Jika umat Islam saat ini sekedar hormat dengan tangan ke
bendera, ternyata para sahabat Nabi membela mati-matian mempertahankan
kehormatan Islam dengan simbol bendera, bahkan Nabi tidak menyalahkan
sedikitpun:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ بَعَثَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جَيْشاً اسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ
زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ وَقَالَ « فَإِنْ قُتِلَ زَيْدٌ أَوِ اسْتُشْهِدَ
فَأَمِيرُكُمْ جَعْفَرٌ فَإِنْ قُتِلَ أَوِ اسْتُشْهِدَ فَأَمِيرُكُمْ
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ ». فَلَقُوا الْعَدُوَّ فَأَخَذَ الرَّايَةَ
زَيْدٌ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ جَعْفَرٌ
فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ ثُمَّ أَخَذَهَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ
فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ
فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَتَى خَبَرُهُمُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه
وسلم- فَخَرَجَ إِلَى النَّاسِ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ
وَقَالَ « إِنَّ إِخْوَانَكُمْ لَقُوا الْعَدُوَّ وَإِنَّ زَيْداً أَخَذَ
الرَّايَةَ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ أَوِ اسْتُشْهِدَ ثُمَّ أَخَذَ
الرَّايَةَ بَعْدَهُ جَعْفَرُ بْنُ أَبِى طَالِبٍ فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ
أَوِ اسْتُشْهِدَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ
فَقَاتَلَ حَتَّى قُتِلَ أَوِ اسْتُشْهِدَ ثُمَّ أَخَذَ الرَّايَةَ سَيْفٌ
مِنْ سُيُوفِ اللَّهِ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ فَفَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ
(رواه أحمد والطبراني ورجالهما رجال الصحيح. مجمع الزوائد ومنبع الفوائد . محقق - ج 6 / ص 151)
“Diriwayatkan
dari Abdullah bin Ja’far, ia berkata: Rasulullah mengutus pasukan
(dalam perang Mu’tah) dan menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai panglima.
Nabi bersabda: Jika Zaid terbunuh atau mati syahid, maka pimpinan
kalian adalah Ja’far. Jika Ja’far terbunuh atau mati syahid maka
pemimpin kalian adalah Abdullah bin Rawahah”. Lalu umat Islam berjumpa
dengan musuh, Zaid mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh,
kemudian Ja’far mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, lalu
Abdullah bin Rawahah mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh,
kemudian Khalid bin Walid mengambilnya dan Allah memberi kemenangan.
Berita ini sampai kepada Nabi, lalu beliau menemui para sahabat dan
berkhutbah: Sungguh saudara-saudara kalian berjumpa dengan musuh, Zaid
mengambil bendera, ia berperang dan terbunuh, kemudian Ja’far mengambil
bendera, ia berperang dan terbunuh, lalu Abdullah bin Rawahah mengambil
bendera, ia berperang dan terbunuh, kemudian salah satu pedang Allah,
Khalid bin Walid mengambilnya dan Allah memberi kemenangan.”
(HR Ahmad dan al-Thabrani, perawinya adalah perawi hadis sahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari)
Jikan
anda bertanya: “Itu kan dalam kondisi perang?”. Kami menjawab: “Justru
dari kondisi damai inilah perlu penanaman hormat pada simbol negara,
sehingga jika seumpama ada perang (na’udzu billah), maka sudah pasti
rakyat akan mati-matian mempertahankan kehormatan bangsa.”
Jika
anda masih bertanya: “Para sahabat kan membela Islam, bukan membela
negara?”. Kami menjawab: “Kami mengikuti fatwa ulama kami, Hadlratusy
Syaikh Hasyim Asy’ari bahwa membela negara juga Jihad fi Sabilillah”
Oleh : Ustadz Muhammad Ma'ruf Khozin
Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar