Selasa, 26 Agustus 2014

Toleransi untuk Siapa?

Toleransi untuk siapa
Sejak tahun 1992, alias sudah 21 tahun lebih sy berhubungan baik dengan pemeluk agama non Islam. Banyak orang Kristen, Katholik adalah teman saya. Dalam pekerjaan, baik dulu maupun sekarang, sy juga satu kantor dengan orang Nasrani.
Di lingkungan, di mana saya pernah jadi sekretaris RT, sy juga berinteraksi bagus dengan sesama warga yang memeluk agama berbeda-beda. Saya dan sodara2 Kristen/Katholik biasa saling menyapa, saling berbincang, makan bareng dan bekerjasama dalam kebaikan kampung. Juga dalam pekerjaan, kami biasa dalam tim yang solid untuk mencapai target kantor.
PENDEK KATA, SAYA PUNYA RELASI YANG BAIK.
Namun belum lama ini, saya sedih mendengar penuturan rekan saya seorang Nasrani. Dia mengaku jengkel, marah, ingin muring-muring, tapi tidak bisa. Karena dia bukan pendeta atau pastur, dan menurutnya, pendeta atau pastur juga tidak pernah menasehati umatnya terkait kasus yang dia ceritakan itu.
Begini ceritanya: “Mas, saya ini merasa bahwa orang Islam baik-baik semua. Warga muslim adalah tetangga saya, kawan saya, sobat saya, bahkan sodara saya juga banyak yang muslim, Dengan sampeyan saya sudah jadi teman baik”.
Lanjutnya: “Saya mangkel melihat ada kaum saya sendiri yang tidak tahu balas budi. Tidak mau bertoleransi. Mereka tinggal di lingkungan yang mayoritas muslim, tetapi memelihara anjing. Galak lagi. Sudah tahu anjing adalah najis bagi umat Islam, kaum saya itu malah sengaja memamerkan perbuatan memeluk anjing dan mencium hewan itu di muka umum.”
“Lebih buruk lagi, anjing mereka itu suka sekali menyalak setiap ada tetangga atau orang lewat di depan pagar rumahnya. Gonggogannya sangat keras, mencurigai setiap siapapun sebagai maling. Jika anjingnya sudah menggongong, maka pemiliknya akan keluar dan mengawasi orang yg diteriaki peliharaannya itu. Tanpa meminta maaf atau mencoba mendiamkan anjingnya, si tuan rumah membiarkan anjingnya tetap menggongong sampai orang yg lewat itu jauh dari pagar rumahnya,” sambungnya.
Dia lanjutkan lagi: “Sodara2 saya itu sungguh tidak tahu sopan santun, tidak tahu norma sosial. Bukannya menjadi tetangga yang baik membawa kedamaian, malah merusak ketentraman. Saya bisa merasakan bagaimana perasaan para tetangganya yang muslim. Pasti tidak nyaman. Selama ini para tetangganya diam karena iman mereka mengajarkan toleransi beragama. Umat Islam biasa bersabar dan tidak mau protes atas perilaku buruk tetangga tersebut karena tidak ingin disebut sebagai umat yang intoleran. Tapi yg kebangeten ya orang Kristen sendiri itu. Sodara seiman saya sendiri itu”.
Saya masih mendengar dengan seksama. Si rekan terus bertutur: “Saya tidak tahu bagaimana memberitahu mereka, agar tidak memelihara anjing di lingkungan yang mayoritas muslim. Mereka menganggap itu hak asasi yang tidak boleh dibatasi. Masalahnya kan itu menyinggung perasaan dan mengganggu lingkungan. Sebab si anjing selalu mencurigai orang lain sebagi maling. Jadi mereka itu haram jadah. Sudah diberi keleluasaan hidup damai di tengah mayoritas, malah membalasnya dengan gonggongan anjing. Umat Islam sudah memberi dia keamanan, dia malah membangun perasaan tidak aman dan seolah mengabarkan bahwa dia dicekam ketakutan sehingga harus memelihara anjing galak”.
“Bagaimana dengan para pemimpin gereja sampeyan?” Tanya saya.
“Itu masalah lebih pelik. Sepanjang hidup sy sebagai umat Nasrani yang aktif di geraja, tak pernah sekalipun saya dengar pastur atau pendeta memberi nasehat agar umatnya menghargai umat Islam dengan cara tidak memelihara anjing jika tinggal di lingkungan yg berbeda agama. Para romo memang mengajarkan hidup saling menghormati, saling menyayangi, tetapi tidak sampai begitu”.
Saya katakan ke dia, Tak usah terlalu jengkel dengan sodara sampeyan yg Nasrani itu. Kami umat muslim tetap baik dengan sampeyan dan semua pemeluk Kristen maupun Katholik kok. Lihat saja, apa kami pernah memusuhi kaum Anda? Orang yang memelihara anjing tidak kami pedulikan. Biarlah, itu hak dia. Wong mereka ingin melindungi harta bendanya dari penjahat. Saya sendiri beberapa kali ikut membantu menangkap penjahat yang menyatroni rumah tetangga saya yang Nasrani. Meski si penjahat itu kemungkinan besar beragama Islam, saya ikut meringkusnya dan menyerahkannya ke polisi.
MONGGO YG PUNYA SODARA, TEMAN, ATAU SOBAT YG BERAGAMA NASRANI, tulisan ini silakan dibagikan. Semoga membawa kebaikan bagi kita semua. Jangan ada yang komentar jelek yang merusak kerukunan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar