil karyanya berbobot, berkualitas tinggi,
beharga mahal, berasa enak, dan merupakan makanan/minuman yang paling
manis. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Ukuran tubuhnya mungkin kecil
serta banyak orang menghina dan meremehkan penampilannya, namun
kualitas, nilai, dan amalnya amat berbobot dan sungguh mulia.
27. Lebah mempunyai tiga keadaan, yaitu: terbang dengan sayap, bergerak
dan bekerja dengan tubuh, dan diam beristirahat. Demikian pula seorang
mukmin. Ia mempunyai tiga keadaan. Pertama keadaan ketika terbang dengan
hatinya, melintasi alam malakut dan dunia metafisik, serta meresapi
makna-makna ilmu. Kedua keadaan ketika beribadah, mengabdi, dan beramal
dengan anggota badan. Ketiga keadaan ketika berhenti dari dua keadaan
sebelumnya. Dalam keadaan ketiga ini, ia beristirahat dengan melakukan
apa yang dihalalkan oleh Allah Swt., seperti makan, minum, dan
bercengkerama dengan anggota keluarga.
28. Lebah akan mati-matian mengejar orang yang mengambil barang
miliknya, ke mana pun orang itu lari. Ia pasti akan mencegah tangan
orang yang hendak mengambil harta miliknya berupa sarang dan madu. Ia
tidak akan pernah menyerahkan harta miliknya begitu saja kepada siapa
pun, kecuali terpaksa. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Demi
menjaga kehormatan diri, agama, keutuhan amal, dan keluarganya, ia rela
mengorbankan jiwa dan hartanya.
29. Semua jenis burung menjadi najis begitu mereka mati dan tempat
mereka mati juga menjadi najis. Lain halnya dengan lebah. Selagi hidup
dan sesudah mati, ia tetap suci. Begitu pula seorang mukmin. Semasa
hidup dan setelah matinya, ia tetap suci.
30. Makanan yang paling menggugah selera dan paling manis di dunia ini
adalah madu yang dihasilkan oleh lebah. Demikian juga halnya dengan
seorang mukmin. Ia menghasilkan manisan yang paling manis dan paling
mengundang selera, yaitu makrifat, iman yang murni, ilmu yang
bermanfaat, dan cinta yang suci.
31. Lebah, bila diterjang angin kencang hingga terlempar ke permukaan
air, ke tanah berlumpur, atau ke tengah-tengah duri, ia masih bisa
berjuang untuk bangkit dan akhirnya selamat lalu terbang lagi. Tetapi,
apabila terlempar ke dalam api atau ke tengah-tengah asap, ia tidak akan
selamat dan akhirnya binasa. Seperti itu pulalah seorang mukmin. Karena
satu dan lain hal, mungkin ia terhempas ke dalam lumpur dosa dan
maksiat. Hampir dapat dipastikan, ia bisa bangkit kembali dan keluar
dari lumpur itu. Namun, jika ia terjerumus ke dalam kekufuran dan bidah,
ia pasti akan binasa di dalamnya. Tidak ada harapan untuk bisa selamat.
32. Semua burung dapat dipikat dengan biji-bijian yang disimpan di dalam
perangkap, sedangkan lebah tidak bisa dipancing dengan apa pun selain
dengan apa yang dihasilkannya, yakni madu. Begitu terperangkap dalam
madu, ia mati di dalamnya. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin.
Ia tidak bisa dipancing dengan benda atau rayuan duniawi. Ia hanya akan
terpancing oleh Allah Swt. atau dengan apa yang dimiliki-Nya, seperti
kebenaran, ilmu, dan hikmah.
33. Setiap kelompok lebah mempunyai seekor pemimpin. Selama sang
pemimpin berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak akan berani
mengusik dan tidak akan coba-coba mengambil milik mereka. Apabila sang
raja mati atau pergi meninggalkan mereka, mereka pun kocar-kacir
berhamburan dan akhirnya satu persatu binasa. Demikian juga kaum mukmin.
Selama para ulama dan imam berada di tengah-tengah mereka, musuh tidak
akan berani mengusik mereka dan setan tidak akan berani mengganggu
mereka. Jika tidak ada seorang pun ulama dan imam di antara mereka,
mereka pun tercerai-berai dan akhirnya binasa.
34. Apabila raja lebah mempunyai cacat, rakyat lebah tidak dapat bekerja
dengan baik, sarang pun tidak terawat dengan baik, dan pada gilirannya
mereka akan hancur. Sebaliknya, jika sang raja lurus dan bertindak
dengan bijaksana, rakyat lebah pun hidup dengan baik dan lancar. Seperti
itu pulalah kaum mukmin. Bila para pemimpin mereka adil, para ulamanya
bertakwa, serta para pedagang dan kaum profesionalnya jujur, maka urusan
mereka akan berjalan dengan baik dan lancar. Jika tidak, mereka akan
celaka.
35. Komunitas lebah akan tetap makmur meskipun sebagian anggota
komunitasnya ada yang mengikuti hawa nafsu, ditimpa penyakit, atau
melakukan kesalahan, selama raja mereka adil dan bertindak lurus.
Demikian juga komunitas kaum mukmin. Apabila kalangan khusus mereka
sudah tidak bermoral, kalangan awam pun akan terbawa binasa. Sebaliknya,
meskipun kelakuan kalangan awam bobrok, mereka tidak akan binasa selama
kalangan khusus berperilaku baik dan berakhlak mulia.
36. Ada dua jenis lebah: lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang
di pepohonan dan lebah yang ada di tengah-tengah keramaian dan bersarang
di perumahan. Lebah yang ada di gunung-gunung dan bersarang di
pepohonan terlindung dari polusi dan relatif aman dari ancaman
kebinasaan. Lebah yang ada di tengah-tengah perkampungan manusia dan
bersarang di rumah-rumah atau bangunan lain yang dibuat oleh manusia,
tidak aman dari bahaya kehancuran. Demikian juga halnya dengan orang
beriman, ada dua macam. Di antara mereka ada yang menghabiskan sebagian
besar waktunya di pasar-pasar dan sentra-sentra keramaian lainnya. Ada
pula yang menempuh pola hidup zuhud, jauh dari keramaian, dan gemar
mengasingkan diri di gunung-gunung atau di gua-gua untuk berkhalwat.
Yang pertama relatif tidak aman dari fitnah dan kemungkinan terjerumus
dalam hal yang haram dan syubhat. Yang kedua aman dari semua itu; mereka
lebih tenteram, damai, selamat, dan suci.
37. Lebah tinggal di dalam sarang yang terbilang bersih dari benda-benda
yang tidak diperlukan dan kosong dari barang-barang yang tidak berguna.
Lebah, bahkan, tidak menyimpan sumber pangannya di dalam sarang. Dengan
kata lain, ia tidak pernah membawa sekuntum bunga atau sumber makanan
lainnya ke dalam sarang. Hal itu tidak membuatnya takut kelaparan. Ia
begitu tenang dan damai tinggal di dalam sarang tanpa ada kekhawatiran
akan sumber pangan. Demikian juga halnya dengan seorang mukmin. Ia tidak
takut akan kemiskinan dan kebangkrutan. Menjadi miskin atau kaya
baginya sama saja, sebab yang membuat dirinya merasa kaya adalah
limpahan keyakinan dan manisnya kebersamaan dengan Tuhan.
38. Kawanan lebah, jika dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain,
mereka menurut saja dan tinggal di tempat yang baru dengan nyaman.
Seperti itu pulalah seorang mukmin. Di mana pun ia berada dan ke mana
pun ia diajak, dengan senang hati ia akan menjalani dan mengikutinya.
Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti
air, mengalir dengan mudah ke mana saja selama di sana tidak ada hal-hal
yang dilarang oleh agama atau hal-hal yang dapat mengurangi kadar
keberagamaannya.”
39. Lebah tidak suka dengan iklim yang terlalu panas atau terlalu
dingin. Itu karena, baik iklim yang terlalu panas maupun yang terlalu
dingin, keduanya dapat mengganggu, bahkan menghancurkan tatanan
kehidupan mereka. Demikian pula halnya dengan seorang mukmin. Ia berada
di antara takut dan harap. Terlalu berharap dapat merusak tatanan
keberagamaannya dan terlalu takut dapat membuatnya putus asa dari rahmat
Tuhan.
40. Lebah takut akan dua hal, yaitu: terik matahari yang menyengat di
musim panas dan dingin yang menusuk di musim dingin. Begitu juga halnya
dengan seorang mukimin. Ia berada di antara dua hal yang ditakutkan,
yakni: ajal yang telah ditetapkan Allah Swt.—karena ia tidak tahu apa
yang telah Allah Swt. tentukan bagi dirinya dalam ketetapan itu—dan
ketetapan yang akan datang—karena ia tidak tahu apa yang Allah Swt.
kehendaki bagi dirinya di masa depan.
Rasulullah saw. juga bersabda, “Seorang mukmin laksana lebah; ia memakan
yang baik-baik, mengeluarkan yang baik-baik, serta hinggap di ranting
tanpa mematahkannya.”
Inilah salah satu sifat mukmin. Ia memakan hanya yang baik dan memberi
makan kepada yang lain pun hanya dengan yang baik. Ia orang baik dan
memberi kebaikan bagi sesamanya. Ia memberi tanpa diminta, berlapang
dada, bersikap santun, dan jauh dari keinginan menyakiti orang. Di mana
pun berada, ia tak pernah membuat kerusakan. Tak heran jika persangkaan
orang terhadapnya hanya persangkaan yang baik. Dengan sifat-sifat inilah
segolongan kaum mukmin dikenal.[
* Syekh Abû Thâlib al-Makkî adalah ulama klasik, penulis kitab termasyhur Qut al-Qulub (Nutirisi untuk Hati).
* Link Kitab Qut al-qulub :https://archive.org/stream/Qotqoloub/qotqoloub#page/n0/mode/2up
Wallahu A'lam
LINK ASAL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar