Selasa, 26 Agustus 2014

Kisah Orang-Orang yang Mendengar Balasan Sapaan Penghuni Kubur

Kisah Orang-Orang yang Mendengar Balasan Sapaan Penghuni Kubur
Dalam berbagai macam peristiwa yang terjadi di dunia ini, beberapa diantaranya sering kali tidak bisa dijangkau oleh akal manusia, kecuali telah Allah SWT karuniakan keistimewaan padanya.

Diantara peristiwa yang benar-benar terjadi pada sebagian manusia yang diberi keistimewaan oleh Allah adalah kemampuan mendengar sapaan orang-orang wafat yang berada didalam kuburnya. Berikut ini adalah peristiwa luar biasa yang diungkapkan berdasarkan riwayat dari para ulama ahli hadits.

Riwayat al-Hafidz al-Suyuthi al-Syafii:

وَأَوْرَدْتُ فِيْهِ (فِي كِتَابِ الْبَرْزَخِ) أَخْبَارًا كَثِيْرَةً مِنْ هَذَا النَّمْطِ فِيْمَا وَقَعَ مِنْ سَمَاعِ كَلَامِ الْمَوْتَى لِلصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ وَقَالَ الْبَيْهَقِي قَدْ رُوِيَ فِي التَّكَلُّمِ بَعْدَ الْمَوْتِ عَنْ جَمَاعَةٍ بِأَسَانِيْدَ صَحِيْحَةٍ (الخصائص الكبرى - ج 2 / ص 106)

“Saya (al-Suyuthi) cantumkan dalam kitab ‘al-Barzakh’ beberapa kabar yang banyak, tentang peristiwa dapat mendengar perkataan dari orang-orang yang telah wafat dari para sahabat, Tabiin dan generasi sesudahnya. Al-Baihaqi berkata: Sungguh telah diriwayatkan adanya dialog setelah kematian oleh para ulama dengan sanad yang sahih” (al-Khashaish al-Kubra 2/106)




Riwayat al-Baihaqi al-Syafi’i

Berikut beberapa riwayat yang dirangkum oleh al-Baihaqi al-Syafii:

1. Tuhallil binti Athaf

قَالَ الْعَطَّافُ بْنُ خَالِدٍ قَالَ حَدَّثَتْنِي خَالَتِي قَالَتْ رَكِبْتُ يَوْمًا إِلَى قُبُوْرِ الشُّهَدَاءِ وَكَانَتْ لَا تَزَالُ تَأْتِيْهِمْ قَالَتْ فَنَزَلْتُ عِنْدَ قَبْرِ حَمْزَةَ ، فَصَلَّيْتُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ أُصَلِّيَ وَمَا فِي الْوَادِي دَاعٍ وَلَا مُجِيْبٌ إِلَّا غُلَامٌ قَائِمٌ آخِذٌ بِرَأْسِ دَابَّتِي ، فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ صَلَاتِي قُلْتُ هَكَذَا بِيَدَيَّ : السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَسَمِعْتُ رَدَّ السَّلَامِ عَلَيَّ يَخْرُجُ مِنْ تَحْتِ الْأَرْضِ أَعْرِفُهُ كَمَا أَعْرِفُ أَنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ خَلَقَنِي وَكَمَا أَعْرِفُ اللَّيْلَ مِنَ النَّهَارِ ، فَاقْشَعَرَّتْ كُلُّ شَعْرَةٍ مِنِّي (دلائل النبوة للبيهقي - ج 3 / ص 374)

Athaf bin Khalil berkata bahwa Bibi saya (bernama Tuhallil binti Athaf, dijelaskan oleh al-Thabari dalam Tahdzib al-Atsar) berkata: Saya pergi ke makam para Syuhada’ (ia memang sering pergi ke makam mereka). Lalu saya berhenti di makam Hamzah, saya salat sebanyak yang dikehendaki oleh Allah. Di tempat itu tak ada orang yang memanggil dan menjawab, kecuali seorang budak yang memegang kepala hewan saya. Setelah saya selesai salat, saya berkata dengan isyarat tangan saya: “Salam bagi kalian”. Lalu saya mendengar jawaban salam saya dari bawah tanah, saya mengetahuinya seperti saya mengetahui bahwa Allah menciptakan saya dan seperti saya mengetahui perbedaan malam dan siang. Kemudian bulu-bulu saya merinding” (Riwayat al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah 3/374)

2. Fatimah al-Khuza’iyah
 حَمْزَةَ ، فَقَالَتْ نَعَمْ ، فَوَقَفْنَا عَلَى قَبْرِهِ فَقُلْنَا : السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا عَمَّ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعْنَا كَلَامًا رَدَّ عَلَيْنَا : وَعَلَيْكُمْ السَّلَامُ وَرَحْمَةُ اللهِ ، قَالَتْ وَمَا قَرْبَنَا أَحَدٌ مِنَ النَّاسِ (دلائل النبوة للبيهقي - ج
قَالَ الْوَاقِدِي : وَكَانَتْ فَاطِمَةُ الْخُزَاعِيَةُ تَقُوْلُ لَقَدْ رَأَيْتَنِي وَقَدْ غَابَتِ الشَّمْسُ بِقُبُوْرِ الشُّهَدَاءِ وَمَعِي أُخْتٌ لِي فَقُلْتُ لَهَا : تَعَالِي نُسَلِّمْ عَلَى قَبْرِ 3 / ص 376)
“al-Waqidi berkata: Fatimah al-Khuzaiyah berkata bahwa kau melihatku sementara matahari telah sirna di makam para Syuhada, saya bersama saudara perempuan saya. Saya berkata kepadanya: “Mari kesini, kita ucapkan salam ke makam Hamzah.” Ia berkata: “Ya”. Lalu kami berdiri di makam Hamzah, kami berkata: “Salam bagimu, wahai paman Rasulullah Saw.” Kemudian kami mendengar jawaban atas salam kami: “Salam bagimu dan rahmat dari Allah”. Fatimah berkata: Di dekat kami tidak ada seorang pun” (Riwayat al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah 3/376)
3. Hasyim bin Muhammad al-Umari






هَاشِمُ بْنُ مُحَمَّدِ الْعُمَرِي مِنْ وَلَدِ عُمَرَ بْنِ عَلِّي يَقُوْلُ : أَخَذَنِي أَبِي بِالْمَدِيْنَةِ إِلَى زِيَارَةِ قُبُوْرِ الشُّهَدَاءِ فِي يَوْمِ جُمْعَةٍ بَيْنَ طُلُوْعِ الْفَجْرِ وَالشَّمْسِ ، وَكُنْتُ أَمْشِي خَلْفَهُ فَلَمَّا انْتَهَى إِلَى اْلمَقَابِرِ رَفَعَ صَوْتَهُ فَقَالَ : سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقَبَى الدَارِ ، قَالَ فَأُجِيْبَ : وَعَلَيْكَ السَّلَامُ يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ ، قَالَ فَاْلتَفَتَ أَبِي إِلَيَّ فَقَالَ : أَنْتَ الْمُجِيْبُ يَا بُنَيَّ ؟ فَقُلْتُ لَا ، قَالَ فَأَخَذَ بِيَدَيَّ فَجَعَلَنِي عَنْ يَمِيْنِهِ ، ثُمَّ أَعَادَ السَّلَامَ عَلَيْهِمْ ، ثُمَ جَعَلَ كُلَّمَا سَلَّمَ عَلَيْهِمْ يُرَدَّ عَلَيْهِ حَتَّى فَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، قال فَخَرَّ أَبِي سَاجِدًا شُكْرًا لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ (دلائل النبوة للبيهقي - ج 3 / ص 378)

“Hasyim bin Muhammad al-Umari, dari putra Umar bin Ali, berkata: Bapak saya mengajak saya ke Madinah untuk ziarah ke makam para Syuhada di hari Jumat, antara terbit fajar dan matahari, saya berjalan di belakang beliau. Ketika sampai di makam, bapak saya mengeraskan suaranya: “Salam bagi kalian atas kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu”. Kemudian dijawab: “Salam bagimu, wahai Abu Abdillah”. Kemudian bapak menoleh ke arah saya dan berkata: “Kamu yang menjawab?”. Saya berkata: “Bukan”. Kemudian bapak menarik saya ke sebelah kanannya, lalu beliau mengulang salam kepada mereka. Setiap beliau mengucap salam, maka selalu dijawab, hingga beliau melakukannya sebanyak 3 kali. Kemudian beliau bersujud syukur kepada Allah” (Riwayat al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwwah 3/378)
Oleh : Ustadz Muhammad Ma'ruf Khozin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar